Laporan Pendahuluan Trauma Thorax

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

(TRAUMA THORAX)

Setting In Hospital/Emergency Room

Disusun Oleh

MUHAMMAD REZKY BAY H.R.P


N2019.01.173

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
1. Definisi
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma
atau ruda paksa tajam atau tumpul.
2. Etiologi

a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada

b. Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan

c. Penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.

d. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel
flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.

e. Tusukan paru dengan prosedur invasif.

f. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda
berat.

g. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

h. Pukulan daerah thorax dan Fraktur tulang iga

i. Tindakan medis (operasi)

3. Faktor Resiko
a. Cedera akibat olahraga
b. Aktivitas ekstrim yang menyebabkan kerusakan pada dada
c. Akibat kecelakaan lalu lintas
4. Manifestasi Klinik

a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.


b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
d. Dyspnea, takipnea
e. Takikardi
f. Tekanan darah menurun.
g. Gelisah dan agitasi
h. Kemungkinan cyanosis.
i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
k. Ada jejas pada thorak
l. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
m. Bunyi muffle pada jantung
n. Perfusi jaringan tidak adekuat
o. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan )
dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

5. Klasifikasi
Trauma dada diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Trauma Tajam

a) Pneumothoraks terbuka
b) Hemothoraks
c) Trauma tracheobronkial
d) Contusio Paru
e) Ruptur diafragma
f) Trauma Mediastinal
b. Trauma Tumpul
a) Tension pneumothoraks
b) Trauma tracheobronkhial
c) Flail Chest
d) Ruptur diafragma
e) Trauma mediastinal
f)   Fraktur kosta
6. Komplikasi

a. tension penumototrax
b. penumotoraks bilateral
c. emfiema
7. Patofisiologi
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk kompresi maupun
ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya menyebabkan memar / jejas trauma pada
bagian yang terkena. Jika mengenai sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan
kontusio miocard jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan
perubahan tamponade pada jantung, atau tampak kesukaran bernapas jika kontusio
terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax juga seringkali
menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup maupun terbuka. Kondisi fraktur
tulang iga juga dapat menyebabkan Flail Chest, yaitu suatu kondisi dimana segmen dada
tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut
terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih
garis fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan
pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai
dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabakan hipoksia yang serius.
Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali berdampak lenih
buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda tumpul. Benda tajam dapat langsung
menusuk dan menembus dinding dada dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan
menembus organ yang berada pada posisi tusukannya. Kondisi ini menyebabkan
perdaharan pada rongga dada (Hemothorax), dan jika berlangsung lama akan
menyebabkan peningkatan tekanan didalam rongga baik rongga thorax maupun rongga
pleura jika tertembus. Kemudian dampak negatif akan terus meningkat secara progresif
dalam waktu yang relatif singkat seperti Pneumothorax,penurunan ekspansi paru,
gangguan difusi, kolaps alveoli, hingga gagal nafas dan jantung.
8. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi : Foto Thorax (AP)

Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan
trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil pemeriksaan
foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari
pemeriksaan foto toraks.

b. Gas Darah Arteri (GDA) dan Ph

Gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien


penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk
menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah, serta
kadar karbondioksida dalam darah.

c. CT-Scan

Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul toraks, seperti
fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal
hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini.
Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas
dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi.

9. Algoritma Kasus
Trauma Thorax

Penyebab : kecelakaan

Masuk Rumah Sakit

IGD

Hasil pengkajian : tampak jejas pada daerah thorax, auskultasi jantung menjauh, JVP
meningkat, tekanan darah 80/50 mmHg, frekuensi nadi 120x/menit, dan frekuensi
napas 30x/menit

Pemeriksaan fisik
1. Airway, jalan napas tidak paten
2. Breathing, napas cepat dispnea
3. Circulation, terjadi hipotensi
4. Disability, terjadi penurunan kesadaran
10. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
b. Intervensi
1) Diagnosa Pertama
- Berikan posisi yang  nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
- Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
- Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
- Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps
paru-paru.
2) Diagnosa Ke Dua
- Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
- Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
- Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
- Lakukan pernapasan diafragma.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi  dan
fisioterapi.
3) Diagnosa Ke Tiga
- Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
non invasif.
- Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
- Tingkatkan pengetahuan  tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
- Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.
- Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien,  30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2
jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
11. Daftar Pustaka/Referensi
1. Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian
keperawatan. Jakarta : EGC.
2. Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
3. Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai