Gangguan Gizi Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan Prasekolah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Tugas : Individu

Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita

Dosen pembimbing : Endri Nisa, SKM., M.Kes

MAKALAH

‘’Gangguan Gizi Yang Bisa Terjadi Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan
Prasekolah”

Di Susun Oleh :
SISRAH (18.013)

PROGRAM STUDI DII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya Saya dapat
menyelesaikan makalah ini  yang berjudul ”Gangguan Gizi pada Neonatus, Bayi,
Balita, dan anak Prasekolah”.

Salawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat beliau.

Dalam penyelesaian penulisan makalah  ini, Saya mendapat bimbingan, arahan


dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-sebesarnya. Kepada Ibu Endri Nisa, SKM., M.Kes selaku dosen
pembimbing Mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.

Segala usaha telah saya lakukan untuk menyempurnakan makalah  ini. Namun
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan guna perbaikan Makalah di masa yang akan datang.

Makassar, 17 Maret 2020

Penyusun

Sisrah(18.013)

i
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A.      Latar Belakang.................................................................................................................1
B.  Rumusan Masalah...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Definisi Gizi..........................................................................................................................3
B. Pengertian ASI Eksklusif.......................................................................................................4
C. Manfaat ASI..........................................................................................................................4
D. Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Neonatus Bayi, balita, dan anak prasekolah............11
E. Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah.....................13
F. Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Neonatus,Bayi,Balita,dan Prasekolah........13
G. Pemenuhan Gizi Pada Balita..............................................................................................17
H. Menu Makanan Balita........................................................................................................24
I. Gangguan Gizi Pada Anak PraSekolah................................................................................25
J.  Upaya Peningkatan Gizi Anak Prasekolah..........................................................................27
BAB III PENUTUP....................................................................................................................29
A.    Kesimpulan......................................................................................................................29
B.     Saran..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................30

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh 
seorang anak karena faktor eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut
keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk
membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam
diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa.
Tetapi mereka pun bisa menolak makanan yang disajikan tidak memenuhi selera
mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk
sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.
Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan badan
yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan
otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.
Faktor yang paling terluhat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan. Ibu biasanya memberikan makan yang enak kepada anaknya tanpa tahu
apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

2
B.  Rumusan Masalah

1. Pengertian gangguan gizi yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan
prasekolah
2. Penyebab gangguan gizi yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan
prasekolah
3. Proses gangguan gizi yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan prasekolah
4. Akibat yang ditimbulkan gangguan gizi yang terjadi pada neonatus, bayi,
balita, dan prasekolah
5. Upaya Penanganan gangguan gizi yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan
prasekolah
6. Upaya Pencegahan gangguan gizi yang terjadi pada neonatus, bayi, balita, dan
prasekolah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Gizi

Gizi berasal dari kata Gizawa (bahasa arab), yang berarti pemberian zat-zat makanan
kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang
normal dan sehat (Maryunani, 2012)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi
(Supariasa, 2002)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gizi adalah zat-zat
makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.
Kebutuhan penting pertama akan nutrisi pada bayi baru lahir adalah ASI. Makanan
untuk bayi sehat terdiri dari ASI, jika ASI tidak mencukupi dapat diberikan susu
formula.
Selanjutnya sebagai makanan pelengkap setelah bayi berusia 6 bulan terdiri dari
buah-buahan, biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim atau makanan
lain yang sejenis, namun pemberiannya secara bertahap sesuai dengan usia anak.

Gisi untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI merupakan makanan yang
terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi
sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan
bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti
sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja. Pemerintah Indonesia melalui PP Nomor

4
33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif Telah menetapkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan pada ibu di Indonesia

B. Pengertian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung
semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Roesli,
2008).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan,diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNICEF dan
World Health Assembly (WHA) yang menyarankan pemberian ASI Eksklusif hanya
memberikan ASI saja tanpa tambahan pemberian cairan (seperti : air putih, madu,
susu formula, dan sebagainya) atau makanan lainnya (seperti : buah, biskuit, bubur
susu, bubur nasi, tim, dan sebagainya) (Roesli, 2008).

