Imser 2
Imser 2
Imser 2
Beberapa merk kit reagen ICT dapat digunakan untuk mendeteksi hormon hCG (
human Chrorionic Gonadotropin) dalam urin secara kualitatif dengan metode
imunokromatografi yang cepat dan sensitif guna membantu diagnosa kehamilan lebih dini.
Hormon hCG merupakan suatu substansi protein pada wanita yang diproduksi segera setelah
terjadinya fertilisasi ( pembuahan). Hormon ini dibentuk oleh trofoblast dan akan
meningkat pada hari
9-12 sejak ovulasi. Pada kehamilan dini kadar hCG pada kadar 0.1 IU/mL dan meningkat
mencapai puncak pada hari 60-70 kehamilan. Penetapan kadar hCG dalm urin berfungsi
sebagai indikator kehamilan. Selain itu hCG berfungsi dalam mempertahankan korpus luteum
( merupakan jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron). Progesteron berfungsi
untuk memelihara dan mempertahankan proses kehamilan.
Prinsip
Strip merupakan bantalan penyerap specimen, membran dan bantalan penyerap sisa
reaksi. Bantalan penyerap specimen mengandung antibodi monoclonal Mouse- anti hCG
yang dikonjugasi dengan zat warna Colloidal Gold. Zona test pada daerah membran diikat
dengan antibodi Goat anti hCG dan zona kontrol dengan Goat anti mouse IgG.
Selama proses berlangsung, specimen urin dihisap oleh bantalan penyerap specimen
dan dan mengalir melewati daerah membrane sampai mencapai bantalan penyerap sisa
rekasi dengan gaya kapiler. Di dalam bantalan penyerap specimen , hCG dalam specimen
urin akan diikat oleh gold conjugate, membentuk kompleks kemudian bergerak menuju
daerah membran. Antibodi Goat anti-hCG, yang terikat pada zona test akan menangkap
kompleks tersebut, membentuk sebuah garis berwarna merah muda yang menunjukkan
adanya hCG dalam specimen urin. Tidak terbentuknya garis pada zona tes tersebut
menunjukkan tidak terdeteksinya hCG dalam specimen urin. Sebuah garis berwarna
merahmuda yang tampak pada zona kontrol memastikan bahwa Pregna strip berfungsi baik.
Keterangan :
1. Tempat untuk mencelupkan specimen
2. Bagian yang ditempeli dengan conjugate
3. Bagian untuk mendeteksi conjugate
4. Membran nitroselulosa
5. Garis tes dan garis kontrol
6. Bantalan penyerap
7. Plastik penyerap di bagian bawah strip.
Alat yang dibutuhkan namun tidak tersedia dalam kit yaitu wadah penampung urin.
Peringatan
1. Strip hanya digunakan untuk pemeriksaan invitro
2. Strip yang sudah kadaluarsa tidak boleh digunakan.
3. Strip disimpan pada suhu 4-280C , namun pada saat pemeriksaan suhunya harus sama
dengan suhu ruang (20-300C)
4. Jangan membuka pembungkus pregna strip sebelum tes siap untuk dilakukan.
Prosedur pengujian
1. Buka pembungkus Strip
2. Celupkan strip ke dalam wadah yang berisi specimen urin sampai tanda batas garis
maksimum di bawah tanda panah.
3. Biarkan urin mengalir membasahi seluruh permukaan membran (30-60 detik) kemudian
letakkan strip pada permukaan yang datar dan tunggu selama 2 menit untuk membaca
hasil tes.
Pembacaan hasil
Jangan membaca hasil tes lebih dari 3 menit dari waktu pengetesan.
1. Positif : muncul warna merah muda pada garis tes dan garis kontrol. Hasil ini
menunjukkan positif hamil atau konsentrasi hCG dalam specimen urin yang diperiksa
sama atau lebih besar dari batas sensitivitas tes ( ≥ 25 mIU/mL)
2. Negatif : tidak muncul warna pada tes.
3. Invalid: tidak tampak garis merah pada zona tes atau zona kontrol atau hanya muncul
warna merah muda di garis tes. Kemungkinan petunjuk pemakaian tidak diikuti dengan
baik atau strip tidak berfungsi baik. Dalam hal ini specimen harus diulang pemeriksaan
menggunakan strip yang baru.
Karakteristik tes
Sensitivitas :
Pregna strip dapat mendeteksi hCG dalam urin pada konsentrasi ≥ 25 mIU/mL.
