Fatihhhhh 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PENGENALAN SEPINTAS KITAB DAN HADIST (KUTUBUS SIITAH)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Takhrij Hadist


Dosen pengampu : Syaiful Ali, M.Pd.

Disusun oleh :

Fatihatur Ruhana Izza (23010170245)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kitab hadits yang ada ditengah masyarakat pada saat ini dan yang dijadikan
pegangan umat Islam karna hadist sebagai sumber ajaran Islam selain Al-Qut’an, hadits
disusun oleh para penyusun stelah Nabi Muhammad wafat. Jarak wafatnya Nabi dan
penulisan kitab hadits terjadi banyak hal yang dapat menjadikan riwayat hadits untuk
menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Baik dari kemurniannya ataupun
keasliannya. Shahih al-Bukhari dan shahih Muslim yang yang penulis tahu bahwa kitab
hadist yang paling shahih bahkan kebenarnnya paling beser setelah al-Qur’an. Banyak
ulama hadits dan fuqoha menerapkan suatu hukum dan tuntunan sunnah yang diambil
dari kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim, karna ulama sepakat bahwa kedua itu
mengagkat mayoritas shahih yang sebenarnya. Dalam berbagai riwayat menyebutkan
bahwa kalangan sahabat pada masa itu cukup banyak yang enulis hadits secara pribadi,
tetapi kegiatan penu lisan terebut selain dimaksudkan untuk kepentingan pribadi juga
belum bersifat massal. Kutubu sittah termasuk kitab terbagus penulisan dan
penyusunannya, paling meluas umum manfaatnya dan paling banyak faidahnya, paling
besar berkahnya, paling baik penerimaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam kitab hadits?
2. Siapa saja para perawi kutubusittah?
3. Apa saja karya-karya para perawi kutubusittah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui apa saja macam-macam kitab hadits
2. Untuk Mengetahui siapa saja para perawi kutubusittah
3. Untuk Mengetahui apa saja karya-karya para perawi kutubusittah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Imam Bukhari dan Kitab Jam’u al-Sahih
1. Biografi Imam Bukhari

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahi
bin al-Mghirah al-Ju’fi. Beliau dilahirkan hari jum’at, 13 Syawal 194 H di
Bukhara. Ayahnya Isma’il adalah seorang ulama hadits pula yang berguru pada
sejumlah ulama termasyhur, seperti Malik bin Anas, Hammad bin Zaid dan Ibm
Mubarak. Ia meninggal ketika Bukhari masih kecil. Riwayat hidupnya ditulis oleh
Ibn Hibban dalam kitab al-Siqah dan oleh putranya. Imam Bukhari dalam kitab
al-Tarikh al-Kabir. Bukhari tergolong hidup dalam keluarga terpandang.
Disamping beliau anak dari seorang ulama yang disegani, secara ekonomis beliau
juga tergolong anak orang kaya, namun saat Bukhari remaja oragtuaya meninggal
dunia.

Imam Bukhari mulai belajar hadits pada saat beliau masih sangat remaja,
bahkan belum mencapai usia sepuluh tahun. Sebelum mencapai usia 16 tahun,
Bukhari telah menghafalkan beberapa buah buku ulama, seperti Ibn Mubarak,
Waqi’ dan lain-lain. Beliau tidak hanya menghafal matan hadits atau buku ulama
terdahulu, tetapi juga mengenal betul biografi para perawi yang mengambil
bagian dan penukilan sejumlah hadits, baik data tanggal dan tempat lahir, tanggal
dan tempat meninggal dan sebagainya. Beliua menetap di Hijaz selama 6 tahun
untuk mempelajari hadits dan ke Baghdad menguji daya hafalan Imam Bukhari,
yang konon pada waktu itu kemasyhuran hafalan beliau mengguncangkan banyak
ulama. Mereka menunjuk 10 ulama untuk menguji hafalan Bukhari. Setiap ulama
tersebut mengganti sanad hadits satu dan menempatkannya pada hadits lain secara
acak pada matan yang berbeda. Satu demi satu penanya menyampaika
pertannyaan, Imam Bukhari secara sistematis menerangkan kepada mereka sanad
mana yang tepat untuk matan hadits yang mereka bacakan dan tanyakan.

