LP Hidronefrosis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HIDRONEFROSIS

Disusun Oleh :
Nama : Ani Muflihah
NIM : 1908006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN PELAJARAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN HIDRONEFROSIS

A. Definisi

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran
kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat
pada parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.

Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan


kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap
gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif,
tetapi dalam beberapa kasus, seperti mega ureter sekunder untuk refluks pra lahir,
sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif
Muttaqin dan Kumala Sari, 2012). Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang
dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan
ginjal (Gibson, 2003).
B. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureter
opelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu
tinggi 
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah;
c. Batu di dalam pelvis renalis;
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, dan tumor

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah


sambungan uretero pelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:

a. Batu di dalam ureter


b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim
menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun
sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. 

Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi
otot ritmis yang secara nomal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan
fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding
ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.

C. Patofisiologi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi
dapat diakibatkanoleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat
abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat
sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah,
yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia, penyebab tersering
adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat.
Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan
kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar
secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer 
dan Bare, 2002).
D. Klasifikasi
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk
Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi
ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
e. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan
korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya
atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
E. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan
terjadi disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri
dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal
ginjal kronik akan muncul, seperti:

1)      Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).


2)      Gagal jantung kongestif.
3)      Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4)      Pruritis (gatal kulit).
5)      Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6)      Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7)      Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya
(smeltzer dan Bare, 2002):

1)      Aliran urin berkurang


2)      Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan
3)       Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4)      Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5)      Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6)      Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7)      Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap:
leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis
bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan
kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam
kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada
pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk
menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah
yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4. CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung
kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
G. Komplikasi
Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:
a. Sepsis
b. Hipertensi renovaskuler
c. Nefropati obstruktif
d. Pielonefritis
e. Ileus paralitik
H. Penatalaksanaan Medis
a. Hidronefrosis Akut
1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang di masukkan melalui kulit)
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu 
b. Hidronefrosis Kronik
1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan
dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya 
kembali di sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a. terapi hormonal untuk kanker prostat
b. pembedahan
c. pelebaran uretra dengan dilator
I. Pengkajian                           
1. Identitas Klien
a. Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
b. Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi
pada orang dewasa)
c. Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada
pria lansia  penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa
terjadi akibat pembesaran uterus)
d. Agama
e. Pendidikan
f. Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien
menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya
banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine)
g. Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus
pinggang
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal,
tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri
panggul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter,
diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
d. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise) 
2) Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas,
marah)
3) Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
4) Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah)
5) Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan)
6) Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran
seperti biasa)
7) Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
8) Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit      : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang, palpasi turgor
cukup
2) Kepala   : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
3) Mata      : Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya (+/+)
4) Telinga  : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5) Hidung  : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6) Mulut    : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7) Leher     : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8) Thorax :
a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler
seluruh lapang  paru, tidak ada suara tambahan.
c. Abdomen :

I: Perut datar, tidak ada benjolan


A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan
hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut
kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung
pada kandung kemih yang teraba jelas menambah bukti bahwa adanya
obstruksi saluran kemih.

9) Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema
(-), tonus otot cukup.
5. Pemeriksaan penunjang

a.       Laboratorium

1. Urinalisis :  Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik


dapat menunjukkan adanya batu atau tumor, Volumenya  <400 ml/ hari
dalam 24-28jam  setelah ginjal  rusak, Warna urin Kotor, terdapat
sedimen kecoklatan yang  menunjukkan adanya darah, mioglobin, dan
porfirin.
2. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut.
3. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
b. Radio diagnostik
1. USG abdomen
Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan
hidronefrosis.
2. IVP
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
3. Renogram / RPG
4. Poto thorax
5. ECG : untuk mengetahui adanya perubahan elektrolit dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung
J. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DO : Agen cedera biologis Nyeri Akut
-          Klien tampak meringis
-          Pernafasan klien cepat
-          Tamnpak gelisah
-          Skala nyeri klien 8
DS :
-     Klien mengatakan nyeri di
bagian pinggang
2 DO : obstruksi anatomik Gangguan
-        Urin  klien kurang dari 400 Eliminasi Urin
ml/ hari dalam 24-28jam
-         Warna urin klien kotor
(coklat)
DO :
-          Klien mengatakan urinnya
yang keluar sedikit
3 DO : Asupan diet kurang Ketidakseimbangan
-          Nafas klien berbau ammonia nutrisi kurang dari
-          Klien hanya menghabiskan
makan ¼ porsi kebutuhan tubuh
-        BB klien menurun dari 69
menjadi 50
DS :
-         Klien mengatakan tidak mau
makan
-         Klien merasa mual muntah
4 DO : Imunologi Resiko infeksi
-          Suhu Badan klien 37,90C
-          Hasil pemeriksaan lab
darah : peningkatan leukosit,
keratin menurun
-        Diagnose Hidronefrosis
DS:
-          Klien merasa demam
-        Klien merasa lemas dan
lemah

