Laporan Pendahuluan Post Partum SC (Nelisusanti)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU POST PARTUM SECTION


CAESAREA

OLEH :

NELISUSANTI
PO713201181032
2.A

CI INSTITUSI

AGUSTI FAUZIA, S.Kep, M.Kep

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI DIII KEPERAWATAN
2020
A.   PENGERTIAN

Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat badan di atas 500 gram. (Mitayani,
2009).Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga
dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
1. Post Partum

Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011).
Post Partum merupakan masa
pemulihankembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara 6-8
minggu. (Solehati & Kosasih, 2015 yang melaporkan penelitian tahun 2002
oleh Mochtar).

B. ETIOLOGI SECTION CAESAREA

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur


uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul


ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung


disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda


persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala a) Letak kepala tengadah


Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah.

Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau


mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak


paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.

2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak


memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

C. KLASIFIKASI
Secara umum tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 4
(empat) jenis (Mochtar R, 2002), yaitu:
1) Sectio Transperitonealis Profunda
Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.
Keunggulan/kelebihan cara ini anatara lain seabagai berikut:
a) Perdarahan insisi tidak banyak.

b) Penjahitan luka lebih mudah

c) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik

d) Bahaya peritonitis tidak besar

e) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan


penyebaran isi uterus ke rongga peritonium
f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak
besar di kemudian hari
Kelemahan/kerugian adalah sebagai berikut:

1) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat

menyebabkan putusnya ateri uterina.

2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

2) Sectio caesarea Peritoneal

Insisi dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah
dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan
sectio caesarea transperitonialis profunda misalnya, melekat erat uterus pada
dinding perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus
mengandung bahaya perdarahan yang banyak.
Kelebihan:

a) Mengeluarkan janin lebih cepat.

b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

c) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.


Kekurangan:

1. Infeksi mudah menyebar secara intra abdomial karena tidak ada


reperitonealisasi yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.

3) Sectio caesarea Peritoneum

Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis dengan demikian


tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan infeksi
pembedahan ini jarang dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka,
dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.
b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
Berdasarkan saat dilakukan sectio caesarea dapat dibagi atas:

a) Sectio primer: direncanakan pada waktu antenatal care.

b) Sectio sekunder: tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu sulit.

4) Sectio caesarea Hysteroctomi

Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:

a) Antonia uteria.
b) Plasenta accrete.
c) Myoma uteri.
d) Infeksi intra uteri bera.
D. PATOFISIOLOGI

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan


berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu
perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat


regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam
keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa
mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus
uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan
karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap
untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas
yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien
sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal.
Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002)
E. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut
(Mochtar R, 2002) adalah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal (nifas).

a) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
c) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intra partal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama. Penanganannya adalah dengan pemberian cairan,
elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan
tepat.

2) Perdarahan disebabkan karena:

a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.


b) Antonia uteri.
c) Perdarahan pada placental bed.

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonealisasi terlalu tinggi.

4) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea


(Prawirohardjo, 2007) yaitu:
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.

2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
3) Pemberian analgetik dan antibiotik.

4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam


5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk
24 jam pertama setalah pembedahan.
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari
tempat tidur dengan bantuan orang lain.
7) Perawatan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat
pada hari ke empat setelah pembedahan.
8) Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyarakatkan hipovolemia.

Perwatan Post Operasi

1) Perawatan awal

2) Letakan pasien dalam posisi pemulihan.

3) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
4) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

5) Transfusi jika diperlukan.

6) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca
bedah.
G. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,


status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.

2) Keluhan utama

a) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,


hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang


keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda
persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,


TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang.

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas


seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eliminasi

Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan


klien dengan post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer
kateter yang sebelumnya telah terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan.
f) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga


dan orang lain.
g) Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

h) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan
dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas
primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-


lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.
j) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual


atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k) Pola keyakinandan spiritual

Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa


nifas tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017)meliputi :

a) Keadaan umum

Keadaan umum biasanya lemah.

b) Tingkat Kesadaran

Apatis.

c) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg.

Nadi : Nadi meningkat >80x/menit.

Suhu : Suhu meningkat >37,5 C.

Respirasi : Respirasi meningkat.

5) Pemeriksaan Head to toe

Pemeriksan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :

a) Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau

tidak, keadaan rambut dan keadaan kulit

kepala.

b) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.

c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat

konjungtiva merah segar atau merah pucat, sklera putih


atau kuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.

e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.

f) Lidah : Bersih atau kotor.

g) Bibir : Lembab atau kering.

h) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid


atau tidak.

i) Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana

dengan luka operasi adakah perdarahan, berapa tinggi


fundus uterinya, bagaimana dengan bising usus, adakah
nyeri tekan.

j Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya


) retraksi intercosta, pernafasan tertinggal, suara
wheezing, ronchi, bagaimana irama dan

frekuensi pernapasan

k Payudara
) : Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu
menonjol atau tidak, pengeluaran ASI.

l
)
Genetalia : Adaoedemaatautidak, adakah pengeluaran
lochea dan bagaimana warnanya.

m) Ekstermitas:Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis

(00132).

2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang


perawatan melahirkan caesarea (00126).
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis.

Tujuan : Nyeri dapat teratasi (00132).

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Selama 3x24 jam, diharapkan klien


dapat mengontrol nyeri (Pain Control) (1605):
1. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.

2. Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi


nyeri, dan tindakan pencegah nyeri.
3. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen
nyeri.
Menunjukkan tingkat nyeri

(Pain Level) (2102):

1. Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh.


2. Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya episode
nyeri.
3. Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
5. Ekspresi wajah tenang.

Intervensi:

Manajemen nyeri (Pain Management) (1400):

1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik,


dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor presipitasi.

2. Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya: Nafas dalam,


teknik distraksi, atau massage).
3. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang telah
digunakan.
4. Tingkatkan istirahat yang cukup. Pemberian analgetik
(Analgetic Administration):
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum
pengobatan.
2. Berikan obat dengan prinsip 6 benar.

3. Cek riwayat alergi obat.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).

Tujuan: untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

resiko infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil :

Kriteria Hasil: (Immune Status)


(0702):
1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. Suhu tubuh normal (36,5-37 C).
3. Nadi normal (70-80x/menit).
4. Tekanan darah normal (120/70 mmHg)

Intervensi:

Pengendalian infeksi (Infection Control) (6540):

1. Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, keadaan luka post


operasi, kondisi vulva, kelelahan dan malaise).
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut,
status imun menurun, dan malnutrisi).
3. Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap

infeksi.

4. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.


3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan melahirkan caesarea (00126).
Tujuan: klien akan mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkan caesarea.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien dapat :
Kriteria Hasil:

Knowledge: disease process (1803):

1. Klien mengatakan paham tentang perawatan melahirkan


caesarea.
2. Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.

3. Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat


tentang perawatan melahirkan caesarea.

Intervensi :

Teaching: disease process (5602):

1. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi, dan


pentingnya diet nutrisi.
2. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.

3. Jelaskan bahwa lochea dapat berlanjut selama 3-4 minggu,


berubah dari merah ke coklat sampai putih.
4. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras sampai
diizinkan oleh dokter.
5. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila
menyusui.

4. IIMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan bedasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah
tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan
dokter atau petugas kesehatan lain
(Mitayani, 2009).
5. EVALUASI

Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan


berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Miyatani,
2009).

Anda mungkin juga menyukai