Balai Yasa Manggarai
Balai Yasa Manggarai
Balai Yasa Manggarai
Balai Yasa Manggarai merupakan balai yasa yang khusus diperuntukkan bagi perawatan kereta api
eksekutif (K1), bisnis (K2), ekonomi (K3), kereta pembangkit (P), kereta makan/makan pembangkit
(KM/M/MP/KMP), kereta bagasi (B) dan Gerbong Datar, Gerbong terbuka (GD/GK) milik Daop I
sampai dengan Daop VI, KRD, dan KA Commuter Jabodetabek. Dulu balai yasa ini dibangun
oleh Staatsspoorwegen tahun 1920 dengan nama Hoofd-Werkplatsen te Manggarai. Di sini semua
kereta eksekutif dan KRL yang dirawat mengalami pemeliharaan akhir (PA), semiperawatan akhir
(SPA), PA bogie, perbaikan akhir lengkap (PAL), dan perbaikan (PB). [2]
Pada balai yasa seluas 2.000 × 500 meter ini, setiap harinya masuk kereta-kereta api eksekutif dan
KRL di balai yasa ini. Pengerjaannya dilakukan oleh sekitar enam ratus pekerja setiap harinya, serta
menelan biaya Rp60-150 juta untuk sekali perawatan. Perawatan kereta di balai yasa ini dimulai dari
pengecekan bodi dan bogie (dilakukan terpisah), perbaikan, pengukuran kesetimbangan, uji coba,
kemudian keluar pemeliharaan. Uji coba dilakukan di rute Manggarai-Karawang, serta apabila
berhasil, kereta itu boleh keluar.[3]
Di balai yasa ini terdapat pula kebun tempat perucatan kereta, KRL, dan KRD yang sudah tidak siap
guna operasi (TSGO) lagi atau sudah mangkrak. KA yang disimpan disini diantaranya adalah KRL
Ekonomi yang mangkrak, seperti seri BN-Holec (sekarang sudah dipindah ke Purwakarta), serta
KRD MCW 302. Kini, karena banyak di antara kereta-kereta bekas ini sudah dipindahkan ke
Purwakarta, Cikaum, atau dirucat, kebun ini sebagiannya diubah menjadi dipo untuk kereta api
bandara.
Investasi jumbo tersebut akan digunakan untuk mengembangkan kawasan TOD seluas 60
hektare (ha) yang ditargetkan akan menjadi ikon internasional.
"Investasinya memang besar karena total luas bangunan yang akan dikembangkan disana
mencapaai 11,2 juta meter persegi (m2)," kata Tumiyana Direktur utama PTPP di Jakarta, Selasa
(10/10).
Untuk mengembangkan proyek jumbo ini, PTPP akan menggandengn konsultan internasional
yang mengembangkan TOD di Hongkong. Namun Tumiyana tidak menyebutkan nama
konsultan yang akan digandeng tersebut.
Kawasan TOD tersebut akan dibangun di sebagian lahan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan
sebagian lagi masih membutuhkan pembebasan. PTPP akan mengembangkan kawasan tersebut
dengan anak usahanya PT PP Properti Tbk (PPRO) dan juga akan menggandeng perusahaan
BUMN lain juga seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Tumiyana bilang, selain menggandeng BUMN, tidak tertutup kemungkinan juga buat perusahaan
untuk menggandeng perusahaan swasta dalam pengembangan megaproyek itu.
Saat ini, PTPP masih mematangkan konsep dan skema pengembangan kawasan TOD Stasiun
Manggarai tersebut sehingga Tumiyana belum bisa menjabarkan proyek apa saja yang akan
dibangun disana. "Sampai tahun depan, kami masih akan mematangkan konsepnya," kata
Tumiayana.
Selain di Stasiun Manggarai, PTPP melalui PPRO juga akan mengembangkan dua kawasan TOD
lagi di Jakarta yakni di Stasiun Juanda dan Stasiun Tanah Abang. Total investasi yang akan
digelontorkan untuk bangun proyek itu sekitar Rp 1,5 triliun.
PPRO akan membangun sembilan tower hunian di Stasiun Tanah Abang dan dua tower hunian di
Stasiun Juanda dimana sekitar 35% dari total hunian vertikal yang akan dibangun akan
diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
PPRO telah memulai pembangunan kedua TOD tersebut yang ditandai dengan seremoni
groundbreaking atau peletakan batu pertama pada Selasa (10/10). Di Stasiun Juanda, perusahaan
akan membangun 627 unit unit di lahan seluas 5.903 m2 dan 171 unit diantaranya merupakan
hunian MBR yang akan dijual dengan harga sekitar Rp 7 juta per m2.
Sedangkan di Stasiun Tanah Abang, PPRO akan membangun TOD seluas 4 ha. Lahan ini akan
dikembangkan dalam tiga tahap. Tahap pertama, akan dibangun 1.100 unit hunian vertikal
dengan investasi sekitar Rp 400 miliar.
Proyek TOD Stasiun Juanda ditargetkan rampung pada November 2018 dan TOD Stasiun Tanah
Abang tahap pertama ditargetkan akan rampung pada Februari 2019.
Groundbreaking proyek TOD Stasiun Juanda dan Stasiun Tanah Abang tersebut disaksiakn oleh
Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan
Budi Karya Sumadi dan Direktur Utama KAI Edi Sukmoro.
Rini mengatakan, pembangunan TOD di Jabodetabek akan terus didorong dan sekitar 35% dari
masing-masing kawasan TOD yang akan dikembangkan Diperuntukkan untuk MBR. "Untuk
harga MBR kami arahkan sekitar Rp 7 juta per m2 agar bisa dijangkau oleh masyarakat." Kata
Rini.