Pondasi Bendungan Teknik Bendungan & Bangunan Air
Pondasi Bendungan Teknik Bendungan & Bangunan Air
Pondasi Bendungan Teknik Bendungan & Bangunan Air
Dosen Pembimbing
Kelompok 5
PANDU
DARMA
GUSPI
GUSTINA GULTOM (1207121336)
NOVELIA MIRANDA H. (1207136346)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak–
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini serta kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi hasil yang lebih baik. Harapan penyusun makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Air merupakan hal yang sngat penting dalam kehidupan makhluk hidup.
Meningkatnya perkembangan zaman dan pertumbuhan masyarakat menuntut
adanya persediaan air yang cukup. Karena apabila persediaan air tidak tercukupi
akan menyebabkan tergnggunya aktivitas dari masyarakat Hal tersebut dirsaakan
semua kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat kalangan atas samapai
kalangan bawah. Misalnya: apabila persediaan air kurang akan menyebabkan
tidak tercukupinya persediaan daya listrik, kekeringan dimana-mana yang dapat
mengganggu persediaan air dan juga kekeringan di daerah pertanian.
2
3. Bendungan pengendali banjir, menampung air selama hujan deras untuk
mengurangi banjir pada hilir sungai.
4. Bendungan Navigasi, menampung air dan melepaskannya saat air dalam sungai
sedang rendah. Bendungan ini biasanya digunakan untuk memindahkan kapal –
kapal yang sedang berlayar yang melewati bendungan.
5. Bendungan pembagi aliran air, membagi air ke saluran – saluran lain.
6. Bendungan untuk rekreasi, bendungan dibuat sebagai tempat rekreasi untuk
menikmati keindahan alam.
Dalam pembangunan bendungan diperlukan pembangunan yang benar- benar
teliti baik pada permukaan bendungan., tubuh bendungan, dan sebagainya
terutama pada pondasi bendungan. Karena pondasi bandungan menjaga kokohnya
bendunga.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah jenis-jenis pondasi pada bendungan?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bendungan?
3. Jika terjadi kerusakan pada pondasi bendungan apakah yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya?
1.3 Tujuan
Adapun yang mnjadi tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pondasi pada bendungan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bendungan
3. Untuk mengetahui perbaikan yang dapat dilakukan jika pondasui bendungan
mengalai kerusakan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pondasi bendungan
4
Pondasi bendungan adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk
menjaga kokohnya bendungan. Batuan pondasi bendungan pada prinsipnya harus
mampu mendukung dengan stabil terhadap segala kondisi pernbebanan dan
aman terhadap rembesan. Kondisi geologi pondasi bendungan sangat
mempengaruhi pemilihan tipe bendungan, oleh karena itu penelitian dan
penyelidikan geologi harus dilakukan dengan cukup memadai baik kualitas
maupun kuantitasnya.
5
Lapisan batuan yang berupa batu lempung, batu lanauan dan serpih
biasanya mempunyai sifat yang tidak menguntungkan ditinjau dari aspek
stabilitasnya. Adanya zona lemah, sisipan atau perlapisan harus diperhatikan
secara hati-hati dalam melakukan analisis stabilitas. Lapisan batuan pondasi
yang mengandung sesar, rekahan atau zona yang mudah terlarut dapat
mengakibatkan terjadinya masalah rembesan dan kebocoran. Potensi adanya
alur-alur rembesan yang berlebihan atau bocoran harus diantisipasi dengan
tindakan perbaikan yang memadai dan tekanan hidraulik pada pondasi harus
dapat dikontrol. Hal yang membahayakan bendungan yang harus diperhatikan
adalah rembesan berlebihan yang memacu terjadinya erosi buluh dan tekanan
angkat (up lift pressure).
7
didukung oleh butiran-butiran pasir dipindahkan sementara ke air, sehingga kuat
geser efektif lapisan pondasi jauh berkurang yang dapat mengakibatkan
keruntuhan bendungan. Penyelidikan terhadap lapisan pondasi pasir kerikil yang
mempunyai kepadatan rendah tersebut harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menentukan jenis perbaikan pondasi yang tepat.
Lapisan pasir yang sangat urai, juga mempunyai potensi runtuh pada beban
statis. Pada waktu konstruksi, lapisan tersebut mungkin telah mempunyai daya
dukung yang cukup, namun saat waduk diisi air terjadi proses pembasahan
sehingga lapisan menjadi jenuh, akibatnya dapat terjadi penurunan dengan cepat
diikuti keruntuhan. Hal tersebut harus dipertimbangkan secara hati-hati dalam
desain.
Rembesan bawah pada pondasi berbutir kasar dengan parameter koefisien
kelulusan air (permeabilitas) yang tergantung pada ukuran butiran dan
gradasinya, kandungan material halus (lempung) dan kepadatannya. Koefisien
kelulusan air tersebut dapat diperoleh dari uji kelulusan air, diantaranya adalah :
1) Pump-out test; yaitu air dipompa dari sebuah sumur pengujian dengan
kecepatan tertentu dan penurunan air diukur melalui lubanglubang
pengamatan pada jarak tertentu. Pengujian dilakukan dengan mengamati
kecepatan aliran dari bahan cairan atau elektrolit tertentu yang dimasukkan
ketempat tertentu ke sumur atau lubang-lubang pengamatan.
2) Pumping-in test; air dimasukkan dengan pompa kedalam lubang bor atau test-
pit dan kecepatan aliran air diukur pada beda tinggi tekanan (head) tertentu
Untuk mengendalikan berbagai cara pengendalian rembesan dapat digunakan,
tergantung keperluan pencegahan kehilangan air dan pertimbangan keamanan
terhadap erosi buluh dan tekanan angkat berlebihan (blowout). Beberapa cara
pengendalian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
3) Parit halang yang diisi kembali dengan lempung yang dipadatkan.
4) Dinding halang (diafragma) campuran lempung dengan bentonite.
5) Dinding halang beton.
6) Selimut lempung kedap air di bagian hulu.
7) Horisontal drain di bagian hilir.
8) Toe-drain.
8
9) Sumur pelepas tekanan (relief well)
10) Kombinasi antara 1) sampai dengan 7) tersebut di atas.
9
juga dapat mengurangi tekanan pisometrik pada lapisan lulus air yang mudah
tererosi.
Parit halang biasanya ditempatkan tidak terlalu jauh ke hulu as bendungan,
dan juga tidak terlalu jauh ke hilir, untuk memudahkan mengantisipasi
kemungkinan pemboran investigasi, pemasangan instrumen atau pekerjaan
grouting nantinya. Parit halang dapat dibuat sedalam lapisan pondasi yang lulus
air atau sebagian, tergantung dari properti dari material pondasi dan debit
rembesan yang diijinkan keluar, dan digali dengan kemiringan minimal 45 0 dan
diisi kembali dengan lempung yang dipadatkan. Parit halang yang lebih tipis dan
lebih dalam (dinding membran) yang diisi dengan beton plastik atau bentonit
sehingga memerlukan teknik khusus didalam pelaksanaannya.
2.2.4 Pondasi yang merupakan gabungan antara 2 atau lebih jenis tanah
Jenis tanah pondasi ini sering dijumpai dilapangan sehingga banyak
menimbulkan permasalahan yang kadang — kadang sulit diatasi. Untuk
mengatasinya harus dilakukan penelitian dan penyelidikan yang lebih mendalam.
2.3. Sifat-sifat batuan
Ada 3 sifat-sifat batuan yang sangat penting untuk merencanakan pondasi
dengan baik yaitu: gaya pecah, gaya geser, dan elastisitas
batuan.
11
2.3.1 Gaya pecah (crushing strength)
Gaya pecah (crushing strength) sangat mempengaruhi daya dukung yang
dapat ditahan oleh batuan. Daya dukung batuan sebagai pondasi bendungan
tergantung pada:
1. Kualitas batuan (quality) yaitu ada tidaknya atau banyak sedikitnya rctakan,
celah, rekahan, patahan / sesar dan bahan pengisi yang terdapat di antara
lubang- lubang.
2. Derajat pelapukan (degree of weathering).
3. Persentase retakan yang sangat kecil (percentage of micro cracks) yang
terdapat di daerah tersebut.
