Askep Anak
Askep Anak
Askep Anak
J DENGAN
DIARE DI RSUD BANYUMAS
Di Susun Oleh
Jefri Anang Prayogo
17.008
PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan system pencernaan : diare di RSUD Banyumas telah diujikan dan
disetujui oleh Dewan Penguji
Diujikan pada tanggal :
Penguji I
INTAN DIAH P.,NS.,M.KEP
NIK : 7720290
Penguji II
IVA PUSPANELI S.,NS.,M.KEP
NIK : 47070882
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas praktek klinik di RSUD BANYUMAS dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada An. A dengan Gangguan system pencernaan : Diare Diruang Kanthil
RSUD BANYUMAS ”.
4
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
5
C. Tujuan penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian 3
B. Etiologi 4
C. Manifestasi Klinis 5
D. Patofisiologi 6
E. Pathway 8
F. Komplikai 8
G. Pemeriksaan Penunjang 8
H. Penatalaksanaan 8
I. Pengkajian 9
J. Diagnosa Keperawatan 9
K. Intervensi 9
A. Pengkajian 12
B. Analisa data 16
C. Perumusan Diagnosa 16
D. Perencanaan,Implementasi, Evaluasi 17
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian 27
B. Diagnose keperawatan 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 30
B. Saran 31
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang (Raini, 2016).Diare masih menjadi
suatu problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat di negara
berkembang terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas dan
insidennya cenderung meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah
kelompok yang paling tinggi menderita diare (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap
tahun (WHO, 2017). Kasusdiare di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak
2.544.084. Di Wilayah Jawa Tengah diperkirakan terdapat 911.901 kasus diare,
sedangkan kasus diare yang sudah ditangani sebanyak 95.635
kasus(Kementerian KesehatanRI, 2017). Di Daerah Kota Surakarta sendiri
pada tahun 2016 jumlah diare sebanyak 11.183 kasus. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Surakarta menunjukkan bahwa angka penyakit diare di
Puskesmas Jayengan mengalami peningkatan, sebanyak 906 kasus di tahun
2015, sedangkan di tahun 2016 terdapat 944 kasus (Dinas Kesehatan Surakarta,
2017).
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan
lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan,
keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi terjadinya diare. Selain itu, diare juga bisa
disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang diproses
dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab diare
seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacterjejuni(Purwaningdyah, 2015).
Penyakit diare sering menyerang pada anak-anakdari pada dewasa
dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak
ibuyang belum cukup mampu memberikan penanganan yang baik, hal ini
dikarenakanpengetahuan tentang penanganan diare pada anakmasih rendah
sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan diare pada anaknya.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari diare ?
2. Apa Etiologi dari diare ?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada diare?
4. Apa saja manifestasi dari diare?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang perlu dilakukan ?
6. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan BBLR ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendiskripsikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
diagnosa DIARE di Ruang Kantil RSUD Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu mendeskripsikan pengkajian pada An.J dengan
diagnosa DIARE di Ruang Kantil RSUD Banyumas.
b. Penulis mampu mendeskripsikan perencanaan tindakan yang sesuai
pada pasien An.J dengan diagnosa DIARE di Ruang Kantil RSUD
Banyumas.
c. Penulis mampu mendeskripsikan pelaksanaan tindakan keperawatan
sesuai dengan standar praktek keperawatan pada pasien An. J dengan
diagnosa DIARE di Ruang Kantil RSUD Banyumas.
d. Penulis mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien
An. J dengan diagnosa DIARE di Ruang Kantil RSUD Banyumas.
e. Penulis mampu mendeskripsikan dokumentasi keperawatan pada
pasien An. J diagnosa DIARE di Ruang Kantil RSUD Banyumas.
D. Manfaat Penulisan
9
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada Laporan Kasus ini adalah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penulisan Laporan Kasus
E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
B. Konsep Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi
sekresi (Wong, 2001). Diare adalah pasase feses dan konsistensi lunak
atau cair, sering dengan atau tanppa ketidaknyamanan yang disebabkan
oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tusker, 1998).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja
(Behiman, 1999). Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari
empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau adapat pula bercampur lendir dan darah
atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina,
2001). Diare adalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah
dan atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung < 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Diare melanjut / berkepanjangan adalah episode diare akut yang
melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari, Diare persisten / kronik
adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung
selama 14 hari atau lebih, Disentri adalah diare yang disertai darah dalam
tinja. (Arif Mansjoer dkk, 2000).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang
air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi, 2001)
Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air
besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dengan frekuensi
12
lebih dari 3 x sehari pada anak sehingga mengacu kehilangan cairan dan
elektrolit.