Pada akhir hidup Imam Bukhari banyak mengalami kekerasan dan dipaksa
oleh pemerintah untuk meninggalkan negaranya. Dan pada saat tahun 256 H,
tepatnya tanggal 30 Ramadhan (malam ‘idul fitri), Imam Bukhari dipanggil
kehadapan Allah SWT. Beliau wafat di daerah Khirtand, yaitu daerah yang tidak
jauh dari Samarkand.

Imam Bukhari menulis banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu, namun
yang terbanyak adalah kitab-kitab yang terkait dengan kajian-kajian hadits. Karya
beliau yang paling mayhur adalah Sahih Bukhari. Judul lengkap kitab ini adalah
al-Jami’ al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulillah wa Sunnatihi
wa Ayyamihi. Beberapa kitab karya Bukhari lainya adalah sebagai berikut:
Qadaya al-Sahabah, Raf’al Yadain, al-Tafsir al-Kabir, al-Musnad al-Kabir,
Tarikh Saghir, Tarikh Ausat, Tarikh Kabir, al-Adab al-Mufrad, Birr al-Walidain,
al-Du’afa’, al-Jami’ al-Kabir, al-Asyribah, Asma’ al-Sahabah, al-Wuhdan, al-
Mabsut, al-‘Ilal, al-Kuna, al-Fawaid.1

2. Mengenal kitab al-Jam’u al-Sahih

Nama lengkap kitab Bukhari adalah al-Jami’ al-Sahih al-Msnad al-


Mukhtasar min Umur Rasulillah SAW wa Sunnatihi wa Aryamihi. Kata al-Jami’
dalam ilmu hadits mengandung pengertin bahwa kitab trsebut memiliki hadits
dalam berbagai bidang, seperti aqidah, hukum, tafsir, tarikh dan sebagainya.
Dalam kitab al-Jami’ al-Sahih, Bukhari memasukkan semua hadits sahih yang
berkaitan dengan al-Ahkam, al-Fadha’il, al-Akhbar masa lalu dan masa yang
akan datang dan sebagainya. Sedangkan kata al-Sahih mengandung maksud
bahwa Bukhari tidak memasukkan hadits-hadits dho’if kecuali hadits sahih.
Adapun kata al-Musnad dalam penamaan kitab tersebut adalah bahwa Bukhari
tidak memasukkan ke dalam kitabnyaa selain dari hadits yang sanadnya
bersambung (muttasil) melalui sahabat samapi ke Rasulullah SAW, baik
perkataan, perbuatan maupun taqrir. Sedangkan selain itu ia jadikan sebagai
pendukung (mutabi’) dan pembanding, bukan prinsip dan tujuan utama.

Kitab ini mulai ditulis ketika Bukhari berada di Masjid al-Haram Makkah,
dan berakhir ketika ia berada di Masjid Nabawi Madinah. Proses penulisan kitab

1
Mahrus Ridwan Abd Aziz, Dirasat fi Manahij al-Muhadditsin, (Kairo: al-Fajr al-Jadid, 1992), hlm.127
ini memakan waktu 16 tahun. Dan untuk setiap hadits yang beliau seleksi dan
masukkan ke dalam kitab sahihnya. Imam Bukhari selalu mandi dan berwudhu
kemudian melakukan shalat nafilah dan beristikharah. Di dalam kitab ini,
menurut sebuah pendapat, terdapat 9082 hadits, disertai pengulangan yang
terseleksi sekitar 600000 hadits. Adapun jika tidak diulangi menurut Ibn Hajar
al-‘Asqalani, sebagaimana dikutip oleh Abu Syu’ban jumlah keseluruhannya
sebanyak 2602 hadits. 2