K. Diagnosa
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunologi
L. Intervensi

diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi


hasil
Nyeri akut b/d NOC : NIC :
a.       Pain level a. Lakukan pengkajian nyeri secara
Peningkatan
b.      Pain control komprehensif termasuk lokasi,
jumlah volume KH : karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Mampu kulitas, dan factor presipitasi
urin pada ginjal
mengontrol b. Observasi reaksi nonverbal
nyeri c. Kaji kultur yang mempengaruhi
2. Melaporkan nyeri
bahwa nyeri d. Evaluasi pengalaman nyeri masa
berkurang lampau
dgn e. Control lingkungan yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri
manajemen f. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri g. Berikan analgetik
3. Mampu b. Lakukan pengobatan non
mengenali farmakologik
nyeri
4. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
Gangguan pola NOC NIC:
a)      urinary a. Memenatau asupan dan keluaran
eliminasi urin b/d
elimination b. Memntau tingkat distensi kandung
perubahan jumlah b)      urinary kemih dengan palpasi dan perkusi
continuece c. meransang reflex kandung kemih
urin
kriteria hasil: d. Masukan kateter kemih
1. intake cairan e. Menyediakan penghapusan privasi
dalam rentang
normal
2. kantung kemih
secara penuh
3. tdak ada residu
urine > 100-200cc
4. balance cairan
seimbang
Intoleransi NOC NIC
aktifitas b/d a.      alergiy conservation A Energy management
b.      self care: ADL (a) Obserpasi  adanya
penurunan Kriteria hasil: batasan klien dalam
beraktivitas
aktivitas a. Berpartisipasi
(b) kaji adnya faktor yang
dalam aktivitas menyebabbkan kelelahan
fisik tanpa (c) monitor nutrisi dan
disertai sumber energi yang
peningkatan adekuat
tekanan darah (d) monitor akan adanya
nadi dan kelelahan fisik dan emosi
pernafasan secara berlebih
b. Mampu b. Activity terapy
melakukan (a) bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas sehari-
aktivitas yang mampu
hari dilakukan
(b) bantu untuk memilih
aktivitas konsisiten yang
sesuai dengan kemamuan
fisik dan psikologis
(c) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
(d) Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
program terapi yang
tepat
Ketidakseimbang NIC NIC
a)      Nutritional Nutrition management
an nutrisi kurang
status: food and fluid (a) kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan intake (b) kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
tubuh b/d
KH: dibutuhkan
anoreksia, mual, a. adanya (c) yakinkan diet yang dimakan
peningkatan mengandung tinggi serat
muntah
berat badan (d) monitor jumlah nutrisi dan
sesuai dengan kandungan kalori
tujuan Nutrition monitring
b. mampu (a) berikan informasi tentang
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
kebutuhan (b) kalaborosi dengan ahli gizi
nutrisi untuk menentukan jumlah kalori
c. adanya dan nutrisi yang dibutuhkan
keinginan untuk pasien
makan (c) BB pasien dalam batas normal
d. yakinkan diet (d) monitor adanya penurunan berat
yang dimakan badan
klien (e) onitor lingkungan selama makan
(f) monitor mual dan muntah
mengandung
(g) Monitor kalori dan intake nutrisi
tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Resiko infeksi NOC NIC
a.      Risk control Infection Control
berhubungan
Knowledge (a) Pertahankan teknik aseptik’
dengan depresi Kriteria Hasil : (b) Cuci tangan setiap sebelum dan
a. Identifikasi sesudah tindakan keperawatan
pertahanan
risiko infeksi (c) Gunakan baju, sarung tangan
imunologi b. Menjaga sebagai alat perlindung
kebersihan (d) Gunakan kateter intermiten
sekunder
lingkungan untuk menurunkan infeksi
terhadap uremia c. Menggunakan kandung kemih
universal (e) Tingkatkan intake nutrisi
precaution (a) Kolaborasi : Berikan terapi
dalam antibiotik
melakukan
tindakan
keperawatan
d. Melakukan
strategi control
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn E, dkk. 2010. Nursing Care Plans. Ed. 8. USA : Davis Plus

Mitchell. 2006. Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono. Jakarta: EGC

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.

Manski, Dr.med. Dirk. 2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract Obstruction.


Available from : URL : http://www.urology-textbook.com/hydronephrosis.html 

Medkes. 2013. ESWL. Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi. Availabe from : URL
: http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html 

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8.

Anda mungkin juga menyukai