Hubungan Genetika Lingkungan Dengan Evolusi
Hubungan Genetika Lingkungan Dengan Evolusi
Hubungan Genetika Lingkungan Dengan Evolusi
1. Genetika
Genetika berasal dari bahasa Latin GENOS yang berarti suku bangsa atau
asal-usul. Dengan demikian genetika berarti ilmu yang mempelajari bagaimana sifat
keturunan (hereditas) yang di wariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin
timbul di dalamnya.
Menurut sumber lainnya, genetika berasal dari bahasa Yunani GENNO yang
berarti melahirkan. Dengan demikian genetika adalah ilmu yang mempelajari
berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme
maupun suborganisme (seperti virus dan prion).
Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat atau karakter yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun-temurun. Penurunan
sifat dan karakter itu melalui gen yang terdapat dalam kromosom di dalam inti sel.
Bahan dasar inti sel (nukleus) adalah protein khas yang disebut protein inti atau
nucleoprotein. Nucleoprotein dibangun oleh senyawa protein dan asam inti atau asam
dioksiribo nukleat (DNA) dan Asam Ribo Nukleat (RNA).
2. Lingkungan
Lingkungan adalah istilah yang mencakup segala makhluk hidup dan tak
hidup di alam yang ada dibumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami
tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Lingkungan adalah semua kondisi
didalam dan diluar organisme yang berpengaruh terhadap perilaku kita,
perkembangan atau proses hidup kecuali gen dan bahkan gen dapat dipertimbangkan
untuk menyediakan lingkungan untuk gen lain. Lingkungan terbagi menjadi dua,
yaitu :
a. Lingkungan internal, yang terdiri dari organ dan material dalam diri seseorang,
seperti gizi, vitamin, susu, system urat saraf, motivasi, kemauan, dsb.
b. Lingkungan luar adalah lingkungan alam (natural environment) dapat berupa
orang atau pribadi seseorang, sekumpulan orang seperti keluarga, masyarakat,
teman sepermainan, dan organisasi.
3. Evolusi
Evolusi merupakan kata yang umum dipakai orang untuk menunjuk adanya
perubahan, perkembangan, atau pertumbuhan secara berangsur-angsur. Perubahan
tersebut dapat terjadi karena pengaruh alam atau rekayasa manusia. Teori evolusi
sesungguhnya adalah sebuah hipotesis tentang asal-usul makhluk hidup. Fakta bahwa
banyak jenis makhluk hidup yang ada disaat sekarang, tidak dijumpai pada kehidupan
di masa jutaan bahkan milyaran tahun yang lalu.
Evolusi adalah suatu proses perubahan makhluk hidup secara bertahap dan
membutuhkan waktu yang lama dari bentuk yang sederhana, menjadi bentuk yang
lebih kompleks. Diperlukan waktu jutaan tahun agar perubahan tersebut nampak lebih
jelas.
Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen),
dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar
ganti gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada
bakteria dan hibridisasi pada tanaman. Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara
terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik
pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe
dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya,
simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.
Perbedaan-perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula
sangat samar-samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi yang menentang
beberapa varian dan seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu populasi,
maka komposisi kesehatan dari populasi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu,
sebab sifat dari populasi itu ditentukan oleh induvidu didalamnya. Secara umum
variasi genetik dapat dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi
rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam
Perubahan genetika dapat terjadi secara alami melalui proses seleksi. Proses
seleksi gen terjadi secara alami setiap kali gen bermutasi ketika diturunkan oleh induk
kepala keturunannya. Perubahan genetis pada tumbuhan, hewan dan mikroorganisme
di alam terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang.
Di alam, tumbuhan dan hewan serta mikroorganisme pada umumnya
berkembang biak disertai perubahan genetika secara alami terjadi dalam spesies yang
sama. Rekayasa genetik memungkinkan pemindahan gen dari satu spesies yang lain
dan proses pemindahan gen tersebut memerlukan waktu yang singkat. Perbaikan
tanaman melalui rekayasa genetik didasarkan pada manipulasi molekuler gen-gen
yang relevan dan tersedianya vektor untuk transformasi ke dalam sel tanaman.
Teknologi gen ini telah menawarkan berbagai metode untuk isolasi, manipulasi dan
ekspresi gen-gen tanaman dalam jaringan tertentu pada tingkat yang diinginkan.
Keberhasilan untuk mengintroduksi gen-gen asing ke dalam sel tanaman dan
meregenerasikannya menjadi tanaman hidup dan subur telah menyediakan
kesempatan dalam memodifikasi dan memperbaiki sifat-sifat tanaman. Melalui
teknologi ini memungkinkan manusia mendapatkan organisme yang diinginkan
dengan waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan metode konvensional..
Dalam teori evolusi Darwin, hal yang sangat berpengaruh dalam evolusi
adalah seleksi alam yang secara tidak langsung berhubungan dengan lingkungan.
Lingkungan sebagai tempat hidup mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat
diturunkan dalam populasi.
Seleksi alam dapat mempengaruhi frekuensi suatu sifat yang dapat diturunkan
dalam suatu populasi dalam tiga cara berbeda, tergantung pada fenotipe mana yang
lebih disukai dalam suatu populasi yang beraneka ragam. Ketiga cara seleksi ini
disebut sebagai seleksi penstabilan, seleksi direksional dan seleksi pendifersifikasian.