B. Imam Turmudzi dan Kitab Jam’u al-Sahih


1. Biografi Imam Turmudzi
Imam al-Turmudzi memiliki nama lengkap Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn
Turmudzi ibn Musa ibn al-Dahak al-Sulami al-Bugi al-Turmudzi. Namun beliau
lebih popular dengan nama Abu ‘Isa. Bahkan dalam kitab al-Jami’ al-Shahihnya,
ia selalu memakai nama Abu ‘Isa. Sebagian ulama sangat membenci sebutan Abu
‘Isa, mereka menyandarkan argumennya dari hadits Abu Syaibah yang
menerangkan bahwa seorang pria tidak diperkenankan memakai nama Abu ‘Isa,
karna isa tidak memiliki ayah. Sabda Nabi Muhammad: “Sesungguhnya ’Isa tidak
mempunyai ayah. Al-Qari menjelaskaan lebih detail, bahwa yang dilarang adalah
apabila nama Abu ‘Isa sebagai nama depan atau nama asli, bukan kunyah atau
julukan. Dalam hal ini, penyebutan Abu ‘Isa adalah untuk membedakan al-
Turmudzi dengan ulama yang lain. Sebab, ada beberapa ulama besar yang popular
dengan nama al-Turmudzi, yaitu:
a. Abu Isa al-Turmudzi, pengarang kitab al-Jami’ al-Sahih
b. Abu al-Hasan Ahmad bin al-Hasan, yang popular dengan sebutan al-Turmudzi
al-Kabir.

Adapun nisbah yang melekat dalam nama al-Turmudzi, yakni al-Sulami,


dibangsakan dengan Bani Sulaim, dari Kabilah Ailan. Sementara al-Bugi adalah
nama tempat di mana al-Turmudzi wafat dan dimakamkan. Sedangkan kata al-
Turmudzi sendiri dibangsakan kepada kota Tirmidz, sebuah kota di tepi selatan
sungai Jihun (Amudaria) yang sekarang, Uzbekistan, tempat al-Turnuzi

2
dilahirkan. Tokoh besar al-Turmuzi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada malam
senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmidz dalam
keadaan buta. Itulah sebabny Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan
sebutan al-Darir, karena al-Turmudzi mengalami kebutaan di masa tuannya. 3

Dalam kitab al-Siqat, Ibn Hibban menerangkan bahwa al-Turmudzi adalah


seorang penghimpun dan penyampai hadis, sekaligus pengarang kitab. Al-Khalili
berkata “al-Turmudzi adalah seorang tsiqah muttafaq ‘alaih (diakui oleh Bukhari
dan Muslim)”. Al-Idris berpendapat bahwa al-Turmudzi seorang ulama hadis
yang meneruskan jejak ulama sebelumnya dalam bidang ‘Ulum al-Hadis.

Kesungguhan al-Turmudzi dalam menggali hadis dan ilu pengetahuan,


tercermin dari karya-karyanya yaitu:

a. Kitab al-Jami’ al-Shahih, yang kenal juga dengan al-Jami’ al-Turmudzi,


atau lebih popular lagi dengan Sunanal-Turmudzi.
b. Kitab al-‘Ilal al-Shaghir, kitab ini terdapat pada akhir kitab al-Jami’ al-
Turmudzi.
c. Kitab al-‘Ilal al-Mufrad atau al-‘Ilal Kabir yang mendapat bahan dari al-
Bukhari.
d. Kitab al-Tarikh
e. Kitab al-Syama’il al-Muhammadiyyah
f. Kitab al-Zuhud yang merupakan kitab tersendiri, yang tidak sempat
diamankan, sehingga tidak dapat ditemukan.
g. Kitab al-Asma’ wa al-Kunya
h. Kitab al-Asma’ al-Shahabah
i. Kitab al-Atsar al-Mauqufah.
2. Mengenal al-Jami’ al-Shahih
Kitab ini memuat berbagai permasalahan pokok agama, di antaranya yaitu:
al-aqa’id (tentang tauhid), al-Ahkam (tentang hukum), al-riqaq (tentang budi
luhur), adab (tentang etika), al-tafsir (tentang tafsir Al-Qur’an), al-tarikh wa al-
siyar (tentang sejarah, sejarah jihad Nabi SAW), al-syama’il (tabi’t), al-fitan
3
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm.104-105.
(tentang terjadinya fitnah dan malapetaka), dan al-manaqib wa al-masalib
(tentang biografi sahabat dan tabi’in). oleh sebab itu kitab hadis ini disebut
dengan al-Jami’.
Menurut Al-Turmudzi, isi hadis-hadis dalam al-Jami’ al-Shahih, telah
diamalkan ulama, Hijaz, Iraq, Khurasan dan daerah lain (dalam kitab Tarikhnya,
Ibnu Katsir meriwayatkan dari al-Turmudzi, dia berkata: “Aku telah menyusun
kitab Musnad yang shahih ini dan telah aku tunjukkan kepada para ulama Hijaz,
Iraq, Khursana dan mereka menyenanginya. Barangsiapa di rumahnya terdapat
kitab ini, maka seakan-akan di rumahnya ada seorang Nabi yang bersabda). Al-
Turmudzi adalah pakar hadis yang masyhur pada abad ke-3 H. Abad ke-3 H
adalah puncak kemajuan ulama dalam mengembangkan disipin ilmu pengetahuan
di anatanya: hadis, fiqih, filsafat, ilmu kalam dan tasawuf.
C. Kitab Sunan Abu Daud
1. Biografi Imam Abu Daud
Nama lengkap beliau adalah Imam Al-Hafidz Sulaiman Bin Al-Asy’as Bin Ishaq
Al-Azadi Al-Sajastani lahir pada tahun 202 H. Terbiasa sejak kecil mencintai ilmu
dan bergaul dengan para ulama, saat beliau beranjak dewasa mengembara untuk
mempelajari ilmu hadist, setelah selesai di negarinya sendiri beliau pergi ke Hijaz,
Syam, Mesir, Iraq, Jazirah dan sebagainya. Beliau menulis Kitab As-Sunan yang
kemudian ditunjukan kepada Imam Ahmad bin Hambal dan diterima dengan baik.
Diantara guru-guru beliau adalah Imam Ahmad bin Hambal Imam Al-Qa’nabi,
Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu Walid At-thayalisi. Adapun yang
pernah menjadi murid beliau adalah Imam Al-Tirmidzi, Imam Nasa’i Abu Awanah,
Abu Said bin Al-Arabi, Abu Bakar Dasah. Abu Daud dikenal sebagai ulama yang
mengamalkan ilmu dalam kehidupanya, menjadi teladan dalam kelemah lembutan,
ketawadhu’an dan keilmuanya. Imam Abu Daud wafat pada bulan syawal tahun 275
H di Basroh. Diantara karya-karya beliau adalah:
a. Sunan Abu Daud
b. Kitab Al-marasil
c. Kitab Al-Qadar
d. kitab Nasikh wal Mansukh
e. Fadha’il A’mal
f. Kitab Al-zuhud
g. Dala’il Al-Nubuwwah.

Selama perjalanan studinya, Imam Abu Dawud menghasilkan sebuah buku hadis
yang diberi nama Sunan Abi Dawud. Kitab ini termasuk kitab hadis baku di samping
kitab-kitab lain yang tergabung dalam Kutub al sittah: Sahih al-Bukhari, Sahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidhi, Sunan al-Nasai dan Sunan Ibn Majah.
Kitab tersebut dipandang mewakili semua kitab hadis yang ada, dalam kitabnya Imam
Abu Dawud mengumpulkan 4.800 hadis dari 500.000 hadis yang dicatat dan
dihafalnya. Kitab ini disusun menurut sistematika fikih, yang memuat hadis-hadis
yang berkitan dengan hukum.

