LP Gastritis Indah 2020
LP Gastritis Indah 2020
LP Gastritis Indah 2020
Tugas Ini Disusun sebagai salah satu bentuk penugasan dalam Praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Gerontik
Oleh :
NIM 19650103
Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam
mempertahnkan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang
penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng
dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh. Dalam
system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah
lambung. Di Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat
dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar
normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding
lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal
attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik
Penyakit Dalam. Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan
biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU
menderita gastritis akut. Gastritis merupakan gangguan kesehatan paling sering di
jumpai diklinik karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan
pemeriksaan hispatologi (Priyanto, 2010). Gastritis atau radang lambung yang juga
dikenal dengan sakit radang maag. Meski dirasa sepele, kenyataannya penyakit ini
tetap saja menjadi momok bagi penderitanya. Tanpa pemeriksaan dan pengobatan
yang tepat, sakit radang maag justru dapat berkembang menjadi kanker lambung.
Sakit radang maag merupakan penyakit yang terjadi saat lambung mengalami
perubahan fungsi maupun peradangan (Dewanto, 2012). Penyakit gastritis yang
terjadi pada lambung umumnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor infeksi
dan non infeksi. Faktor infeksi umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
protozoa. Kuman Helicobacter Pylori merupakan penyebab tersering. Faktor non
infeksi disebabkan oleh hadirnya zat asing yang masuk dalam tubuh melalui
makanan atau minuman yang dapat menyebabkan peradangan lambung (Dewanto,
2012).
Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap 8 negara
dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian gastritis di
dunia, dimulai dari Negara yang angka kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu
Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh India dengan
persentase 43%, lalu beberapa Negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, dan Indonesia 40,8% (Nurlina,
2012). Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh depertemen kesahatan
RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai
91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan
Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Nurlina, 2012).
A. PENGERTIAN
Gastritis adalah merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi-
gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik. Gastrits adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya selaput
lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu
keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus atau local. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis adalah peradangan
lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri
(Suyono, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas Jadi dapat disimpulkan gastritis itu
adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat
dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan
mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
B. KLASIFIKASI
Gastritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastitis akut dan gastritis kronik.
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis
akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori
(Soeparman,2008).
Gastritis kronis diklasifikasikan lagi berdasarkan gambaran hispatologi
dan distribusi anatomi:
1. Gambaran hispatology
Gastritis kronik superficial
Gastritis kronik atropik
Atrofi lambung
Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar
mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
2. Distribusi anatomi
Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses
autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi
gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut
disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam
lambung menurun.
Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan
berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori.
Lambung
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung.
Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan
tersebut. Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang
mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman
dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis
biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak
dan meradangnya dinding lambung.
D. ETIOLOGI
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Bahan
kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat
anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan
mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis
(Soeparman,2008).
2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol,
dan merokok.
E. PATOFISIOLOGI
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat
menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus
motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding
lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster atau getah
lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin
dan merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya
berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 2010).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak
mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan
peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan
perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Long,2008).
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat
karena mekanisma neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan
lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa
melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin
akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai
darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel.
Bahan-bahan seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat
menurunkan produksi mukosa lambung. Pada fase awal peradangan mukosa
lambung akan merangsang ujung syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus
untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang
mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan
akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul,
tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan punggung. Dari masukan minuman
yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat
meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga
dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi
asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual
dan muntah. Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau
peningkatan vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan
menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang
dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi
untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka
faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan
akan terjadi anemia perniciosa (Horbo, 2010).
F. PATHWAY GASTRITIS
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bermacam-macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya.
Biasanya penderita Gastritis mengalami gangguan pencernaan (Indigesti) dan rasa
tidak nyaman diperut sebelah atas.
1. Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2. Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya
menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak.
Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam lapisan lambung, dalam
beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa
menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila
penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan,
biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan
menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi
kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa
meluas dan berakibat fatal.
3. Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak
penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut
kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya
berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal (Melena), muntah darah
(Hematemesis) atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan
kopi.
4. Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau
penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
5. Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu
makan, mual, muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak
pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan
jaringan (edema) bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan
lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur dengan isi
lambung dan dibuang dari tubuh.
6. Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan
timbulnya ruam dikulit dan diare.
7. Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar
dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang
karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus dinding lambung
sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan peritonitis
(peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan keadaan
ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi
penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya
saluran lambung yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri
perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung,
sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan
nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan ini meliputi :
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah.
Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan
bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa
pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan
pada lambung.
4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan
dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop)
melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum
endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test
ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko
akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada
tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dironsen.
J. PENCEGAHAN
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran
untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.
1. Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam,
gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis
makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya.
Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
2. Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa
lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3. Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan
terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung,
sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung.
4. Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah
makanan dari usus secara lebih cepat.
5. Kendalikan stress
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga
dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan
pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka
kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet
yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang
cukup.
6. Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan
menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang
sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung Acetaminophen.
7. Ikuti rekomendasi dokter
Rutin kontrol jika merasakan keluhan
K. PENATALAKSANAAN
Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.
1. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka diberikan
Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-
tukak (misalnya Omeprazole).
2. Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan
(penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 %
penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering
berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid
(untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk
mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan
hebat karena Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber
perdarahan dengan tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut
mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3. Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita
sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti
peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi
lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya Ulkus
karena obat anti peradangan non-steroid.
4. Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis
Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5. Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus
mendapatkan suntikan tambahan vitamin B12.
6. Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh
lambung.
7. Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.
8. Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi
sering.
9. Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti
sambal, bumbu dapur dan gorengan.
10. Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien
dengan gastritis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS
PENGKAJIAN
Metode yang dapat digunakan dalam pengkajian berupa wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi umum, catatan tertulis dari pelayanan kesehatan
profesional lain, hasil pemeriksaan diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan
interaksi dengan perawat, dokter, atau ahli yang lain.
Pengkajian kesehatan meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor
pencetus dan manifestasi-manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan
menanyakan mengapa ia mencari bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala,
tanyakan pasien mengenai keluhan utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan
masalah pertama kali dirasakan? Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang
dilakukan pasien bila masalah pertama kali dihadapi? Apakah ini berhubungan
dengan masukan makanan?
1. Durasi
Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau menetap?
Bila masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau
intermitten?
2. Kualitas dan Karakteristik
Minta pasien untuk menggambarkan masalah
3. Tingkat Keparahan
Apakah ini mempengaruhi kemampuannya melakukan aktivitas kehidupan
sehari – hari seperti biasanya.
4. Lokasi
Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang lain?
Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi manifestasi?
5. Faktor Pencetus
Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan masalah?
Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
Kapan ini terjadi?
Apakah berhubungan dengan makanan, minuman atau aktivitas?
Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan nyeri?
6. Faktor Penghilang
Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk mengurangi masalah?
Sudahkah mencoba obat-obatan ?
Mengubah posisi atau hal lain yang dapat menghilangkan nyerinya?
7. Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis
Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien bila masalahnya ada?
Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual, muntah atau diare?
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.
2. Respirasi : tidak mengalami gangguan.
3. Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, kulit/membrane
mukosa berkeringat ( status syok, nyeri akut).
4. Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
5. Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu
hati, tidak toleran terhadap makanan (coklat, pedas), membrane mukosa
kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, obat-obatan dan stressor
psikologi.
6. Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.
7. Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
8. Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya tanda
ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Brunner and Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.