Bab 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 48

3.

1 Gambaran Umum Kota Makassar


Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di
Sulawesi, sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 74 dan Tnnm ambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1822.

Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965
Nomor 94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1965 Daerah Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II
Kotamadya Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama


menjadi Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 175,77
km2 dengan mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa,
Maros, dan Pangkajene Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 1971 tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya
Makassar dan Kabupaten Gowa, Maros dan Pangkajene dan Kepulauan,
lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

III - 1
Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang
Perubahan Nama Kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini
atas keinginan masyarakat yang didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang saat
itu, serta masukan dari kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati
hukum dan pelaku bisnis.

Hingga Tahun 2013 Kota Makassar telah berusia 406 tahun sesuai
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota
Makassar tanggal 9 Nopember 1607, terus berbenah diri menjadi sebuah
Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan jasa
tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan,
pusat kegiatan edu-entertainment, pusat pelayanan pendidikan dan
kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut
maupun udara.

3.1.1 Karakteristik Wilayah Kota Makassar


a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan batas-
batas wilayah administratif sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Maros


 Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
 Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros
 Sebelah Barat : Selat Makassar
Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 143
Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya,
Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah. Di
bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Rappocini. Di
bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan
III - 2
Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala,
Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang,
dan Kecamatan Mariso. Rincian luas masing-masing kecamatan,
diperbandingkan dengan persentase luas wilayah Kota Makassar sebagai
berikut :
Tabel 3.1
Luas Wilayah dan Persetase Terhadap Luas Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2016
Kode Kecmatan Luas Persentase
Wilayah (Km2) (%)
010 Mariso 1,82 1,04
020 Mamajang 2,25 1,28
030 Tamalate 20,21 11,50
031 Rapocini 9,23 5,25
040 Makassar 2,52 1,43
050 Ujung Pandang 2,63 1,50
060 Wajo 1,99 1,13
070 Bontoala 2,10 1,19
080 Ujung Tanah 5,94 3,38
090 Tallo 5,83 3,32
100 Panakkukang 17,05 9,70
101 Manggala 24,14 13,73
110 Biringkanaya 48,22 27,43
111 Tamalanrea 31,84 18,11
Makassar 17,577 100,00
Sumber : BPS Kota Makassar Tahun 2016

Secara administratif, 15 Kecamatan dengan dengan dimekarkannya


Kecamatan Sangkarrang induk dari Keca,atan Ujung Tanah dan 143 Kelurahan
di Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

III - 3
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kota Makassar

III - 4
Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah
kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Pulau ini
merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari
gugusan pulau-pulau sangkarang, atau disebut juga pulau-pulau pabbiring,
atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut
adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu, Pulau
Bonetambung, Pulau Kodingareng Lompo, Pulau Barrang Lompo, Pulau
Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae,
Pulau Lae-Lae Kecil (gusung) dan Pulau Kayangan (terdekat). Wilayah
Kepulauan Kota Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

III - 5
Gambar 3.2
Peta Sebaran Pulau-pulau Kota Makassar
III - 6
b. Letak dan Kondisi Geografis
Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan
terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119° 18’
30,18" sampai dengan 119°32'31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai dengan 5°14’
6,49" LS. Sesuai dengan karakteristik fisik dan perkembangannya, berikut ini
deskripsi wilayah tiap kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Biringkanaya
Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan terluas diantara
kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kota Makassar, luasnya 48,22 km2
atau sekitar 27,43% dari luas keseluruhan Kota Makassar dan berbatasan
langsung dengan Kabupaten Maros. Topografi wilayah kecamatan ini mulai
dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-19 m di
atas permukaan laut. Potensi sumberdaya alam yang ada di kecamatan ini
antara lain di sektor pertanian dan perikanan. Berdasarkan data BPS (2013),
di subsektor pertanian, luas lahan peruntukannya sebagai lahan sawah yakni
657 ha dan lahan tegalan 284 ha. Subsektor perikanan darat, luas lahan
peruntukan sebagai tambak 479 ha dengan produksi 149,80 ton. Secara
umum, Pantai Kecamatan Biringkanaya sebagian besar merupakan pantai
berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan pantai yang landai.
Hanya sebagian kecil pantai ini tergolong cadas. Dilihat dari segi stabilitas
pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relative stabil dan tenang, namun
cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai Mandai. Di
samping itu juga tampak adanya gejala abrasi sepanjang sekitar 30 m di
perkampungan nelayan Kelurahan Untia.
2. Kecamatan Tamalanrea
Kecamatan Tamalanrea adalah Kecamatan terluas kedua sesudah
Kecamatan Biringkanaya, dengan luas 31,84 km2. Jumlah penduduk 89.143
jiwa. Topografi wilayah kecamatan dimulai dari dataran rendah hingga

III - 7
dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-22 m di atas permukaan laut.
Penggunaan lahan di kecamatan ini sangat bervariasi mulai permukiman,
perkantoran, pertokoan hingga gedung pendidikan. Salah satunya adalah
Universitas sebagai universitas terbesar di Kawasan Indonesia Timur. Ke arah
selatan kecamatan ini mengalir Sungai Tallo sehingga masyarakat yang
bermukim di sekitar tepi sungai memiliki tambak.
Selain di tepi Sungai Tallo, kawasan tambak juga ditemukan di sisi utara
kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut. Pantai Kecamatan
Tamalanrea merupakan pantai yang berbatasan dengan laut dan bagian
muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe pantai di lokasi ini merupakan pantai
berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan pantai yang landai.
Namun demikian terdapat pula pantai cadas di sebelah selatan Lantebung
(Kelurahan ParangLoe).
Dilihat dari segi stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif
stabil dan tenang, sekalipun juga tampak adanya gejala abrasi dalam skala
kecil sepanjang sekitar 20 meter di Lantebung (Kelurahan Bira). Potensi
sumberdaya alam yang masih dapat ditemukan di kecamatan ini adalah
tambak. Secara keseluruhan luas lahan tambak di Kecamatan Tamalanrea
yaitu 588 ha, dengan produksi perikanan darat (tambak) yaitu 190,10 ton.
3. Kecamatan Manggala
Kecamatan Manggala merupakan salah satu kecamatan di Kota
Makassar yang tidak berbatasan langsung dengan laut. Luas wilayah sebesar
24,14 km2 atau sekitar 13,73% dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar
dengan kepadatan penduduk 4.101 jiwa/km2. Topografi wilayah kecamatan
ini berelief dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan elevasi 2-22 m di
atas permukaan laut. Penggunaan lahan untuk pertanian sawah dan
tegalan/kebun merupakan yang terluas dibandingkan kecamatan lain yakni
827 ha dan 411 ha dengan potensi produksi 4774,90 ton dan 1360,84 ton. Di

III - 8
sektor perikanan darat memiliki potensi yang kecil Tahun 2008 produksinya
hanya sekitar 59,10 ton atau senilai 1.156.200 rupiah.
Meskipun di sub sektor perikanan kecil, namun di sektor peternakan
kecamatan ini memiliki populasi ternak besar dan kecil dalam jumlah yang
sangat besar. Untuk populasi ternak besar (sapi dan kerbau) 1352 ekor
sedangkan untuk populasi ternak kecil (kambing) 1.016 ekor.
4. Kecamatan Tamalate
Berdasarkan data BPS menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk
terbesar terdapat di Kecamatan Tamalate yang tersebar pada 10 kelurahan,
dengan jumlah penduduk terbesar yakni 152.197 jiwa atau 12,14% dari jumlah
keseluruhan penduduk Kota Makassar.
Luas wilayah kecamatan ini 20,21 km2 sehingga kepadatan penduduk
berkisar 7.531 jiwa/km2. Topografi wilayah kecamatan ini termasuk dalam
kategori dataran rendah dengan elevasi ketinggian 1-6 meter di atas
permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Gowa.
Persentase penggunaan lahan pertanian terhadap luas wilayah kecamatan
terdiri atas 27,07% lahan sawah dan 5,70% tegalan/kebun dengan produksi
padi sebesar 3936,32 ton dan tegalan/kebun sebesar 83,85 ton. Di sektor
pertambangan, bahan galian C terutama pasir, batu dan sirtu terdapat di
Kelurahan Mallengkeri. Kecamatan Tamalate mempunyai pantai terpanjang
diantara kecamatan-kecamatan yang mempunyai pantai di Kota Makassar,
yaitu sepanjang sekitar 10 km (panjang pantai Kota Makassar sekitar 35 km).
Dengan panjang pantai 31,25% dari panjang pantai Kota Makassar, mampu
menyumbangkan 2.696 ton di sektor perikanan laut dan armada kapal
tangkap berjumlah 248 buah. Pada umumnya pantai di kecamatan ini bertipe
pantai berpasir dengan lebar pantai sekitar 10-30 meter serta kelandaiannya
3%. Secara umum pantai ini dapat dikatakan relatif stabil sekalipun cenderung
maju ke arah laut akibat sedimentasi pasir halus dari Sungai Jeneberang