Pengujian sensitivitas hCG dilakukan pada konsentrasi lebih rendah dengan cara
menambahkan hCG hingga konsentarsi 0,20,25,50 dan 100 mIU/mL ke dalam masing-
masing specimen urin dari
60 wanita yang tidak hamil. Total specimen urin yang digunakan untuk pengujian sensitivitas
adalah 300 dan dari hasil tes tersebut didapat seperti tabel di bawah ini :
hCG yang
ditambahkan ke Hasil dari 60 spesimen yang dites
dalam specimen urin Positif Meragukan Negatif
wanita yang tidak
hamil (mIU/ml)
0 0 0 60
20 0 3 57
25 60 0 0
50 60 0 0
100 60 0 0
Spesifisitas
Spesifisitas Pregna strip ditentukan dengan cara mempelajari reaksi silang terhadap hL
( Luteinizing hormone), hFSH ( Follicle Stimulating Hormone) dan hTSH ( Thyroid Stimulating
Hormon). Hasil tes negative pada konsentrasi hLH 200 mIU/mL, hFSH dan hTSH 1000
mIU/mL.
Pendahuluan
Pemeriksaan NS1 Ag Dengue digunakan bila muncul gejala klinis berupa demam pada
hari ke 1-9. Tetapi pada hari ke 5 timbul pada umumnya mulai terbentuk IgM yang mungkin
dapat menghambat reaksi. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi virus dengue paling baik pada
hari ke 1-4. Setelah hari ke 4 kadar NS1 antigen akan menurun dan akan hilang pada hari ke
9. Apabila pengambilan dilakukan setelah munculnya antibodi maka kadar virus dengue akan
menurun. Diperlukan ketepataan dalam pemilihan waktu dan jenis pemeriksaan.
Prinsip :
Pada SD Bioline Dengue NS1 Antigen test dilapisi oleh 2 garis yaitu garis Test dan garis
Kontrol. Garis tersebut belum dapat terlihat jika belum ditambahkan oleh sampel. Garis pada
kontrol harus selalu muncul, hal itu menunjukkan bahwa prosedur tes dilakukan dengan
benar (valid). Dengue NS1 antigen dapat mendeteksi antigen NS1 virus dengue dalam serum,
plasma atau whole blood dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Interpretasi hasil :
Negatif : tidak muncul warna merah muda pada garis pada tes dan dinyatakan valid
bila pada garis pada kontrol berwarna merah muda.
Positif : garis tes berwarna merah muda dan dinyatakan valid bila pada garis pada
kontrol berwarna merah muda.
Invalid : Bila tidak muncul warna merah muda pada garis pada kontrol
Contoh hasil positif : Adanya garis berwarna merah muda pada tes dan garis kontrol sebagai
validasi reagen.
C. PEMERIKSAAN HBsAg
Hepatitis B adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), yang
mempengaruhi sekitar 5% populasi manusia di berbagai wilayah. Penyakit ini bisa terlihat
tidak ada gejala, akut (dengan kasus hepatitis fulminan dan kematian), atau hepatitis kronis
dengan kemungkinan degenerasi menjadi sirosis dan atau karsinoma hepatoselular dan
kematian.
Penyakit ini biasa menular melalui pertukaran cairan tubuh antara individu sehat dan
yang terinfeksi. Cara penularan bisa melalui jalur parenteral (serum yang terinfeksi, olahan
darah, transfuse darah, dll), atau non parenteral (saliva, air mata, keringat, urin, semen, luka
di kulit, dll).
Sejak ditemukannya antigen Australia oleh Blumberg tahun 1965, banyak penelitian
dilakukan mengenai antigen ini dan hubungannya dengan penyakit hati. Saat ini antigen
tersebut dikenal dengan Hepatitis B surface Antigen ( HBsAg), yaitu suatu partikel yang
merupakan lapisan permukaaan virus hepatitis B. Hoofnagle yang mengutip Dane
menggambarkan virus hepatitis B sebagai partikel Dane yang terdiri atas inti yang disebut
Hepatitis B core antigen ( HBcAg) dan suatu komponen yang melapisi permukaannya yang
disebut HBsAg. Di dalam darah terdapat lebih banyak HBsAg yang bebas daripada partikel
Dane sendiri. Beberapa antigen virus Hepatitis B adalah HBcAg, HBeAg, dan HBsAg. Sebagai
akibat adanya antigen ini, juga menimbulkan antibodi dalam darah yang ditujukan terhadap
masing-masing jenis antigen tersebut. Baik Antigen maupun antibodi merupakan seromarker
Hepatitis B dan penetapannya dapat digunakan dalam menyatakan infeksi VHB dan
perjalanan penyakitnya. Seromarker yang dapat ditetatpkan dalam darah yaitu HBsAg,
HBcAg, HBeAg, anti-HBs, anti-HBe, dan anti –HBc, sedangkan HBcAg hanya dapat ditemukan
dalam hepatosit.