C. Manfaat ASI

Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari pemberian ASI


1) Manfaat ASI untuk Bayi
a) Komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi
Setiap wanita telah dipersiapkandengan sepasang payudara yang akan memproduksi
susu untuk makanan bayi yang bau dilahirkannya. Salah satu keajaiban ASI adalah
dapat secara otomatis akan mengubah komposisinya sesuai dengan perubahan dan
kebutuhan bayi di setiap tahap perkembangannya.
b) Mengandung zat protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita penyakit karena adanya zat protektif
dalam ASI. Zat protektif yang terdapat pada ASI adalah sebagai berikut:
(1) Lactobacillus bifidus

5
Lactobasillus bifidusberfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam
asetat. Kedua asam ini menjadikan pencernaan bersifat asam sehingga menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. ASI mengandung zat faktor pertumbuhan
Lactobacillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung faktor ini.
(2) Laktoferin
Laktoferin adalahprotein yang berikatan dengan zat besi. Dengan mengikat zat besi,
maka laktoferin bermanfaat menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu
Staphylococcus, E Coli, dan Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi
untuk pertumbuhannya. Selain menghambat pertumbuhan bakteri tersebut, laktoferin
dapat pula menghambat pertumbuhan jamur Candida.
(3) Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat mencegah dinding bakteri (bakterisidal) dan
antiinflamasi, bekerja bersama peroksida dan aksorbat untuk menyerang bakteri E.
Coli dan sebagian keluarga Salmonella. Keaktifan lisozim ASI beberapa ribu kali
lebih tinggi dibanding susu sapi. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor protektif
lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6
bulan pertama setelah kelahiran.
(4) Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik,
anafilaksonik, dan kemotaktik, yang bekerja bila diaktifkan oleh Iga dan IgE yang
juga
terdapat dalam ASI.
(5) Antibodi
ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin SIgA. Antibody dalam ASI
dapat bertahan dalam saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya,
sehingga mencegah bakteri pathogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.

6
(6) Imunitas seluler
ASI mengandung sel – sel. Sebagian besar (90 %) sel tersebut berupa makrofag yang
berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4,
lisozim, dan laktoferin.
(7) Tidak menimbulkan alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan efek ini. Pemberian protein
asing yang ditunda sampai usia 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
c) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa
aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk membangun dasar kepercayaan diri
(basic sense of trust)
d) Mengupayakan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan setelah periode perinatal yang baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas.
e) Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi
Insidens karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu
formula. Sisa tersebut akan berubah menjadi asam yang akan merusak gigi. Selain itu
kadar Selenium yang tinggi pada ASI akan mencegah karies dentis.
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah
yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan
botol dan dot.

7
2) Manfaat ASI untuk Ibu
a) Mencegah perdarahan pasca persalinan
Perangsangan pada payudara ibu oleh isapan bayi akan diteruskan ke otak dan
kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentuknya hormon oksitosin. Oksitosin
membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah terjadinya perdarahan pasca
persalinan.
b) Mempercepat pengecilan kandungan
Sewaktu menyusui terasa perut ibu mulas yang menandakan kandungan berkontraksi
dan dengan demikian pengecilan kandungan terjadi lebih cepat.
c) Mengurangi anemia
Menyusui eksklusif akan menunda masa subur yang artinya menunda haid.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan akan mengurangi
angka kejadian
anemia kekurangan besi.
d) Dapat digunakan sebagai metode KB sementara
ASI dapat digunakan sebagai metode KB sementara dengan syarat:
(1) Bayi berusia belum 6 bulan,
(2) Ibu belum haid kembali
(3) ASI diberikan secara esklusif
e) Mengurangi risiko kanker indung telur dan kanker payudara Selama hamil tubuh
ibu sudah mempersiapkan diri untuk menyusui. Bila ibu tidak menyusui akan terjadi
gangguan yang meningkatkan risiko terjadinya kanker indung telur dan kanker
payudara. Kejadian kanker payudara dan kanker indung telur pada ibu yang menyusui
lebih rendah dibandingkan yang tidak menyusui.
f) Memberikan rasa dibutuhkan
Dengan menyusui ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh
semua manusia.