2. Metode dan Sistematika Penyusunan Kutub al-Sittah


Kitab Sunan Abu Dawud menurut ahli hadis yang disusun berdasarkan bab-bab
fikih. Kitab sunan ini hanya memuat hadis marfu’, tidak memuat hadis mauquf atau
hadis maqtu’, termasuk juga yang berkaitan dengan moralitas, sejarah dan zuhud.
Metode yang dipakai oleh Abu Dawud dalam menyusun kitabnya dengan
mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum, dan dalam menyusunnya
berdasarkan bab-bab fikih seperti bab Thaharah, Shalat, Zakat dan sebagainya dengan
beraneka kualitas dari yang sahih sampai yang da’if . Tetapi hadis-hadis yang
berkenaan dengan Fada’il al-Amal (keutamaan amal) dan kisah-kisah tidak
dimasukkan kedalamnya.
Adapun dalam penyusunan kitabnya beliau memaparkan satu atau dua buah hadis
dalam setiap babnya. Bahkan beliau menyatakan empat buah hadis saja dari kitab ini
sudah cukup menjadi pegangan hidup bagi setiap orang. Empat hadis tersebut adalah:
hadis pertama, ajaran dasar tentang niat dan keikhlasan yang menjadi dasar utama
dalam setiap amal yang bersifat agama maupun dunia. Hadis kedua tentang ajaran
Islam yang mengajarkan umatnya untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi agama
dan dunia. Hadis ketiga mengatur orang lainn untuk meninggalkan sifat egois,
menjauhi sifat iri dan dengki. Hadis keempat adalah dasar sifat wara’ yakni dengan
cara menjauhi yang musykil dan yang syubhat.4 Perkara yang diperselisihkan oleh
para ulama, karena mempermudah melakukan yang hal syubhat akan membuat
seseorang meremehkan yang haram.
3. Kelebihan dan kekurangan Abu Dawud
Diantara pandangan positif para ulama terhadap Sunan Abu Dawud antara lain:
a. Kitab ini belum pernah disusun oleh kitab yang menerangkan hadis-hadis hukum
sebelumnya.
b. Kitab Sunan Abu Dawud memiliki kedudukan tinggi dalam dunia Islam dan
pemberi keputusan bagi perselisihan pendapat, terdapat berbagai macam hadis
hukum dan penyusunannya dengan sistematika yang baik dan indah serta
membuang hadis yang lemah.
c. Kitab Sunan Abu Dawud sudah cukup bagi para mujtahid untuk mengetahui
hadist-hadist hukum.

Disamping kelebihan dari Kitab Sunan Abu Dawud ada juga kelemahan yang
terdapat dalam Kitab Sunan Abu Dawud meliputi:5

a. Tidak adanya penjelasan tentang kualitas suatu hadis dan kualitas sanad
(sumber, silsilah dalam hadisnya), sementara yang lainya disertai dengan
penjelasan
b. Adanya kemiripan Kitab Sunan Abu Dawud dengan Imam Hambal dalam hal
mentoleransi h adis yang dinilai da’if.
D. Shohih Muslim
1. Biografi Imam Muslim
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 H. Imam Muslim bernama
lengkap Imam Abul Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Kausyaz al-
Qushairi al Naisaburi. Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu Hadis
memang luar biasa, sejak usia 10 tahun, Imam Muslim sering datang dan berguru
kepada soerang ahli hadis yaitu Imam al-Dhakhili. Setahun kemudian beliau mulai
4
Al-Hasani, Al-Maliki bin Alawi Muhammad Sayid, Mutiara Pokok Ilmu Hadits (Bandung: Trigenda
Karya, 1995), hlm. 95.
5
Syuhbah, Kitab Hadist Sahih yang enam terj. Maulana Hasanuddin (Jakarta: Pustaka Litera Antamusa,
1991) hlm. 54.
menghafal hadis Nabi SAW, dan mulai berani mengoreksi kesalahan dari gurunya
yang salah menyebutkan periwayatan hadis.
Imam Muslim berguru kepada banyak ulama di berbagai tempat seperti Hijaz,
Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainya. Dalam pengembaraanya beliau berguru
kepada Yahya ibn Yahya, Ishak ibn Rahawih, Muhammad ibn Mahran, Abu Ansan,
Ahmad ibn Hambal, Abd Allah ibn Maslamah, Sa’id ibn Mansur, Abu Mas ‘Abuzar
dan masih banyak lagi ulama ahli hadis lainya.
Imam Muslim dikenal sangat tawadhu’ dan wara’ dalam ilmu dan telah
meriwayatkan puluhan ribu hadis. Menurut Muhammad Ajjaj Al Khatib, guru besar
Universitas Damaskus, Syiria hadis yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim,
Shohih Muslim berjumlah 3.030 hadis tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan
pengulangan katanya berjumlah sekitar 10.000 hadis. Sementara menurut Imam al-
Khuli, ulama besar Mesir, hadis yang terdapat dalam karya Muslim berjumlah 40.000
hadis tanpa pengulangan dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah hadis yang beliau
tulis dalam Shahih Muslim itu diambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadis yang
beliau ketahui. Untuk menyaring hadis-hadis tersebut beliau membutuhkan waktu 15
tahun. Imam Muslim wafat pada tanggal 24 Rajab 261 H dan dikebumikan di Naisar. 6
Diantara karya-karya Imam Muslim adalah:
a. Sahih Muslim yang judul aslinya, al-Musnad al-Shahih, al-Mukhtasar min al-
Sunan bi Naql al Adl an Rasulullah.
b. Al-Musnad al-Kabir
c. Al Jami’ al-Kabir
d. Kitab I’lal wa kitab Auham al-Muhaddisin
e. Kitab Tamyiz
f. Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidun
g. Kitab Tabaqat at-Tabiin
h. Kitab Muhadramin
2. Metode dan Sistematika Penyusunan Shahih Bukhari
Nama lengkap Sahih Muslim yang judul aslinya adalah: al-Musnad al-Shahih, al-
Mukhtasar min al-Sunan bi Naql al Adl an Rasulullah. Kitab ini ditulis dalam waktu