Pada Hepatitis akut, HBsAg ditemukan dalam serum sejak akhir masa inkubasi,
kemudian kadarnya akan menurun pada saat penyembuhan. Menetapnya HBsAg dalam
darah melebihi jangka waktu 6 bulan merupakan petunjuk hepatitis menjadi kronik atau
penderita menjadi carrier. Anti HBs tidak muncul selama fase akut, tetapi mulai dapat
dideteksi pada waktu konvalescen. Munculnya anti-HBs dinilai sebagai parameter
penyembuhan atau imunitas. Sedangkan bila ditemukan HBsAg telah menghilang, sedangkan
anti HBs belum dapat dideteksi yang disebut dengan window period.
Anti –HBc timbul dalam darah pada permulaan penyakit dan biasanya dijumpai bersama
–sama HBsAg. Ditemukannya Anti-HBs dan anti-HBc dalam serum secara bersama-sama
tanpa ditemukannya HBsAg menunjukkan seseorang telah sembuh, demikian juga bila
ditemukan anti-HBs tanpa anti-HBc dapat berarti infeksi telah lama berlalu atau penderita
telah mendapat vaksinasi.
Prinsip :
Pada HBsAg tes, strip membrane nitroselulosa dilapisi oleh 2 garis yaitu garis Test dan
garis Kontrol. HBsAg dalam serum atau plasma bereaksi dengan colloidal gold- anti HBs
conjugate pada garis tes. Garis tersebut belum dapat terlihat jika belum ditambahkan oleh
sampel. Garis pada kontrol harus selalu muncul, hal itu menunjukkan bahwa prosedur tes
dilakukan dengan benar (valid).
Peringatan
1. Strip hanya digunakan untuk pemeriksaan invitro diagnostik
2. Strip yang sudah kadaluarsa tidak boleh digunakan.
3. Strip disimpan pada suhu 4-280C , namun pada saat pemeriksaan suhunya harus sama
dengan suhu ruang (20-300C)
4. Jangan membuka pembungkus strip sebelum tes siap untuk dilakukan.
5. Gunakan Alat pelindung diri dan lakukan cuci tangan sesudah menyelesaikan
pemeriksaan.
6. Hindari kontak dengan mata, kulit yang luka, dan membran mukosa.
7. Semua bahan tes dan material dibuang pada container biohazard.
Interpretasi hasil :
Tujuan : Untuk mengetahui adanya HBsAg pada darah manusia yang dapat dideteksi dengan
tehnik enzyme linked immunoassay (ELISA)
A.Prinsip : pencucian untuk menghilangkan pembungkus antigen terbentuk kompleks biotin
dan streptavidin menghubungkan alkalin fosfat mengkatalisis hidrolis dan
substrat menghasilkan fluoresensi, diukur pada panjang gelombang 450 nm.
Intensitas dari fluoresensi sebanding dengan kualitas HBsAg pada serum
4. Pipet kontrol negatif 100 µl, masukan ke dalam sumur A1, B1,C1
8. Tambahkan 50µl conjugated ke dalam setiap sumur yang berisi sampel atau kontrol
13. Tambahkan 100µl H2SO4 2N ke dalam setiap sumur yang berisi sampel/kontrol
14. Baca dengan reader instrument. Pembacaan dan interpretasi hasil meliputi
pembacaan hasil, kualifikasi kontrol dan interpretasi hasil
Pemantapan Mutu
• Pemantapan mutu dilakukan sesuai dengan GLP (Good Laboratory Practice) disertai
kurva kalibrasi untuk memverifikasi pemeriksaan yang dilakukan.
• Laboratorium harus melaksanakan prosedur pengendalian mutu yang sesuai untuk
menjamin kualitas dan ketepatan semua aspek pekerjaan yang dilakukan dan
dilaporkan . Bahan kontrol harus masuk ke dalam acceptable range.
