Flavonoid
Flavonoid
Flavonoid
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman merupakan sumber kekayaan yang potensial di Indonesia. Salah satu manfaat yang dapat
diambil dari tanaman adalah khasiat sebagai obat dari bagian tanaman seperti daun, bunga, biji atau buah,
kulit pohon dan akar. Penelitian tentang aplikasi tanaman obat di Indonesia masih sangat terbatas
dibandingkan negara lain. Sebagian besar masyarakat mengenal bentuk racikan obat yang berasal dari
tanaman sebagai jamu (Gholib, 2009). Salah satu contoh tanaman yang dapat dimanfaatkan yaitu kencur.
Bagian tanaman kencur yang dimanfaatkan adalah rimpangnya. Kencur (Kaempferia galanga L.)
termasuk dalam kelas monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae dan marga
Kaempferia. Rimpang kencur telah dikenal luas dimasyarakat baik sebagai bumbu makanan maupun
untuk pengobatan, diantaranya untuk mengobati batuk, mual, bengkak, bisul dan antitoksin seperti dalam
kasus keracunan tempe bongkrek dan jamur. Selain itu, minuman beras kencur berkhasiat untuk
menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk angin dan kelelahan; dengan dicampur minyak
kelapa, dapat digunakan untuk mengurut kaki yang keseleo atau mengencangkan urat kaki.
Penelitian tentang kencur telah banyak dilakukan untuk membuktikan manfaat penggunaan kencur
secara empiris dan untuk megetahui komponen atau zat aktif yang terkandung didalamnya. Berdasarkan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan, kencur memiliki aktivitas antiinflamasi serta memiliki daya
hambat terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans jamur penyebab penyakit
kurap pada kulit dan penyakit paru. Komponen senyawa yang terdapat di dalamnya antara lain flavonoid,
polifenol, tanin, steroid, dan minyak atsiri.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar,mengandung 15 atom karbon
dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang
dihubungkan oleh satuantiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.
Flavonoidsering terdapat sebagai glikosida. Flavonoid merupakan kandungan khastumbuhan hijau
yang terdapat pada bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu,kulit, tepung sari, bunga, buah dan
biji. Flavonoid bersifat polar karenamengandung sejumlah hidroksil yang tidak terikat bebas atau
suatu gula(Markham 1988 dalam Silaban 2010). Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan, terikat
pada gula sebagaiglikosida dan aglikon flavonoid yang mana pun,mungkin saja terdapat dalam
satutumbuhan dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida. Menurut strukturnya,semua flavonoid
merupakan turunan senyawa induk flavon yang terdapat pada tumbuhan berupa tepung putih dan
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Golongan flavonoid dibagi menjadi 10 kelas, yaitu antosianin,
proantosianidin,flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan
isoflavon(Harborne 1987).
2.2 Analisa Kualitatif
Pemisahan senyawa flavonoid menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara
sederhana untuk pemisahan senyawa flavonoid berdasarkan perbedaan distribusi fasa diam dan fasa
gerak sehingga akan didapatkan fraksi aktif senyawa flavonoid (Gandjar dan Rohman, 2007).
Eluen-eluen yang digunakan untuk memisahkan senyawa flavonoid adalah butanol-asam asetat-
air (3 : 1 : 1) (Marliana, dkk., 2005) menghasilkan bercak biru, metanol-kloroform (1 : 39) dan (1 : 9)
(Milyasari, 2011) menghasilkan bercak lembayung gelap, fase gerak petroleum eter-etil asetat (5 : 1)
menghasilkan bercak coklat-merah dan fase gerak kloroform-metanol-air (9,7 : 0,2 : 0,1) (Fitriani,
2011) menghasilkan bercak kuning setelah disemprot penampak bercak ammonia.
METODELOGI PERCOBAAN
3.2.2 Alat
Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini yakni tabung reaksi, kertas saring, toples, plat
silika gel dan spektrofotometer uv-vis.
