Kel 5 Askep Gerontik Dengan Penurunan Fungsi Muskuloskeletal
Kel 5 Askep Gerontik Dengan Penurunan Fungsi Muskuloskeletal
Kel 5 Askep Gerontik Dengan Penurunan Fungsi Muskuloskeletal
Asuhan Keperawatan Gerontik ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Daring
pada Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
FORMAT PEGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. BIODATA
Unit/ UPT : Panti Werdha Nama Wisma : Mulia
Nama Klien : Ny.M No Reg. : 1653789920
Umur : 65 tahun Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat asal : Tulungagung
Tanggal Pengkajian 5 mei 2020
Tanggal waktu dating 1 mei 2020 Lama tinggal di Panti : 4 hari
Riwayat penyakit sekarang : klien mengatakan sering merasakan nyeri pada lutut kaki sebelah kiri
dan pasien juga mengatakan tidak tahu apa itu osteoartritis /rematik. Klien memiliki reapon reflek
grimace 1, tampak memegangi lututnya yang sakit dengan skala nyeri 3 dan px terbangun malam
hari karena nyeri, pasien berdiri dari kursi menggunakan kekuatan lengan dan langkah kaki kiri
pendek, tidak melewati kaki kanan, lanjang langkah kaki kanan dan kaki kiri tidak sama
Riwayat penyakit yang lalu : pasien pernah mengalami rematik 3 bulan yang lalu
3. AKTIVITAS LATIHAN
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandiri Skor
Bantuan Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya 5-10 15 10
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi) 0 5 5
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh, 5 10 5
menyiram)
5 Mandi 0 5 0
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan kursi 0 5 0
roda )
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 5
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
Jumlah : 60
Interpretasi :
Jika skore kurang dari 60 : memerlukan bantuan pada beberapa aktifitas
Jika skore > 60 - < 90 : memerlukan bantuan minimal/ ringan
Jika skore 90 : mandiri
Dari hasil penilaian Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
didapatkan jumlah skor 60 yaitu pasien memerlukan bantuan minimal/ringan
ALAT BANTU :__ Tidak __ Kruk __ Pispot disamping tempat tidur _____ Tripot
____ Walker Tongkat __ Kursi roda __ Lain- lain, sebutkan___________________
5. ELIMINASI
Kebiasaan defekasi (BAB): 1 kali/hari ___ kali/minggu Tgl Defekasi terakhir___________
Pola BAB saat ini : dalam batas normal (DBN) ____ Konstipasi ___Diare
___Inkontinensia ___Nyeri ___Keluar darah Warna f eces : tidak terkaji
Colostomy : tidak ___Ya Dapat merawat sendiri Colostomy : ___Ya ___Tidak
Kebiasaan BAK: 3-4 kali/hari Jumlah tidak terkaji cc/hari ____Malam sering berkemih
___Kesukaran menahan/beser ___Nyeri/disuri ___Menetes/oliguri ___Anuri
Warna Urin:_______ Alat Bantu: ___Folley kateter ____kondom kateter
_____ngompol
6. TIDUR-ISTIRAHAT
Kebiasaan tidur: 7 jam/malam hari (pukul 21.00-04.00 malam) 2 jam /tidur siang (pukul 14.00-
16.00 siang) Nyenyak tidur ___Ya tidak Masalah tidur ____ Tidak ada Ya ____
terbangun malam hari ____Sulit tidur/ Insomnia ___Mimpi buruk ___ Nyeri/tdk nyaman
____Gangg. Psikologis, sebutkan
11. PERAN-HUBUNGAN
Peran saat ini yang dijalankan : sebagai ibu
Penampilan peran sehubungan dengan sakit : ___ Tidak ada masalah ___Ada masalah,
sebutkan :____________________________________________________________________
Sistem pendukung: ___Pasangan(Istri/Suami) ____Saudara/famili ____Orang tua/wali