• Validitas pemeriksaan harus dinilai terlebih dahulu sebelum hasil pemeriksaan dapat
dibaca.Hindari penggunaan ulang disposable tip dan tempat penampung bahan
pemeriksaan, karena penggunaan ulang tanpa pencucian yang sangat bersih
menimbulkan carry-over dan memberikan hasil yang salah.
Elisa Reader
Yang perlu dikalibrasi :
• Linearitas alat
• Stabilitas pembacaan
• Ketepatan pembacaan
• Kalibrasi harus dilakukan:
• Pertama kali alat tersebut dipakai
• Setelah penggantian lampu
• Secara berkala untuk ketepatan pembacaan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit. Kumpulan
gejala penyakit akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit ini ditandai dengan adanya kelainan yang
kompleks dari sistem pertahananan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat
peka terhadap mikroorganisme oportunistik. Gangguan pada sistem kekebalan seluler
akibat penyakit AIDS merupakan predisposisi bagi seorang individu untuk terjadinya
neoplasia seperti Sarkoma Kaposi dan limfoma.
Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita
menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan.
Namun obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa
menghilangkan virus yang telah berkembang.
Pemeriksaan antibodi menggunakan metode ELISA digunakan untuk mendeteksi
antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai
minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV.
Para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah
melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi.
Tes antibodi HIV ini terbagi dua tahap, yaitu tes Penyaring dan tes Konfirmasi. Tes
penyaringan dilakukan dengan metode ELISA dan tes konfirmasi dengan cara Westren Blot.
Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang yang diperiksa telah terinfeksi HIV.
Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil
pemeriksaan ELISA ini.
ELISA Direct
Digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen.
. Pada ELISA direct, pertama microtiter diisi dengan sampel yang mengandung antigen yang
diinginkan, kemudian microtiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel
pada dinding lubang microtiter.
. Antibodi yang telah ditautkan dengan enzim signal dimasukkan ke dalam lubang-lubang
mikrotiter.
. Ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal
. Dihitung dengan menggunakan kolorimetri, chemiluminescent, atau fluorescent end-point.
ELISA Indirect
Digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antibodi
• Pada ELISA indirect, pertama mocrotiter diisi dengan larutan yang mengandung
antigen spesifik,
• microtiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel pada dinding
lubang microtiter.
• Kemudian larutan sampel yang mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke
dalam lubang-lubang microtiter
• Mikrotiter kembali dibilas untuk membuang antibodi yang tidak berinteraksi dengan
antigen spesifik
• Lalu ke dalam lubang microtiter dimasukkan larutan yang berisi antibodi sekunder
spesifik tertaut enzim signal,
• Mikrotiter dibilas lagi untuk membuang antibodi sekunder tertaut enzim signal yang
tidak berinteraksi dengan antibodi spesifik
• Ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal
ELISA Sandwich
Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap antigen yang
diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi keberadaan antigen
yang diinginkan.
• Pertama mikrotiter diisi dengan larutan yang mengandung antibodi penangkap
• Mikrotiter dibilas untuk membuang antibodi penangkap
• Larutan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam
lubang-lubang mikrotiter
• Mikrotiter kembali dibilas untuk membuang antigen yang tidak bereaksi dengan
antigen penangkap
• Dimasukkan larutan yang berisi antibodi detector
• Mikrotiter dibilas lagi untuk membuang antibodi detector yang tidak berinteraksi
dengan antibodi spesifik
• Ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal,
ELISA sandwich memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat
keharusan dari antigen tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibodi.
Prinsip : SD HIV 1/ 2 ELISA 3.0 mengandung mikroplet yang dilapisi antigen rekombinan HIV
1/2 (gp41, p24, gp36) pada well. Selama inkubasi awal, anti-HIV pada serum pasien
diikat oleh antigen HIV 1/ 2. Setelah inkubasi ini, semua materi yang tidak terikat
dibuang dengan aspirasi dan pencucian.
Cara Kerja :
1. Siapkan strip well sebanyak 3 well. Well 3 untuk kontrol negatif, well 2 untu kontrol
positif dan well 1 untuk sampel.
2. Pippet 100 ul pengenceran sampel pada masing-masing well.
3. Tambahkan 50 ul control negatif pada well 3, control positif pada well 2, dan sampel
pada masing-masing well.