Tabel 2.1 Unconfined compressive strength dari berbagai jenis batuan
No Jenis batuan Dr. Varshney kg/cm2 Henry Thomas Kg/cm2
1. Silt stone 240-1200 240-1200
2. Shale 350-1100 350-1100
3. Limestone 500-2400 500-2400
4. Granite 900-2500 900-2300
5. Dolorite 2400-3200 2400-3200
6. Greywake 500 200-300
7. Sandstone 400-1200 400-2000
8. Dolomite 500-1200 500-1500
9. Basalt 2000-3500 2000-3500
10. Gneiss 500 800-3300
12
Tabel 2.2 Daftar koefisien gaya geser beberapa jenis batuan
No. Jenis batuan Koefisien
1 Tuff 0,9
2 Schist Biotie 0,5
3 Limestone 0,6
4 Granite 0,8
13
2.4.1 Kuat geser
Bendungan harus didesain sedemikian rupa agar kuat geser batuan
pondasinya cukup kuat mendukung berbagai kondisi pernbebanan, baik pada
tahap pelaksanaan konstruksi, pengisian pertama maupun pada tahap operasi dan
pemeliharaan waduk.
2.4.2 Stabilitas pondasi
Untuk memperoleh pondasi yang memenuhi syarat, tanah / batuan harus
digali sampai kedalaman tertentu dan dilakukan perbaikan pondasi, sehingga
pondasi mempunyai daya dukung, ketahanan terhadap rembesan dan deformasi
yang diizinkan sesuai dengan persyaratan pada berbagai kondisi pernbebanan.
2.4.3 Pencegahan rembesan dengan drainase
Apabila pondasi berupa lapisan batuan yang mempunyai kualitas kurang
baik, maka harus dilakukan perbaikan pondasi, misalnya dengan grouting tirai
atau metoda Iain untuk mengurangi pengaruh rembesan yang merugikan. Air
rembesan yang keluar dari kaki bendungan harus dialirkan dengan membuat
sistem drainase yang baik. Air rembesan tersebut harus dikendalikan baik
kualitas maupun kuantitasnya, mulai tahap konstruksi, pengisian pertama sampai
dengan tahap operasi dan pemeliharaan waduk.
14
Grouting pada pondasi adalah proses injeksi cairan penutup dengan
tekanan tertentu kedalam lapisan batuan melalui lubang bor dengan tujuan untuk
menutup atau mengisi retakan sisipan (bedding seam) atau bukaan lainnya.
Grouting biasanya dilaksanakan dengan injeksi semen, dan sering disebut
sementasi. Grouting biasanya digunakan untuk mengurangi rembesan atau gaya
tekan keatas serta kehilangan air yang berlebihan melalui kekar, retakan, lapisan
lulus air atau bidang sesar pada pondasi batuan. Penentuan pola grouting
dilakukan berdasarkan investigasi geologi dan pengujian kelulusan air melalui
lubang-lubang bor.
Satu baris grouting biasanya tidak cukup untuk mengurangi rembesan,
namun hasil analisis terhadap satu baris tersebut dapat membantu untuk
menentukan pola grouting berikutnya (multiple-line curtain grouting). Untuk
mendapatkan hasil yang baik biasanya digunakan 3 baris grouting. Apabila
rekahan dan bukaan terisi oleh pasir halus, lanau atau lempung (material berbutir
halus), maka material tersebut tidak dapat tersementasi dengan baik oleh
grouting. Material halus tersebut dapat terbawa oleh rembesan dengan tekanan
yang tinggi. Hal yang harus diperhatikan adalah terjadinya pemisahan dari
partikel semen akibat gravitasi atau berkurangnya campuran grouting saat
pelaksanaan injeksi pada kondisi air tanah yang mengalir.
2) Grouting selimut dan grouting konsolidasi
Grouting selimut dan grouting konsolidasi adalah grouting dangkal,
dilakukan sampai kedalaman antara 6-9 m dengan sistem grid. Pada zona
rekahan, diantara 2 lubang grout dapat ditambah satu lubang (split spacing).
Tujuan dari grouting selimut adalah membuat lapisan kedap air di zona
permukaan atas pondasi, untuk mencegah rembesan (yang dapat membawa
butiran tanah) atau aliran melalui rekahan batuan dekat bidang kontak zona
kedap air timbunan dan dengan grouting tirai. Sedangkan grouting konsolidasi
bertujuan untuk meningkatkan daya dukung pondasi.