6
Al-Nawawi, Terjemah Tahdhib al-Asma wa al-Lughat, vol.9 (Kairo: al-Muniriyah, tt), hlm. 380-387.
15 tahun melalui proses penyaringan hadis yang ketat kurang lebih dati 300.000
hadis. Ada beberapa faktor pendorong bagi Imam Muslim dalam menyusun kitab ini
diantaranya adalah:7
a. Keinganan Imam Muslim untuk menyusun sebuah kitab hadis yang hanya
memuat hadis sahih yang sanadnya bersambung sampa ikepada Rasulullah SAW.
Keinginan seperti ini lahiir karena pada masa itu kitab-kitab hadis yang ada masih
mencampur adukkan antara hadis yang shahih dengan hadis yang tidak shahih,
baik dari segi sanad maupun matanya. Pada masa itu sebenrnya suda ada kitab
hadis yang secara khusus menghimpun hadis shahih saja, yaitu: disusun oleh
Imam Bukhari, akan tetapi dalam pandangan Imam Muslim masih terdapat
kesulitan bagi mereka yang tidak ahli dalam bidang hadis untuk memahami
penjelasan yang ditulis oleh Imam Bukhari.
b. Adanya kegiatan kaum Zindiq (para tukang kisah dan sebagian para sufi) yang
dapat dan bahkan berupaya untuk menipu masyarakat dengan hadis yang mereka
buat, sehingga umat muslim pada masa itu sulit untuk menilai mana hadis yang
benar-benar datang dari Rasululah dan yang palsu.

Kitab Shahih Muslim menggunakan sistematika yang berbeda dari Sahih Bukhari.
Dalam penyusunan kitabnya, imam Muslim tidak mengelompokkan hadis-hadis
berdasarkan topik-topik masalah seperti yang dilakukan oleh bukhari, ia
menghimpun hadis berdasakan matan dengan berbagai sanad. Hadis yang semakna
beserta sanadnya diletakkan pada satu tempat, tidak dipisahkan dan tidak diulang.
Susunannya baik dan rapi, sehingga memudahkan para peneliti hadis untuk
menelusurinya, akan tetapi tidak adanya judul dalam setiap bab. Judul-judul bab
yang terdapat di shahih muslim yang ditemui sekarang sebenarnya ditulis oleh
penyarah kitab itu yang hidup sesudahnya seperti Imam Nawawi.