III - 9
maupun dari arah selatan. Dengan kondisi pantai tersebut, maka sebagian
besar pantai ini digunakan sebagai areal pariwisata pantai.
5. Kecamatan Panakukkang
Kecamatan Panakukang merupakan kecamatan yang terletak ditengah-
tengah Kota Makassar dan merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi
Selatan. Luas wilayah 17,05 km2 atau sekitar 9,70% dari luas keseluruhan
wilayah Kota Makassar, dengan kepadatan penduduk 7.891 jiwa/km2.
Topografi wilayahnya memiliki elevasi 1-13 m di atas permukaan laut. Potensi
penggunaan lahan di sektor pertanian sangat kecil hanya sekitar 16 ha dan
potensi perikanan darat tidak ada. Penggunaan lahan di kecamatan ini lebih
diarahkan pada perkantoran dan pemukiman. Saat ini kondisi jalan utama di
Kecamatan Panakkukang telah mengalami pelebaran jalan pada bahu jalan
selebar 15-22 meter.
6. Kecamatan Rapocini
Penggunaan lahan di kecamatan ini hampir seluruhnya diperuntukkan
sebagai kawasan pemukiman. Luas wilayahnya 9,23 km2 atau sekitar 5,25%
dari luas keseluruhan Kota Makassar. Topografi wilayahnya dataran rendah
dengan elevasi 2-6 m di atas permukaan laut sehingga peruntukan lahan di
kecamatan ini dominan pemukiman. Persentase penggunaan lahan sebagai
kawasan pemukiman sangat besar hampir 65% sedangkan penggunaan lahan
di sektor pertanian sebagai lahan sawah hanya seluas 20 ha (17 ha luas lahan
panen).
7. Kecamatan Ujung Tanah
Kecamatan Ujung Tanah merupakan kecamatan yang memiliki 5 pulau
dengan potensi perikanan laut yang sangat besar yakni 6.709 ton. Luas
wilayahnya 5,94 km2 atau 3,38% dari luas keseluruhan Kota Makassar,
dengan jumlah penduduk 48.382 jiwa serta kepadatan penduduk 8.145
jiwa/km2. Kondisi sosial masyarakat di kecamatan ini terdiri atas dua

III - 10
kelompok, yakni masyarakat perkotaan dan masyarakat nelayan termasuk
masyarakat yang mendiami pulau-pulau di kecamatan ini. Selain potensi
perikanan yang sangat besar, potensi pariwisata bawah air menjadi andalan
di Kecamatan Ujung Tanah dengan 5 pulau yang menyajikan keindahan
bawah laut yang kaya akan keragaman hayatinya sebagai suatu poin menarik
bagi para wisatawan. Di sisi lain guna menjaga kestabilan pantai di
Kecamatan Ujung Tanah, sebagian besar sudah mengalami pengerasan
dengan tembok yang berfungsi sebagai pelindung pantai. Hal ini mengingat
pantai tersebut mempunyai nilai penting karena perairan pantainya
dimanfaatkan untuk pangkalan pendaratan ikan (TPI Paotere), pelabuhan
dan docking kapal TNI AL, Pelabuhan Pertamina Instalasi Makassar dan
Bogasari. Kecamatan ini berada pada wilayah pesisir bagian utara Kota
Makassar.
8. Kecamatan Tallo
Berdasarkan data BPS (2013), Kecamatan Tallo merupakan yang
memiliki jumlah kelurahan terbanyak (15 kelurahan), dengan luas wilayahnya
5,83 km2 atau 3,32% dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar. Topografi
wilayahnya merupakan dataran rendah dengan elevasi 1- 3 m di atas
permukaan laut. Potensi penggunaan lahan yang dimiliki terdiri dari sektor
pertanian yakni hanya 25 ha (lahan sawah dan tegalan/kebun) dan sektor
perikanan darat (tambak) 293 ha. Total produksi pertanian tahun 2008
sebesar 49,15 ton sedangkan di subsektor perikanan 2.585,90 ton. Potensi
bencana di Kecamatan Tallo berupa banjir, karena kecamatan ini merupakan
Daerah Aliran Sungai Tallo yang berpotensi terjadinya luapan Sungai Tallo ke
pemukiman sekitarnya. Potensi pencemaran dan pendangkalan pada muara
Sungai Tallo sebagi akibat limbah buangan industri yang tidak terkontrol
pada anak-anak Sungai Tallo. Pantai Kecamatan Tallo merupakan pantai yang
berbatasan dengan laut dan bagian muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe

III - 11
pantai di lokasi ini merupakan pantai berlumpur dan vegetasi mangrove-nya
sangat minim serta merupakan pantai yang landai. Pada bagian barat pantai
kecamatan ini sudah ada kegiatan reklamasi pantai sekitar sepanjang 200 m
sebagai lahan kegiatan industri pengolahan kayu. Dilihat dari segi stabilitas
pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang, sekalipun
cenderung maju ke arah laut memperpanjang Tanjung Tallo akibat
sedimentasi di muara Sungai Tallo. Ditinjau dari pemanfaatannya maka pantai
ini sebagian dimanfaatkan untuk kegiatan industri galangan kapal dan
pemukiman pantai (pinggir muara Sungai Tallo) dan pantai paling barat
Kelurahan Tallo.
9. Kecamatan Mamajang
Luas wilayah Kecamatan Mamajang adalah 2,25 km2 atau 1,28% luas
keseluruhan wilayah Kota Makassar dengan kepadatan penduduk 26.842
jiwa/km2. Topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan elevasi
1–5 m di atas permukaan laut yang memungkinkan pengembangan lahan
kecamatan sebagai kawasan pemukiman. Kecamatan Mamajang merupakan
salah satu kecamatan yang memiliki laju infiltrasi tinggi sehingga potensi
ancaman banjir sangat kecil.
10. Kecamatan Ujung Pandang
Kecamatan Ujung Pandang merupakan kecamatan yang dijadikan
sebagai tempat area publik karena adanya Pantai Losari yang menjadi ikon
Kota Makassar. Luas wilayahnya 2,63 km2 atau 1,50% dari luas keseluruhan
wilayah Kota Makassar. Kecamatan Ujung Pandang memiliki jumlah
penduduk terendah yakni 28.637 jiwa (2,28%) dengan kepadatan penduduk
berkisar 10.889 jiwa/km2. Ancaman terhadap bahaya abrasi sangatlah besar
sehingga diperlukan bangunan pemecah ombak di depan pantai. Oleh karena
itu, Pantai Kecamatan Ujung Pandang umumnya juga sudah mengalami
pengerasan dengan tembok pematang pantai, khususnya pada Daerah

III - 12
Rekreasi Pantai Losari dan sekitarnya. Hanya sebagian lokasi di sebelah utara
pantai kecamatan ini merupakan komplek perhotelan (Pantai Gerbang
Makassar Hotel dan Makassar Golden Hotel) serta dermaga penyeberangan
Kayu Bangkoa ke Pulau Lae-lae, Pulau Kayangan dan pulau-pulau lainnya di
wilayah Kota Makassar. Selain itu, Kecamatan Ujung Pandang juga
berpotensi terhadap pencemaran air laut dan air tanah karena penggunaan
lahan yang lebih diarahkan pada pembangunan hotel. Selain itu juga restoran
merupakan usaha paling besar memberikan kontribusi terhadap pencemaran
air di kecamatan ini.
11. Kecamatan Makassar
Kecamatan Makassar merupakan kecamatan yang memiliki tingkat
kepadatan terbesar yakni 32.900 jiwa/km2, jumlah penduduk 82.907 jiwa
dengan luas wilayah 2,52 km2 atau 1,43% dari keseluruhan luas wilayah Kota
Makassar. Penggunaan lahan di Kecamatan Makassar lebih diperuntukkan
bagi kawasan pemukiman, pertokoan dan perkantoran. Kecamatan ini
sangat minim dan bahkan tidak memiliki potensi sumber daya alam baik di
sektor pertanian maupun perikanan (tambak).
12. Kecamatan Bontoala
Luas wilayah Kecamatan Bontoala adalah 2,10 km2 atau 1,19% dari
keseluruhan luas Kota Makassar yang terdiri atas 12 kelurahan. Kecamatan
Bontoala termasuk dalam kategori kecamatan terpadat (urutan ke-3) yakni
29.433 jiwa/km2 dan jumlah penduduk 61.809 jiwa. Topografi di kecamatan
ini dataran rendah dengan elevasi 1-4 m di atas permukaan laut, sebagian
daerah di kecamatan ini berpotensi banjir utamanya daerah yang dialiri anak
Sungai Tallo. Penggunaan lahan di kecamatan ini lebih diperuntukkan sebagai
pemukiman, sehingga kecamatan ini tidak memiliki potensi sumber daya
alam baik di sektor pertanian maupun perikanan.