3) Grouting dental
Setelah dilakukan penggalian pondasi bendungan sering dijumpai berbagai
celah, rekahan, retakan, tonjolan, cekungan dll yang tidak teratur. Celah,
rekahan, retakan yang relatif kecil / tipis dan tidak dalam harus dilakukan slush
grouting dengan spesi beton pagar tidak terjadi rongga. Sedang untuk cekungan
15
yang cukup
16
dalam dan atau besar harus dilakukan penggalian untuk membuang tanah yang
lunak dan diganti beton yang disebut grouting dental.
b. Parit halang
Pada batuan Pondasi seperti batu pasir yang lulus air atau mengandung
material yang mudah larut, misalnya batu kapur atau gipsum, harus dilengkapi
dengan parit halang yang memotong zona hilir untuk mengkontrol rembesan dan
mengurangi pelarutan. Parit halang dapat dibuat melalui zona atas dari lapisan
batuan pondasi yang terlapuk kuat. Galian parit halang biasanya diisi kembali
dengan tanah lempungan yang dipadatkan dengan kemiringan galian parit halang
dangkal tidak boleh kurang dari 450. Apabila parit halang cukup dalam, dapat
dipertimbangkan penggunaan dinding membran yang lebih tipis dan ekonomis.
c. Drainase
Lapisan filter dan drainase tetap diperlukan untuk mengalirkan dan
mengontrol rembesan baik melalui tubuh maupun pondasi bendungan, meskipun
pondasi tidak dilengkapi dengan grouting atau parit halang. Hal tersebut harus
dipertimbangkan di dalam desain untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
terlihat misalnya diskontinyuitas dan rekahan akibat gempa atau kekurang
sempurnaan pelaksanaan perbaikan pondasi. Untuk mengontrol rembesan harus
dibuatkan lapisan drain horisontal, toe-drain dan paritan kaki guna dipilih salah
satu atau kombinasi diantaranya.
d. Dinding penyekat beton dangkal
Dinding penyekat beton dangkal (shallow concrete cut off walls)
digunakan untuk memperpanjang aliran air yang merembes di bawah pondasi
sehingga dapat mengurangi rembesan air.
17
Untuk bendungan urugan dapat diletakkan di bawah kaki kiri sebelah hulu
atau di bawah lapisan kedap air. Untuk bendungan urugan batu dapat diletakkan di
bawah kaki sebelah hulu atau di bawah lapisan kedap air. Untuk bendungan
urugan batu dengan lapisan ke dan air di muka, diletakkan di bawah kaki sebelah
hulu Untuk bendungan beton dapat diletakkan di bawah kaki sebelah hulu atau
dengan membuat lapisan beton bertulang di sebelah hulu lalu dinding penyekat
diletakkan di bawahnya.
18
a. Di tanah yang daya dukungnya besar b. Di tanah yang daya dukungnya rendah
Gambar 2.5 Pelebaran pondasi
2.5.4 Perbaikan pondasi yang nmerupakan gabungan antara dua atau lebih jenis
tanah
Karena keadaan geologi kebanyakan sifat batuan agak kompleks yaitu
terdapat bermacam-macam batuan yang tidak sama. Misalnya sebagian pondasi
bendungan terletak di antara batuan basal yang keras, sedangkan sebagian terletak
di batuan breksi yang sebgian besar tanhanya lunak. Pada batuan keras kadang-
kadang terdapat celah-celah yang mudah dilewati air, hal ini dapat diperbaiki
dengan cara sementasi, demikian pula untuk bantuan yang lunak dapat diperbaiki
pondasi bangunannya dengan cara sementasi. Sementasi berdasarkan
penggunaannya dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Sementasi konsolidasi (consolidation grouting)
Sementasi konsolidasi dapat digunakan untuk menutup lubang, celah,
rekahan yang ada di bawah pondasi bendungan. Sehingga pondasi bendungan
menjadi lebih kuat dan menambahn deformasi batuan. Untuk bendungan beton
aakan terjadi kesatuan yang utuh antara kontruksi beton dengan pondasi dan
abutmennya.
19
Gambar 2. 6 Pola sementasi
2. Sedimentasi penutup (sementasi selimut)
Sedimentasi penutup digunakan untuk mengurangi gaya tekan ke atas pada
beton maka dilaksanakan di sebelah huliu bendungan di dalam waduk. Pelaksaaan
dan polanya seperti pada sementasi konsolidasi.