8
E. Frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain
(kencing, kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat, ASI dalam lambungnya akan kosong dalam
waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Dengan menyusui non-jadwal,
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
di luar rumah dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari.
F. Cara menyimpan asi
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada perbedaan lamanya
disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan.
- Di temperatur ruangan= 6-8 jam
- Lemari es (4ºC) = 1 – 2 hari
- Freezer dalam lemari es (-4ºC) = 2 minggu – 4 bulan
ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena kualitasnya
akan menurun, yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa saat
di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau dapat pula direndam di dalam
wadah yang telah berisi air panas.
G. Tahapan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan bisa terpenuhi dari ASI saja atau susu formula
karena alasan medis. ASI sebaiknya terus diberikan sampai anak usia 2 tahun, namun pada
saat bayi usia 6 bulan harus mulai diberikan makanan pendamping ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizinya. Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah
makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
MP-ASI diberikan mulai umur 6–24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga, pengenalan. Pemberian MP-ASI diberikan kan secara bertahap sesuai

9
dengan usia anak yang dimulai dari MP-ASI yang jenis lumat, lembik sampai anak terbiasa
dengan makanan keluarga.
Bayi yang mendapatkan cukup ASI dan MP-ASI, berat badannya akan naik setiap bulan
sesuai dengan kenaikan berat badan anak pada KMS atau kenaikan berat badan dan tinggi
badan sesuai dengan Standar WHO 2006.
H. Dampak pemberian MP-ASI secara dini
Dampak pemberian MP ASI yang diberikan secara dini antara lain:
a. Menurunkan intensitas pengisapan bayi, yang akan berisiko untuk terjadinya
penurunan produksi ASI.
b. Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat
besi dari ASI sehingga menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.
c. Risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.
d. Kebutuhan gizi/nutrisi anak tidak terpenuhi.
e. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga risiko infeksi
meningkat.
f. Defluk atau kolik usus ( kerewelan atau tangisan yang terus menerus bagi bayi yang
dipercaya karena adanya kram di dalam usus).
I. Kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 bulan
Nutrisi bayi yang berusia 0-6 bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI Eksklusif). Hal-hal
perlu diperhatikan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 bulan adalah sebagai
berikut:
a. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum)
b. Jangan beri makanan/minuman selain ASI
c. Susui bayi sesering mungkin
d. Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari
e. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.
f. Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
g. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi lainnya
h. Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman dan penuh perhatian

10
i. Dukungan suami dan keluarga penting dalam keberhasilan ASI Eksklusif
Kebutuhan nutrisi bayi usia 6-8 bulan
Pada bayi usia 6 – 8 bulan pemberian ASI diteruskan serta pemberian makanan
tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat dua kali sehari.
Pemberian makanan tambahan diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah
semakin kuat. Makanan yang diberikan pada bayi usia ini harus sudah bervariasi,
terutama dalam memilih bahan makanan yang akan digunakan. Bahan makanan lauk
pauk seperti telur, hati, daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering, udang,
atau tempe tahu, dapat diberikan secara bergantian.
Jika Anda akan menyiapkan MP-ASI yang baik perlu memperhatian hal berikut:
a. Padat energy, protein dan zat mikro (zat besi, Zinc, Kalsium, Vitamin A, Vitamin
C dan
Folat)
b. Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa dan
pengawet
c. Mudah ditelan dan disukai anak
d. Tersedia lokal dan harganya terjangkau
Makanan utama adalah makanan padat yang diberikan secara bertahap (bentuk,
jumlah dan frekuensi)
Selain hal tersebut, anak juga berikan aneka makanan yang terdiri dari:
• Makanan pokok, seperti: nasi, ubi, sagu
• Lauk hewani: ikan, telur, hati, ayam dan daging
• Lauk nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan
• Sayur dan buah-buahan
• Beri makanan selingan 2 kali sehari , contoh: bubur kacang hijau, pisang, biskuit,
kue tradisional dan kue lain
L. Kebutuhan nutrisi pada bayi umur 12-24 bulan dan anak Prasekolah Kelompok
yang rawan gizi adalah bayi, balita dan anak prasekolah. Ketidak tahuan tentang cara