2. ETIOLOGI
a. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella,
Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia;
cacing : Askaris, Trikurus; Jamur : Kandida) melalui fecal oral :
makanan, minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan
tinja penderita.
b. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
c. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan.
d. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
e. Faktor lingkungan dan perilaku
f. Psikologi : rasa takut dan cemas (Arif Mansjoer dkk, 2000)
3. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan
untuk keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan
pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi
memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk,
aktivitas pencernaan itu dapat berupa:
a. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
b. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara
mengunyah dan mencampur.dengan enzim-enzim di rongga mulut
c. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut
ke gaster
d. Pencernaan (digestion) : penghancuran makanan secara mekanik,
percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
e. Penyerapan makanan (absorption): perjalanan molekul makanan
melalui selaput lendir usus ke dalam. sirkulasi darah dan limfe.
f. Peristaltik: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang
kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
g. Berak (defecation) : pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
13
4. PATHWAY
Pematuritas Dispematuritas
Mikro
organisme
Membentuk
toksin
Sanitasi Jumlah
berlebihan
Keracunan
M
Perilaku
DIARE A
Psikis
Basi K
Alergi
A
N
Nyeri Volume cairan berkurang
Intoleransi :
laktosa, protein,
A
Nafsu makan ↓ Devisien volume
lemak N
cairan
d) Air kemih normal sedikit gelap tidak ada dalam 6 jam
b. Periksa
a) Keadaan sehat, aktif tampak sakit, mengan- sangat mengantuk, le-
Umum tuk,lesu, rewel, gelisah mah, letargi, tidak sa-dar
/ koma
b) Air mata
tidak ada
c) Mata tidak ada
ada
kering, sangat cekung
d) Mulut/lidah cekung *
normal
sangat kering
e) Nafas kering **
basah
cepat dan dalam
agak cepat
normal
c. Raba
a)Kulit (dicubit) kembali cepat kembali lambat*** kembali sangat lambat
b) Denyut nadi normal agak cepat sangat cepat, lemah ti-
dak teraba
c)Ubun-ubun
sangat cekung
normal cekung
d. Kehilangan
a) Berat Badan < 40 g/KgBB 40-100g/KgBB >100 g/KgBB
b) Cairan < 5% BB 5-10 % BB > 10 % BB
Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu
dikonfirmasikan dengan orang tua
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih dan
kering, mulut selalu ke-ring pada anak yang biasa bernafas dengan mulut,
mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus,
kwashiorkor atau anak ge-muk. (sangat lambat jika kembali > 2 detik)
A = Tidak / tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah *
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda adalah *
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004)
19
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah
sebagai berikut :
a. Lekosit Feses merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik.
Lekosit dalam feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan
adanya infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd,
penting sekali kultur organisma yang tidak biasa seperti
Kriptokokus,Isospora dan M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang
sudah mendapat antibiotik, toksin C difficle harus diperiksa.
b. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit,
infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai
penyebab diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur
output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian
perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa
malabsorbsi lemak.
c. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat
feses >300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari
1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari
10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
d. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk
menetapkan suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong
yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang pandang dari sample
noda sudan adalah positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet
rendah lemak. Test standard untuk mengumpulkan feses selama 72
jam biasanya dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari
lemak dapat disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau
insufisiensi pancreas.
e. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan
diare osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan
Osmolalitas harus diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290
mosm. Osmotic gap feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali
20
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
1) Mengatasi diare tanpa dehidrasi
2) Meneruskan terapi diare di rumah
3) Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
21
c. Rencana Pengobatan C
23
2. Keperawatan
24
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare
2. Devisiensi volume cairan
3. Nyeri akut
4. Resiko kerusakan integritas kulit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
D. INTERVENSI
1. Diare
Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan .masalah diare dapat teratasi dengan criteria hasil :
eliminasi usus
Indikator IR ER
1. Veses lembut dan berbentuk
25
2. Warna veses
3. Suara bising usus
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak tergaanggu
(Mooehead, Jhonson, Maar dan swarsum, 2013)
5. Tidak tergaanggu
(Mooehead, Jhonson, Maar dan swarsum, 2013).