____ teman dekat ____ tetangga _____anak
Interaksi dengan orang lain : ___Baik ___ Ada masalah ___________________________
Menutup diri : ____ Tidak ____ Ya ___________________________________________
Mengisolasi diri/diisolasi orang lain : ____Tidak ____ Ya ________________________
Pengkajian fungsi sosial dengan Apgar Keluarga Dengan Lansia : _______Fungsi baik
____ Disfungsi berat _____ Disfungsi sedang(Lihat Lampiran Form 7)
12. NILAI-KEYAKINAN
Agama yang dianut: islam Pantangan agama:____Tidak ___Ya(sebutkan) menjauhi larangan
agama islam
Meminta dikunjungi Rohaniawan: ___Ya ____Tidak
Nilai/keyakinan terhadap penyakit yang diderita : sudah tua dan pasrah dengan keadaan
Distres Spiritual : ____ Tidak _____ Ya,
sebutkan______________________________________
B. PERNAFASAN/SIRKULASI
Kualitas: ____DBN ____Dangkal ___Cepat- dalam ___Cepat dangkal
Batuk: ___Tidak ___Ya Sputum : ___ Tidak ada ___Banyak Warna___________
Auskultasi:
Lobus Ka. Atas ___DBN Suara abnormal _______________________________
Lobus Ki. Atas ___DBN Suara abnormal ________________________________
Lobus Ka. Bawah ___DBN Suara abnomal __________________________________
Lobus Ka. Bawah ___DBN Suara abnormal_________________________________
Bunyi jantung : ____ DBN ____Bunyi abnormal ________________________________
Pembesaran vena jugularis : _____Tidak ___Ya Edema tungkai : ____Tidak
____Ya Sebutkan ___________________________________________________________
Nadi kaki kanan (pedalis): __kuat ___lemah ____tak ada
Nadi kaki kiri (pedalis): ___kuat ___lemah ____tak ada
C. METABOLIK- INTEGUMEN
Kulit:
Warna: ___DBN ___Pucat ___Sianosis ___Kuning/ikterik ___Lain-
lain________________________________________________________________
Suhu kulit: ___DBN ___Hangat ___dingin Turgor ___DBN ___Buruk
Edema: ___tidak ada ___Ya (jelaskan/lokasi) dibagian lutut sebelah kiri
Lesi: ___Tidak ada ___Ya (jelaskan /lokasi) _____________________________
Memar: ___Tidak ada ___Ya (jelaskan/lokasi)_____________________________
Kemerahan: ___Tidak ada ___Ya (jelaskan/lokasi)__________________________
Gatal-gatal: ___Tidak ___Ya (jelaskan/ lokasi) _____________________________
Terpasang Selang Infus/ cateter : ____Tidak ____Ya _______________________ Mulut:
Gusi: ___DBN ____stomatitis ___perdarahan___________________________
Gigi: ___DBN ___Caries ____Berlobang
Abdomen
Bising usus: ___Ada ___Tidak ada (DBN) Ascites ____tidak ___Ya
Nyeri tekan : ___Tidak ____Ya Jelaskan _____________________________
Kembung : ____Tidak ____Ya Tearaba massa/tumor : ____Tidak ___Ya
Regio _____________________________________________________________
D. NEURO/SENSORI
Pupil: ___Sama __Tidak sama ____ Kiri: ___Kanan: ____Ki dan Ka
Reaksi terhadap cahaya
Kiri: ___Ya ___Tidak/Sebutkan_________
Kanan: ___Ya ___Tidak sebutkan________________________________
Keseimbangan:
1) skor 19 , kesimpulan Resiko jatuh sedang _________baik _______Kurang
2) Kecepatan berjalan : skore 1 , kesimpulan : ______ baik ____cukup ____ kurang
____ tidak mampu (Lihat Lampiran Form 8 )
Genggaman tangan: ___Sama Kuat ___Lemah/Paralisis ( ___Ka ___Ki)
Otot kaki: ___Sama Kuat ___Lemah paralysis ( __Ka ___Ki )
Parastesia/kesemutan : ____Tidak ____Ya Sebutkan ___________________
Anastesia : ____Tidak _____Ya Sebutkan _________________________
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Jenis Hb GDP/GD 2 HDL/ Uric Ureum Widal Lain-2 Lain-2
Jam PP LDL/VLDL Acid ……… ………..