11
pemberian makanan yang baik dari jumlah, jenis frekuensi makanan menjadi suatu
penyebab terjadinya masalah kurang gizi pada bayi dan anak. Oleh karena itu sebagai
tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan melakukan KIE (Konsultasi, Informasi
dan Edukasi) tentang kebutuhan gizi pada anak .
Dalam pemenuhan gizi pada anak Ibu dan keluarga harus membiasakan memberi
asupan gizi yang terbaik untuk buah hatinya dan disesuaikan dengan kemampuan
finansial dan kemudahan memperolehnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
pemilihan bahan makanan, pengolahan, termasuk kebersihannya pada saat proses
memasak dan penyajiannya serta cara pemberiannya kepada anak.
Untuk mengurangi rasa bosan anak, ibu sebaiknya memiliki beraneka resep masakan
untuk anak sehingga bisa menghidangkan berbagai masakan.
- Utamakan memberikan MP-ASI dari makanan lokal. Jika mengunakan MP-ASI
buatan pabrik, baca cara pakainya dan perhatikan tanggal kadaluwarsanya
- Ajari anak makan sendiri dengan sendok
- Ajari anak minum dengan menggunakan gelas.

D. Faktor Penyebab Masalah Gizi Pada Neonatus Bayi, balita, dan anak
prasekolah

Sylva, Lestari (2015). Dalam penelitianya Ia menyatakan bahwa ada pengaruh


tentang pendapatan kepala keluarga dengan asupan makan dan status gizi pada
neonatus.
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling terkait. Terdapat dua
faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor makanan dan
penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama
adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor
penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya
kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan lingkungan. 

12
Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam,
sesuai kebutuhan, bersih, dan aman, misalnya bayi tidak memperoleh ASI eksklusif.
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare dan penyakit pernapasan
akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya
imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan
hidup terutama adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup
sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban, tidak
merokok , sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di keluarga,
khususnya pangan untuk bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif) dan 6-23 bulan (MP-ASI),
dan pangan yang bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait
pada kualitas pola asuh anak. Pola asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga,
dan pelayanan kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses
informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana,
dimana bayi dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah
gizi. Masalah gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur
di bawah dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari
ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum
bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan
makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya
ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya
pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan
baduta.
Anak usia 0-26 hari merupakan kelompok yang rawan ketika harus
mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan
perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.

13
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan
dengan cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau
ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor.
Apabila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu
formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.

E. Pengaruh Status Gizi Seimbang Bagi Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah

Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh adalah masukan
makanan (diet), sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan
kesehatan. Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang
tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari
penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan
badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat
dipantau dengan menggunakan KMS. Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita
warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai
nilai 5 % perubahan baku. Diatas kurve 100 % adalah status gizi lebih. Diatas 80 %
sampai dengan batas 100 % adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita
warna hijau muda sampai hijau tua.

F. Dampak Kekurangan Dan Kelebihan Gizi Pada Neonatus,Bayi,Balita,dan


Prasekolah

Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai
dengan kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi
mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama
akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh.
Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemi.

14
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat
menghambat pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga
terjadi marasmus (gizi kurang/buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan
defisiensi zat gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis
(kekurangan vit.D).
Jika dikaji secara mendalam penyakit kekurangan gizi disebabkan karena
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gisi esensial. Selain itu, adanya
ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorbsi, dan
penyakit infeksi. Dampak dari penyebab semua ini akan berlanjut pada penyakit akut
maupun kronik.
 
Adapun Gangguan yang dimaksud adalah:
1.      Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat dampak krisis ekonomi
terhadap kesehatan adalah ibu. Kesehatan ibu ini akhirnya akan mempengaruhi
kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang dibesarkan. Bayi dengan berat lahir
rendah merupakan salah satu dampak dari ibu hamil yang menderita kurang energi
kronis dan akan mempunyai statuz gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, juga berdampak serius terhadap kualitas generasi
mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental
anak,serta berpengaruh pada penurunan IQ.
2.      Gangguan pertumbuhan
Telah disebutkan diatas bahwa status gizi yang buruk akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan ada banyak jenis yang perlu
dibahas seperti mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Sehingga jika status gizi
buruk tidak ditangani secara intensif maka generasi akan cenderung mengalami
gangguan mental, fisik, sosial, spritual, dan budaya. Tapi yang paling berpengaruh
adalah gangguan perilaku dan fungsi otak. Generasi akan mengalami kebodohan dan
isolasi sosial hingga akhirnya bunuh diri.

