Jurnal Waham
Jurnal Waham
Jurnal Waham
DI SUSUN OLEH:
I4051191002
A. Gambaran kondisi
Ny. B datang ke RSJ di anatar oleh suaminya,
Ny. B mengatakan dirinya seorang bintang terkenal
Ny. B mengatakan kalau ia diguna-guna,
Ny. B mengatakan suaranya paling bagus,
B. Review jurnal
JURNAL 1
PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP
KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL WAHAM DI RUMAH SAKIT KHUSUS
DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
Comparison (perbandingan) -
Out Come
Keperawatan jiwa dihadirkan sebagai upaya menuntaskan tujuan kesehatan
nasional yang merupakan bagian dari kesehatan jiwa, dan sebagai spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya
dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.
Hasil analisis bivariat didapatkan ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan
terhadap kemampuan klien mengontrol pengaruh yang bermakna penerapan
asuhan keperawatan terhadap Kemampuan mengontrol waham pada kelompok
perlakuan (p<0,00). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang
bermakna penerapan asuhan keperawatan terhadap kemandirian.
JURNAL 2
PENGALAMAN SPIRITUAL PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI PONDOK
PESANTREN
Comparison (perbandingan) -
Out Come
Dari hasil penlitian tersebut didapatkan hasil Spiritual dilaporkan memiliki manfaat bagi
kesembuhan dan kualitas hidup bagipen derita gangguan jiwa termasuk penderita
skizofrenia. Spiritual juga dapat menjadi strategi koping bagi penderita skizofrenia
(waham).
JURNAL 3
Indikator yang Membedakan Gejala Psikotik dengan Pengalaman Spiritual dalam
Perspektif Neurosains (Neuro-Anatomi)
Comparison (perbandingan) -
Out Come
Secara umum terapi music ialah hasil Spiritual dilaporkan memiliki manfaat bagi
kesembuhan dan kualitas hidup bagi penderita gangguan jiwa termasuk penderita
skizofrenia. Spiritual juga dapat menjadi strategi koping bagi penderita skizofrenia
(waham). Dari hasil penlitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
aktivitas otak pada orang yang sedang mengalami pengalaman spiritual dengan yang
mengalami gejala psikotik yaitu terjadi peningkatan aktivitas pada gyruscingulatus, lobus
temporalis dan lobus oksipitalis pada orang yang sedang mengalami pengalaman
spiritual sedangkan pada orang yang mengalami gejala psikotik terjadi peningkatan
aktivitas pada cortex prefrontalis dan amygdala dan terdapat kesmbuhan pada pasien
waham untuk melakukan spiritual
JURNAL 4
ELECTRO CONVULSIVE THERAPY (ECT)
Comparison (perbandingan)
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa ECT dapat
digunakan untuk depresi klinis, mania dan psikosis, dan kadang-kadang digunakan untuk
mengobati kondisi neuropsikiatrik. Pada penelitian Grover, Satapathy, Chakrabarti dan
Avasthi (2018), melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas serta keamanan ECT
untuk lansia. Sedangkan pada penelitian Iswanti, Lestari, Sukasmi (2018), dimaksudkan
untuk menhetahui tentang pemahaman keluarga tentang tindakan ECT. Penelitian yang
dilakukan Nandinanti, Yaunin dan Nurhajjah (2015) dan Stergiopoulou (2016) untuk
mengetahui dampak dari pelaksanaan ECT.
OUT COME
Berdasarkan penelitian Grover, Satapathy, Chakrabarti dan Avasthi (2018),
menunjukkan bahwa ECT dapat digunakan secara aman di antara pasien usia lanjut,
terutama mereka yang mengalami gangguan depresi, tidak menanggapi obat-obatan.
Penelitian lebih lanjut ini menunjukkan bahwa tingkat respons dengan ECT serupa di
antara pasien dengan dan tanpa hipertensi. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan
bahwa ECT juga dapat diberikan dengan aman sebagai pengobatan rawat jalan untuk
lansia, jika tindakan pencegahan yang tepat dilakukan. ECT dikaitkan dengan efek
samping sementara yang meningkat seiring dengan waktu. Dengan demikian, ECT harus
dianggap sebagai pilihan pengobatan yang layak untuk pasien usia lanjut dengan depresi,
tidak menanggapi berbagai agen farmakologis. Namun, semua lansia harus menjalani
evaluasi menyeluruh sebelum menggunakan ECT.