4. Tutup mikroplate dengan parafilm dan kocok dengan baik pada vibrator mixer,
pengocokan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang baik.
5. Inkubasi selama 30 menit dalam suhu 370C
6. Cuci well sebanyak 5 kali dengan 350 ul cairan pencuci, biarkan kurang lebih 10 detik
waktu merendam pada masing” pencucian dan buang semua cairan dari well.
7. Pippet 100 ul enzim konjugat pada masing-masing well.
8. Tutup mikroplate dengan parafilm.
9. Inkubasi selama 30 menit dalam suhu 370C
10. Cuci well sebanyak 5 kali dengan 350 ul cairan pencuci, biarkan kurang lebih 10 detik
waktu merendam pada masing” pencucian dan buang semua cairan dari well.
11. Kocok secara perlahan TMB substrat A dan B dengan perbandingan 1:1 dan pippet
100 ul campuran substrat tersebut kedalam masing-masing well.
12. Kocok secara perlahan TMB substrat A dan B dengan perbandingan 1:1 dan pippet
100 ul campuran substrat tersebut kedalam masing-masing well.
13. Inkubasi selama 10 menit pada suhu ruangan
14. Pipet 100 ul larutan stopping pada masing-masing well.
15. Baca absorban dari well dengan bikromatik spektrofotometer pada 450 nm dengan
panjang gelombang yang direkomendasikan pada 620 nm. Pembacaan harus selesai
dalam 1 jam dari akhir pemeriksaan.
Tes Validasi
0.010 ≤A(neg) ≤0.200
A (pos) ≥1.000
Jika salah satu nilai absorban pada kontrol negatif keluar dari spesifikasi, nilai ini dapat
diabaikan.
Kedua nilai absorban pada kontrol positif harus sesuai dengan spesifikasi.
Jika spasifikasi tidak terpenuhi, tes harus diulangi.
Evaluasi
Hitung rata-rata absorban pada kontrol negatif, lalu hitung batas nilai dengan ditambah 0.300
A (neg) + 0.300 = batas nilai
Berdasarkan kriteria pada tes, sampel dikategorikan sebagai berikut :
A (sampel) < batas_anti HIV ½ Negatif
A (sampell) ≥ batas_anti HIV ½ Positif
Performance characteristic
SD HIV 1/2 ELISA 3.0 telah diperiksa dengan sampel klinis positif dan negatif diperiksa dengan anti-
HIV ½ ELISA test.
Referensi SD HIV 1 /2 ELISA 3.0
• Presisi
Presisi Within-run dan between run telah ditentukan dengan 10 kali pengulangan
pemeriksaan dari 3 spesimen : negatif, positif lemah, dan positif kuat. Nilai CV(%) dari
negatif, positif lemah, dan positif kuat berada dalam 10%.
Kelebihan
1. Teknik pengerjaan relatif sederhana
2. Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya satu saja, sehingga
menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibodi)
3. Hasil memiliki tingkat sensitivitas yang cukup tinggi.
4. Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen
tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi atau antigen
yang bersifat sangat spesifik)
Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian
1. Comb:
Comb dibungkus dengan kantung aluminium. Pada kit tersebut berisi 3 comb. Setiap comb
memiliki 12 gigi, 1 gigi dapat digunakan untuk setiap pemeriksaan. Gigi tersebut sensitif
dengan 3 areal reaktif . Titik titik bagian atas adalah antibodi dari Human Imunoglobulin
tersangka (kontrol internal), Titik bagian tengah terdiri dari peptida-peptida buatan HIV 2
(Envelope Glikoprotein), Titik bagian bawah terdiri dari peptida-peptida buatan HIV-1. Untuk
memulai pemeriksaan, sampel (serum) ditambahkan ke dalam lubang dari baris A plate
tersebut. Comb dimasukkan ke dalam lubang dari baris A. Apabila terdapat antibodi HIV
dalam sampel, maka secara khusus akan berikatan dengan peptida-peptida buatan dari titik
bawah dan atau titik tengah dari gigi-gigi comb. (Gambar 1). Secara serentak imunoglobulin
yang terdapat dalam sampel akan menangkap anti human imunoglobulin di titik bagian atas
(kontrol internal), komponen yang tidak terlapisi dicuci dalam baris B. Di dalam baris C yang
tertangkap dalam gigi-gigi tersebut akan bereaksi dengan anti human antibodi berlabel
enzim alkali fosfatase. Di dalam 2 baris selanjutnya komponen yang tidak terlapisi terlepas
melalui baris pencucian.Baris F: Lapisan alkali fosfatase akan bereaksi dengan komponen
kromogenik yang memberikan warna. Hasil yang tampak adalah spot (titik) yang berwarna
abu-abu kebiruan di atas permukaan gigi-gigi dari comb tersebut.