Kitab shahih yang sudah disistimasi tersebut dilihat dari segi susunan topik-topik
bahasannya, maka terlihat lebih menggambarkan sistematika kitab fikih yang terdiri
dari 54 bab, diawali dengan bab iman, dilanjut dengan topik-topik fikih ibadah,
mu’amalah, munakahat, dan diakhiri kitab tafsir. Adapun metode penulisan adalah:

7
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Islam, vol. 1 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houve, 1999), hlm.153.
a. Tidak memasukkan fatwa sahabat atau tabiin untuk memperjelas hadis yang
diriwayatkan
b. Menerapkan prinsip-prinsip al-jarh wa ta’dil
c. Menggunakan sighat tahammul
d. Disusun berdasarkan tertib fikih
Adapun tehnik penulisan yang digunakan adalah:
a. Muqaddimah yang menerangkan tentang kitab sahih serta ilmu hadis yang
digunakan dalam penyaringan hadis
b. Kitabnya tersusun dari berbagai tema dan dibawahnya terdapat bab-bab yang
berkaitan dengan topik yang dipilihnya dari hadis yang dikemukakan
c. Hadis-hadis yang mempunyai berbagai macam jalur dihimpun dalam satu bab
tertentu
d. Hadis yang matanya sama tapi sanadnya berbeda, hanya ditulis sanadnya saja.
E. Nasa’i
1. Biografi imam al-Nasa’i
Imam al- Nasa’i nama legkapnya adalah Ahmad ibn Shu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn
Bahr ibn Dinar, dan diberi gelar oleh Abu Abd al-Rahman al-Nasa’i. Beliau
dilahirkan pada tahun 215 Hdi kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan. 8
Kepada tempat kelahiran beliau inilah namaya dinisbatkan.
Al-Naasa’i memulai pendidikanya dengan menghafal Al-Qur’an dan menerima
berbagai ilmu dari guru-gurunya. Tatkala menginjak dewasa, timbul keinginan untuk
mengembara ke berbagai kota untuk mencari hadis Nabi SAW. Perjalanan dimulai
dari daerah Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan daerah Jazirah Arab untuk mendengarkan
dan mempelajari hadis nabi dari ulama-ulama yang beliau kunjungi.
Setelah menjadi ulama hadis, beliau memilih negara Mesir sebagai tempat
bermukim untuk menyiarkan dan mengajarkan hadis-hadis kepada masyarakat.
Beliau tinggal di Mesir sampai setahun sebelum wafat, karena setahun sebelum wafat
beliau pindah di Damaskus, beliau wafat pada tahun 303 H.
Imam al-Nasa’i menerima dan mempelajari berbagai macam hadis dari guru-guru
beliau yang jumlahnya banyak diantaranya adalah Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn

8
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Imu Hadis (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993), hlm. 150.
Rahawaih, dan imam-imam dari Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Adapun murid-
murudnya yaitu: Abu Basyar al-Daulabi, Abd Al-Qasim al-Tabari, Abdul Karim ibn
Abi Abdirrahman al-Nasa’i (putranya sendiri yang juga menjadi seorang muhaddisin
yang dikenal sebagai perawi sunan Mujtaba’).9
Imam al-Nasa’i mempunyai beberapa kitab karangan yaitu:
1. Al-Sunan Al-Kubra
2. Al-Sunan Al-Sugra
3. Musnad Malik
4. Manasik al Hajj
5. Kitab Al- Jumah
6. Igrab Syu’bah Ali Sufyan Wa Sufyan Ali Syubah
7. Khasa’is Ali ibn Abi Thalib karam Allah Wajhah
8. ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah
2. Metode dan Sistematika Penyusunan kitab al-Nasa’i
Imam al-Nasa’i dikenal sebagai ulama hadis yang sangat teliti terhadap hadis dan
para perawi, ini terbukti dalam menetapkan kriteria sebuah hadis. Metode dan
Sistematika Penyusunan. Dalam hal penetapan kriteria seorang Rawi mengenai siqah
atau tidak.
Al-Nasa’i selektif dalam menetapkan sebuah kriteria seorang rawi, beliau berhasil
menyusun sebuah kitab yang sangat besar dengan nama al-Sunan al-Kubra. Tetapi
didalamnya belum terdapat pemisah antara hadis da’if, hasan dan shahih, maka beliau
akhirnya mengarang sebuah kitab bernama al-mujtaba’ yang merupakan hasil seleksi
dari kitab sunan al-kubra, dan isinya hanya terdiri dari hadis sahih saja. Kitab al-
Mujtaba’ ini yang akhirnya kita kenal sekarang dengan nama Sunan al-Nasa’i.

