Kelompok Kepentingan Dan Partai Politik Gabriel A. Almond
Kelompok Kepentingan Dan Partai Politik Gabriel A. Almond
Kelompok Kepentingan Dan Partai Politik Gabriel A. Almond
GABRIEL A. ALMOND
Kelompok Anomik
Kelompok Non-Assosiasional
Kelompok Institusional
Kelompok Assosiasional
Partai-partai politik yang terorganisir timbul pada akhir abad ke-18 dan abad
ke-19 di Eropa Barat, sebagai buah dari usaha kelompok-kelompok di luar
lingkungan kekuasaan politik untuk bersaing memperebutkan jabatan
pemerintahan dan mengendalikan kebijaksanaan pemerintahan ketiga gerakan-
gerakan kelas menengah dan kelas buruh ini mulai mendesak kelas kelas atas
dan Aristokrat demi partisipasi dalam pembuatan keputusan, kelompok-kelompok
yang menjalankan pemerintahan terpaksa mencari dukungan publik dalam
rangka mempertahankan pengaruh dominan mereka.
Sifat-sifat partai politik saling berbeda besar satu sama lain. Misalnya partai
konservatif Inggris beranggota hampir 3 juta orang, mengorganisir lebih dari 600
cabang yang masing-masing bertanggung jawab untuk berusaha memilih satu
anggota Partai untuk menjadi anggota majelis rendah (House of commons).
Walaupun partai konservatif Inggris itu paling kuat berpengaruh di kalangan kelas
menengah dan atas, ia bukanlah partai "kelas". Seperti partai Republik atau
Demokrat nya Amerika Serikat, ia memperoleh dukungan dari segala jenis
masyarakat -kelas atas, menengah, ataupun buruh; bahasa Inggris,dan Wales; dan
yang beragama maupun tidak beragama.
Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik
Rekrutmen politik
Komunikasi Politik
Artikulasi Kepentingan
Agregasi Kepentingan
Pembuatan Kebijaksanaan
Dalam hal sistem banyak partai, kita membedakan antara sistem dua partai
dengan sistem banyak partai dan perbedaan itu didasarkan atas Pola antagonisme
atau polarisasi mereka. Jumlah partai mempengaruhi kegiatan legislatif dan usaha
membentuk pemerintahan. Tetapi jumlah partai yang besar belum menentukan
penyebab ketidakstabilan pemerintahan. Yang lebih menentukan adalah tingkat
kompetitif dan antagonisme di antara partai-partai yang ada.
ROBERT. D. PUTNAM
3. Secara internal, elite itu bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran
kelompok. Itu bukan merupakan suatu kumpulan individu individu yang saling
terpisah, atau sekedar merupakan penjumlahan orang-orang saja. Tetapi
sebaliknya, seperti halnya anggota anggota klub khusus dan terbatas. Individu-
individu yang ada dalam kelompok elit itu saling mengenal dengan baik, memiliki
latar belakang yang mirip, dan Walaupun mungkin kadang-kadang memiliki
pandangan yang berbeda memiliki nilai-nilai, kesetiaan dan kepentingan yang sama.
Untuk ini ada yang mengatakan kelompok elite itu memiliki "tiga K" yaitu kesadaran
keutuhan dan kebulatan tujuan kelompok.
5. Terakhir, dan karena keempat Hal di atas kelompok elite itu pada
hakekatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapapun di luar kelompoknya
mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya. Semua persoalan politik penting
diselesaikan menurut kepentingan atau tindakan kelompok ini.
Memang sedikit sekali kesepakatan yang ada di antara ahli-ahli ilmu sosial
mengenai definisi elite, tetapi ada dua konsepsi berbeda tentang kekuasaan yang
dianut dalam ilmu sosial maupun dalam bahasa Awam: (1) kekuasaan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu lain, dan (2) kekuasaan sebagai
kemampuan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan kolektif.