Hasil
Tgl
2. Foto Rontgen :+
3. ECG :-
4. USG :-
5. Lain-lain : Rongten (+)
Lampiran Form 1 :
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No Indicators score
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah dan jenis 2
makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol setiap harinya 2
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat makan 2
makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau lebih setiap 1
harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, memasak 2
atau makan sendiri
Total score 2
American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001
Interpretations:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥: High nutritional risk
Dari hasil penilaian Pengkajian determinan nutrisi didapatkan hasil skor 2 yaitu
determinan nutrisi pasien baik
Lampiran Form 2
1. Pengkajian Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri
Gangguan emosional
Kesimpulan : dari pengkajian di atas, Ny.M tidak mengalami gangguan emosional
(Depkes RI, 2004)
Lampiran FORM 3
Lampiran FORM 4
3. IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF
Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada poin ke-
2 (tiap poin nilai 1)
Total nilai 30 24
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : nilai kemampuan kognitif Ny.M 24, yaitu pasien tidak ada gangguan kognitif
Lampiran Form 5
Pengkajian Kecemasan (Geriatric Anxiety Scale)
Nilai Keterangan
No Pertanyaan Tidak Pernah Jarang Sering
Pernah (1) (2) (3)
(0)
1. Apakah Anda merasa jantung
berdebar kencang dan kuat?
2. Apakah nafas Anda pendek?
3. Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
4. Apakah Anda merasa seperti hal
yang tidak nyata atau diluar diri
Anda sendiri?
5. Apakah Anda merasa seperti
kehilangan kontrol?
6. Apakah Anda takut dihakimi oleh
orang lain?
7. Apakah Anda malu/takut
dipermalukan?
8. Apakah Anda sulit untuk tidur?
9. Apakah Anda kesulitan untuk tetap
tertidur/tidak nyenyak?
10. Apakah Anda mudah tersinggung?
11. Apakah Anda mudah marah?
12. Apakah Anda mengalami kesulitan
berkonsentrasi?
13. Apakah Anda mudah terkejut?
14. Apakah Anda kurang tertarik dalam
melakukan sesuatu yang Anda
senangi?
15. Apakah Anda merasa terpisah atau
terisolasi dari orang lain
16. Apakah Anda merasa seperti
pusing/bingung?
17. Apakah Anda sulit untuk duduk
diam?
18. Apakah Anda merasa terlalu
khawatir?
19. Apakah Anda tidak bisa
mengendalikan kecemasan Anda?
20. Apakah Anda merasa gelisah,
tegang?
21. Apakah Anda merasa lelah?
22. Apakah Anda merasa otot-otot
tegang?
23. Apakah Anda mengalami sakit
punggung, sakit leher, atau otot
kram?
24. Apakah Anda merasa hidup Anda
tidak terkontrol?
25. Apakah Anda merasa sesuatu yang
menakutkan akan terjadi?
Jawaban dengan rentang dari 0 (tidak sama sekali) hingga 3 (sering). Adapun cara penilaiannya
adalah dengan sistem skoring tersebut yaitu:
Nilai 0 = Tidak pernah sama sekali, Nilai 1 = Pernah, Nilai 2 = Jarang, Nilai 3 = Sering
Rentang hasil skor dari 0 hingga 75, semakin tinggi skor mengindikasikan semakin level
kecemasan tertinggi.
Nilai 0-18 : level minimal dari kecemasan
Nilai 19-37 : kecemasan ringan
Nilai 38-55 : kecemasan sedang
Nilai 56-75 : kecemasan berat
Dari hasil penilaian Pengkajian Kecemasan (Geriatric Anxiety Scale) didapatkan nilai
38 yaitu pasien mengalami kecemasan sedang
Lampiran Form 6
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10 Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
.
11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
.
12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
.
13 Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
.
14 Anda merasa tidak punya harapan 1 0 1
.
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
.