2. Plate
Kit berisi 3 plate yang dilapisi oleh aluminium foil. Setiap plate (gambar 3) berisi seluruh
reagen yang dibutuhkan untuk pemeriksaan. Plate tersebut terdiri dari 6 bagian (A-F) dengan
12 lubang setiap barisnya. Isi dari setiap baris adalah sebagai berikut:
- Baris F : Larutan Substrat Kromogenik berisi 5 Bromo 4 Chloro 3 Indolyl Fosfat (BCIP) dan
3. Kontrol Positip : Satu mL cairan plasma positip penderita sebagai antibodi HIV 1 dan 2,
tidak aktif oleh Beta propiolakton, perlakuan panas.
4. Kontrol negatip : Satu mL cairan plasma negatip antibodi HIV
E. Alat : Perforator, dropper, sarung tangan, clinipet 50 uL dan tip kuning, stopwatch
F.Cara Kerja :
2. Sampel sebanyak 50 uL dipipet dengan mikropipet, lubangi satu sumur yang berlapis
aluminium foil di baris A dari plate tersebut menggunakan tip pipet atau perforator dan
sampel dimasukkan ke dalam sumur tersebut. Kemudian campur/ kocok beberapa kali.
3. Langkah yang sama dilakukan pada sampel lainnya. Kontrol positip dan kontrol
negatipp menggunakan sumur yang lain di baris A dengan tip yang berbeda.
a. Slipkan comb ke dalam sumur dari baris A tersebut yang sudah berisi spesimen dan
kontrol, campur, tarik dan celupkan kembali comb ke dalam sumur beberapa waktu.
b. Biarkan selama 10 menit menggunakan stop watch, campur, lalu campurkan kembali
sebanyak 2 kali selama proses inkubasi. Sebelum 10 menit lubangi aluminium foil baris
B menggunakan perforator, jangan membuka dulu lubang-lubang yang lain.
c. Setelah 10 menit, comb diambil dari baris A. Cairan menempel dan menyerap ke
ujung sisir-sisir diletakkan di atas kertas serap bersih. Tidak boleh menyentuh
permukaan atas dan gigi-gigi.
4. Pencucian pertama dilakukan pada baris B.
5. Slipkan comb tersebut di atas ke dalam sumur-sumur pada baris B. Campur/ Aduk, tarik
dan celupkan kembali comb secara berulang ke dalam lubang selama 10 detik.
Pengadukkan diulangi beberapa waktu selama 2 menit, sementara itu sumur C
dilubangi, setelah 2 menit comb ditarik dan cairan dibiarkan menempel dan menyerap
seperti pada langkah 4 C.
6. Pengikatan dengan konyugat (Baris C)
7. Comb dislipkan ke dalam lubang baris C, campur comb beberapa waktu (10 detik),
lakukan seperti langkah 4b. Baris D dilubangi, setelah 10 menit, comb ditarik, cairan
menempel dan menyerap.
8. Pencucian ke dua (Baris D)
9. Comb dislipkan ke dalam sumur dari baris D, ulangi pengadukan selama 2 menit, selain
itu lubangi baris E. Setelah 2 menit, comb ditarik dan cairan menempel dan menyerap.
10. Pencucian ke 3 (Baris E)
11. Comb dislipkan ke dalam sumur dari baris E, pengadukan dilakukan secara berulang
selama 2 menit. Sementara itu lubangi baris F. Setelah 2 menit, comb ditarik dan cairan
menempel dan menyerap.
12. Reaksi Warna (Baris F)
13. Comb dislipkan ke dalam sumur dari baris F. Campur seperti pada langkah 4a. Waktu
diset selama 10 menit. Campur seperti langkah 4b. Setelah 10 menit comb ditarik.
14. Penghentian reaksi (Baris E)
15. Comb dislipkan ke dlam sumur baris E. Setelah 1 menit, comb ditarik dan dibiarkan
mengering di udara.