III - 13
13. Kecamatan Wajo
Salah satu kecamatan yang terletak di pesisir barat Kota Makassar dan
wilayah pantainya merupakan kompleks Pelabuhan Soekarno-Hatta
(Pelabuhan Umum dan Peti Kemas), dengan luas wilayah 1,99 km atau 1,13%
dari luas keseluruhan wilayah Kota. Jumlah penduduk di Kecamatan Wajo
35.011 jiwa dengan kepadatan 17.593 jiwa/km2. Secara topografi, kecamatan
ini termasuk dalam kategori dataran rendah dengan elevasi 1-4 m di atas
permukaan laut sehingga berpotensi terjadi abrasi. Oleh karena itu, Pantai
Kecamatan Wajo umumnya sudah mengalami pengerasan dengan tembok
pematang sebagai pelindung pantai.
14. Kecamatan Mariso
Kecamatan Mariso merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah
yang paling kecil yakni hanya 1,04% dari luas wilayah Kota Makassar atau
sekitar 1,82km2, dengan tingkat kepadatan sebesar 30.009 jiwa/km2. Potensi
sumber daya alam di Kecamatan ini yaitu subsektor perikanan laut.
Kecamatan mampu menghasilkan 1.227 ton hasil laut atau 3.767.509 rupiah.
Penggunaan lahan di kecamatan ini sebagian besar diperuntukkan pada
pemukiman, pertokoan, dan perkantoran.
Untuk potensi bencana alam di kecamatan ini berupa abrasi pantai.
Oleh karena itu pantai di Kecamatan Mariso pada umumnya sudah
mengalami pengerasan dengan tembok pematang pantai, karena sebagian
besar pantai di kecamatan ini merupakan daerah pangkalan pendaratan ikan
(TPI Rajawali) dan permukiman pantai.
3.1.2 Demografi
Kota Makassar kini berkembang tidak lagi sekedar gateway namun
diposisikan sebagai ruang keluarga (living room) di Kawasan Timur Indonesia.
Sebagai kota metropolitan, Makassar tumbuh dengan ditunjang berbagai

III - 14
potensi, yang salah satunya adalah jumlah penduduk. Hal ini dapat dilihat
pada table berikut ini :

Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan Kota Makassar

Kecamatan Populasi Penduduk Laju


2014 2015 Pertumbuhan
Penduduk
Mariso 58 327 58 815 0,84
Mamajang 60 537 60779 0,40
Tamalate 186 921 190 694 2,02
Rapocini 160 499 162 539 1,27
Makassar 84 014 84 396 0,45
Ujung Pandang 28 053 28 278 0,80
Wajo 30 505 30 722 0,71
Bontoala 55 937 56 243 0,55
Ujung Tanah 48 531 48 882 0,72
Tallo 137 997 138 598 0,44
Panakkukang 146 121 146 968 0,58
Manggala 131 500 135 049 2,70
Biringkanaya 190 829 196 612 3,03
Tamalanrea 109 471 110 826 1,24
Kota Makassar 1 429 242 1 449 401 1,41
Sumber : BPS Kota Makassar Tahun 2016

Berdasarkan data tersebut jumlah penduduk terbesar yang dirinci


menurut kecamatan terdapat di Kecamatan Biringkanaya sejumlah 196.612
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 3,03 persen pertahun. Sedangkan
jumlah penduduk ter rendah terdapat di Kecamatan ujung Pandang sejumlah
28. 278 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 0,80 persen per tahun.

III - 15
Tabel 3.3
Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Makassar
Kode Kecamatan Persentase Kepadatan
Wilayah Penduduk
010 Mariso 4,17 30,993
020 Mamajang 4,40 26,471
030 Tamalate 12,76 8,536
031 Rapocini 11,28 16,526
040 Makassar 6,10 32,730
050 Ujung Pandang 2,01 10,327
060 Wajo 2,19 14,894
070 Bontoala 4,05 26,054
080 Ujung Tanah 3,49 7,935
090 Tallo 10,03 23,254
100 Panakkukang 10,56 8,371
101 Manggala 8,74 4,896
110 Biringkanaya 12,52 3,512
111 Tamalanrea 7,70 3,272
7371 Kota Makassar 100 7,693
Sumber : BPS Kota Makassar tahun 2016

Berdasarkan tabel 2.3, persentase penduduk terbesar terdapat di


Kecamatan Biringkanaya yaitu sebesar 12,52% dengan tingkat kepadatan
penduduk 3,512 sementara kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan
Makassar dengan persentase penduduk 6,10%. Hal ini memberi gambaran
bahwa distribusi penduduk yang terjadi di Kota Makassar tidak merata,
dimana luas wilayah tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk, dalam
artian bahwa luas wilayah yang besar tidak harus mempunyai jumlah
penduduk yang besar demikian pula sebaliknya luas wilayah yang kecil tidak
harus mempunyai jumlah penduduk yang kecil.

III - 16
Gambar 3.3
Peta Kepadatan Penduduk Kota Makassar

III - 17
3.1.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat disini terdiri dari kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga,
dimana Pembangunan yang dilaksanakan secara bekelanjutan diharapkan
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan stabil akan mendorong peningkatan kemampuan faktor-
faktor produksi untuk memproduksi barang dan jasa sehingga dapat
memacu berkembangnya perekonomian dalam skala yang lebih besar dan
berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan penduduk.

Kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat


dan pemerataan ekonomi diindikasikan dengan melihat indikator
pertumbuhan PDRB, laju inflasi, dan PDRB perkapita. Peningkatan
perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan
ekonomi wilyah tersebut, yaitu dengan adanya kenaikan statistik pendapatan
regional pada periode tertentu atau yang disebut dengan produk domestik
regional bruto (PDRB). Ketersediaan data PDRB secara berkala menjadi
penting karena bermanfaat sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi
wilayah, berguna dalam rangka perencanaan, pemantauan pelaksanaan serta
evaluasi pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi, yang
digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan
suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Untuk mengukur besarnya laju
pertumbuhan tersebut dihitung dari Pertumbuhan PDRB. PDRB per kapita
merupakan gambaran nilai tambah yang biasa diciptakan oleh masing-masing
penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Sedang PDRN per kapita
merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing
penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator

III - 18
tersebut biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran
penduduk suatu daerah.

3.1.4 Adat Istiadat dan Kebiasaan Penduduk


Adat istiadat merupakan karakteristik masyarakat suatu daerah yang
dijunjung tinggi secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi
berikutnya. Adat istiadat atau kebiasaan masyarakat merupakan salah satu
aspek yang turut menentukan dalam pelaksanaan pembangunan,
pemeliharaan dan pengembangan. Kebiasaan yang masih mengakar sampai
saat ini di Kota Makassar antara lain :
 Kultur individualisme cukup tinggi dengan kategori masyarakat
heterogen.
 Upacara adat, antara lain; perkawinan, khitanan, kematian, syukuran
kelahiran bayi dan pesta adat lainnya.

3.1.5 Fasilitas Sosial Ekonomi


a. Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial diartikan sebagai wadah aktivitas yang melayani
kebutuhan penduduk bersifat memberi kepuasan sosial, mental, dan spiritual
dalam bentuk: peribadatan, pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi.

1) Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Pendidikan yang terdapat di Kota Makassar untuk kegiatan
proses belajar dan mengajar terdiri atas; TK, SD, SLTP, SLTA dan PT. Jumlah
fasilitas pendidikan di Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel berikut :

III - 19
Tabel 3.4
Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di Kota Makassar
Fasilitas Pendidikan
No Kecamatan Jumlah
TK SD SLTP SLTA

1 2 3 4 5 6 7

1 Mariso 8 19 6 5 38

2 Mamajang 13 24 10 12 49

3 Tamalate 30 49 13 11 103

4 Rappocini 34 48 16 11 109

5 Makassar 18 38 16 11 83

6 Ujung Pandang 18 29 17 10 74

7 Wajo 8 14 8 5 35

8 Bontoala 15 21 10 5 51

9 Ujung Tanah 6 21 8 2 37

10 Tallo 15 44 13 4 76

11 Panakukang 40 46 15 10 111

12 Manggala 40 33 13 10 96

13 Biringkanaya 59 43 18 10 130

14 Tamalanrea 29 30 8 6 73

Jumlah 333 459 171 112 1.065

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2016

2) Fasilitas Peribadatan
Penduduk di Kota Makassar umumnya beragama islam. Jumlah fasilitas
peribadatan yang ada saat ini sebanyak 923 buah mesjid, tersebar di masing-
masing kecamatan. Jumlah dan jenis sarana ibadah di Kota Makassar dapat
dilihat pada Tabel berikut :

III - 20
Tabel 3.5
Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Makassar
Fasilitas Peribadatan Jumlah
No Kecamatan
Mesjid Mushallah Gereja Wihara Pura Klenteng (Unit)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Mariso 39 - 4 1 - - 44

2 Mamajang 42 7 6 - 1 - 56

3 Tamalate 114 2 5 - - - 121

4 Rappocini 93 3 7 - - - 103

5 Makassar 35 2 25 2 - - 64

6 Ujung Pandang 38 - 26 4 - - 68

7 Wajo 27 1 8 16 - 3 55

8 Bontoala 22 4 5 2 - 2 35

9 Ujung Tanah 37 2 5 - - - 44

10 Tallo 79 2 2 1 - - 84

11 Panakukang 95 - 30 - - - 125

12 Manggala 79 4 4 - - - 87

13 Biringkanaya 129 10 10 - - - 149

14 Tamalanrea 94 11 8 - 2 - 115

Jumlah 923 48 145 26 3 5 1.150

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka,2016

3) Fasilitas Kesehatan
Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
ketersediaan fasilitas kesehatan. Jenis fasilitas kesehatan di Kota Makassar
terdiri atas; rumah sakit umum, puskesmas, puskesmas pembantu, apotek
dan toko obat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

III - 21
Tabel 3.6
Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar
No Sarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase (%)
1 2 3 4
1 Rumah Sakit Umum 16 3,23
2 Rumah Sakit Jiwa 1 0,20
3 Rumah Sakit Bersalin 13 2,63
4 Rumah Sakit Khusus Lainnya 3 0,61
5 Puskesmas 37 7,47
6 Puskesmas Pembantu 41 8,28
7 Puskesmas Keliling 37 7,47
8 Apotek 262 52,93
9 Toko Obat 85 17,17
Jumlah 495 100,00
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2016

b. Fasilitas Ekonomi
Fasilitas ekonomi diartikan wadah untuk melakukan aktifitas ekonomi
dalam bentuk fasilitas industri, perdagangan dan aktivitas ekonomi lainnya
sedangkan fasilitas sosial yang dimaksud adalah fasilitas perumahan dan
permukiman.

1) Fasilitas Industri
Jenis industri di Kota Makassar yang dikembangkan masyarakat saat ini
menurut klasifikasinya terdiri atas, jenis industri rumah tangga dan aneka
industri. Jumlah dan jenis industri yang diusahakan masyarakat dapat dilihat
pada Tabel berikut.

III - 22
Tabel 3.7
Jenis Industri di Kota Makassar
Rata-Rata
Nilai
Jumlah Tenaga Nilai Input
Output
No Jenis Industri Industri Kerja (Rp.000,-)
(Rp.000,-)
(Jiwa)
1 2 3 4 5 6
1 Makanan dan Minuman 60 125 33.028.649 39.081.921
2 Tekstil, Pakaian Jadi 6 43 1.246.122 2.354.399
3 Kayu, Barang Dari Kayu 29 145 7.172.587 11.142.788
Kertas dan Barang Dari
4 10 50 2.391.337 3.141.304
Kertas
5 Kimia dan Barang Dari Kimia 10 52 2.515.405 3.256.675
Barang Galian Bukan Minyak
6 6 40 3.006.036 8.061.935
Bumi dan Batubara
7 Logam Dasar 9 97 13.189.926 14.417.502
Barang-Barang Dari Logam,
8 3 204 8.188.514 27.022.240
Mesin dan Peralatannya
9 Pengolahan lainnya 10 308 4.646.605 8.557.644
Jumlah 143 124 17.161.156 21.614.927
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2016

2) Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan yang terdapat di Kota Makassar antara lain;
pasar umum, mall, koperasi, pertokoaan dan perbankan. Keberadaan fasilitas
tersebut, digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok
sekaligus berfungsi untuk perputaran roda ekonomi. Jumlah dan jenis
fasilitas perdagangan di Kota Makassar tidak diperoleh data mengenai
banyaknya fasilitas perdagangan yang ada saat ini.

3) Fasilitas Perumahan dan Permukiman


Klasifikasi perumahan di Kota Makassar pada dasarnya dilihat dari segi:
luas kavling, tipe perumahan, kondisi perumahan, dan pola pembentukan
permukiman. Kondisi perumahan di Kota Makassar dibedakan atas tiga jenis,
antara lain; rumah permanen, semi permanen, dan darurat/temporer. Hasil
survey dilapangan secara umum kondisi bangunan/rumah yang ada

III - 23
mayoritas termasuk dalam klasifikasi permanen, semi permanen dan
sebagian kecil temporer.
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat/
perorangan, masih bersifat alami. Pola perumahan yang terbentuk
cenderung mengelompok (concentrik) pada suatu kawasan, dan
berkembang secara linear mengikuti jaringan jalan dan garis pantai. Usaha
Perumahan dan Permukiman yang dilakukan masyarakat, termasuk yang
dibangun oleh pengembang di Kota Makassar terdiri atas usaha Perumahan
dan Permukiman kecil, menengah dan besar.
c. Sarana dan Prasarana
1) Prasarana Jalan
Sistem transportasi sangat penting untuk mendukung angkutan barang
dan penumpang. Sistem transportasi yang digunakan masyarakat saat ini
dalam pengangkutan sangat ditentukan dengan ketersediaan prasarana jalan
terutama dukungan prasarana ke kawasan perkotaan. Berdasarkan kondisi
prasarana jalan yang dimanfaatkan masyarakat terdiri atas, jalan aspal,
pengerasan dan jalan tanah. Jenis dan klasifikasi jalan di Kota Makassar dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.8
Fungsi Jalan Menurut Kondisi di Kota Makassar

No Konstruksi Jalan Panjang Jalan (Km)

1 2 3
1 Aspal 1.261,50
2 Berbatu 17,06
3 Kerikil -
4 Tanah 89,10
5 Paving Blok 191,41
6 Beton 74,39
Jumlah 1.593,46
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2016

III - 24
2) Jaringan Telepon
Jaringan telepon di Kota Makassar, sebahagian besar menggunakan
sistem sambungan STO disamping itu tersedia fasilitas telepon berupa
telepon seluler. Distribusi sistem sambungan terpasang ke unit sambungan
antara lain; perumahan, pemerintahan dan fasilitas sosial ekonomi.
3) Jaringan Listrik
Jaringan listrik di Kota Makassar yang telah terpasang saat ini
mengikuti jalur jalan, dengan menggunakan travo pembatas. Distribusi
jaringan listrik di Kota Makassar termasuk dalam kategori jaringan tegangan
tinggi, menengah dan jaringan tegangan rendah. Pelayanan distribusi
jaringan listrik antara lain sambungan ke unit perumahan penduduk, fasilitas
sosial, perdagangan dan pemerintahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.
Tabel 3.9
Jumlah Pelanggan, Daya Tersambung, Energi Terjual Tiap Unit PLN di Kota Makassar
Daya Tersambung Energi Terjual
No Unit/Cabang Pelanggan
(VA) (KWH)
1 2 3 4 5
1 Kantor Cabang - - 2.491.886
2 Rayon Makassar Utara 62.826 195.725.000 289.191.407
3 Rayon Makassar Selatan 85.068 158.088.225 346.931.451
4 Rayon Makassar Timur 60.585 128.853.150 273.710.703
5 Rayon Makassar Barat 31.353 76.039.100 159.021.582
Sub Ranting Barang
6 678 398.900 489.194
Lompo
Sub Ranting
7 681 344.300 559.087
Kodinggareng
8 Lindes Lae-Lae 205 191.200 138.350
Jumlah 241.396 559.639.875 1.172.533.660
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2016

4) Air Minum
Sarana air minum yang dimanfaatkan masyarakat kawasan pesisir
untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada umumnya bersumber dari air
permukaan (sungai) dan air tanah (sumur) dangkal/sumur dalam. Potensi air
bersih yang bersumber dari PDAM, secara umum masih dominan
III - 25
dimanfaatkan oleh masyarakat perkotaan. Tidak diperoleh data mengenai
syarat higienis air bersih/minum yang dikonsumsi masyarakat. Tingkat
pelayanan air minum di Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.10
Jumlah Pelanggan PDAM dan Kapasitas Air Minum di Kota Makassar

