Makalah Psikologi Olahraga
Makalah Psikologi Olahraga
Makalah Psikologi Olahraga
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati
dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu
pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau mengerti
seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut sangat luas
dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi olahraga
berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk berprestasi di kanca
internasional.
Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap
kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga
seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet
yang berprestasi.
Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut masalah
keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas keterkaitan antara pelatih dengan seorang atlet saling
berketergantungan dan peran seorang pelatih sangat penting bagi prestasi seorang atlet yang
berprestasi karena tanpa seorang pelatih barangkali seoran atlet tak dapat berkembang seperti
saat dia berprestasi.
Tentang cara pemikiran seorang atlet dalam menuntut sasaran prestasi guna dapat
mebentukan jalan pikiran kita dan memberikan pembelajaran secara mendetail sebagaimana
dengan arti seorang atlet yang cinta akan prestasi yang membanggakan.
3. Tujuan penulisan
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar
bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa
adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan
umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik
dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat
menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya,
dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet
tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap
bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka berolahraga
dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan
psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.
3. Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental yang
Tangguh?
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang
terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet,
pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu
berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan
pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual.
dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak
berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon
atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini
keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya
dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa
aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian)
yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet
terhadap program tersebut.
BAB III
1. Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja
sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki
ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan
menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif
seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka
kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir
positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet. Daripada
mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan berhenti
sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya
sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya,
begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat
berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru
akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti
dengan penurunan prestasi.
2. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu
setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam
pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran
jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat,
yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat
mencapai sasaran tersebut.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa
sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi,
sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.
Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa
tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin
tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun
biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu
uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan
menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang
ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula
cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik
pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3. Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam
diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan
luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan
psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang
kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau
penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama
menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih
mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih
perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif.
Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan
bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal
sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk
emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah
bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut,
kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi
pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet
mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai.
Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik.
Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat
dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi
yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum
pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber
ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara
pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang
berkaitan dengan emosi.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam
menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :
a. Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan
kecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan
sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai
penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot
tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan
dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar
bernapas dengan menggunakan diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang
diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6. Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya
seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri
sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya
atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara
sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk untuk
membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan
kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka
untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai jika latihan
dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan penilaian terhadap
atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan
Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik),
hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah dilakukannya
secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya. Menemui pemain
yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin dibandingkan dengan
menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara
pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa
diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh
adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata tertib
latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi pelanggaran
terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk memberlakukan suatu
sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca
Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya
mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam
latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah dijalankan
secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu,
maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman
yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah
bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan
hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam
latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan
hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu
obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia
dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya.
Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi
pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah
berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak
mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus
bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari
keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan
dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya
ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara
mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya,
sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya
penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian
mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan
diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut
Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di dalam
bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi
menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa
pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian
dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai
bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
C. Persiapan Pertandingan
Setelah atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang
tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam pertandingan.
Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh kemampuannya
yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah form, artinya ia tidak dapat
menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang tercapainya
prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si
atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke tempat
pertandingan, bagaimana mencapainya, kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat
terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat,
penyesuaian dan pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat
teman-temannya dan mana yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang
akan bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet
sudah hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar,
dan sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap
berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas.
Lakukan stroke dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan dengan'visualisasi
clan relaksasi.
3. Saat Bertanding
Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan teknik memukul atau bagaimana
harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam visualisasi.
Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan
melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi
penuh hanya pada bola dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan relaksasi.
b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani.
Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.
f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan
evaluasi singkat, jika strategi tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang
sudah dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara
terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan clan menyerah
sebelum pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan
demikian. Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu
kasihan jika lawan mendapat angka nol.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan atlet
asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang
berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai
teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian
dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan
mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh
adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati ini merupakan kemampuan
pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat
mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti
keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada
pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk
mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi
atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang
memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi asuhannya.
Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada
pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan
kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari atlet, pelatih
tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui ucapan, perbuatan, dan
ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program yang dibuat
pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang
dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Serta psikologi olahraga mempunyai aspek yang perlu menjadi pegangan kita yaitu berpikiran
positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja
sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki
ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh
Penting :
Edit sesuai penyusunan makalah anda dan Untuk sarannya anda buat sendiri, karena semua
orang memiliki pendangan dan pengetahuan yang berbeda-beda
ingat sumbernya dicantumkan
http://www.arhysinjai.com/