Hasil
Disemprot amonia
Dikeringkan
HASIL PERCOBAAN
UJI KUALITATIF
NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1. Sampel 3 ml diuapkan dan dicuci dengan n- Terbentuk dua lapisan, lapisan bagian bawah
heksana (residu) diambil
2. Residu yang sudah diambil ditambah dengan Larutan berubah warna menjadi sedikit kuning
20 ml etanol, lalu disaring dan dibagi
filtratnya menjadi empat bagian (A, B, C, D)
3. Filtrat A sebagai blanko
4. Filtrat B ditambahkan 0,5 ml HCL pekat, Terjadi perubahan menjadi merah kecoklatan
kemudian dipanaskan pada penangas air
5. Filtrat C ditambah dengan 0,5 ml HCL dan Terjadi perubahan menjadi abu dan terdapan
logam Zn endapan
6. Filtrat D digunakan untuk uji KLT
ANALISIS SENYAWA FLAVONOID MENGGUNAKAN KLT
1. Filtrat D pada skrining fitokimia ditotolkan
pada plat silika gel
2. Plat KLT yang sudah disiapkan dielusi
dengan butanol : asam asetat : air (3 : 1 : 1),
lalu dikeringkan dan diamati pada cahaya
tampak uv 254 nm dan 366 nm
3. Kemudian plat KLT disemprot dengan Tidak terdapat warna kuning dengan nilai Rf
ammonia, lalu dikeringkan dan diamati sebesar 0,83
kembali pada cahaya tampak uv 254 nm dan
366 nm. Apabila terdapat warna kuning
menunjukkan bahwa ekstrak kencur
mengandung flavonoid.
BAB V
PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu heksana yang berfungsi untuk mencuci
ekstrak yang telah diuapkan, etanol digunakan sebagai pelarut, HCL pekat digunakan sebagai reagen pada
metode Bate Smith-Metchalf, HCL dan logam Zn digunakan sebagai reagen pada metode Wilstater.
Butanol, asam asetat, dan air digunakan sebagai eluen, serta ammonia digunakan sebagai penampak noda
hasil positif (+) flavonoid.
Uji golongan flavonoid dilakukan untuk mengetahui keberadaan senyawa flavonoid dalam
ekstrak. Untuk uji kualitatif golongan flavonoid ini, langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan
mengambil dan menimbang 3 ml sampel (ekstrak kencur) hal ini bertujuan untuk mengetahui
bobot/volume yang digunakan dalam pengujian. Kemudian dicuci dengan heksana, hal ini dimaksudkan
karena heksana diguanakan sebagai penjernih atau pencuci sampel. Lalu ditambahkan 20 ml etanol yang
dimaksudkan sebagai pelarut. Terakhir filtrate yang didapat dibagi menjadi 4 bagian (tabung reaksi A, B,
C, D) yang bertujuan untuk filtrat yang akan diuji dengan penambahan reagen.
Tabung rekasi A digunakan sebagai blanko, hal ini dimaksudkan untuk larutan pembanding pada
uji yang lain. Pada tabung reaksi B ditambahkan 0,5 ml HCL pekat kemudian dipanaskan, penambahan
HCL pekat dimaksudkan untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil, sedangakan pemanasan bertujuan untuk melarutkan ekstrak. Perubahan warna
merah tua menunjukkan hasil positif (+) (Metode Bate Smith-Metchalf).
Pada tabung C ditambahkan 0,5 ml HCL dan logam Zn, hal ini dimaksudkan sebagai reagen yang
diharapkan menunjukkan perubahan warna. Hasil positif (+) ditunjukkan dengan warna merah sampai
jingga pada senyawa flavon, merah tua pada senyawa flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru
pada senyawa aglikon atau glikosida. Pada tabung D filtrat digunakan untuk uji KLT, hal ini
dimaksudkan agar mengetahui kandungan senyawa dari sampel berdasarkan Rf nya serta warna setelah
disemprotkan dengan penampak noda (amonia).
Filtrat D digunakan, kemudian ditotolkan pada plat silica gel, hal ini dimaksudkan agar silika gel
mampu mengikat senyawa yang akan diketahui. Kemudian plat dielusi dengan butanol : asam asetat : air
(3 : 1 : 1) sebagai fase gerak yang mampu membentuk fraksi yang kita harapkan untuk terlihat nodanya.
Serta dilakukan penyemprotan dengan ammonia yang dimaksudkan sebagai penampak noda. Hasil positif
(+) ditunjukkan dengan adanya warna kuning.
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak
ditemukan didalam jaringan tanaman (Rajalakshmi, 1985). Flavonoid berperan sebagai antioksidan
dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya melekat (mengkelat logam),
berada dalam bentuk glikosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang
disebut aglikon (Cuppet, 1954)
Dari hasil praktikum yang sudah kami lakukan maka dapat dianalisa yaitu ketika filtrate diuji
dengan metode Metode Bate Smith-Metchalf menggunakan reagen 0,5 ml HCL pekat menghasilkan
larutan berwarna merah kecoklatan, hal ini sesuai dengan apa yang ada diliteratur , menurut (Boud, 2014)
flavonoid yang teredukasi dengan HCL dapat memberikan warna merah. Hal ini dikarenakan flavonoid
terhidrolisis menjadi aglikonnya, yaitu menghidrolisis O-glikosil. Sedangkan pada pengujian
menggunakan metode Wilstater dengan penambahan reagen 0,5 ml HCL dan logam Zn menghasilkan
warna abu-abu serta endapan dari logam Zn yang tidak larut. Hal ini berbeda dengan apa yang ada
diliteratur, bahwasannya diliteratur mengatakan jika positif mengandung golongan senyawa flavonoid
dengan senyawa flavon menunjukkan warna merah sampai jingga, warna merah tua diberikan oleh
flavonol atau flavonon, serta warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau glikosida (Boud, 2014).