No Kategori Pelanggan Jumlah Pelanggan Volume Air Yg Dialirkan (M3)

1 2 3 4
1 Sosial 1.847 1.848.143
2 Rumah Tangga 145.235 37.198.630
3 Bisnis 12.584 4.059.991
4 Industri 103 1.996.405
5 Pemerintahan 670 2.450.642
Jumlah 160.439 47.553.811
Sumber : PDAM Kota Makassar, 2016

5) Drainase
Kondisi permukaan lahan di Kota Makassar relatif datar hingga
bergelombang, serta dilalui oleh sungai Tallo dan sungai Jenneberang yang
berfungsi sebagai jaringan drainase primer. Kondisi jaringan drainase yang
ada saat ini sepenuhnya belum berfungsi optimal dan hanya terdapat pada
jalur jalan utama kota. Di beberapa kawasan jaringan drainase yang ada
masih alami terutama di daerah pinggiran kota. Kondisi tersebut akan
berpengaruh pada luapan air permukaan yang belum tersalurkan dengan
baik, mengingat tidak semua jalur jalan yang ada memiliki saluran drainase.
Genangan air hujan tidak dapat dihindari pada tempat dan kawasan tertentu.
Terjadinya luapan air sungai pada musim hujan mengakibatkan genangan air
sehingga pengadaan jaringan drainase sangat penting peranannya untuk
mengalirkan air hujan dan air permukaan.

Drainase berfungsi untuk menyalurkan air hasil buangan rumah tangga


dan air hujan, disamping itu drainase juga berfungsi untuk penanggulangan
banjir perkotaan. Kondisi sistem drainase Kota Makassar terdiri dari drainase
III - 26
primer (sungai dan laut), drainase sekunder dan drainase tersier (drainase
pada unit-unit permukiman).
6) Air Limbah/MCK
Salah satu sumber pencemaran lingkungan adalah air limbah. Air
limbah di Kota Makassar secara umum bersumber dari; limbah rumah
tangga, limbah industri, limbah kapal, dan hasil buangan dari aktivitas sosial
ekonomi. Berdasarkan karakteristiknya limbah hasil buangan di Kota
Makassar terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Hasil observasi lapangan
yang dilakukan menunjukkan penangangan limbah di Kota Makassar
sepenuhnya belum dikelola secara optimal (tanpa melalui treatment). Jika
tidak diantisipasi sejak awal akan berdampak pada pencemaran lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada pencemaran lingkungan. Kondisi
ini secara umum terjadi di daerah kawasan kumuh Kota Makassar.
7) Persampahan
Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang harus memerlukan
penanganan. Sumber sampah yang ada di Kota Makassar bersumber dari;
sampah rumah tangga dan sampah yang berasal dari berbagai fasilitas.
Sistem pengelolaan sampah di Kota Makassar saat ini ditunjang dengan
ketersediaan sarana dan prasarana sampah antara lain; bak sampah,
kontainer, motor sampah dan mobil sampah. Untuk lebih jelasnya kondisi
sarana dan prasarana persampahan Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel
di bawah ini.
Tabel 3.11
Kondisi Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Makassar
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit ) Kondisi
1 2 3 4
1 Toyota Kijang Diesel 11 6 Unit Kondisi Baik
2 Mitsubishi L 300 2 Kondisi Baik
3 Mitsubishi Kuda 1 Kondisi Baik
4 Suzuki Futura 1 Kondisi Baik
5 Suzuki Carry 1 Kondisi Baik
6 Suzuki Maven 1 Kondisi Baik
III - 27
7 Pick-UP Mitsubishi 1 Kondisi Baik
8 Dump Truck Dyna Rino 8 5 Unit Kondisi Baik
9 Plat Truck Dyna Rino 5 3 Unit Kondisi Baik
10 Dump Truck Dyna Rino Bak Type 4 2 Unit Kondisi Baik
Container
11 Dump Truck Toyota Dyna Rino 8 Kondisi Baik
12 Dump Truck Izusu ELF 6 5 Unit Kondisi Baik
13 Dump Truck Toyota Dyna Rino Untuk 14 Kondisi Baik
Wilayah Kecamatan
14 Dump Truck Dynasaurus 3 Kondisi Baik
15 Dump Truck Izusu ELF 7 Kondisi Baik
16 Dump Truck Toyota Dyna Rino 6 M3 26 Kondisi Baik
17 Arm Roll Truck Dyna Rino 2 Kondisi Baik
18 Arm Roll Truck Izusu Bison 2 1 Unit Kondisi Baik
19 Arm Roll Truck Izusu TLD58 6 4 Unit Kondisi Baik
20 Arm Roll Truck Izusu ELF 16 3 Unit Kondisi Baik
21 Arm Roll Truck Toyota By 43 6 5 Unit Kondisi Baik
22 Arm Roll Dyna Rino 14 8 Unit Kondisi Baik
23 Arm Roll Truck Mitsubishi 1 Kondisi Baik
24 Arm Roll Truck Dynasaurus 4 Kondisi Baik
25 Arm Roll Truck Nissan 10 M 1 Kondisi Baik
26 Arm Roll Truck Mitsubishi 10 M3 3 Kondisi Baik
27 Arm Roll Dyna Rino 6 M3 7 Kondisi Baik
28 Compactor Truck Izusu 6 M3 1 Kondisi Baik
29 Compactor Truck Dynasaurus 8 M3 2 Kondisi Baik
30 Mobil Tangki 4 Kondisi Baik
31 Dyna Rino 1 Kondisi Baik
32 Mobil Lift 2 1 Unit Kondisi Baik
33 Dump Truck Dyna Rina 3 2 Unit Kondisi Baik
34 Mower (Kubota) 1 Kondisi Baik
35 Izusu (Pick Up) 2 Kondisi Baik
36 Motor Ruda Dua Yamaha FIZ 1 Kondisi Baik
37 Motor Ruda Dua Yamaha Alfa 1 Kondisi Rusak
38 Jinceng 1 Kondisi Baik
39 Yamaha Vega 5 Kondisi Baik
40 Suzuki Smash 5 Kondisi Baik
41 Suzuki Sogun 125 11 Kondisi Baik
42 Suzuki sogun 125 SD 19 Kondisi Baik
43 Motor Roda Tiga Fukuda 15 Kondisi Baik
44 Motor Roda Tiga Kaisar/Triseda 13 Kondisi Baik
45 Motor Roda Tiga Viar 10 Kondisi Baik
46 Sekop dan Garpu 14 Kondisi Baik
47 Kontainer 6 M3 106 Kondisi Baik
48 Kontainer 10 M3 22 Kondisi Baik
49 Gerobak Sampah 243 Kondisi Baik
III - 28
50 Tong Sampah 200 Kondisi Baik
51 Alat Pencacah Sampah 1 Kondisi Baik
Sumber : Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keindahan Kota Makassar, 2016

3.2 Gambaran Umum Kawasan – Kawasan Kumuh Kota Makassar


Karakteristik Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar terbagi
kedalam 3 (tiga) kategori, antara lain kawasan permukiman kumuh yang
berada di pinggiran kota, pusat kota dan daerah pasang surut.
1. Kawasan permukiman kumuh yang berada dipinggiran kota
Kawasan permukiman kumuh yang berada di pinggiran kota antara lain
sebagai berikut :
a. Kawasan Permukiman Kumuh Barombong
b. Kawasan Permukiman Kumuh Mangasa
c. Kawasan Permukiman Kumuh Parangtambung
d. Kawasan Permukiman Kumuh Untia
2. Kawasan permukiman kumuh yang berada di pusat kota
Kawasan permukiman kumuh yang berada di pinggiran kota antara lain
sebagai berikut :
a. Kawasan Permukiman Kumuh Banta-Bantaeng
b. Kawasan Permukiman Kumuh Bunga Eja Beru
c. Kawasan Permukiman Kumuh Kampung Buyang
d. Kawasan Permukiman Kumuh Layang
e. Kawasan Permukiman Kumuh Lette
f. Kawasan Permukiman Kumuh Maradekayya Utara
g. Kawasan Permukiman Kumuh Mariso
h. Kawasan Permukiman Kumuh Pampang
i. Kawasan Permukiman Kumuh Pannampu
j. Kawasan Permukiman Kumuh Patingalloang
k. Kawasan Permukiman Kumuh Patingalloang Baru