15
3.      Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK adalah keadaan ibu yang menderita keadaan kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan Ibu hamil
(bumil). Tentunya selang waktu dari KEK ini cukup lama. Karena mulai dari usia
subur dengan status gizi buruk akan berdampak pada rahimnya kemudian berdampak
pada kehamilannya dan akhirnya berdampak pada janinnya, masa persalinan sampai
bayi dan anaknya yang akan tumbuh secara terus menerus dengan disertai gangguan
dan hambatan.
4.      Gangguan pertahanan tubuh
Status gizi yang kurang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap tekanan atau
stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga seseorang mudah
terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare,. Pada usia balita, keadaan ini akan
mengakibatkan kematian.
Kelebihan Nutrisi Pada Bayi dan Balita
a. Kelebihan nutrisi
 Kelebihan energi yang dikonsumsi dari karbohidrat, lemak dan protein
 Kelebihan energi diubah menjadi jaringan lemak yang ditimbun pada tempat
tertentu.
b. Obesitas
 Sering terjadi dan mengganggu anak dan orang tua
 Kecendrungan mendapat penambahan berat badan yang lebih saat bayi, batita
atau selama usia sekolah
 Susunan makanan mungkin seimbang
 Kuantitas melebihi kebutuhan tubuh.

16
c. Anak obesitas:
 Memiliki sifat rakus, menyimpan kalori yang berlebihan, sebagian besar dari
karbohidrat
 Hampir selalu tinggi untuk usianya
 Obesitas yang dikombinasi dengan TB yang pendek mengesankan adanya
penyakit
a. Penyebab obesitas Masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh pada bayi:
 Bayi yang minum susu botol
 Kebiasaan memberikan makanan atau minuman pada anak setiap kali
menangis
 Pemberian makanan tinggi kalori pada usia dini
b. Diagnosis obesitas
 Hitung IMT
 Anamnesis keluarga
 Identifikasi obesitas pada keluarga
 Evaluasi penyalit
Diet
 Siapa yang memberikan makanan
 Jenis makanan
 Pola makan
Aktivitas
 Identifikasi hambatan beraktifitas
 Waktu bermain dan istirahat
Gejala lain
 Komplikasi yang menyertai obesitasf.
Dampak obesitas
 Hiperlipidemia (tingginya kadar kolesterol dan lemak dalam darah)

17
c. Penanganan obesitas
Menurunkan berat badan sangat disarankan dengan kolaborasi anak dan keluarga.
 Pola makanan anak tetap seimbang
 Cemilan anak diganti menjadi buah
 Diet kalori terbatas
 Dorongan untuk banyak bergerak (30-60 menit dlm sehari)
 Besarnya dukungan moral
 Obat-obtan dihindari
 Hindari makanan cepat saji
d. Diet untuk bayi
 Terapi tujuan memperlambat kecepatan kenaikan berat badan
 Kebutuhan normal 110 kkal/kgBB/hari utk bayi < 6 bulan
 Kebutuhan normal 90 kkal/kgBB/hari utk bayi > 6 bulan
 Susu botol dikurangi dengan diselingi memberikan air tawar

G. Pemenuhan Gizi Pada Balita

1. Pengertian Gizi Pada Balita


Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun. Kelompok
anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang intensif untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Lima tahun pertama dari
kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi seluruh kehidupan di dunia. Sumber
daya manusia yang berkualitas baik fisik, psikis, maupun intelegensianya berawal
dari balita yang sehat. Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang berumur 0-4
tahun 11 bulan.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat
kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan
dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan,
dan tersedianya bahan makanan.

18
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu
asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih
bahan makanan untuk disantap.

2.  Karakteristik Balita


Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak
balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak
yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.

3. Kekurangan Nutrisi Pada Balita


Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam
darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan
kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia
(Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi
pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu
selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan penyakit infeksi. Salah satu dampak
yang paling mudah terjadi ketika anak-anak kekurangan gizi adalah tubuh yang lebih
mudah terkena berbagai penyakit. Tubuh yang tidak memiliki sistem kekebalan yang
baik sehingga berbagai jenis penyakit mudah menyerang.

19
4. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan
oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat
gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya
akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan
dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.

5. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi


Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita)
adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.