Intervensi Keperawatan / Nursing Intervention : managemen cairan
a) Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian
b) Jaga intake atau asupan yang akurat dan catat output pasien
c) Monitor tanda-tanda vital pasien
d) Berikan cairan dengan tepat
e) Distribusikan cairan selama 24 jam
f) Monitor perubahan berat badan
g) Berikan terapi IV
(Bukhek, Bactiar, Doutherman wagweer, 2012).
3. Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri
akut dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator IR ER
1. Nyeri yang dilaporkan
2. Panjang episode nyeri
3. Mengerang dan menangis
Keterangan :
1. Sangat berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Intervensi Keperawatan / Nursing Intervention : manajemen nyeri
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b) Observasi adanya petunjuk nonverbal
c) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri
d) Kurangi atau eliminasi factor pencetus nyeri
e) Dukung istirahat/tidur
f) Kendalikan factor lingkungan
27
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi keperawatan / Nursing Intervention : perawatan luka
a) Monitor karakteristik luka
b) Ukur luas luka
c) Bersihkan dengan normal saline
d) Periksa luka setiap kali perubahan balutan
e) Posisikan untuk menghindari ketegangan pada luka
f) Bandingkan dan catat pada setiap perubahan luka
g) Oleskan salep yang sesuai dengan luka atau lesi
Keterangan :
1. Tidak adekuat
28
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
Intervensi Keperawatan / Nursing Intervention : managemen nutrisi
a) Tentukan status gizi pasien
b) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
c) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makanan
d) Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut
e) Monitor kalori dan asupan makanan
f) Pastikan diit mencakup makanan yang tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi
g) Dorong untuk bagaimana cara menyiapkan makanan dengan aman
dan teknik pengawetan makanan
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi Keperawatan / Nursing Intervention : managemen saluran
cerna
a) Catat tanggal buang air besar terkahir
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Pada pengkajian tanggal 24 Februari 2020 pasien dengan nama An. J
dengan umur saat dikaji klien berumur 19 bulan. Klien beragama islam
dan asli dari jawa Indonesia, klien beralamat di Sokawera. Ibu Pasien
bernama Ny. A berusia 33 Tahun. Ayah pasien bernama Tn. D berusia 31
Tahun.
2. Keluhan utama
Diare .
3. Keluhan tambahan
Muntah dan demam.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya diare sudah 2 hari yang lalu dan muntah
disertai demam, BAB, leme, susah makan.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Prenatal : ibu pasien mengatakan tidak memiliki keluhan saat prenatal/
lahir normal
b. Perinatal : ibu pasien mengatakan tidak ada memiliki keluhan
c. Postnatal : ibu pasien mengatakan tidak ada keluhan
30
c. DPT : sudah
d. Polio : belum
e. Campak : sudah
f. Lainnya :-
9. Riwayat sosial
a. Keluarga pasien mengatakan yang mengasuh pasien yaitu ibu dan
ayahnya
b. Hubungan dengan keluarga : ibu pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga baik
c. Pembawaan secara umum : tidak ada
d. Lingkungan rumah : ibu pasien mengatakan lingkungan rumah bersih
dan lingkungan rumahnya ramai, warganya baik-baik
BBL : 2700 gr
BBS : 7,1kg
PB : 79cm
LK : 35cm
c. Obat-obatan : inf. KAEN 3B, inf. RL, Zink sirup 20mg/24jam, oralit,
paracetamol, ondansentron, coltimoxason 2x3,5cc
d. Tindakan keperawatan :
1) Manajemen cairan
3) Terapi nebulizer
4) Fisioterapi dad
5) Terapi oksigenasi
6) Pendidikan kesehatan
b. Nutrisi : ibu pasien mengatakan pasien diberikan susu formula dan nasi
lembek
34
i. Konsep diri
KAEN 3B
2. Diagnosa keperawatan
a. Diare b.d proses infeksi, inflamasi diusus
b. Kekurangan volume cairan
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
d. Implementasi keperawatan
Senin , 24 Februari 2020
1) Menganjurkan kepada ibu klien untuk memberikan obat anti diare
2) Penatalaksanaan pemberian medikasi infus
e. Evaluasi
S : ibu pasien mengatakan anaknya BAB encer ±4 kali
Ibu klien mengatakan masih ada kemerahan didaerah anus
O : feses berbentuk sehari 3x
Klien belum bisa minum obat
Belum mampu mepertahankan turgor kulit
Tampak kemerahan pada daerah anus
Pemberian terapi zink sirup 20mg/24 jam
A : Masalah ketidakefektifan diare belum teratasi
Indikator IR ER SI
1. Mempertahankan turgor kulit 3 5 4
2. Tidak mengalami diare 3 5 4
3. Menjaga daerah sekitar rectal 3 5 4
dari iritasi
P : Lanjutkan intervensi
1) Diare management
2) Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
3) Identifikasi factor penyebab diare
4) Monitor tanda dan gejala diare
5) Observasi turgor kulit secara rutin
Indikator IR ER
1. Mempertahankan urin 3 5
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urin
normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, 3 5
suhu tubuh, dalam batas
normal
3. Tidak ada tanda-tanda 3 5
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
c. Implementasi keperawatan
Senin , 24 Februari 2020
1) Mengobservasi turgor kulit
2) Anjurkan kepada ibu klien untuk mengganti pakaian yang longgar
pada klien
3) Memonitoring kulit akan adanya kemerahan
d. Evaluasi
1. Mempertahankan 3 5 4
urin output sesuai
dengan usia dan
BB, BJ urin
normal, HT normal
2. Tekanan darah, nadi, 3 5 4
suhu tubuh, dalam batas
normal
3. Tidak ada tanda-tanda 3 5 4
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik,
membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
P : Pertahankan intervensi
1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3) Monitor vital sign
4) Monitor status nutrisi
5) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian
6) Dorong masukan oral
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengenai hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat
ibu dengan kejadian diare pada usia 3 bulan – 2 tahun di Desa Sokawera
yang dilaksanakan pada 24 Februari 2020. Teknik pengambilan data dengan
menggunakan metode cluster random sampling yaitu berdasarkan pada
kelompok masyarakat dari tingkat dukuh, lalu dipersempit ke tingkat RW dan
kemudian diambil pada tingkat RT. Populasi yang dipilih pada penelitian ini
yaitu seluruh ibu yang mempunyai anak 3 bulan – 2 tahun yang bertempat
tinggal di Desa Sokawera dan sampel yang diambil sebanyak 38 ibu. Data
yang diambil merupakan data primer yang didapatkan melalui kuesioner
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan kejadian diare. Responden dalam
penelitian ini adalah ibu. Hasil dari data tersebut didapatkan karakteristik ibu
berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan dan karakteristik dari anak
berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku hidup bersih dan sehat ibu
tatanan rumah tangga dalam penelitian ini mencakup kesehatan lingkungan rumah
dan sekitar rumah. Penilaian perilaku hidup bersih dan sehat dibagi menjadi 2
40
kategori yaitu baik dan tidak baik. Distribusinya adalah berikut : Tabel 6. Distribusi
Subjek Penelitian Berdasarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. PHBS Ibu Frekuensi
Persentase (%) Tidak Baik 13 34,2 Baik 25 65,8 Total 38 100, Berdasarkan tabel 6
diatas dapat disimpulkan bahwa yang mempunyai PHBS yang baik sebesar 25 ibu
(65,8%), sedangakan ibu yang mempunyai PHBS yang tidak baik sebesar 13 ibu
(34,2%).
B. Kejadian Diare
Kejadian diare ini dilihat dari 3 bulan anak yang diare, dan penilaian kejadian
diare dibagi menjadi 2 yaitu diare dan tidak diare. Didapatkan distribusi data
sebagai berikut : Tabel 7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Diare.
Kejadian diare ini dilihat dari 3 bulan anak yang diare, dan penilaian kejadian diare
dibagi menjadi 2 yaitu diare dan tidak diare. Didapatkan distribusi data sebagai
berikut : Tabel 7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Diare Kejadian
Diare Frekuensi Persentase (%) Tidak Diare 23 60,5 Diare 15 39,5 Total 38 100
C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu dengan
Kejadian Diare Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian
diare dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 8. Hasil Uji Chi Square PHBS
Kejadian Diare Tidak Diare Diare Total (P) N % N % N % Tidak Baik 3 23,1 10 76,9 13
100 Baik 20 80,0 5 20,0 25 100 0,001 Total 23 60,5 15 39,5 38 100 Berdasarkan tabel
8 diatas menunjukan bahwa ibu dengan PHBS kategori tidak baik dan anak
mengalami diare sebanyak 10 (76,9%), sedangkan yang mempunyai PHBS baik dan
anaknya menderita diare sebanyak 5 (20,0%). Ibu dengan PHBS baik dan tidak diare
20 (80,0%), sedangkan yang mempunyai PHBS tidak baik dan tidak diare sebanyak 3
(23,1%).
Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square dengan syarat variabel kategorik
dengan kategorik, hipotesis komparatif, skala variabel kategorik, tidak berpasangan,
tabel 2 x 2, dan Expected Count >5 telah didapatkan nilai p sebesar 0,001 atau p <
0,05 yang menunjukan bahwa nilai yang signifikan untuk hubungan antara perilaku
hidup bersih dan sehat ibu dengan kejadian diare pada usia 3 bulan – 2 tahun di
Desa Pulosari Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
D. Pembahasan
Penelitian yang berjudul hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu dengan
Kejadian Diare pada Anak usia 3 bulan – 2 tahun di Desa Pulosari Kecamatan
41
Jerawat I Kecamatan Pakal, sebagian besar termasuk dalam kriteria baik, namun
demikian, anak yang berperilaku kurang dalam menjaga kebersihan dan kesehatan
terkait dengan food borne disease masih banyak. Hasil penelitian oleh Rosidi, et al.,
(2010) dengan uji Fisher dengan nilai p = 0,002 (p tangan dengan kejadian diare.
Resiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat, perilaku hIgiene, seperti cuci tangan pakai sabun pada
waktu penting.
Penelitian yang dilakukan oleh Negara, et al., (2014) dengan hasil yang sama
bahwa tidak menggunakan jamban yang sehat pengaruh lebih besar terhadap
kejadian diare dibandingkan dengan penggunaan jamban yang sehat. Berbeda
dengan penelitian Hannif, et al. , (2011) faktor resiko total coliform, sarana
pembuangan tinja, merebus air minum tidak berhubungan dengan kejadian diare.
Uji hipotesis yang dilakukan Rosidi, et al., (2010) dengan menggunakan uji Fisher
dengan nilai p = 0,503 (p>0,05) maka diketahui bahwa tidak ada hubungan sanitasi
makanan dengan kejadian diare.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kejadian diare tidak hanya
disebabkan oleh faktor sanitasi makanan saja, melainkan juga disebabkan oleh
faktor hygiene perorangan (kebiasaan cuci tangan), faktor infeksi dan faktor psikis.
Hasil penelitian yang dilakukan Hardi, et al., (2012) yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Barang Lompo Kecamatan Ujung Tanah menujukkan bahwa antara
pekerjaan ibu dengan kejadian dire itu tidak ada hubungan yang bermakna. Pada
penelitian ini masih terdapat kelemahan antara lain jumlah sampel penelitian yang
masih terbatas serta tidak diperhatikannya hal-hal lainnya yang mempengaruhi
kejadian diare pada balita. Penelitian ini menggunakan observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional yang mana hasilnya kurang akurat.
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama dilakukan asuhan keperawatan pada tanggal 24 Februari 2020 sampai
24 Februari 2020 pada An. J dengan gangguan Diare dapat diambil kesimpulan
bahwa masalah keperawatan yang di keluhkan pasien belum sepenuhnya teratasi
namun pasien sudah di perbolehkan pulang karena secara umum pasien dalam
kondisi baik dan hanya memerlukan perawatan mandiri dan control sesuai jadwal
yang ditentukan.
Dalam penyusunan asuhaan keperawatan ini penulis memunculkan diagnose
gangguan Diare yang mungkin muncul yaitu rasas nyeri,.
Tindakan keperawatan yang telah di lakukan ialah perawat melakukan observasi
adanya rasa nyeri yang mempengaruhi kondisi pasien, sedangkan tindakan medis
yang di lakukan yaitu melakukan bedah minor pengangkatan katarak mata kiri
pasien.
Evaluasi yang didapatkan dari implementasi yang sudah dilakukan adalah pasien
mengatakan tidak merasa cemas, nyeri dapat berkurang dari skala 6 menjadi 1.
44
B. Saran
a. Institusi Stikes Serulingmas Cilacap
Pembelajaran praktek keperawatan yang sesuai dengan teori perlu di tingkatkan
b. Saran untuk teman sejawat dan profesi
Tingkatkan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan tentang teori dan prosedur
keperawatan penting untuk di lakukan terus supaya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai prosedur dan kebutuhan pasien
c. Saran untuk keluarga pasien
Keluarga melakukan motifasi terhadap pasien agar pasien termotifasi sehingga
mempercepat penyembuhan
45
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI :
Jakarta
IDI. 2014. Bayi Berat Lahir rendah Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Marmi. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Pra sekolah. Yogjakarta : Pustaka
Pelajar
Maryunani. 2009. Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta : TIM
Rukiyah dan Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta : Trans
Info Medika
Saputra. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tangerang Selatan
: Bina Rupa Aksara