Sejarah Gereja Mula Mula

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

I.

SEJARAH GEREJA MULA- MULA


1. Arti Kata Gereja
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan
menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu
Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi
juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-
Nya.
Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku
memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam
konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat
untuk menyembah kepada Kristus.
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman, di dalam gereja tidak ada lagi pemisahan
berdasarkan status atau derajat, tidak ada lagi perbedaan suku, negara atau pun ras, tidak ada lagi diskriminasi
antara perempuan dan laki-laki sebab semua yang menjadi bagian dan gereja, yang dibaptis di dalam Kristus, telah
dengan sendirinya mengakui Kristus adalah kepala gereja dan di dalam Dia, semua manusia sama, tidak ada
perbedaan (Galatia 3:27-28). Demikianlah, gereja tidak bisa dipahami hanya terbatas pada bangunan, tetapi gereja
terdiri dan manusia, umat kepunyaan Allah dalam Yesus Kristus. Gereja adalah tubuh-Nya yang memenuhi semua
dan segala sesuatu (Efesus 1:23).
Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia
dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria
dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).
Gereja Di Palestina
 Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)    
 Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis.ps.1-7)
 Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8)   
Gereja di luar Palestina
 Petrus membawa Injil ke Roma.             
 Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).          
 Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).    
 Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).    
 Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).      
 Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).    
2. Pertumbuhan Dan Tantangan
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata
hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula
itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.         
a. Agama Negara
Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa
pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan
melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.            
Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang
menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena
mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.    
Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu
sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang-
orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah
Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan
menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak
patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.

b. Penganiayaan terhadap orang Kristen


Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan
pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah
orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara
lain adalah dengan penganiayaan.  
Beberapa penyebab penganiayaan:            
 Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.        
 Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi
tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.   
 Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium
kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.
1
c. Hasil dari penganiayaan          
Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan  pembunuhan, namun demikian
jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.          
 Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat
Petrus).          
 Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh
dunia.         
 Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-
betul menjadi saksi yang hidup.

3. Lahirnya Jemaat Kristen 


Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada hari-hari pertama setelah kebangkitan
Yesus, para murid mengetahui bahwa lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia daripada pergi keluar dan
melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan hanya mengubah jalan pikiran mereka,
tetapi yang juga memberanikan mereka untuk menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan
seluruh dunia Romawi. 
Hanya lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di
Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesiasnya. Pada
waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk
merayakan Pesta Pentakosta - dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya tetapi
juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya, memberikan respons terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan
mereka harus menjadi murid-murid Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan
Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42). 
Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus mengalami transformasi dalam hidup
mereka? Jawabannya terdapat dalam pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan berbicara kepada
orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats Perjanjian Lama yang menggambarkan bahwa
datangnya abad baru adalah masa di mana Roh Allah akan bekerja dengan cara baru dalam hidup orang-orang.
Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke masa depan, beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah
manusia tidak pernah akan selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan
ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut
ketaatan - Ia akan memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti
yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini
dihubungkan dengan pemberian Roh Allah - dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta
menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus. Melalui kematian dan
kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari
pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar. 
Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika mereka
menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan - yang dipercayakan Yesus kepada
mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu
merupakan suatu dinamika moral dan spiritual yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian
tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah
mudah menggambarkan dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka
yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan
seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka sendiri - dan
mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir. 
Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan argumen
lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan
kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain- lainnya memiliki kuasa guna melakukan
tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara
tak disangka-sangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem. 
Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada
Yesus yang hidup dan kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari
terlupakan. Orang-orang Kristen selalu "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan
mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta mereka
dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-
pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang
penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yang-mengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47;
4:32,35). 

4. Jemaat bertumbuh
Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana
dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama
sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa
kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa

2
umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang
begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan
kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada
umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang
Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang
bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi
tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus
adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga
banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum
memeluk agama Yahudi. 
Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap
seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak
menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan
suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus
berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang
pendengar yang terdiri dari "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" (Kis. 2:5).
Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan
perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara
mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka
yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan
pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri.
Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan
orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi
yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat
tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat
suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan murid-murid
lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut.
Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-
upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang
mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri
tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian
ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan, dan satu-satunya
pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam
nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada
umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi. 

5. Gereja Di Antiokhia
Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 Sm. Di bawah pemerintahan raja-raja Seleuk
yang pertama ia berkembang dengan pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani,
namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan
dengan perkembangan kota itu. Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya
yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-
hak yang sama dengan orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge. Di bawah
pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke
Timur, ia menjadi kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria. 
Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas. Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah
kematian Stefanus, mungkin sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang cukup
berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di
Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa lama, dan
kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja
bersama-sama selama; sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus meramalkan bahaya
kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah
bahwa; ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan bahwa bahaya kelaparan terjadi
sesudah itu. Data kronologis lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang meninggal
dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan
kelaparan dikumpulkan sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan Antiokhia
sekitar tahun 41, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan tugasnya di sana pada tahun 42. 
Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai dengan perkembangan kegiatan Paulus
yang diketahui. Bila ia menjadi percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga tahun di
kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama
satu atau dua tahun di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka ketika Bamabas datang untuk
menyertainya dalam tugas barunya ia tentu sudah berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia.
Nampaknya ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak kesenjangan lain dalam

3
karangan Lukas mengenai perkara yang sama pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar
biasa. 
Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi yang menonjol. Pertama, ia adalah induk
dari gereja bagi bangsa-bangsa lain. Rumah di keluarga Kornelius tidak dapat disebut gereja dalam arti yang sama
dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum.
Dari gereja Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh Injil. Di Antiokhia
dimulailah perdebatan yang pertama tentang status umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat
tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas
Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja di
Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-
bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di dalam Kisah Para Rasul. 
Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan di antara Markus dan Lukas maupun
kenyataan pertemuan mereka di Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan
dalam masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya
mengutip dari Matius, ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu-satunya Injil Sinoptis
yang diketahuinya. Streeter mempertahankan pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari
Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul, keduanya menurutnya
adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana yang hidup
dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan
warisan dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu maupun masa sekarang. 
Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara mereka yang disebut di dalam Kisah Para
Rasul 13:1, hanya Barnabas dan Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi
pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia
telah mengalahkan Yerusalem sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi penginjilan. 
Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan Herodes dalam tahun 44. Gereja di
Yerusalem selalu dalam keadaan kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus selalu
ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti makin melemahkan mereka, meskipun ada
dana sumbangan dari Antiokhia (11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian Yakobus,
anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya
memberikan gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan gereja yang tetap setia
bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang
terakhir. 
Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian ini. "Di Antiokhialah murid-murid itu
untuk pertama kalinya disebut Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus dianggap
sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan
dengan makin berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa, dunia mulai melihat
perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus".

Anda mungkin juga menyukai