20
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan
gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidak tahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya
ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada
keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan
bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai
sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi
anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi
kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu


Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka
yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu
dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer,
daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan


Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu
masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap
anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan

21
yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna
keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap
ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk
untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi
makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu


Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya
yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya,
baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika
dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang
masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat
rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti,
akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi

22
buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan
kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk
mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.

g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi
penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria
kronis, cacingan.

7.      Akibat Gizi yang Tidak Seimbang pada Balita


a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1. Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
2. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
3. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
4. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

23
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat
badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat
menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama
maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi
badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk.

1. Marasmus
kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang
tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2. Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela-
sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya
mengalami pengurusan ( wasting ) . Edema dikarenakan kekurangan asupan protein
secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein
dalam tubuh sudah habis.

3. Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian
ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi
dari asupannya.

24
b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak
sesuai dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

a. Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.


b. Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
c. Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
d. Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat
sesuai keinginan orangtua.
e. Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

H. Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan


anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak
dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
 Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya
terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
 Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan
gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari.
Waktu-waktu yang disarankan adalah:
 Pagi hari waktu sarapan.
 Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
 Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
 Pukul 16.00 sebagai selingan

25
 Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
 Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
 Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

I. Gangguan Gizi Pada Anak Sekolah

Nutrisi merupakan komponen penting bagi kesehatan anak. Pertumbuhan dan


perkembangan yang dialami oleh anak-anak membuat mereka membutuhkan nutrisi
yang baik dalam hal protein, energi dan komponen nutrien lainnya. Hal tersebut juga
membuat mereka rentan terhadap kekurangan nutrisi dan gangguan pertumbuhan.
Pola makan yang dimulai sejak masa kanak kanak dapat mempengaruhi kesehatan
mereka selanjutnya. Pada masa kanak-kanak, pemberian nutrisi yang kurang baik
dapat mengakibatkan gagal tumbuh, obesitas, dan penyakit-penyakit terkait defisiensi
nutrisi. Akibat jangka panjang yang dapat ditimbulkan adalah meningkatnya risiko
penyakit degeneratif kelak saat usia lanjut.
Masalah gizi yang dihadapi oleh anak-anak pada usia sekolah dasar antara
lain: obesitas, gagal tumbuh, anemia karena kekurangan zat besi, dan karies pada gigi
geligi serta infeksi kecacingan. Obesitas biasanya disebabkan karena konsumsi
makanan yang melebihi kebutuhannya per hari. Sebaliknya, gagal tumbuh biasanya
disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi. Selain gagal tumbuh, kurangnya asupan
nutrisi juga dapat menyebabkan terjadinya anemia dan membuat anak rentan terhadap
infeksi. Karies disebabkan karena konsumsi makanan yang mengandung gula
berlebihan disertai dengan kebersihan gigi yang kurang terjaga. Infeksi kecacingan
disebabkan karena kurangnya kebiasaan cuci tangan saat makan dan seringnya tidak
menggunakan alas kaki saat beraktifitas.
Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini
dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah
dasar di Indonesia. Anak usia sekolah dasar dalam hal ini adalah anak dengan kisaran

26
usia 7-12 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh dr. Saptawati Bardosono, ahli
gizi dari Universitas Indonesia, di 5 sekolah dasar di jakarta, didapatkan sebanyak
94,5% anak mendapatkan asupan gizi di bawah angka kecukupan gizi yang
dianjurkan. Hal senada diungkapkan oleh Endang Dewi Lestari dengan penelitiannya
pada 10 sekolah dasar di Solo. Didapatkan semuanya menderita defisiensi zat seng.
Rendahnya kecukupan gizi pada kelompok anak usia sekolah dasar berpengaruh
terhadap pertumbuhan fisik, konsentrasi dan prestasi. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Satoto, ditemukan sebanyak 30-35% anak sekolah dasar tumbuh di bawah baku
yang ada.
Infeksi yang lama dan berat juga berhubungan erat dengan masalah gizi
berupa malnutrisi. Infeksi dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi. Seorang anak
yang mengalami infeksi membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak dari
biasanya. Sementara beberapa gejala yang dialami saat infeksi seperti diare dan tidak
nafsu makan membuat asupan nutrisi menjadi sulit. Sebaliknya, malnutrisi juga dapat
menyebabkan individu rentan terhadap terjadinya infeksi. Daya tahan tubuh kita
didukung oleh protein, zat besi, vitamin dan beberapa mikronutrien lainnya. Jika
asupan zat gizi tersebut kurang, kerja daya tahan tubuh menjadi tidak optimal.
Untuk mengatasi masalah gizi diperlukan beberapa upaya, terutama dari pihak orang
tua dan pihak sekolah. Makanan anak-anak pada usia sekolah dasar perlu
diperhatikan, terutama karena pada usia ini anak-anak tersebut masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan, sehingga keseimbangan gizi perlu dijaga.
Anak dengan usia sekolah dasar sudah dapat menentukan makanan yang
disukainya. Makanan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar ditentukan
berdasarkan berat badan, usia dan aktivitas anak. Anak laki-laki umumnya lebih
banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan anak perempuan, sehingga asupan
makanan yang mengandung lebih banyak energi perlu ditingkatkan. Sedangkan anak
perempuan pada usia sekolah dasar mulai memasuki usia haid, sehingga memerlukan
lebih banyak protein dan zat besi.

27
Sarapan pagi bagi anak-anak usia sekolah dasar sangat penting mengingat
aktivitas di sekolah yang melibatkan fisik dan konsentrasi belajar. Lingkungan
sekolah dasar umumnya memiliki banyak jajanan. Banyak anak menyukai makanan
jajanan yang hanya mengandung karbohidrat dan garam. Makanan tersebut hanya
akan membuat seorang anak cepat kenyang dan mengurangi nafsu makan anak.
Asupan gizi pada anak usia sekolah mulai dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena
anak-anak usia ini sudah mulai mengenal lingkungannya. Oleh karena itu, perhatian
orang tua dan pihak sekolah perlu ditingkatkan untuk mencegah gangguan nutrisi
berupa malnutrisi atau pun obesitas. Peran serta dari berbagai pihak dalam hal asupan
gizi diperlukan untuk memperbaiki status gizi anak-anak di Indonesia pada umumnya
dan anak-anak usia sekolah dasar pada khususnya.

J.   Upaya Peningkatan Gizi Anak Prasekolah

WHO telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting School,
melalui upaya promotif danpreventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif
yang berkualitas adalah :
a. Promotif dan Pencegahan
1.    Pemberian nutrisi yang baik dan benar (PMT, Sarapan dll)
2.    Perilaku hidup sehat jasmani dan rohani
3.    Deteksi dini dan pencegahan penyakit menular
4.    Deteksi dini gangguan penyakit kronis pada anak sekolah
5.    Deteksi dini gangguan pertumbuhan anak usia sekolah
6.    Deteksi dini gangguan perilaku dan gangguan belajar
7.    Imunisasi anak sekolah

28
b. Kuratif dan rehabilitasi.
1.    Penganan pertama kegawat daruratan di sekolah
2.    Pengananan pertama kecelakaan di sekolah
3.    Keterlibatan guru dalam penanganan anak dengan gangguan perilaku dan
gangguan belajar

29
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan 

Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur
bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi
jumlah ASI. Untuk itu bayi yang berumur 6 bulan di anjurkan untuk mengkonsumsi
bubur tim dengan cara pengolahan dan ragam sayuran/buah yang telah disebutkan di
atas.
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada
usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel
otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-
buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.

B.     Saran

a. Mahasiswa diharapkan agar mengetahui tentang penyelesaian masalah bidan


terhadap intranatal care.
b. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan tindakan secara aman dan mandiri
pada saat menghadapi intranatal care .

30
DAFTAR PUSTAKA

Anhari E dkk, 2005. Pemberian makanan untuk bayi dasar-dasar fisiologis.


Jakarta: Binarupa Aksara.

Esty W dan Estu Tiar. 2010. Asuhan Neonatus & Bayi. Jakarta: EGC,

Krisnatuti, D. & Yenrina, R. 2000.Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.


Jakarta: Puspa Swara.

Marmi,S.St.,Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mitayani, Wiwi S. 2010. Ilmu Gizi. Edisi 1. Jakarta: Trans Info Media.

31

Anda mungkin juga menyukai