Bilangan Kompleks KLMPK 3
Bilangan Kompleks KLMPK 3
Bilangan Kompleks KLMPK 3
OLEH :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Adapun
judul dari makalah ini adalah ”Bilangan Kompleks”. Makalah ini di susun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah teknologi informasi dan literasi data.
PENDAHULUAN
Matematika dan fisika merupakan cabang ilmu yang umumnya diketahui merupakan
bagian dari pembelajaran angka yang sebenarnya merupakan konsep yang salah di
masyarakat. Jika matematika dihubungkan dengan fisika dapat diartikan bahwasanya dua
cabang ilmu yang saling berkaitan dimana penerapan matematika tersebut untuk
menyelesaikan persoalan fisika dengan menggunakan metode metode yang sudah ada.
Seperti halnya dengan materi yang akan dibahas yaitu tentang Bilangan kompleks
yang nantinya akan menjadi penerapan matematika untuk menyelesaikan persoalan dalam
fisika.
1.3 Tujuan
Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Matematika Fisika
BAB II
ISI
2
x −1=0 mempunyai penyelesaian dengan x ∈ ℜ .
2 2
x +1=0 ⇔ x =−1 tidak mempunyai penyelesaian jika x∈ ℜ .
2
Sehingga perlu mengidentifikasi suatu bilangan sehingga x +1=0 mempunyai
penyelesaian. Selanjutnya perlu dikembangkan suatu sistem bilangan yaitu bilangan
kompleks.
2
i = satuan imajiner dan i =−1 .
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bilangan kompleks yaitu
= { z | z=x+iy , x , y ∈ ℜ ∧ i2=−1 } .
2. Jika Re ( z )=0 dan Im ( z )≠0 maka z dinamakan bilangan imajiner murni.
Contoh 1 a. z=10−2i
b. z=−i
dapat disajikan sebagai titik ( x, y ) pada bidang kompleks (bidang xy), dengan sumbu x
(sumbu riil) dan sumbu y (sumbu imajinair). Selain itu, bilangan kompleks
z=x +iy= ( x , y ) juga dapat disajikan sebagai vektor dalam bidang kompleks dengan titik
y (sumbu imajinair)
O x (sumbu riil)
Gambar 1. Bidang kompleks
2 Operasi Aljabar
Operasi aljabar pada bilangan kompleks sesuai dengan operasi aljabar pada bilangan riil.
d. Pembagian :
z1 x1 x 2+ y1 y 2 x 2 y 1−x 1 y 2
= z1 z−1
2 = +i , z2 ≠0
z2 x 2+ y 2 x 2+ y 2
2 2 2 2
Perlu diperhatikan :
1. −z ( negatif z ).
1
z−1=
2. z ( kebalikan z )
x y
z−1= −i
Jika z=x +iy maka x 2+ y 2 x2 + y 2 .
z 1 z 2 =z 2 z 1
b. Hukum asosiatif
( z 1 + z 2 ) + z3 =z 1 + ( z2 + z 3 )
( z 1 z 2 ) z 3 =z1 ( z 2 z3 )
c. Hukum distributif
z 1 ( z 2 + z 3 ) =z 1 z2 + z1 z 3
z+ 0=0+ z=z
z . 1=1. z=z
3. DERET BILANGAN KOMPLEKS
∞
∑ z n=z1+ z2 +z3+. ..+ zn+ .. .
n=1
Misalkan,
Sn =
z 1 +z 2 +z 3 +. ..+z n +.. .
lim Sn ∑ zn
n→∞ = n=1
Uji konvergensi pada deret bilangan kompleks
a. Teorema konvergensi
Teorema Konvergensi
∞
Diberikan deret bilangan kompleks ∑ z n dengan
n =1
z n=x n +iy n ; x n , y n ∈ R
∞ ∞
(a) ∑ z n konvergen jika dan hanya jika ∑ xn dan
n =1 n =1
∑ y n konvergen.
n =1
∞
(b) jika ∑ z n konvergen, maka nlim
→∞
z n=0 .
n=1
∞ ∞
(c) jika ∑ z n konvergen mutlak, maka ∑ zn
n=1 n =1
∞ ∞
konvergen, artinya jika ∑|z n| maka ∑ zn
n =1 n =1
konvergen.
