LP Hidronefrosis
LP Hidronefrosis
LP Hidronefrosis
Disusun Oleh :
Nama : Ani Muflihah
NIM : 1908006
A. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran
kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat
pada parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi
otot ritmis yang secara nomal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan
fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding
ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.
C. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi
dapat diakibatkanoleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat
abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat
sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah,
yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia, penyebab tersering
adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat.
Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan
kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar
secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer
dan Bare, 2002).
D. Klasifikasi
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk
Blunting alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi
ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
e. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan
korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya
atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.
E. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan
terjadi disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri
dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal
ginjal kronik akan muncul, seperti:
9) Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema
(-), tonus otot cukup.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
K. Diagnosa
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunologi
L. Intervensi
Doenges, Marilyn E, dkk. 2010. Nursing Care Plans. Ed. 8. USA : Davis Plus
Mitchell. 2006. Buku Saku Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono. Jakarta: EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Medkes. 2013. ESWL. Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi. Availabe from : URL
: http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8.