III - 29
l. Kawasan Permukiman Kumuh Rappocini
m. Kawasan Permukiman Kumuh Rappokalling
n. Kawasan Permukiman Kumuh Sinrijala
o. Kawasan Permukiman Kumuh Tammua
p. Kawasan Permukiman Kumuh Tidung
q. Kawasan Permukiman Kumuh Wala-Walayya
3. Kawasan permukiman kumuh yang berada di daerah pasang surut
Kawasan permukiman kumuh yang berada di daerah pasang surut
antara lain sebagai berikut :
a. Kawasan Permukiman Kumuh Barrang Caddi
b. Kawasan Permukiman Kumuh Barrang Lompo
c. Kawasan Permukiman Kumuh Bontorannu
d. Kawasan Permukiman Kumuh Buloa
e. Kawasan Permukiman Kumuh Cambayya
f. Kawasan Permukiman Kumuh Gusung
g. Kawasan Permukiman Kumuh Kaluku Bodoa
h. Kawasan Permukiman Kumuh Kodingareng
i. Kawasan Permukiman Kumuh Maccini Sombala
j. Kawasan Permukiman Kumuh Mattoangin
k. Kawasan Permukiman Kumuh Panambungan
l. Kawasan Permukiman Kumuh Tallo
m. Kawasan Permukiman Kumuh Tammalabba
n. Kawasan Permukiman Kumuh Tanjung Merdeka
o. Kawasan Permukiman Kumuh Ujung Tanah
Sedangkan penetapan lokasi kawasan kumuh Kota Makassar Menurut
SK. Walikota Makassar No. 050.05/1341/Kep/IX/2014 terbagi 3 (tiga) Tipologi
antara lain kumuh berat, kumuh ringan dan kumuh sedang sebagai berikut :

III - 30
Tabel 3.12.

Kawasan Kumuh Tipologi Kumuh Berat

Lingkup Administrasi Korrdinat Jumlah


Luas Legalitas Tipologi
No Nama Lokasi Rumah
(Ha) RT/RW Kelurahan Kecamatan Lintang Bujur Lahan Kumuh
Tangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(85%
Milik
MARADEKAYA MARADEKAYA 5° 8'
1 0.93 RW.03 MAKASSAR 119° 25° 35.2"BT 133 Pribadi, BERAT
UTARA UTARA 26.84"LS
15 %
Negara)
(85%
Milik
KAMPUNG KAMPUNG 5° 9' 119° 24°
2 2.81 RW.04/05 MARISO 104 Pribadi, BERAT
BUYANG BUYANG 33.41"LS 25.09"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 9' 119° 24°
3 LETTE 3.51 RW. 01/05 LETTE MARISO 315 Pribadi, BERAT
21.49"LS 22.69"BT
15 %
Negara)
(75% Milik
5° 9' 119° 24° Pribadi,
4 MARISO 3.68 RW. 03/06 MARISO MARISO 183 BERAT
29.13"LS 28.38"BT 25 %
Negara)
5° 9' 119° 24° (85%
5 MATTOANGIN 3.36 RW. 01/02 MATTOANGIN MARISO 101 BERAT
39.45"LS 21.19"BT Milik

III - 31
Pribadi,
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 9' 119° 24°
6 PANNAMBUNGAN 5.94 RW. 05/07/08 PANNAMBUNGAN MARISO 189 Pribadi, BERAT
10.06"LS 30.31"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 9' 119° 24°
7 BONTORANNU 6.74 RW. 01/02/04 BONTORANNU MARISO 247 Pribadi, BERAT
52.04"LS 21.09"BT
15 %
Negara)
(70%
Milik
5° 11' 119° 26°
8 MANGASA 22.71 RW. 01/02/06/10 MANGASA TAMALATE 255 Pribadi, BERAT
18.37"LS 5.57"BT
30 %
Negara)
(70%
Milik
PARANG PARANG 5° 11' 119° 25°
9 42.84 RW. 07/12/14 TAMALATE 606 Pribadi, BERAT
TAMBUNG TAMBUNG 25.8"LS 18.95"BT
30 %
Negara)
(85%
Milik
TANJUNG TANJUNG 5° 11' 119° 24°
10 18.61 RW. 03/04/05 TAMALATE 224 Pribadi, BERAT
MARDEKA MARDEKA 5.82"LS 18.09"BT
15 %
Negara)
11 BAROMBONG 32.73 RW. 01/02/04 BAROMBONG TAMALATE 5° 13' 119° 23° 3.79"BT 201 (70% BERAT

III - 32
46.16"LS Milik
Pribadi,
30 %
Negara)
5° 10' 119° 24° (85%
4.49"LS 19.15"BT Milik
MACCINI MACCINI
12 30.27 RW. 03/05/06/07 TAMALATE 340 Pribadi, BERAT
SOMBALA SOMBALA 5° 10' 119° 24°
15 %
29.99"LS 14.33"BT
Negara)
(70%
Milik
RW. 5° 8' 119° 26°
13 PAMPANG 24.59 PAMPANG PANAKKUKANG 166 Pribadi, BERAT
01/02/06/07/08 4.91"LS 57.52"BT
30 %
Negara)
(85%
Milik
5° 8' 119° 26°
14 SINRIJALA 5.68 RW. 02/04/05 SINRIJALA PANAKKUKANG 112 Pribadi, BERAT
14.27"LS 13.04"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 7' 119° 26°
15 RAPPOKALLING 11.18 RW. 03/05 RAPPOKALLING TALLO 266 Pribadi, BERAT
24.6"LS 36.91"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 7' 119° 25°
16 BUNGA EJA BERU 12.62 RW. 01/04 BUNGA EJA BERU TALLO 279 Pribadi, BERAT
24.93"LS 24.8"BT
15 %
Negara)

III - 33
5° 6' 119° 25° (80%
56.16"LS 28.22"BT Milik
17 PANNAMPU 18.16 RW. 03/04/05 PANNAMPU TALLO 363 Pribadi, BERAT
5° 6' 119° 25°
20 %
46.83"LS 28.98"BT
Negara)
(85%
Milik
5° 7' 119° 26°
18 TAMMUA 2.08 RW. 01/04 TAMMUA TALLO 123 Pribadi, BERAT
36.35"LS 34.81"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 7' 119° 26°
19 WALA-WALAYA 4.68 RW. 04/05 WALA-WALAYA TALLO 174 Pribadi, BERAT
18.08"LS 24.58"BT
15 %
Negara)
(70%
Milik
5° 6' 119° 26°
20 TALLO 41.02 RW. 02/03/04/05 TALLO TALLO 958 Pribadi, BERAT
16.44"LS 29.65"BT
30 %
Negara)
(70%
Milik
5° 6' 119° 26°
21 BULOA 1.26 RW. 02/04/05 BULOA TALLO 105 Pribadi, BERAT
43.78"LS 31.79"BT
30 %
Negara)
(85%
5° 6' 119° 26° Milik
22 KALUKU BODOA 19.21 RW. 05/07 KALUKU BODOA TALLO 264 BERAT
46.66"LS 2.93"BT Pribadi,
15 %

III - 34
Negara)
(85%
Milik
5° 7' 119° 25°
23 LAYANG 5.72 RW. 01/02/05/06 LAYANG BONTOALA 219 Pribadi, BERAT
9.72"LS 19.12"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 6' 119° 25°
24 PATTINGALLOANG 1.92 RW. 05 PATTINGALLOANG UJUNG TANAH 122 Pribadi, BERAT
50.36"LS 15.83"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
PATTINGALLOANG PATTINGALLOANG 5° 6' 119° 25°
25 4.14 RW. 02/03 UJUNG TANAH 203 Pribadi, BERAT
BARU BARU 47.03"LS 27.38"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 6' 119° 24°
26 TAMALABBA 2.53 RW. 01/02 TAMALABBA UJUNG TANAH 76 Pribadi, BERAT
52.74"LS 47.26"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik
RW. 5° 6' 119° 25°
27 CAMBAYA 5.55 CAMBAYA UJUNG TANAH 341 Pribadi, BERAT
01/02/03/04/05 36.83"LS 34.18"BT
15 %
Negara)
(70%
RW. 5° 8' 119° 15°
28 KODINGARENG 9.51 KODINGARENG UJUNG TANAH 305 Milik BERAT
01/02/03/04/05/06 53.48"LS 52.91"BT
Pribadi,

III - 35
30 %
Negara)
(70%
Milik
RW. 5° 4' 119° 19°
29 BARRANG CADDI 4.49 BARRANG CADDI UJUNG TANAH 434 Pribadi, BERAT
01/02/03/04/05/06 52.17"LS 13.59"BT
30 %
Negara)
(70%
Milik
5° 2' 119° 19°
30 BARRANG LOMPO 12.49 RW. 01/04 BARRANG LOMPO UJUNG TANAH 123 Pribadi, BERAT
54.72"LS 44.81"BT
30 %
Negara)
(85%
Milik
5° 7' 119° 24°
31 UJUNG TANAH 1.89 RW. 01/02 UJUNG TANAH UJUNG TANAH 117 Pribadi, BERAT
6.71"LS 39.42"BT
15 %
Negara)
(85%
Milik