3. Sementasi berbentuk seperti gigi
Apabila ada retakan, celah dan rekahan yang terletak tidak begitu dalam,
maka lapisan dapat digali untuk diganti dengan beton yang tebalnya tidak perlu
sama. Cara ini dilaksanakan terutama untuk bendungan beton yang memerlukan
syarat pondasi yang lebih kuat dibandingkan dengan bendungan urugan. Kadang-
kadang di bagia depan dari bendungan beton dibuat penyekat yang merupakan
satu kesatuan dengan bendungan sndiri. Kontruksi ini sangat efektif untuk
memperbaiki sesar yang terletak di bawah pondasi yang tidak terlalu dalam.
20
4. Sementasi hubungan antara batuan dengan beton
Sementasi hubungan antara batuan dengan beton digunakan untuk mengisi
celah, lubang dan retakan di antara batuan yang berdekatan dengan bendungan
atau kontruksi beton sehingga terjadi kesatuan yang utuh. Dengan demikian
dapat dicegah lubang yang terjadi sebagai akibat dari penyusutan beton untuk
menghindari rembesan.
5. Sementasi sambungan beton
Sementsi sambungan beton digunakan untuk meyatukan beton antara hasil
pengecoran yang berbatasan agar terjadi kesatuan yang utuh. Ukuran beton yang
besar menyebabkan beton tidak mungkin dicor sekaligus. Walaupun dicor
sekaligus temperaturnya akan sangat tinggi yang dapat menyebabkan retakan
pada beton. Sehinga diperlukn pengecoran secara bertahap.
6. Sedimentasi tirai
Digunakan untuk menahan atau mengurangi rembesan air lewat bawah
pondasi dan abutmen bendungan serta mengurangi gaya tekan ke atas.
Sedangkan berdasarkan cara pelaksaannya sementasi dapat dibedakan
sebagai menjadi dua yaitu sementasi dari bawah ke atas dan sementasi dari atas ke
bawah.
1. Sementasi dari bawah ke atas
Lubang sementasi dibor sampai mencapai kedalaman yang telah ditetapkan.
Kemudian dipasang alat packer di dalam lubang bor.
21
Alat packer digunakan untuk menutup lubang agar campuran semen tidak
kembali ke atas dan dapat masuk ke tanah samping. Sesudah alat packer dipasang
maka sementsi dapat dimulai dengan tekanan cukup tinggi (bagian 1). Sesudah
selesai bagian 1, alat packer ditarik ke atas kemudian sementasi dilaksanakan lagi
sehingga bagian 2 penuh dengan bubur campuran semen. Kemudian packer ditarik
ke atas lagi dan diadakan sementasi sehingga seluruh bagiab penuh dengn semen
(bagian 1, 2, 3 dan seterusnya). Dengan demikisn selesai sudahlah pekerjaan
sementasi ubtuk satu lubang bor.
2. Sementasi dari atas ke bawah
Lubang sementasi dibor lebih dulu setiap 5m, kemudian diadakan
pembersihan lubang dengan air sampai bersih. Lalu diadakan sementasi sepanjang
5 m tadi sampai selesai.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pondasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kontruksi
bangunan, karena jika pondasi tidak terpasang dengan baik maka bendungan
tidak akan bertahan lama. Pondasi bendungan berdasarkan dari material yang
digunakan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: pondasi batuan, pondasi berbutir
kasar, pondasi berbutir halus dan pondasi gabungan dua jenis tanah. Sedangkan
untuk perbaikan pondasi bendungaan bertujuan untuk mengrurangi rembesan
sekecil mungkin, mencegah terjadinya erosi buluh, mencegah terjadinya
perbedaan penurunan antara tubuh bendungan dengan bukit tumpuan sekecil
mungkin serta menghasilkan tahanan geser yang lebih besar antara tubuh
bendungan, bukit tumpuan dan pondasi untuk menjamin stabilitas.
3.2. Saran
Untuk menjaga kualitas pondasi bendungan tetap baik, sebaiknya lebih
memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Sebaiknya penelitian dan penyelidikan geologi harus dilakukan secara teliti
pada saat pembangunan bendungan. Untuk mencegah dari keruntuhan
bendungan.
2. Jika terjadi kerusakan pada pondasi bendungan sebaiknya segera langsung
melakukan perbaikan pondasi bendungan.
3. Sebaiknya dalam memilih material untuk pembangunan bendungan lebih
disesuaikan dengan kondisi dan jenis tanah di lokasi pembangunan
bendungan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24