Bukti (a):
∞
(⇒) misalkan deret ∑ zn konvergen ke a+ib ,
n =1
∞
sehingga ∑ z n =a+ib. Akan ditunjukan bahwa
n =1
∞ ∞
deret ∑ xn konvergen ke a dan deret ∑ yn
n =1 n =1
∑ z n =lim
n→ ∞
S n=lim ¿ ¿ ¿
n→∞
n =1
Akibatnya diperoleh,
n n
lim ∑ x k =a dan b Karena ∑ xk dan
n → ∞ k=1 k =1
n n n n
dari ∑ xn dan ∑ y n, maka ∑ xn dan ∑ yn
n =1 n =1 n =1 n =1
konvergen.
n n
( ⇐ ) misalkan ∑ xn konvergen ke a dan ∑ yn
n =1 n =1
n
konvergen ke b . Akan tunjukan ∑ z n konvergen
n =1
n n
ke a+ib . Karena Sn=∑ x k + ∑ y k , menurut
k=1 k=1
∞ ∞
lim S n=¿ ∑ z n ¿, diperoleh ∑ z n =a+ib.
n→∞ n =1 n =1
∞
Jadi terbukti bahwa ∑ z n konvergen.
n =1
Bukti (b):
dibuktikan nlim
→∞
z n=0 , berarti terdapat bilangan
asli n0 sehingga jika n> n0 berlaku |z n|< ε
∞
Diketahui ∑ z n konvergen, berarti terdapat
n =1
∑ z n =lim
n→ ∞
S n=z
n =1
ε
asli n0 sehingga jika n> n0 berlaku |Sn −1−z|<
2
ε
dan |Sn −z|<
2
b. Uji Rasio
Teorema Uji Rasio:
∞
Diberikan deret dengan suku-suku tak negative ∑ Z n dan
n =1
Z n +1
lim
n→∞ | |
Zn
= L.
∞
(a) Jika L < 1, maka ∑ Z nkonvergen
n =1
∞
(b) Jika L > 1, maka ∑ Z ndivergen
n =1
Z n+1
jikan> n0 berlaku
| | |
Zn
−L <ε
Z n +1
| |
Zn
< ε + L=r −L+ L=r atau ¿ Zn +1|¿ r| Z n∨¿ ………………… (*)
|Z n +1|¿ r|Z n |
0 0
¿ Zn +2∨¿ r 2∨Z n ∨¿
0 0
¿ Zn +3|¿ r 3| Z n ∨¿
0 0
………………….
|Z n 0+k
|¿ r k| Zn |, k ∈ N …………………… (**)
0
∞
Deret ∑ r k∨Z 0∨¿ ¿ adalah deret konvergen, karena
k =1
∞
bahwa deret ∑ ¿ Z n +k ∨¿ ¿ konvergen. 0
k =1
∞ ∞
Deret ∑ ¿ Z n +k ∨¿ ¿ 0
berbeda dari deret ∑ ¿ Z n∨¿ ¿
k =1 k =1
Z n +1
(b) Karena
n→∞
lim | |
Zn
= L, dan L > 1, maka
Z n +1
lim
n→∞ | |
Zn
= ¿+∞ ¿.
Z n+1
Perhatikan bahwa 1<¿ ∨¿ ε jika dan hanya jika
Zn
|Z n|<|Z n+1|<ε
Diambil n=n0, n0 +1 ,n 0+2 , …. , sehingga diperoleh
|Z n |<|Z n +1|
0 0
……………………………
∞
Karena nlim
→∞
Z n ≠ 0, diperoleh deret ∑ Zn divergen.
n =1
∞ ∞
1
Misalkan deret ∑ Z n=∑ , diperoleh
n =1 n=1 np
Z n +1 1 np np n p
lim | | |
n→ ∞ Zn
= lim
n→ ∞ (n+1)
p
. =lim
1 n →∞ ( n+ 1 ) p | | | |( ) |
=¿ lim
n →∞ n+1
=1 ¿
∞
1
Deret ∑ konvergen untuk p > 1 dan divergen untuk
n =1 np
p ≤1.
∞
Jadi deret ∑ Zn dapat konvergen dan dapat juga
n =1
c. Uji Akar
Diberikan deret dengan suku-suku tak negative
∑ Z n dan
lim n
√ | z n |=L
n ←∞ .
n =1
lim n
√ | z n |=L
⇒
n ←∞
∞
L<1 , ∑ zn konvergen mutlak
{
d. Uji Integral
L>1 ,
n=1
∞
∑ zn divergen
n=1
L=1 , uji gagal
∞
∑ zn
Andaikan n=1 adalah deret suku-suku tak negative dan
∑ zn ∫ f ( x ) dx
deret n=1 akan konvergen jika hanya jika 1
juga konvergen.