32 GUSUNG 2.38 RW. 01/02/03 GUSUNG UJUNG TANAH 119°25'23.92"BT 153 Pribadi, BERAT
6'44.30"LS
15 %
Negara)
(85%
Milik
5° 4'
33 UNTIA 7.13 RW. 03/04/05 UNTIA BIRINGKANAYA 119° 29° 1.49"BT 59 Pribadi, BERAT
31.26"LS
15 %
Negara)
5° 9' 119° 25° (85%
34 RAPPOCINI 10.38 RW. 03/05 RAPPOCINI RAPPOCINI 171 BERAT
11.38"LS 53.57"BT Milik

III - 36
Pribadi,
15 %
Negara)
(80%
Milik
BANTA- BANTA- 5° 9' 119° 25°
35 6.74 RW. 04/06 RAPPOCINI 194 Pribadi, BERAT
BANTAENG BANTAENG 38.19"LS 37.24"BT
20 %
Negara)
(85%
Milik
5° 9' 119° 26°
36 TIDUNG 4.54 RW. 01/08 TIDUNG RAPPOCINI 107 Pribadi, BERAT
55.67"LS 34.13"BT
15 %
Negara)
Sumber : Profil Kawasan Kumuh Kota Makassar dan SK Walikota Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar, Tahun 2014

III - 37
Tabel 3.13.

Kawasan Kumuh Tipologi Kumuh Ringan

Lingkup Administrasi Korrdinat Jumlah


Luas Legalitas Tipologi
No Nama Lokasi Rumah
(Ha) RT/RW Kelurahan Kecamatan Lintang Bujur Lahan Kumuh
Tangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(70% Milik

1 PAI 3.91 RW. 03/04/05 PAI BIRINGKANAYA 119°30'33.92"BT 68 Pribadi, 30 % RINGAN
5'46.68"LS
Negara)
(70% Milik
2 DAYA 4.72 RW. 02/03/04 DAYA BIRINGKANAYA 5° 6'35.13"LS 119°30'34.40"BT 52 Pribadi, 30 % RINGAN
Negara)
(70% Milik
RW. 5°
3 BULUROKENG 9.53 BULUROKENG BIRINGKANAYA 119°29'57.45"BT 205 Pribadi, 30 % RINGAN
02/03/04/05 4'49.75"LS
Negara)
(70% Milik
RW.
4 SUDIANG 6.46 SUDIANG BIRINGKANAYA 5° 5'45.71"LS 119°32'8.72"BT 222 Pribadi, 30 % RINGAN
01/02/04/13/22
Negara)
(70% Milik
RW. 5°
5 SUDIANG RAYA 3.33 SUDIANG RAYA BIRINGKANAYA 119°32'2.13"BT 106 Pribadi, 30 % RINGAN
02/06/07/09 5'55.69"LS
Negara)
(70% Milik
RW.
6 PACCERAKKANG 6.03 PACCERAKKANG BIRINGKANAYA 5° 8'3.83"LS 119°31'23.17"BT 231 Pribadi, 30 % RINGAN
02/04/15/20
Negara)
UJUNG (85% Milik
7 BULOGADING 3.63 RW. 04 BULOGADING 5° 8'19.26"LS 119°24'25.57"BT 118 RINGAN
PANDANG Pribadi, 15 %

III - 38
Negara)
(85% Milik
UJUNG
8 LAE-LAE 6.74 RW. 03 LAE-LAE 5° 8'13.02"LS 119°23'28.43"BT 103 Pribadi, 15 % RINGAN
PANDANG
Negara)
(85% Milik
UJUNG 5°
9 MALOKU 5.16 RW. 02 MALOKU 119°24'29.05"BT 128 Pribadi, 15 % RINGAN
PANDANG 8'28.29"LS
Negara)
(85% Milik
UJUNG 5°
10 LOSARI 4.18 RW. 01 LOSARI 119°24'34.68"BT 112 Pribadi, 15 % RINGAN
PANDANG 8'38.75"LS
Negara)
(80% Milik
11 BUTUNG 5.74 RW. 01/02/03 BUTUNG WAJO 5° 7'27.32"LS 119°24'45.57"BT 137 Pribadi, 20 % RINGAN
Negara)
(80% Milik
12 PATTUNUANG 1.25 RW. 01/02 PATTUNUANG WAJO 5° 7'50.71"LS 119°24'26.87"BT 114 Pribadi, 20 % RINGAN
Negara)
(80% Milik
13 ENDE 2.83 RW. 01/02/03 ENDE WAJO 5° 7'39.73"LS 119°24'49.69"BT 92 Pribadi, 20 % RINGAN
Negara)
(80% Milik
14 MAMPU 3.35 RW. 01/02/04 MAMPU WAJO 5° 7'11.83"LS 119°24'42.44"BT 120 Pribadi, 20 % RINGAN
Negara)
(80% Milik
15 MELAYU BARU 16.53 RW. 01/02/04 MELAYU BARU WAJO 5° 7'37.02"LS 119°24'35.73"BT 119 Pribadi, 20 % RINGAN
Negara)
(70% Milik
RW.
16 TAMANGAPA 3.63 TAMANGAPA MANGGALA 5°11'10.40"LS 119°29'45.90"BT 65 Pribadi, 30 % RINGAN
03/04/05/06
Negara)
17 MANGGALA 0.66 RW. 06/09 MANGGALA MANGGALA 5° 9'52.72"LS 119°28'41.07"BT 87 (70% Milik RINGAN

III - 39
Pribadi, 30 %
Negara)
Sumber : Profil Kawasan Kumuh Kota Makassar dan SK Walikota Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar, Tahun 2014

III - 40
Tabel 3.14.

Kawasan Kumuh Tipologi Kumuh Sedang

Lingkup Administrasi Korrdinat Jumlah


Luas Legalitas Tipologi
No Nama Lokasi Rumah
(Ha) RT/RW Kelurahan Kecamatan Lintang Bujur Lahan Kumuh
Tangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(85% Milik
BARA-BARAYA BARA-BARAYA
1 0.93 RW. 01/02/04 MAKASSAR 5° 8'36.63"LS 119°25'59.46"BT 156 Pribadi, 15 % SEDANG
TIMUR TIMUR
Negara)
(85% Milik
BARA-BARAYA BARA-BARAYA
2 3.47 RW. 01 MAKASSAR 5° 8'30.43"LS 119°25'50.40"BT 173 Pribadi, 15 % SEDANG
UTARA UTARA
Negara)
(85% Milik
BARA-BARAYA BARA-BARAYA
3 2.26 RW.01 MAKASSAR 5° 8'48.65"LS 119°25'42.82"BT 175 Pribadi, 15 % SEDANG
SELATAN SELATAN
Negara)
(85% Milik
4 MACCINI 1.82 RW. 04 MACCINI MAKASSAR 5° 8'9.40"LS 119°25'52.07"BT 118 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
MACCINI MACCINI
5 7.41 RW. 02/03 MAKASSAR 5° 8'13.33"LS 119°25'32.99"BT 183 Pribadi, 15 % SEDANG
GUSUNG GUSUNG
Negara)
(85% Milik
6 BARA-BARAYA 0.95 RW. 01/02/03 BARA-BARAYA MAKASSAR 5° 8'40.34"LS 119°25'46.43"BT 142 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
7 BARANA 2.03 RW. 03/04 BARANA MAKASSAR 5° 8'19.69"LS 119°25'33.01"BT 97 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)

III - 41
(85% Milik
LARIANG LARIANG
8 2.40 RW. 01/03 MAKASSAR 5° 8'17.55"LS 119°25'16.10"BT 80 Pribadi, 15 % SEDANG
BANGNGI BANGNGI
Negara)
(85% Milik
MACCINI MACCINI
9 1.01 RIKA MAKASSAR 5° 8'27.86"LS 119°25'59.45"BT 105 Pribadi, 15 % SEDANG
PARANG PARANG
Negara)
(85% Milik
10 MARADEKAYA 2.45 RW. 03/04 MARADEKAYA MAKASSAR 5° 8'36.59"LS 119°25'21.77"BT 146 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
MARADEKAYA MARADEKAYA
11 1.43 RW.001 MAKASSAR 5° 8'41.13"LS 119°25'22.42"BT 115 Pribadi, 15 % SEDANG
SELATAN SELATAN
Negara)
(85% Milik
MARICAYA MARICAYA
12 8.48 RW. 03/04/05 MAKASSAR 5° 8'53.84"LS 119°25'35.02"BT 193 Pribadi, 15 % SEDANG
BARU BARU
Negara)
(80% Milik
KUNJUNG
13 KUNJUNG MAE 4.57 RW. 02/03 MARISO 5° 8'59.73"LS 119°24'41.98"BT 123 Pribadi, 20 % SEDANG
MAE
Negara)
(80% Milik
14 MARIO 1.68 RW. 01/03 MARIO MARISO 5° 9'20.41"LS 119°24'55.67"BT 121 Pribadi, 20 % SEDANG
Negara)
(80% Milik
15 TAMARUNANG 2.88 RW. 04 TAMARUNANG MARISO 5°10'7.35"LS 119°24'25.31"BT 115 Pribadi, 20 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
RW.
16 JONGAYA 3.20 JONGAYA TAMALATE 5°10'24.81"LS 119°25'5.84"BT 129 Pribadi, 15 % SEDANG
01/02/08/13
Negara)
(85% Milik
17 MANNURUKI 4.16 RW. 03/04/08 MANNURUKI TAMALATE 5°10'35.99"LS 119°25'42.17"BT 113 SEDANG
Pribadi, 15 %