Rangkuman Langkah Kerja:
Hasil Pengamatan :
- Kontrol negatip harus menghasilkan titik bagian atas (kontrol internal) dan tidak ada titik
lain.
- Sampel harus menghasilkan titik bagian atas (kontrol internal). Hal tersebut menunjukkan
bahwa sampel telah ditambahkan.Jika terdapat kondisi lain, selain ke 3 kondisi tersebut,
maka hasil invalid dan sampel juga kontrol harus diganti.
H. Interpretasi Hasil
- Menunjukkan titik bagian atas (kontrol internal) mengidentifikasikan bahwa sampel tidak
memiliki antibodi dari HIV 1 dan HIV 2.
- Titik bagian tengah terwarnai mengindikasikan terdapat antibodi dari HIV 2.
Dalam kasus HIV I dan 2, dua titik akan ditemukan (titik atas sebagai kontrol internal).
Kadang-kadang konsentrasi tinggi dari antibodi anti HIV 1 atau antibodi anti HIV 2 akan
dihasilkan 2 titik.
Topik3
Pemeriksaan antibodi Ig G / Ig M Rubella
T
(HSV).
ORCH merupakan singkatan untuk beberapa penyakit infeksi yang terkait dengan
meningkatnya risiko terjadinya kecacatan pada janin jika menginfeksi wanita hamil
yaitu Toxoplasma gondii, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) & Herpes simpleks virus
Prinsip kerja dari ELISA adalah adanya ikatan antigen dengan antibodi spesifik. Ikatan antigen
antibodi yang dilabel dengan enzim akan mengubah substrat yang akan memberikan warna,
dan dibaca pada ELISA reader.
Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3
minggu kemudian untuk melihat apakah IgG berubah menjadi (+). Bila tidak berubah, maka
IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi Toxoplasma.
Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan, berarti
infeksinya terjadi sebelum kehamilan dan saat ini telah memiliki kekebalan. Bagi penderita
yang sudah pernah terpapar, nilai IgG tidak akan kembali ke angka negatif atau nol
Quality Control
Sebuah cek validasi dilakukan pada kontrol setiap saat kit digunakan untuk memverifikasi
apakah kinerja dari assay memenuhi syarat.
Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan data kontrol berikut :
Kalibrator Persyaratan
Persyaratan Kalibrator
Permasalahan Pemeriksaan
Sumur Blanko > 0.050 Larutan substrat kromogen belum
OD 450 nm terkontaminasi selama pemeriksaan
Kontrol Rendah > 0.200 Proseder pencucian dan pengaturan
OD 450 nm setelah variasi pencucian telah divalidasi pada uji pra
koefisien blanko > 30% qualifikasi
bahwa larutan pencuci yang tepat telah
digunakan dan alat telah dicuci sebelum
digunakan
Bahwa tidak ada kesalahan yang telah
dilakukan dalam prosedur pengujian
(Pengisapan kontrol tinggi bukan kontrol
rendah)
Bahwa tidak ada kontaminasi dari kontrol
rendah atau sumur dimana telah terjadi
penghisapan karena penghisapan sample
yang tinggi, terhadap tumpahan atau
konjugat enzim.
Bahwa mikropipet tidak terkontaminasi
dengan sampel yang tinggi atau dengan
konjugat enzim
Bahw jarum pencuci tidak terhalang atau
tersumbat
Kalibrator RCH S/CO < 1.1 Bahwa prosedur harus dilakukan dengan
Kalibrator Terhadap S/CO < 1.5 benar
Bahwa tidak ada kesalahan terjadi ketika
pengambilan kalibrator (contoh: tertukar
dengan kontrol rendah)
Bahwa prosedur pencucian dan
pengaturan pencucian telah divalidasi
pada persiapan pemeriksaan
Bahwa tidak terjadi kontaminasi
eksternal pada kalibrator
Bahwa EIA telah dilarutkan dengan
volume dan pelarut yang benar sesuai
dengan petunjuk yang tertera
Kontrol Tinggi < 0.750 Bahwa prosedur harus dilakukan dengan
OD 450 nm benar
Bahwa tidak ada kesalahan terjadi ketika
pengambilan kontrol (contoh: tertukar
dengan kontrol rendah dengan kontrol
tinggi)
Bahwa tidak terjadi kontaminasi
eksternal pada kalibrator
Bahwa EIA telah dilarutkan dengan
volume dan pelarut yang benar sesuai
dengan petunjuk yang tertera
Topik 4
Pemeriksaan ECLIA untuk deteksi antibodi
Pemeriksaan Ig E
I
gE merupkan Imunoglobulin E yang kadarnya meningkat pada infeksi cacing (berperan
dalam imunitas parasit), selain itu IgE juga berhbungan terutama dengan reaksi alergi.