Dari kalkulus :
∞ b
∫ f ( x ) dx lim ∫ f ( x ) dx
b→∞ a
= a
Apa bila limit pada ruas kanan bernilai terhingga, maka
integral tak wajar tersebut konvergen dan memiliki nilai yang
sama dengan limit tadi. Jika tidak maka integral tersebut
divergen.
e. Uji Deret berganti tanda
∞
∑ (−1 )n zn z n≥0
Diketahui suatu deret n=1 , dengan
lim z n =0
Andaikan : n→∞
z n+1 ≤z n
f. Uji Banding
Teorema Uji Banding
Diberikan |z n|≤|wn| untuk setiap n ∈ N
∞ ∞
(a) Jika ∑|wn| konvergen, maka ∑|z n| konvergen
n =1 n =1
(mutlak)
∞ ∞
(b) Jika ∑ | z n| divergen, maka ∑ |wn| divergen.
n =1 n =1
Bukti:
∞
a. Diketahui |z n|≤|wn| dan ∑|wn| konvergen. Akan
n =1
∞
dibuktikan ∑|z n| konvergen mutlak. Misalkan { Sn }
n =1
∞
adalah barisan jumlah bagian untuk deret ∑|z n| dan
n =1
∞
{T n } adalah barisan jumlah bagian untuk deret ∑ |wn|.
n =1
∞
Karena ∑ |wn| konvergen, berarti terdapat bilangan real
n =1
∞
real M . Akibatnya ∑ | z n| konvergen.
n =1
∞
b. Diketahui |z n|≤|wn| dan ∑|z n| divergen. Akan
n =1
∞ ∞
dibuktikan ∑|wn| divergen. Andaikan deret ∑|wn|
n =1 n =1
∞
barisan deret ∑|z n| konvergen. Hal ini bertentangan
n =1
∞
salah, haruslah deret ∑ |wn| divergen.
n =1
BAB IV
DERET PANGKAT KOMPLEKS
∑ ak (z-c¿ k,c ∈
k=0
Perhatikan bahwa pada persamaanya kita akan memperoleh deret bilangan kompleks jika
z diganti oleh suatu bilangan kompleks, sehingga untuk z yang berbeda akan diperoleh deret
yang berbeda dengan sifat kekonvergenan yang berbeda pula. Oleh karena itu muncul
pertanyaan berikut. Untuk nilai z berapakah deret konvergen?
∞
Jelas bahwa, jika z = c maka diperoleh deret yang konvergen karena ∑ ak 0=0 Jadi,
k=0
∞
jika A = { z ∈C ⎸ ∑ ak ¿ ¿} maka jelas bahwa c ∈ A.
k=0
CONTOH :
∞ ∞
zk 1 k
a
1
1. Pandang deret pangkat ∑ 2 = ∑ 2 (z - 0¿ . Di sini, c = 0 dan k = 2
k=0 k k=0 k k
∞ ∞
i 1
Jika z=i maka diperoleh deret ∑ 2 . Apakah ∑ 2 konvergen ?
k=0 k k=0 k
⎸ ⎸ ak +1 ⎸ ⎸
Jika diperiksa dengan menggunakan uji rasio, maka lim =
n→∞ ak
yang konvergen, karena merupakan deret p dengan p = 2 atau deret super harmonik.
∞ ∞
ik ik
Karena ∑ 2 konvergen mutlak maka ∑ 2 konvergen. Jadi z=i ∈ A .
k=0 k k=0 k
Disebut radius Konvergensi, sedangkan A ⊆ C disebut daerah atau lingkaran
∞
konvergensi deret pangkat ∑ ak ¿ ¿ Perhatikan bahwa jika R=0 maka deret pangkat
k=0
∞
∑ ak ¿ ¿konvergen ∀ z ∈C .
k=0
TEOREMA
∞
Jika deret pangkat ∑ an z konvergen pada lingkaran C dengan radius konvergensi R ≥ 0,
n
n=0
maka:
∞
1. Deret ∑ an z konvergen ke suatu fungsi f (z) yang analitik di setiap z ∈∫ (C)
n
n=0
Teorema Taylor
Jika fungsi f(z) analitik di suatu titik c di bidang kompleks, maka terdapat suatu deret pangkat
∞
∑ an ¿ ¿
n=0
Deret pangkat pada teroma tersebut dinamakan Deret Taylor dari f di c. Jika c = 0 maka
deret Taylor disebut deret Mac Laurin. Pada contoh – contoh bertikut akan diperlihatkan
bahwa radius konvergen deret Taylor dari f di c adalah jarak antar titk c dengan titik singular
dari f yang terdekat.
Contoh :
1
Misalkan f (z) = , akan ditentukan deret Mac Laurin untuk f(z).
1−z
pusat deret adalah c = 0, dan a (n+1 )=a n = 1, sehingga radius konvergensi deret pangkat tersebut
adalah R = 1.
BAB V
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil isi diatas dapat disimpulkan bahwasanya bilangan kompleks merupakan
penerapan dalam matematika yang dapat menyelesaikan perseolan dalam fisika dan dapat
disimpulkan bahwasanya matematika dan fisika sangat erat kaitanya dalam cabang ilmu
untuk mempermudah dalam ilmu fisika tersebut.
Nuraida ida.(2017). Sifat Lapangan Pada Bilangan Kompleks. Jurnal analisa. 3(1) : 70-75.
Ekowati. CK 2010. Bahan Ajar Mandiri Kompleks. Kupang: Universitas Nusa Cendana.