Perbedaan hasil yang kami peroleh dimungkinkan karena adanya pergantian reagen logam Mg ke logam
Zn sehingga tidak menunjukkan hasil positif (+) senyawa golongan flavonoid. Karena diliteratur pula
mengatakan (Marliana, 2005). Hasil pengujian fitokimia menunjukkan ekstrak etanol 80% dan fraksi
kloroform mengandung flavonoid yang ditandai dengan adanya warna jingga.
Pada analisis senyawa flavonoid menggunakan KLT hal ini diharapkan mampu memisahkan
flavonoid yang terdapat dalam ekstrak kencur. Dari hasil praktikum yang sudah kami lakukan dapat
dianalisa yaitu yang telah ditotolkan pada silika gel dan dielusi dengan butanol : asam asetat : air (3 : 1 :
1), kemudian disemprot dengan penampak noda ammonia dan diamati dibawah sinar UV 254 nm dan 366
nm menunjukkan hasil tidak adanya (-) warna kuning pada plat KLT.
Hasil yang kami peroleh berbeda dengan apa yang ada diliteratur, menurut (Markham, 1988),
senyawa flavonoid menunjukkan warna hijau atau kuning. Menurut (Umar, 2011) pula, mengatakan
adanya warna kuning ketika disemprot dengan ammonia menunjukkan adanya flavonoid. Sedangkan Rf
yang kami dapatkan yaitu 0,86. Jika dibandingkan dengan literatur Rf yang kami dapatkan berbeda. Pada
jurnal penelitian “identifikasi golongan senyawa flavonoid dan uji aktivitas antioksidan pada ekstrak
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)” didapatkan hasil dengan panjang gelombang 366 nm, sebagi
berikut :
(Latifah, 2013)
Perbedaan hasil yang kami peroleh dimungkinkan karena adanya permasalahan diantaranya
proses ekstraksi yang menyebabkan salah satu kandungan dari ekstrak rimpang kencur yaitu flavonoid
menjadi terhidrolisis. Pengambilan sampel dan penambahan reagen kurang tepat, reagen yang sudah
terkontaminasi, serta pengamatan atau human eror. Karena menurut (Fitriyani, 2009) kandungan kencur
yaitu alkaloid, flavonoid, steroid, dan kuinon. Sedangkan hasil skrining fitokimia ekstrak rimpang kencur
adalah flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, metoterpen, sekuiterpen, steroid (Hasanah, 2011).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang sudah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada uji kualitatif
menggunakan pencuci heksana dan pelarut 20ml etanol didapatkan hasil larutan yang terpisah menjadi
dua lapisan dan warna berubah menjadi agak kuning. Sedangkan pada pengujian menggunakan 2 (dua)
metode yaitu Metode Bate Smith-Metchalf dengan penambahan reagen reagen 0,5 ml HCL pekat
menghasilkan warna merah tua kecoklatan (+) sedangkan pada metode Wilstater dengan penambahan
reagen 0,5 ml HCL dan logam Zn menghasilkan larutan yang keruh dengan adanya endapan abu-abu (-).
Dan analisis menggunakan KLT dengan eluen butanol : asam asetat : air (3: 1 : 1) dengan penembak noda
ammonia menghasilkan (-) flavonoid tidak menunjukkan warna kuning, dengan Rf yang didapat yaitu
0,83.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid I-IV. DEPKES RI. Jakarta.
Gholib, Djaenudin. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap
Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap
Pada Kulit dan Penyakit Paru. Bul. Littro, Vol. 20 No. 1, 59-67: Bogor.
Hasanah, A.N, dkk. 2011. Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Jurnal Matematika dan Sains, Vol. 16 No. 3: Bandung.
Hudha, M.I, dkk. 2013. Minyak Kencur Dari Rimpang Kencur Dengan Variabel Jumlah Pelarut Dan
Waktu Maserasi. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 8 No. 1: Malang.
Sudarsono, dkk,. 2006. Tumbuhan Obat. Pusat Penelitian Obat Tradisional UGM. Yogyakarta.