Karena bila terdapat alergen maka akan diikat silang (cross linking) oleh 2 molekul IgE
pada
permukaan sel mast sehingga menimbulkan influk ion kalsium ke dalam sel, hal itu
menurunkan kadar adenosin monofosfat siklik (CAMP) Degranulasi sel mast.
Chemiluminescence adalah emisi atau pancaran cahaya oleh produk yang distimulus oleh
sutau reaksi kimia atau kompleks cahaya. ECLIA menggunakan teknologi tinggi yang memberi
banyak keuntungan dibandingkan dengan metode lain. Pada metode ini menggunakan
prinsip sandwich, kompetitif, dan bridging.
Metode ECLIA ini menggunakan ruthenium(II) tris(bipyridyl) [Ru(bpy)32+ ] sebagai labelnya dan
bereaksi dengan tripropilamine (TPA) pada permukaan elektroda pada panjang gelombang
620 nm.
A.Prinsip : . IgE dalam bahan pemeriksaan akan berikatan dengan anti-IgE spesifik
antibodi Biotin dan anti-IgE antibodi Ruthenium membentuk kompleks.
. Penambahan Streptavidin coated mikropartikel akan menempel pada
kompleks tsb.
. Kompleks yang terikat akan ditangkap oleh permukaan elektroda. Zat-zat
yang tidak berikatan akan dicuci oleh procell.
. Emisi chemiluminescent akan diukur oleh photomultiplier dan hasil
ditentukan menggunakan kurva kalibrasi.
Gambar 71. Prinsip Pemeriksaan Ig E
B. Metode : Sandwich ECLIA
C. Bahan : Serum pasen
2. IgE set
F. Cara Kerja
1. Sampel yang beku, reagensia, kalibrator, dan juga kontrol didiamkan di suhu ruangan
(20 - 25 ̊C), dan disiapkan menjadi larutan kerja sesuai petunjuk pada leafleat.
2. Reagensia diletakkan pada disk reagensia, kalibrator pada disk sampel. Lakukan
kalibrasi reagen.
3. Letakkan kontrol dan sampel pada disk sampel. Lakukan pemeriksaan sampel.
299 Imunoserologi
1 2 3
1. Suspensi Paramagnetic
Microbeads (M)
2. Reagen 1
3. Reagen 2
Sampel 50 μl dimasukkan ke dalam Disk
1. Inkubasi pertama: antigen dari sampel (50 µL), antibodi biotinilasi poliklonal spesifik
β- CrossLaps dan antibodi monoklonal spesifik β-CrossLap yang telah dilabel dengan
kompleks ruthenium membentuk kompleks.
2. Inkubasi kedua: setelah pembahan mikropartikel yang dilapisi oleh streptavadin
terjadi kompleks antigen antibodi melalui interaksi biotin dan streptavadin.
3. Gabungan reaksi ini diaspirasikan kedalam sel pengukur elektrokimia dimana
substansi yang tidak terikat dicuci dan kemudian dipindahkan oleh buffer procell,
sedangkan kompleks imun yang terbentuk ditangkap secara magnetis. Aplikasi dari
voltase ke elektroda kemudia menginduksi emisi cahaya chemiluminesence yang
diukur dengan photomultiper.
Hasil akan tertera pada komputer yang tersambung dengan alat.
F.Cara Kerja (sesuai petunjuk leaflet) :
4. Masukkan nomor posisi sampel di disk position, lalu tekan Enter. Bila diperlukan, ganti
no Sequence dan tentukan faktor pengenceran set dilution faktor. Posisi dan nomor
sequence akan bertambah secara otomatis.
5. Tandai tes yang dipilih dengan menekan nama tes
7. Tekan start.
G.Sensitivitas
Sensitivitas pemeriksaan : 0,25 ng/mL
H.Interpretasi Hasil
- Dewasa : < 100 IU/mL
- Neonatus : < 1.5 IU/mL
- < 1 tahun : <15 IU/mL
- 1-5 tahun : <60 IU/mL
- > 5-9 tahun : <90 IU/mL
- >9-15 tahun : <200 IU/mL