1. Seleksi penstabilan bekerja terhadap fenotipe ekstrim dan menyukai varian antara
yang lebih umum. Cara seleksi ini mengurangi variasi dan mempertahankan
keadaan yang tetap (Status Quo) pada suatu waktu tertentu untuk suatu sifat
fenotipik khusus
2. Seleksi direksional paling umum ditemukan selama periode perubahan
lingkungan atau ketika anggota suatu populasi termigrasi ke beberapa habitat baru
dengan keadaan lingkungan yang berbeda.
3. Seleksi endiversifikasian terjadi ketika keadaan lingkungan bervariasi sehingga
individu pada kedua ekstrim suatu kisaran fenotipe antara lebih disukai.
Mengenai seleksi alam, yang harus diketahui adalah bahwa seleksi alam hanya
akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat diwariskan. Seperti yang
telah kita lihat, suatu organisme bisa dimodifikasi melalui hal-hal yang dialaminya
sendiri selama masa hidupnya, dan ciri yang didapatkan seperti itu bahkan mungkin
lebih mengadaptasikan organisme tersebut dengan lingkungannya, tetapi tidak ada
bukti bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat yang didapat selama masa hidup itu dapat
diwariskan. Kita harus membedakan antara adaptasi yang didapatkan oleh organisme
melalui tindakannya sendiri dan adaptasi yang diwariskan yang berkembang dalam
suatu populasi selama beberapa generasi sebagai akibat dari seleksi alam.
Contoh kerja seleksi alam dapat dilihat dalam adaptasi evolusioner burung
finch Galapagos terhadap sumber makanan yang berbeda. Selama lebih dari 20 tahun,
Peter dan Rosemary Grant dari Princeton University telah mempelajari populasi
burung frinch darat berukuran sedang di Daphne Major (sebuah pulau kecil di
Galapagos). Burung-burung tersebut menggunakan paruhnya yang kuat untuk
menghancurkan biji-bijian. Burung-burung tersebut lebih senang memakan biji kecil,
yang dihasilkan secara berlimpah oleh spesies tumbuhan tertentu selama tahun-tahun
yang banyak curah hujannya. Pada tahun-tahun kering, biji-bijian itu berkurang
produksinya dan burung finch terpaksa memakan biji-bijian kecil dan yang lebih besar
yang jauh lebih sulit untuk dihancurkan. Ternyata keluarga Grant menemukan bahwa
ketebalan rata-rata paruh (atas dan bawah) pada populasi burung finch berubah seiring
dengan perubahan tahun.
Tanaman transgenik adalah tanaman hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau
sejumlah gen (transgene) yang merupakan salah satu kemajuan bioteknologi yaitu
Genetically modified Organism (GMO), untuk mengatasi masalah pangan, kesehatan
dan kualitas hidup. Tanaman transgenik dihasilkan dengan cara mengintroduksikan
gen tertentu ke dalam tubuh tanaman, sehingga diperoleh sifat yang diinginkan. Jenis-
jenis tanaman transgenik yang telah dikenal diantaranya tanaman tahan hama, toleran
herbisida, tahan antibiotik, tanaman dengan kualitas nutrisi lebih baik, serta tanaman
dengan produktivitas yang lebih tinggi
Kajian evolusi secara genetika dan biologi melekuler dinilai sangat perlu
dalam menerangkan proses evolusi. Selain itu semua sifat yang dimiliki oleh suatu
organisme dapat digunakan untuk menunjang teori evolusi. Dengan demikian semua
bidang ilmu biologi digunakan dalam menerangkan evolusi suatu organisme.
Menurut para penganut Neo Darwinisme, saat ini permasalahan mutasi masih
menjadi kebuntuan besar bagi Darwinisme. Meskipun teori seleksi alam menganggap
mutasi sebagai satu-satunya sumber dari perubahan menguntungkan, tidak ada mutasi
dalam bentuk apapun yang teramati dan benar-benar menguntungkan yang
memperbaiki informasi genetik.
Satu kebuntuan lain bagi Neo Darwinisme adalah catatan fosil. Bahkan pada
masa Darwin, fosil telah menjadi hambatan bagi teorinya. Darwin sendiri mengakui
tidak adanya fosil spesies peralihan. Darwin juga meramalkan bahwa penelitian
selanjutnya akan menyediakan bukti atas bentuk peralihan yang hilang ini.
ISI
Saat buku yang ditulis oleh Darwin berjudul The Origin of Spesies meluap di
penjuru dunia, seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan
hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang
hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun
1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen
dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA
yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis.
Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan
mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Teori Neo Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah
ditemukan di belahan dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yang diasumsikan
teori Neo Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies
primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan
bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-
ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek
moyang dan keturunannya.
Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an.
Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay
Gould, sangat sadar bahwa pernyataan Neo Darwinis telah diruntuhkan oleh catatan
fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi
bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang
Neo Darwinis senantiasa berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari
akan ditemukan. Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar,
namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena
itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut punctuated
equilibrium. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil
dari variasi minor, namun dalam perubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang
ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould,
menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur reptil, sebagai “mutasi
besar-besaran” (gross mutation). Menurut teori tersebut, seekor binatang darat dapat
menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluruh secara tiba-tiba.
Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan hukum-hukum genetika, biofisika
dan biokimia. Dalam ketidakberdayaan karena pandangan Neo Darwinis terpuruk
dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru
yang bahkan lebih ganjil daripada Neo Darwinisme itu sendiri.
Lebih jauh lagi, model punctuated equilibrium runtuh sejak pertama kali
muncul karena ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal usul
kehidupan, pertanyaan serupa yang menggugurkan model Neo Darwinis sejak awal.
Karena tidak satu protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai
apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara
“tiba-tiba” atau “bertahap” tidak masuk akal.