F. Ibnu Majah

Ibnu Majah memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin
Majah ar-Ruba’i al-Qazwini al-Hafiz. Ibnu Majah adalah gelar dari Ayahnya. Nama
kunyah Beliau Abu Abdullah, yang kini lebih kita kenal dengan nama Imam Ibnu
9
Ibid, hlm. 153.
Majah, Beliau di lahirkan di Qazwin pada tahun 209 H, dan beliau meninggal dalam
usia 74 tahun tepatnya pada tanggal 22 Ramadhan 273 H.

Informasi kehidupan Ibnu Majah ketika masih kecil sampai proses dewasa tidak
diketemukan dalam berbagai literatur secara lengkap. Data yang tercatat hanya
berkisar tentang ketekunan Ibnu Majah dalam berburu hadits di berbagai negeri. Ibnu
Katsir mengatakan “ Muhammad bin Yazid bin Majah adalah seorang Sohibul
Hadits”hal ini menunjukkan betapa luas dan mendalam ilmunya.

Beliau dikenal pada masanya juga ia sebagai orang yang mencintai ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang ilmu hadits, sehingga tak salah jika para ulama
baik itu semasa atau sesudahnya mengakui kedalaman ilmunya. Ibnu Majah baru
mulai menekuni bidang ilmu hadits pada usia 15 tahun pada seorang guru ternama kala
itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang hadits makin
besar. Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara
guna mencari, mengumpulkan, dan menulis hadits. Di dalam memburu (mencari)
hadits ia mengembara keberbagai negeri. Ia mencarinya sampai kenegeri Irak, Syam,
Hijaz, Mesir, Kufah, Basrah dan kota-kota lainnya. Tujuannya hanyalah satu yakni
ingin mencari dan mendapatkan hadits dari ulama daerah tersebut.10

Karya-Karya Ibnu Majah

Imam Ibn Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:

1. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab
Hadith yang Pokok).
2. Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti
diterangkan Ibn Kasir.
3. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.

Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar yang masih
beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi
terkenal.

10
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits. (Bandung, PT Al-Ma’arif) cet 11 hal 384
Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan
ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedan jumlah hadithnya sebanyak 4.000
buah hadith. Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan
secara baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab
tentang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan
hadith-hadith yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan
mengamalkannya. 11

BAB III
PENUTUP

11
Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadits.(Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2008) cet 1 hal 113
A. Kesimpulan

Masing-masing kitab enam tersebut memiliki ciri khas yang hanya diketahui oleh
orang yang ahli dibidang ini, sehingga kitab-kitab tersebut dikenal oleh manusia dan
tersebar diseluruh pelosok negeri Islam dan pemanfaatannya menjadi besar serta para
penuntut ilmu berusaha keras untuk mendapatkannya dan memahaminya.

Banyak sekali karya tulis berupa syarah dan ta’liq terhadap kitab-kitab tersebut.
Sebagiannya mengkaji tentang mengenal isi kandungan dari matan-matan hadits yang
termuat didalamnya, dan sebagian yang lain mengkaji tentang mengenal kandungan
sanad-sanadnya, sebagian yang lain mengkaji tentang gabungan semua itu.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasani, Al-Maliki bin Alawi Muhammad Sayid, Mutiara Pokok Ilmu Hadits, Bandung:
Trigenda Karya, 1995.
Al-Nawawi, Terjemah Tahdhib al-Asma wa al-Lughat, vol.9, Kairo: al-Muniriyah, tt.
Aziz Abdul Dahlan, Ensiklopedia Islam, vol. 1, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houve, 1999.
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Imu Hadis, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1993.
Ridwan Mahrus Abd Aziz, Dirasat fi Manahij al-Muhadditsin, Kairo: al-Fajr al-Jadid, 1992
Suryadi, Kitab Sunan al-Turmudzi dalam Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, 2003.
Syuhbah, Kitab Hadist Sahih yang enam terj. Maulana Hasanuddin, Jakarta: Pustaka Litera
Antamusa, 1991.

Anda mungkin juga menyukai