Dalam studi tentang elit politik, yang paling tepat adalah mendefinisikan kekuasaan
dalam artian kekuasaan atas hasil. Presiden general Motors, sekretaris jenderal
Partai Komunis Uni Soviet, atau perdana menteri Tanzania, masing-masing menjadi
anggota elit politik bukan karena kemampuannya untuk memerintah bawahannya,
Tetapi lebih banyak karena pengaruhnya terhadap kebijaksanaan nasional. Karena
itu kekuasaan saya Artikan sebagai probabilitas untuk mempengaruhi kebijaksanaan
dan kegiatan negara, (dalam istilah teori sistem) probabilitas untuk mempengaruhi
alokasi nilai-nilai secara otoritatif.
Pertama, kita harus dengan teliti menetapkan ruang lingkup dari kekuasaan,
yaitu Meliputi kegiatan-kegiatan apa dan Berapa luasnya. Kedua, bahkan di
kalangan kelompok yang sangat berkuasa pun, Hanya beberapa saja yang secara
langsung memutuskan kebijaksanaan pemerintah sehingga kita harus membedakan
antara pengaruh yang langsung dan tidak langsung dan yang semu. Ketiga berpuluh
tahun yang lalu Carl J. Friedrich telah menunjukkan segi yang rumit dari hubungan
kekuasaan. Seringkali seorang pembuat keputusan yang paling berkuasa sekalipun
harus memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan reaksi dari aktor aktor lain.
Aktor aktor paling penting dalam suatu sistem politik bisa segera mengetahui
reaksi-reaksi siapa yang harus diperkirakan atau di ketahui lebih dahulu; yang tidak
bisa berbuat secepat itu akan cepat merosot peranannya dalam sistem politik itu.
Karena itu, seringkali kita bisa mengetahui distribusi kekuasaan implisit itu. Dengan
memperhatikan orang-orang mana yang diperhitungkan orang-orang mana yang
diperhitungkan oleh para pembuat keputusan kekuasaan implisit ini jangan
dikerjakan dengan kekuasaan potensial. Kadang-kadang seorang aktor yang
nampak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan tidak
menggunakan pengaruhnya itu.
STRATIFIKASI POLITIK
Dan memang tidak ada sistem politik nasional yang menunjukkan suatu
distribusi kekuasaan yang merata, atau bahkan mendekati pernyataan. Dalam
semua masyarakat yang telah diteliti selama ini terdapat suatu korelasi yang tinggi
diantara variabel variabel berikut ini: minat terhadap politik, pengetahuan dan
pengalaman politik, kecakapan dan sumber daya politik terutama pendidikan,
partisipasi politik, kedudukan politik, dan yang terakhir ini buktinya kurang langsung
kekuasaan politik tanda. Warga negara yang berminat besar terhadap politik
cenderung lebih banyak memiliki pengetahuan tentang masalah-masalah
pemerintahan; mereka yang memiliki lebih banyak sumber-sumber politik, seperti
pendidikan, kekayaan, dan prestise sosial, cenderung lebih berminat dan lebih
berpengetahuan tentang politik, dan mereka yang berminat, berpengetahuan, dan
memiliki sumber-sumber politik lebih mungkin untuk berpartisipasi dengan aktif
dalam kehidupan politik. Dengan demikian kita dapat memandang sistem sistem
politik sebagai terdiri dari lapisan-lapisan, atau dengan kata lain berstratifikasi politik,
seperti kalau para ahli sosiologi berbicara tentang stratifikasi sosial.
MOCHTAR MAS’OED
Menurut Max Weber fungsi-fungsi itu bisa dijalankan oleh serangkaian struktur-
struktur yang disebutnya "birokrasi", yang memiliki karakteristik "ideal" sebagai
berikut:
2 Hierarki wewenang. Ciri khas birokrasi adalah wewenang yang hierarki atau
jenjang. Hierarki itu berbentuk piramid, semakin tinggi suatu jenjang, artinya semakin
besar wewenang, semakin sedikit penghuninya.
II
Pada umumnya ada empat macam sumber kekuasaan birokrasi: 1)
peranannya sebagai personifikasi negara; 2) penguasaan informasi; 3) pemilikan
keahlian teknis; dan 4) status sosial yang tinggi.
MOHTAR MAS’OED
ANALISIS SISTEM
Jadi, secara singkat almond melihat perkembangan politik atau yang sering
disebut dengan pembangunan politik sebagai proses dengan mana suatu sistem
politik memperoleh atau mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi melalui
proses diferensiasi struktural dan sekularisasi kultural.