Berdasarkan penelitian Iswanti, Lestari, Sukasmi (2018), pemahaman keluarga
tentang tindakan ECT non premedikasi merupakan terapi non farmakologi dengan
menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan kejang, atau disebut terapi kejang listrik
yang tidak menggunakan obat anestesi sebelumnya, puasa 4 jam sebelum tindakan, dan
dilakukan di ruang ECT. Indikasi ECT non premedikasi adalah pasien dengan resisten
dengan obat antidepresan, depresi kronis, kataton yang ditandai dengan sulit makan sulit
minum obat dan berdiam diri, pasien kecenderungan bunuh diri, serta pasien agresif atau
amuk. Manfaat ECT Non Premedikasi menurunkan depresi, mengatasi kecenderungan
bunuh diri, menurunkan perilaku amuk, serta hari rawat menjadi lebih pendek dibanding
terapi farmakologi saja, sehingga biaya perawatan lebih murah. Dampak ECT Non
Premedikasi terjadi mual muntah, amnesia sementara, gigi goyang.
Berdasarkan hasil penelitian Nandinanti, Yaunin dan Nurhajjah (2015) dapat
disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan daya ingat immediate dan recent memory
pada pasien skizofrenia sebelum dan sesudah ECT, sedangkan kemampuan remote
memory tidak mengalami perubahan. Pada penelitian tersebut didapatkan perbedaan
kemampuan daya ingat sebelum dan sesudah ECT. Terlihat bahwa terjadi penurunan
daya ingat sesudah ECT sebanyak 60% yaitu pada jenis immediate dan recent memory.
Sesudah ECT dapat terjadi penurunan daya ingat sebanyak 75% terutama pada kejadian
yang baru terjadi, sedangkan ingatan jangka panjang tetap utuh.
Menurut hasil penelitian Stergiopoulou (2016), pasien yang akan menjalani ECT
harus diperingatkan tentang risiko signifikan amnesia permanen dan kemungkinan
memori permanen dan ketidakmampuan kognitif.
A. Pembahasan
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta
dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya ”saya adalah nabi yang menciptakan
biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh
masyarakat di surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan tetap
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya
(Purba dkk, 2008).
Terapi yang digunakan untuk mengurangi proses pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataan dengan menggunakan terapi spritual, spiritualitas sangat penting bagi penderita
skizofrenia terutama untuk memberikan dampak yang positif bagi kualitas hidupnya.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa agama memiliki hubungan dengan
peningkatan kesejahteraan. Penelitian di Swiss terhadap 115 pasien dengan skizofrenia
menemukan bahwa 45% dari pasien menganggap bahwa agama merupakan elemen yang
paling penting dalam kehidupan mereka, dan agama dapat member efekpositif (misalnya,
harapan, makna dan tujuan) dan juga negative efek (misalnya, keputusasaan dan
penderitaan) (Huguelet et al., 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Shah, Kulhara,
Grover, Kumar, Malhotra, &Tyagi (2011) menunjukkanbahwa "religious practices" dan
kepercayaan personal merupakan predictor dari kualitas hidup penderita skizofrenia.
DaftarPustaka
Board. (2014). Electroconvulsive Therapy (ECT). The Royal Australian & New Zealand College
of Psychiatrists, hlm.1-4.
Grover, S., Satapathy, A., Chakrabarti, S., Avasthi, A. (2018). Electroconvulsive Therapy among
Elderly patients: A study from Tertiary care centre in north India. Asian Journal of
Psychiatry, 31, hlm.43-48.
Huguelet, P., Mohr, S., Betrisey, C., Borras, L., Gillieron, C., Marie, A. M., Brandt, P.Y., 2011.
A Randomized Trial of Spiritual Assessment of Outpatients With Schizophrenia:
Patients' and Clinicians'Experience. Psychiatric Services, 62(1), 79–86.
Iswanti, D.I., Lestari, P.S., Sukasmi. (2018). Pemahaman Keluarga Tentang Tindakan Ect Non
Premedikasi Di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
SMART, Vol.5 (1). hlm. 20-29.
Nandinanti, I.N., Yaunin, Y., Nurhajjah, S. (2015).Efek Electro Convulsive Therapy (ECT)
terhadap Daya Ingat Pasien Skizofrenia di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2015; 4(3), hlm. 883-888.
Purba,dkk, (2008). Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Masalah Psikologi Dan Gangguan
Jiwa.Medan: USU Press.
Shah R, Kulhara P, Grover S, Kumar S,Malhotra R, Tyagi S., 2011. Relationship between
spirituality/religiousness and coping in patients with residual schizophrenia.
Qual Life Res.20(7),1053- 60. doi: 10.1007/s11136-010-9839-6.