III - 42
Negara)
(70% Milik
PA'BAENG- PA'BAENG-
18 3.57 RW. 07/08 TAMALATE 5°10'18.24"LS 119°25'18.95"BT 152 Pribadi, 30 % SEDANG
BAENG BAENG
Negara)
(70% Milik
RW.
19 BALANG BARU 21.24 BALANG BARU TAMALATE 5°11'1.69"LS 119°24'46.80"BT 178 Pribadi, 30 % SEDANG
02/04/05/09
Negara)
(85% Milik
20 TAMAMAUNG 4.90 RW. 06 TAMAMAUNG PANAKKUKANG 5° 8'42.95"LS 119°26'22.79"BT 218 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
21 KARUWISI 2.91 RW. 02/03/04 KARUWISI PANAKKUKANG 5° 8'33.87"LS 119°26'13.97"BT 127 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
KARUWISI KARUWISI
22 5.65 RW. 08 PANAKKUKANG 5° 7'58.19"LS 119°26'11.28"BT 138 Pribadi, 15 % SEDANG
UTARA UTARA
Negara)
(85% Milik
23 PANAIKANG 7.49 RW. 01/02/04 PANAIKANG PANAKKUKANG 5° 8'18.73"LS 119°27'44.65"BT 127 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
24 PANDANG 11.58 RW. 01/02/03 PANDANG PANAKKUKANG 5° 9'34.70"LS 119°27'6.42"BT 161 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
25 MASALE 6.15 RW. 03 MASALE PANAKKUKANG 5° 9'16.50"LS 119°26'37.61"BT 99 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(70% Milik
26 LAKKANG 11.57 RW. 01/02 LAKKANG TALLO 5° 7'15.03"LS 119°27'55.78"BT 101 Pribadi, 30 % SEDANG
Negara)
27 LEMBO 4.53 RW. 01/02/05 LEMBO TALLO 5° 7'15.66"LS 119°25'31.82"BT 187 (85% Milik SEDANG

III - 43
Pribadi, 15 %
Negara)
(85% Milik
28 RAPPOJAWA 2.76 RW. 01 RAPPOJAWA TALLO 5° 7'27.69"LS 119°26'14.02"BT 96 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
29 SUANGGA 1.04 RW. 05 SUANGGA TALLO 5° 7'17.74"LS 119°25'52.52"BT 84 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
30 BUNGA EJAYA 1.22 RW. 02/03/05 BUNGA EJAYA BONTOALA 5° 7'32.91"LS 119°25'17.37"BT 152 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
BONTOALA
31 BONTOALA TUA 1.20 RW. 03/05 BONTOALA 5° 7'36.95"LS 119°25'18.09"BT 104 Pribadi, 15 % SEDANG
TUA
Negara)
(85% Milik
TOMPO
32 TOMPO BALANG 1.67 RW. 01/02/04 BONTOALA 5° 8'2.89"LS 119°25'33.20"BT 82 Pribadi, 15 % SEDANG
BALANG
Negara)
(85% Milik
33 WAJO BARU 5.21 RW. 02/05 WAJO BARU BONTOALA 5° 7'58.61"LS 119°25'24.08"BT 163 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
RW.
34 BARAYA 2.77 BARAYA BONTOALA 5° 7'40.62"LS 119°25'27.60"BT 169 Pribadi, 15 % SEDANG
03/04/05/06
Negara)
(70% Milik
35 CAMBA BERUA 1.32 RW. 04 CAMBA BERUA UJUNG TANAH 5° 6'40.53"LS 119°25'45.68"BT 93 Pribadi, 30 % SEDANG
Negara)
(70% Milik
36 TAMALANREA 7.43 RW. 06/18 TAMALANREA TAMALANREA 5° 8'26.38"LS 119°31'1.82"BT 139 Pribadi, 30 % SEDANG
Negara)

III - 44
(70% Milik
RW.
37 BIRA 22.98 BIRA TAMALANREA 5° 5'27.19"LS 119°28'43.28"BT 116 Pribadi, 30 % SEDANG
03/04/05/06
Negara)
(70% Milik
RW.
38 PARANGLOE 7.40 PARANGLOE TAMALANREA 5° 5'51.92"LS 119°28'12.67"BT 91 Pribadi, 30 % SEDANG
01/03/04/05
Negara)
(70% Milik
TAMALANREA RW. TAMALANREA
39 8.40 TAMALANREA 5° 8'43.25"LS 119°30'5.18"BT 87 Pribadi, 30 % SEDANG
JAYA 01/02/03/06 JAYA
Negara)
(85% Milik
40 PA'BATANG 1.82 RW. 01/02 PA'BATANG MAMAJANG 5° 9'45.84"LS 119°24'58.67"BT 123 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
SAMBUNG SAMBUNG
41 4.15 RW. 02/03/04 MAMAJANG 5°10'19.39"LS 119°24'13.13"BT 108 Pribadi, 15 % SEDANG
JAWA JAWA
Negara)
(85% Milik
42 MAPPALA 3.06 RW. 11 MAPPALA RAPPOCINI 5°10'26.41"LS 119°27'7.98"BT 157 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
43 BALLAPARANG 4.39 RW. 04/05/06 BALLAPARANG RAPPOCINI 5° 8'56.40"LS 119°25'48.74"BT 105 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
(85% Milik
RW.
44 BUAKANA 4.71 BUAKANA RAPPOCINI 5° 9'33.78"LS 119°25'57.11"BT 177 Pribadi, 15 % SEDANG
01/02/03/06
Negara)
(85% Milik
45 KARUNRUNG 21.31 RW. 01/04/05 KARUNRUNG RAPPOCINI 5°10'57.44"LS 119°26'59.23"BT 203 Pribadi, 15 % SEDANG
Negara)
RW. (85% Milik
46 GUNUNG SARI 4.61 GUNUNG SARI RAPPOCINI 5°10'55.84"LS 119°27'4.60"BT 95 SEDANG
01/02/03/06 Pribadi, 15 %

III - 45
Negara)
(85% Milik
RW.
47 MALIMONGAN 2.67 MALIMONGAN WAJO 5° 7'5.26"LS 119°24'48.15"BT 130 Pribadi, 15 % SEDANG
01/03/04/05/06
Negara)
(80% Milik
48 BATUA 9.64 RW. 03 BATUA MANGGALA 5° 9'15.13"LS 119°27'54.32"BT 147 Pribadi, 20 % SEDANG
Negara)
(80% Milik
RW.
49 BORONG 5.90 BORONG MANGGALA 5° 9'52.00"LS 119°27'49.64"BT 152 Pribadi, 20 % SEDANG
01/02/10/11/12
Negara)
(80% Milik
RW.
50 BANGKALA 1.94 BANGKALA MANGGALA 5°10'24.53"LS 119°29'16.04"BT 158 Pribadi, 20 % SEDANG
04/11/12/16
Negara)
Sumber : Profil Kawasan Kumuh Kota Makassar dan SK Walikota Tentang Kawasan Permukiman Kumuh Kota Makassar, Tahun 2014

III - 46
IDENTIFIKASI DAN REVITALISASI

KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH


IDENTIFIKASI DAN REVITALISASI
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KOTA MAKASSAR
KOTA MAKASSAR

Gambar 2.9 Review Peta Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun 2014
Sumber : RTRW Kota Makassar 2015-2035 III - 47
IDENTIFIKASI DAN REVITALISASI
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KOTA MAKASSAR

Gambar 3.4. Peta Persebaran Kawasan Kumuh (SK Walikota)


Sumber : Lampiran SK Walikota Makassar No.050.05/1341/kep/IX/2014

III - 48

Anda mungkin juga menyukai