Jumlah 3
Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing,
2006
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
Dari hasil pengkajian didapatkan nilai skor 3 yaitu pasien diindikasikan tidak depresi
Lampiran Form 7:
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
Lampiran Form 8:
Pengkajian Keseimbangan
SKOR MAKSIMAL 28
Tinetti Balance and Tenetti Gait (1993, dalam Gerontological Nursing, 2006
Intepretasi:
≤ 18 = resiko jatuh tinggi
19-23 = resiko jatuh sedang
≥24 = resiko jatuh rendah
Dari hasil pengkajian keseimbangan didapatkan total skor pasien 19 yaitu artinya
resiko jatuh sedang
PENGKAJIAN FOKUS
Tanggal/ Data Fokus Masalah
Nama
Perawat
5 mei 2020 S: Ny. M mengatakan sering merasakan Lansia
nyeri pada lutut kaki kiri
Inflamasi non bacterial disebabkan
O : - Tampak memegangi lutunya oleh infeksi
endokrin,autoimun,metabolisme,faktor
yang sakit
usia, faktor genetic, factor lingkungan,
- Skala nyeri 3 aktor makanan
- Mampu berdiri dari kuris, tapi
Rheumatoid arthritis
menggunakan kekuatan lengan
- Langkah kaki kiri pendek, tidak Perubahan fisik
melewati kaki kanan
Penurunan aktivitas
- Panjang langkah kaki kanan dan
kaki kiri tidak sama Sinovili
- Resiko jatuh
Hiperemia&pembengkakan
Nyeri
tentang penyakit
- Pasien tampak cemas Perubahan kejiwaan
Demensia
Ansietas
Sinovili
Hiperemia&pembengkakan
Nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
dengan terapi relaksasi
dan menggunakan obat
urut
2. Terapi Relaksasi
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi penurunan
tingkat energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
- Identifikasi kesendian,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
- Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, suhu
sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
- Gunakan pakaian
longgar
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
- Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik / cara non
farmakologi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan
kepada px dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi :
- Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
- Anjurkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
- Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan
FORMAT TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.M
Ruang :-
Diagnosa Tgl/Inisial
Keperawatan/ Perawat Implementasi
Masalah
Kolaboratif
Nyeri akut 5 Mei 2020 Observasi :
08.00 WIB sampai - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
09.00 WIB frekuensi, kualitas. intesitas nyeri
Hasil : px mengeluh nyeri lutut pada
kaki kiri, frekuensi nyeri terus
menerus, nyeri seperti ditusuk-tusuk
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil : perawat sudah mengajarkan
teknik non farmakologi (distraksi
dan relaksasi) dan mengajarkan
untuk memakai minyak urut saja
px dapat melakukan dengan benar
teknik non farmakologi
Terapeutik
- Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
Hasil : Iya keluarga selalu
menenmani px
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Hasil : px memahami dan mengerti
penjelasan perawat
Terapeutik :
- Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tiudr)
Hasil : sudah, kamar px dalam
kondisi tenang dan nyaman
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Hasil : perawat sudah menjelaskan
pentingnya tidur cukup bagi px
CATATAN
O : - k/u cukup
- pasien masih tampak kurang tidur
- pasien jarang terbangun pada malam hari
- pasien tidak tampak sering menguap
P : lanjutkan intervensi
A. Prosen Menua
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,
2000)
Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas yang akan terus menerus
mengalami perubahan melalui proses menua yang bersifat mental psikologis dan social,
neskipun dalam kenyataannya terdapat perbedaan anatar satu orang dengan orang lainnya
(Departemen Sosial RI, 2002)
Perubahan normal musculoskeletal adalah perubahan yang terkait usia pada lansia
termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan
porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekauan
sendi-sendi.
Gangguan muskuloskeletal pada usia lanjut merupakan salah satu dan demikian banyak
kasus geriatri yang lazim dijumpai di praktik sehari-hari. Pada kenyataannya, sedikit sekali
jenis kelainan muskuloskeletal yang bersifat endemis pada usia lanjut. Tidak dapat disangkal
bahwa kaum usia lanjut lebih sering menderita osteoarthritis, penggantian sendi melalui
tindakan bedah, maupun kelainan kronis pada rotator cuff. Untuk dapat memahami kelainan
muskuloskeletal pada kelompok usia lanjut, perubahan-perubahan seiring dengan pertambahan
usia yang timbul pada otot, tulang, persendian, jaringan ikat, dan persarafan harus diketahui.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain
yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya
gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi
otot. Di daerah urban, dilaporkan bahwa keluhan nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistem
musculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap
kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf
kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang
ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
A. Perubahan Terkait Usia pada Fungsi Sistem Muskuloskeletal
Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan
menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas
tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan melalui 2 proses
yaitu; modeling dan remodeling, pada keadaan normal jumlah tulang yang dibentuk
remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa
tulang yang hilang nol. Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang
ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan
kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini lebih nyata pada
wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada wanita
pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun, pengurangan tulang lebih mengenai bagian
trabekula dibanding dengan kortek. Pada pemeriksaan histologi wanita pasca menopouse
dengan osteoporosis spinal hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan
laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari puncak massa tulang.
Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah
dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan
kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler mengalami degenerasi
Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan mobilitas hilang sehingga
sendi kaku, kesu¬litan dalam gerak yang rumit.
Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot terutama mengenai
serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan serabut otot.
Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal
berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi melambat. Selain
penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan jaringan lemak.
Perubahan Fisik Sistem muskuloskeletal pada lansia :
1. Tulang kehilangan densikusnya yaitu rapuh.
2. Resiko terjadi fraktur.
3. Kyphosis.
4. Persendian besar & menjadi kaku.
5. Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
a. Gerakan volunter yaitu gerakan berlawanan.
b. Gerakan reflektonik yaitu Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan
pada lobus.
c. Gerakan involunter yaitu Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap
suatu perangsangan terhadap lobus
d. Gerakan sekutu yaitu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas
dan ketangkasan otot volunter.
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :
1. Tulang
Tulang menyediakan kerangka untuk semua sistem muskuloskelethal dan bekerja
berhubungan dengan sistem otot untuk memfasilitasi pergerakan. Fungsi tambahan tulang
pada tubuh manusia adalah penyimpanann calcium, produksi sel darah, dan mendukung
serta melindungi jaringan dan organ tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras
disebut cortical atau tulang padat, dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang
disebut trabecular. Bagian cortical terhadap komponen tabecular berubah berdasrkan tipe
tulang. Tulang panjang misalnya, radius dan femur, mengandung sebanyak 90% corticol,
sedangkan tulang vertebrata susunan utamanya adalah sel trabecular. Corticol dan
trabecular merupakan komponen tulang yang berpengaruh pada lansia.
Pada lansia terdapat perubahan pada susuanan pembentukan tulang yaitu :
a. Tulang cortikal
Mulai umur 40 tahun, terjadi perubahan penurunan sejumlah tulang cortical 3 %
perdecade pada laki-dan wanita berlanjut terus sampai akhir dewasa.
Setelah menopause, wanita terjadi penambahan penurunan/ kehilangan tulang cortical,
sehingga jumlah rata-rata penurunan mencapai 9% sampai 10 % perdecade pada umur
45-75 tahun. Penurunan tulang corticl berakhir pada umur 70- 75 . Hasil akhir
perubahan ini seumur hidup kira-kira 35%-23% pada wanita dan laki-laki berturut-
turut.
b. Tulang trabecular
Serangan hilangnya tulang trabecular lebih dulu dari serangan kehilangan cortical pada
wanita dan laki-laki. Rata-rata hilangnya tulang trabecular kira-kira 6%-8% perdecade
setelah menopause, wanita terjadi kehilangan tulang trabecular secara cepat Hasil akhir
kehilangan seumur hidup kira-kira 50%- 33% pada wanita dan laki-laki seumur hidup.
c. Peningkatan reabsorpsi tulang oleh tubuh.
d. Penurunan penyerapan kalsium
e. Serum parathyroid hormone meningkat
f. Gangguan regulasi aktivitas osteoblast.
g. Gangguan pembentukan tulang, sekunder untuk mengurangi matriks tulang.
h. Jumlah fungsi sel marrow yang digantikan oleh jaringan sel lemak
2. Otot
Semua kegiatan sehari-hari (ADL) langsung dipengaruhi oleh fungsi otot, yang di
kendalikan oleh saraf motorik. Perubahan yang berhubungan dengan usia berdampak besar
pada fungsi otot, yaitu :
a. Hilangnya masa otot sebagai hasil penurunan dalam ukuran dan jumlah serat otot
b. Penurunan serat otot dengan penggantian selanjutnya oleh jaringan penghubung dan
akhirnya oleh jaringan lemak.
c. Penurunan membran sel otot dan keluarnya cairan dan pota.
Dengan umur 80 tahun, kira-kira masa otot hilang (Tonna, 1987). Pada penjumlahan,
terdapat kehilangan saraf motorik yang berhubungan dengan usia, dan ini
mempengaruhi fungsi otot. Dan pada akhirnya perubahan yang berhubungan dengan
usia adalah kemunduran fungsi motorik dan hilangnya kekuatan dan ketahanan otot.
3. Persendian
Pada persendian perubahan yang terjadi adalah :
a. Penurunan viskositas cairan synovial
b. Terbentuknya jaringan perut dan adanya kalsifikasi pada persendian.
c. Jaringan penghubung (kolagen dan elastis)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago,
dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak
teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada
jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan
tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena
penuaan, tensile strenght dan kekakuan dari kolagen mulai menurun.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung
mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada
kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan
kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan
hambatan dalam melaksanakn aktivitas sehari-hari
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan
akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif.
Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau
hilang secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada
kolagen kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami
fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang
rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam
kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya
kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering
terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah
mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya
aktivitas sehari-hari.
B. Faktor-Faktor Resiko
Adapun sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Mekanik : penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis), stenosis spinal.
2. Matabolik : osteoporosis, myxedema, penyakit paget.
3. Berkaitan dengan keganasan : dermatomyositis, neuromiopati.
4. Radang : polymyalgia rhematica, temporal arthritis, gout.
5. Pengaruh obat.
Faktor Penyebab Keluhan Pada Sistem Muskuloskeletal Peter Vi (2000) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem
muskuloskeletal yakni, antara lain:
1. Peregangan Otot yang Berlebihan.
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja yang
aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,
mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Hal ini terjadi karena pengerahan
tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot dan bila sering dilakukan maka
dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya
cedera otot skeletal.
2. Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-
menerus seperti pekerjaan mancangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dan
sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah.
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh
bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Umumnya karena karakteristik tuntutan
tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja
(Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba,
2000). Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh adanya
ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja. Sebagai
negara berkembang, Indonesia masih tergantung pada perkembangan teknologi negara-
negara maju khususnya dalam pengadaan peralatan industri. Sebagai contoh,
pengoperasian mesin-mesin produksi di suatu pabrik yang diimpor dari Amerika dan Eropa
akan menjadi masalah bagi sebagian besar pekerja di Indonesia. Hal tersebut disebabkan
karena Negara pengekspor di dalam mendesain mesin-mesin hanya didasarkan pada
antropometri dari pekerja mereka, yang pada kenyataannya ukuran tubuh mereka lebih
besar dibandingkan dengan pekerja di Indonesia. Dapat dipastikan kondisi tersebut akan
menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan mesin. Apabila terjadi
dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi keluhan yang pada akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya cidera otot.
4. Faktor Penyebab Sekunder
a. Tekanan: Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh,
pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan
menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini sering terjadi dapat
menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b. Getaran: Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat
meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot
c. Mikroklimat: Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit
bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan
paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau
besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh
tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi
dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen kerja
otot. Akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen kerja otot menurun,
proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang
dapat menimbulkan rasa nyeri otot.
d. Penyebab Kombinasi.
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila melakukan
tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang
bersamaan misalnya pekerja harus melakukan aktivitas angkat angkut dibawah tekanan
panas sinar matahari seperti yang dilakukan para pekerja bangunan.
Di samping kelima faktor terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal tersebut diatas,
beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi
penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.
C. Konsekuensi Fungsional
Konsikuensi fungsional yang ditimbulkan yaitu:
1. Nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Ansietas
4. Resiko jatuh
5. Gangguan pola tidur
lansia
Phatway
Inflamasi non bacterial disebabkan oleh infeksi indokrin, autoimun, metabolism, faktor usia, faktor genetic,faktor makanan dan faktor
linkungan
Rheumatoid
Perubahan fisik arthritis
Perubahan kejiwaan
Perubahan system
Penurunan akifitas neurologi
Penuruan daya ingat
tngkat pendidikan
Kelaian pada tulang rendah
sinovili Peuruan fungsi otot, Perubahan fisiologis
dan sendi pendenara, persarafan
penglihatan
Fungsi intelektual
Hipertermia dan
Erosi tulang&
pembengkakan Resiko jatuh Fase laten
kerusakan pada
tulangrawan terbangun di mlam
Nekrosis dan hari dimensia
kerusakan dlm Reaksi peradangan cidera
ruang sendi
Hambatan mobilitas
fisik
ansietas