Tugas Kelompok 3 Imogene King
Tugas Kelompok 3 Imogene King
Tugas Kelompok 3 Imogene King
Disusun oleh:
Kelompok III
Halaman
KATA PENGATAR ....................... i
DAFTAR ISI ........................ ii
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
DATA BIOGRAFI
Sistem konspetual King didasarkan pada asumsi bahwa manusia berfokus pada
keperawatan. Tujuan Keperawatan yaitu promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
atau pemulihan perawatan pada orang sakit atau terluka, perawatan menghadapi
kematian. King mneyatakan domain keperawatan melibatkan manusia, keluarga,
masyarakat, sebagai kerangka dimana perawat melakukan transaksi di lingkungan
dangan kesehatan sebagai tujuan akhirnya.
Keterkaitan antar interaksi dan kesehatan adalah perilaku atau tindakan manusia itu
sendiri untuk mengatasi kesehatannya. Maka ia menyampaikan konsep manusia
dalam berinteraksi dengan lingkungan kerangka kerja konseptual tentang variabel
saling tergantung dan konsep saling terkait. King mengembangkan model konseptual
keperawatan di pertengahan tahun 60-an dengan gagasan yang mengatakan bahwa
manusia adalah system terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan . Fokus sentral
kerangka kerja King adalah manusia karena manusia bersifat dinamis yang memiliki
persepsi terhadap objek, orang dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi manusia
dalam berperilaku, interaksi social dan kesehatan. Kerangka kerja konseptual King
mencakup 3 sistem interaksi dengan masing-masing system memiliki keunikan
dalam konsep dan karakteristik kelompok. Sistem ini terdiri dari system personal,
System interpersonal dan system social, seperti dijelaskan pada gambar berikut:
b. Sistem interpesonal
Sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi dari dua atau lebih orang. Jumlah
individu meningkat, begitu juga dengan kompleksitas interaksi. Kelompok –
kelompok ini terdiri dari 2 atau 3 orang. Proses keperawatan terjadi dalam sistem
interpersonal antara perawat dengan klien. Konsep inerpersonal terbentuk karena
didasari:
1) Communication, yaitu proses informasi, perubahan informasi dari satu orang
ke ke orang lain baik secara langsung dalam pertemuan tatap muka atau secara
tidak langsung melalui telefon, televisi, atau tulisan. Komunikasi terdiri dari :
komuniaksi lisan dan nonverbal. Komunikasi lisan baik intrapersoanl dan
interpersonal untuk mengekspresikan tujuan dan nilai-nilai. Komunikasi
nonverbal baik intrapersonal dan interpersonal di alam meliputi tanda-tanda
nonverbal dan simbol, gerakan, sentuhan yang digunakan individu untuk
mengekspresikan tujuan.
2) Interaction, yaitu aksi antara dua orang atau lebih yang saling berhadapan;
proses interaski antar dua orang atau lebih dengan perilaku verbal maupun
nonverbal diarahkan untuk mencapai tujuan.
3) Role, yaitu perilaku yang diharapkan ketika seseorang berada di sistem sosial;
perangkat perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki posisi dalam
sistem sosial, aturan yang mendefinisikan hak dan kewajiban dalam situasi
tertentu untuk tujuan; hubungan untuk satu atau lebih individu yang
berinteraksi dalam situasi tertentu dalam mencapai tujuan; melibatkan aturan
atau prosedur yang menentukan hak dan kewajiban dari posisi dalam
orgnaisasi.
4) Stress, yaitu sesuatu yang dinamis, dimana manusia berinteraksi dengan
lingkungan untuk menjaga keseimbangan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya dengan melibatkan pertukaran energi dan informasi antara
orang dengan lingkungan dalam mengontrol stressor. Stress adalah suatu yang
dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-menerus terjadi
pertukaran dengan lingkungan, intensitasnya bervariasi, ada dimensi yang
temporal-spatial yang dipengaruhi oleh pengalaman lalu, individual, personal,
dan subjektif.
5) Stressor, yaitu sesuatu yang menghasilkan stress
6) Transaction, yaitu perilaku dengan mengamati manusia berinteraksi dengan
lingkungannya, dengan mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai dan
bergerak untuk mencapai tujuan.
7) Coping, yaitu: memiliki pertahanan diri dalam menghadapi situasi, terutama
dalam sistem interpersonal; koping untuk mengatasi stress
c. Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan
lingkungan. Sistem sosial adalah sekelompok orang-orang dalam suatu komunitas
atau masyarakat yang berbagi mengenai tujuan, interes, dan nilai. Sistem sosial
memberikan kerangka kerja bagi interaksi dan hubungan sosial, dan membangun
aturan-aturan mengenai
perilaku dan tindakan. Interaksi dengan sistem sosial mempengaruhi individu
sepanjang rentang kehidupan. Konsep yang berguna untuk memahami interaksi
dalam sistem sosial dengan personal terjadi karena adanya:
1) Organization, yaitu sebuah sistem yang kegiatannya terus menerus dilakukan
untuk mencapai tujuan pribadi dan organisasi
2) Authority, yaitu proses transaksional ditandai dengan adanya hubungan timbal
balik yang aktif dimana nilai-nilai anggota, latar belakang dan persespi bermain
untuk menentukan perannya dalam mendefinisikan, memvalidasi, menerima
(mengarahkan) individu dalam berorganisasi; sesorang yang mempengaruhi orang
lain, dan mengakui, menerima, dan sesuai kewenangan orang.
3) Power, yaitu kapasitas atau kemamapuan kelompok dalam mencapai tujuan;
proses dimana satu atau lebih orang untuk mempengaruhi orang lain dalam suatu
situasi; ; cara orang menerima apa yang sedang dilakukan sementara mereka tidak
setuju dengan yang sedang dilakukan.
4) Status, yaitu posisi individu dalam kelompok atau hubungan kelompok dengan
kelompok lainnya dalam organisasi.
5) Decision making, yaitu proses yang dinamis dan sistematis untuk arahan mencapai
tujuan atau suatu alternatif yang dibuat oleh individu atau kelompok untuk
menjawab pertanyaan dalam mencapai tujuan. Pembuatan atau pengambilan
keputusan bercirikan untuk mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang,
universal, individual, personal, subjektif, situasional, proses yang terus menerus,
dan berorientasi pada tujuan.
Pada gambar 3 dijelaskan pengaturan tujuan bersama antara seorang perawat dengan
seorang klien didasarakan pada: 1) penilaian perawat terhadap kekhawatiran
masalah, dan gangguan klien dalam kesehatannya; 2) persepsi perawat-klien terhadap
gangguan kesehatan; 3) pemberian informasi terhadap masing-masing fungsi untuk
membantu klien mencapai sasaran/tujuan yang ingin dicapai, selain itu perawat
berinteraksi dengan anggota keluarga ketika klien tidak dapat berpartisipasi dalam
penetapan tujuan.
Gambar 4 Skema King’s theory of goal attainmet (dari King IM: a theory for
nursing: systems, concepts, process, New York, 1981, Wiley, p.157 dalam
Christensen, P.J & Kenney, J.W: Nursing Process: Application of conceptual models,
St. Louis, 1995, Mosby-Year Book, Inc., hal. 35)
A. Proses interaksi-transaksi menurut King (gambar 4) yaitu:
a. Persepsi (perception): salah satu aspek dalam penilaian dari proses interaksi-
transaksi perawat bertemu dengan klien dalam beberapa situasi keperawatan dan
memahami satu sama lain. Akurasi persepsi akan tergantung saat memverifikasi
kesimpulan perawat dengan klien. Perawat dapat menggunakan Goal oriented
nursing record (GNOR) atau catatan keperawatan untuk merekam persepsi ini.
b. Pertimbangan (judgment): aspek lain dalam pengkajian dari proses interaksi-
transaksi yaitu perawat dan klien membuat penilaian tentang mental/psikologis.
Perawat dapat mencatatnya dalam GNOR
c. Tindakan (action) adalah aspek lain dari tahap pengkajian dari proses interaksi-
transaksi. Tindakan adalah urutan perilaku orang berinteraksi meliputi: 1)
mengakui mengenai suatu kondisi, 2) operatif dan kegiatan yang berhubungan
dengan kondisi atau situasi, 3) motivasi untuk mengerahkan kontrol atas peristiwa
dalam mencapai tujuan. Perawat dan klien dapat beraksi sesuai psikologis atau
mentalnya. Hal inipun dicatat dalam catatan keperawatan GNOR.
d. Reaksi (reaction), aspek lain dari tahap pengkajian saat proses interaksi-transaksi.
Mental atau psikologis perawat-klien beraksi terhadap persepsi masing-masing
satu dari yang lain. Perawat mencatatnya dalam GNOR.
e. Gangguan (disturbance), tahap diagnosis dari proses interaksi-transaksi; perawat
dan klien berkomunikasi dan berinteraksi, dan perawat mengidentifkasi masalah
klien dari masalah-masalah kesehatannya. Perawat menghubungkan riwayat
keperawatan untuk menetukan kegiatan harian klien, menggunakan alat kriteria
pengukuran pencapaian tujaun (Criterion Refrenced Measure ofGoal
Attainment/CRMGAT): peran, stressor lingkungan, persepsi, nilai, kebutuhan
belajar, dan tujuan. Perawat membutuhkan data dari riwayat keperawatan dalam
GONR. Perawat mencatat diagnosa dalam GONR.
f. Saling mengatur tujuan (Mutal goal setting)
Salah satu aspek dari perencanaan dari proses interaksi-transaksi, perawat
berinteraksi dengan klien untuk mengatur kesepakatan bersama dalam mencapai
tujuan. Perawat berinterasi dengan anggota keluarga jika klien dapat
berkomunikasi verbal berpartisipasi dalam penetapan tujuan. Penetapan tujuan
saling didasarkan pada pengkajian perawat dari kekhawatiran klien, masalah, dan
gangguan kesehatan; persepsi perawat dan klien dalam menginterpretasikannya
dan perawat membagi informasi kepada klien dan keluarganya untuk membantu
klien dalam mengidentifikasi tujuan yang diinginkan.
Penetapan tujuan mencakup pertimbangan aspek etik dari situasi, termasuk:
1) Membanttu klien dan keluarga memilah nilai-nilai yang melekat dalam situasi
dan mendorong mereka untuk memikirkan sistem nilai mereka sendiri dan
konsekuensi dari keputusan mereka pada situasi ini.
2) Membantu kien dan keluarga membuat keputusan tentang sistem nilai dalam
beretika, tidak memutuskan membangan dengan menyediakan informasi yang
berkontribusi dalam keputusan, dengan menekankan pada kenyataan namun
mereka tidak membuat keputusan itu.
3) Menjadi terampil dalam mengidentifikasi pilihan dalam situasi keperawatan
dan mengeksplorasi pilihan mereka terhadap klien dan keluarga.
4) Mengidentifikasi unsur-unsur dalam situasi yang dapat diubah dan
dikendalikan dan mereka yang tidak bisa dan membutuhkan energi dan upaya
dalam mengendalikan perubahan.
5) Menjadi sangat sensitif terhadp isu-isu etis yang mungkin timbul ketika
mempertimbangkan hak untuk hidup, hak untuk mati dan hak untuk informasi
yang diperlukan untuk pilihan informasi.
Perawat mencatat tujuan di GONR
g. Menggali makna dalam mencapai tujuan (Exploration of means to achieve goals)
Aspek lain dari tahap perencanaan dari proses interaki-transaksi; perawat dan
klien berinteraksi untuk menggali arti pencapaian dalam mengatur tujuan.
h. Memaknai persetujuan untuk mencapai tujuan (agreement of means to achieve
goals)
Aspek lain dari tahap perencanaan dari proses interkasi-transaksi; perawat
berinteraski dengan klien untuk menyepakati sarana pencapaian tujuan. Perawat
mencatat pesanan keperawatan berkaitan dengan sarana untuk mencapai tujuan di
GNOR.
i. Transaksi (Transaction)
Tahap pelaksanaan proses interaksi-transaksi.
Transaksi terjadi karena adanya komponen penilaian dari interaksi; perawat dan
klien melaksanakan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Perawat dapat menggunakan catatan kemajuan GONR dan mencatat pelaksanaan
dari pengukuran pencapain tujuan.
j. Pencapain tujuan(attainment of goals)
Phase evaluasi dari proses interaksi-transaksi. Perawat dan klien mengidentifikasi
hasil dari proses interaski-transaksi. Hasil dinyatakan dalam status kesehatan atau
kemampuan berfungsi dalam perannya di sosial. Perawat dan klien membuat
keputusan berkenaan dengan apakah tujuan dicapai, jika perlu menentukan
mengapa tujuan tidak tercapai; perawat dapat menggunakan CRMGAT untuk
mencatat hasil dan mencatat ringkasan di GONR
Teori middle range goal attainment adalah teori normatif, dan akan menjadi standar
praktik antara interaksi perawat-klien yang mengarah pada pencapaian tujuan. King
(1981) mengembangkan 8 proposisi dalam Teori Pencapaian Tujuannya yang
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep.
Implicit :
1. Klien ingin berpartisipasi aktif dalam proses perawatan.
2. Klien secara sadar, aktif dan mampu berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan
BAB III
APLIKASI KONSEP DALAM PARADIGMA KEPERAWATAN
1. Keperawatan
a. Keperawatan adalah sebuah perilaku yang dapat diamati yang ditemukan
dalam sistem perawatan di masyarakat.
b. Tujaun perawatan adalah untuk membantu individu menjaga kesehatan mereka
dapat berfungsi dalam peran-peran mereka.
c. Keperawatan adalah proses aksi, reaksi, interaksi, dan transaksi interpersonal.
d. Persepsi seseorang perawat dan seorang pasien mempengaruhi proses
interpersonal.
2. Manusia
King merinci asumsi-asumsi tertentu yang terakit dengan manusia sebagai berikut:
a. Indivudu adalah mahluk spiritual.
b. Individu memiliki kemampuan melalui bahasa dan simbol-simbol lain untuk
merekam sejarah mereka dan melestarikan budaya mereka.
c. Individu adalah mahluk unik dan holistik, dari nilai intrinsik, dan mampu
berpikir rasional dan mengambil keputusan dalam berbagai situasi.
d. Individu berbeda dalam kebutuhan, keinginan, dan tujuan mereka
3. Kesehatan
Kesehatan adalah sebuah keadaan dinamis dalam siklus hidup, sementara
penyakit- penyakit menganggu proses tersebut. Kesehatn berarti penyesuaian terus
menerus untuk memberikan tekanan di lingkungan internal dan eksternal melalui
penggunaan sumber daya seseorang secara optimal untuk mencapai potensi
maksimal untuk idup sehari-hari.
4. Lingkungan
King percaya bahwa pemahaman mengenai tatacara interaksi antara manusia dan
lingkungan untuk memelihara kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi
perawat. Sistem terbuka merupakan interaksi yang terjadi antara system dan
lingkungan, yang mempengaruhi perubahan lingkungan secara konstan.
Penyesuaian diri untuk kehidupan dan kesehatan dipengaruhi oleh interaksi
individu dan lingkungan. Setiap manusia merasa dunia sebagai tempat terjadinya
interaksi antara individu dan segala sesuatu dalam lingkungan.
BAB IV
APLIKASI KASUS
A. GAMBARAN KASUS
Klien A (36 tahun) dirawat di RS Husada dengan CRF, kondisi edema seluruh
tubuh, hasil laboratrurium berdasarkan hasil hitung CCT, stadium 4: kelainan
ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2 Saat dilakukan pengkajian
oleh perawat didapatkan data, ia mengidap DM sudah 10 tahun lalu karena tidak
terkontrol, hal ini membuat istrinya juga kesal karena Tn. A tidak disiplin.
Dokter menyatakan klien A harus menjalankan cuci darah seminggu tiga kali,
klien A dan istri sudah dijelaskan tahapan yang harus dijalankan sebelum
menjalankan HD. Saat ini Perawat Y sedang meminta Klien A menandatangani
informed concent untuk pelaksanaan pemasangan Catheter Dobel Lumen (CDL)
sebagai akses HD, yang sebelumnya klien A ragu untuk menyetujuinya, banyak
pertimbangan yang ia pikirkan bersama istrinya, akhirnya Tn. A menyetujuinya.
Tn. A menyampaikan bahwa ia ingin kembali sehat dan berjanji akan mengikuti
nasehat dokter dan bersedia menjalankan HD serta diet dan berobat teratur, agar
ia bisa berguna bagi keluarganya, terutama buat anaknya yang masih berusia 4
tahun, yang masih membutuhkan dirinya dalam tumbangnya.
B. PENGKAJIAN KASUS
Tahapan pengkajian interaksi – transaksi yang terjadi antara Tn. A dengan
Perawat Y, yang meliputi:
1. Perception:
Pengkajian awal pada Tn. A agar persepsi sama anatara Perawat Y dengan Tn
A, maka perawat Y dalam mengumpulkan data adalah menginterpretasi data
dan verifikasi data. Sumber data yang diperoleh dari Tn. A dan istrinya. Tn. A
sebagai sistem Personal yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga dalam interaksinya banyak mempengaruhi perilaku dan
kesehatannya. Sebagai sistem personal Tn A dalam menghadapi kondisis
kesehatannya dipengaruhi oleh dimensi persepsinya tentang kesehatannya.
akibat kelalaiannya dalam menjalankan pengobatan DM yang sudah 10 tahun
dialami. Sebagai seorang yang menilai dirinya sebelum sakitnya parah
menjadi
CRF stsadium IV adalah tidak mempunyai keinginan sehat yang sempurna, ia
kurang menyadari dirinya sehingga ia mengabaikan keluarga istri dan
anaknya. Persepsi perawat Y saat mengumpulkan data dan menafsirkan
informasi dari Tn. A dengan memvalidasinya kepada Tn. A dan istrinya.
2. Judgment:
Pada tahap pengkajian ini, Tn. A dan istri walaupun sudah mendapatkan
penjelasan dari dokter mengenai prognosa penyakitnya, dan mendapat advis
harus menjalankan HD seminggu tiga kali, Tn. A masih mempertimbangkan
kesiapan mentalnya dalam keputusan untuk bersedia menjalankan HD.
3. Action:
Saat perawat Y meminta Tn . A.mengisi lembar persetujuan kesiapan dalam
menjalankan pemsangana CDL sebagai akses untuk HD, ia mendapatkan
penjelasan sekilas juga dari perawat Y mengenai prosesnya nanti saat HD dan
perawatan lanjutannya, dan mendapatkan gambaran mengenai kelangsungan
hidup pada klien-klien lain yag sudah menjalankan HD membuat Tn. Y
berpikir mau menanndatangani persetujuan pemasangan CDL sebagai akses
untuk HD.
4. Reaction:
Setelah proses penjelasan yang didapatkan dari dokter dan perawat Y
mengenai penatalaksanaan HD Tn. A mau menjalankan pengobatan HD.
Proses interaksi- transaksi yang terjadi antara Tn. A dan perawat Y
dikarenakan keduanya menunjukkan persepsi yang sama karena adanya
komunikasai terbuka yang terjadai antara kedua belah pihak. Tn. A mendapat
informasi yang baik dari dokter dan Perawat Y sehingga ia tidak salah dalam
mempersepsikan tentang kondisi kesehatannya, serta perawat Y pun tidak
salah mempersepsikan informasi tentang kesehatan Tn. A setelah ia
melakukan verifikasi dan validasi data. Saat interaksi Tn A dengan perawat Y
komunikasi berjalan dengan baik, klien A dapat memberikan informasi
tentang riwayat kesehatannya dan tidak ada yang ia sembunyikan kepada
perawat Y, dan perawat Y mencatat informasi ini di lembar pengkajian. Pada
saat melakukan pengkajian Perawat Y mencermati informasi yang diberikan
oleh klien A, serta memverifikasi data yang disampakan klien A agar
menyamakan persepsi antara Perawat Y dengan
Klien A. Komunikasi yang baik terjalin antara perawat Y dan klien A
sehingga penggalian riwayat kesehatan sebagai data terkumpul dengan baik.
Komunikasi yang dilakukan oleh perawat Y dalam mengumpulkan data juga
melibatkan istri Tn. A. Adanya informasi yang diberikan Klien A kepada
Perawat Y, membuat persepsi perawat dalam memberikan rekasinya berupa
pemberian asuhan keperawatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Pada tahap interaksi-transaki selanjutnya yaitu Disturbance, yaitu perawat Y
mempersepsikan masalah gangguan kesehatan yang dialami Tn.A. Setelah adanya proses
interaksi-transaksi perawat Y dengan Klien A, perawat Y dapat mengidentifikasi masalah
kesehatan Tn. A. Penegaakkan diagnosa (masalah) keperawatan ini ditegakkan oleh
perawat Y setelah menghubungkan persepsinya dari informasi riwayat kesehatan Tn. A
dan mencatatnya dalam lembar pengkajian klien A. Masalah keperawatan yang dapat
ditegakkan pada Tn. A berupa:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenisasi jaringan tidak
adekuat kegagalan ginjal merangsang pembentukan Hb.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan dan pengobatan penyakit gagal ginjal.
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tahap interaksi-transaki selanjutnya dalah Multi goal setting, yaitu perawat Y dengan
Tn. A mengatur dan menyatakan kesepakatan dalam menyusun asuhan keperawatan
yang akan diberikan kepada Tn.A dengan mengkomunikasikan kepada klien A serta
istrinya agar tujuan yang diingini tercapai. Penetapan tujuan yang disepakati antara
Perawat Y dengan klien A tidak terlepas dari aspek etik legal, misal dalam persetujuan
untuk persiapan hemodialisa perawat Y sduah menjelasakan dahulu prosedur yang
harus dijalani Tn. A berupa persiapan pemasangan akses pembuluh darah untuk HD
sementara CDL seperti yang diinstruksikan dokter, tahapan yang harus dilakukan
setelah pemasangan CDL adalah ahrus melakukan pemasangan Cimino. Semua
informasi ini diberikan oleh perawat Y setelah dokter menyampaikan sekilas kepada
Klien A, agar Klien A faham dan mau menyetujui tindakan yang akan dilakukan
padanya, sampai klien A menyatakan di informed concent.Proses interaksi-transaksi ini
masuk pada tahap Exploration of means to acheive goals.
Persepsi perawat pada tahap ini dipengaruhi: pengetahuan tentang penyakit, budaya,
sosiso ekonomi, dan ketrampilan profesional. Walaupun Tn.A menganggap istrinya
sudah kesal akan dirinya, karena istrinya kesal akan perilaku suaminya yang yang tidak
mengkuti nasehat dokter dalam pengobatan DM serta melakukan diet, tapi Tn A
mengambil keputusan tujuan yang disampaikannya bahwa ia ingin kembali sehat dan
berjanji akan mengikuti nasehat dokter dan bersedia menjalankan HD serta diet dan
berobat teratur, agar ia bisa berguna bagi keluarganya, terutama buat anaknya yang
masih berusia 4 tahun, yang masih membutuhkan dirinya dalam tumbangnya.
Komunikasi antara Tn. A dengan Perawat Y sebagai kunci kepercayaaan dalam
mevalidasi persepsi, memindahkan persespsi, serta membangun prioritas-prioritas
permasalahan yang harus diatasi.
Kondisi seperti ini Perawat Y membuat tujuan prioritas utama klien A yaitu,
memperbaiki keadaanya dalam menjalankan Hemodialisa, dengan tujuan akhir yang
diharapkan dari Tn. A adalah memperbaiki kulaitas status kesehatannya, maka perawat
Y dengan Tn A pada proses interaksi-transaki adalah memaknai persetujuan untuk
mencapai tujuan ini (agreement of means to achieve goals). Untuk mencapai tujaunnya
perawat Y mendiskusikan bersama klien A untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis
dalam menghadapi penyakitnya yang terminal, kemudian mengajak keluarga untuk
dekat pada klien A dalam memberi support untuk kesembuhannya. Perawt Y selaalu
melibatkan klien A dalam proses perencanaan keperawatan, hal ini akan membantu
klien A masih berguna, dan dapat mengubah persepsi Tn A menghadapi malsah
kesehatannya, dapat mengatur kopingnya yang positif dalam menghadapi stress.
Pencapaian tujuan ini harus dilakukan dengan berkelanjutan, tidak hanya Tn. A saat di
rumah sakit, tetapi juga di lingkungan rumah tinggalnya.
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tahap berikutnya dalam proses interaksi-transaksi antara Perawat Y dengan klien A
adalah transaction. Implementasi terjadi adanya komponen penilaian dari interaksi
perawat Y dengan klien A, maka terjadi transaksi yang diberikan perawat Y kepada
klien A, dalam hal ini perawat Y menggunakan catatan untuk tidakan-tindakan yang ia
lakukan bersam tim perawat, dari actatan ini perawat Y dan Tim perawat lainnya dapat
melihat perkembangan klien A dan pengukuran pencapaian tujuan saat di kriteria hasil
dalam perencanaan keperawatan. Perawat Y membentuk sistem interpersonal
dengan Klien A dalam proses interaksi-transaksi. Proses interaksi-transasksi
dimulai dengan
persespi awal pengkajian dan reaksi mental. Yang ditimbulkan antar perawt Y
denganklien A.
Implementasi keperawatan yang diberikan kepda klien A sesuai planning yang telah
disusun bersama dengan klien A. Dalam mengatasi kelebihan caiaran yang etrajdi pada
Tn. A perawat Y memantau intake dan output cairan klien A, menimbang BB,
mengukur lingkar perut, mengukur TTV, mengakaji kedalam pitting edema, batasi
cairan sesuai program dimana minum obat oral bersamaan saat makan, berikan es batu
dalam mengontrol haus dan membersihakn mulut dapat membantu mengontrol haus,
serta kolaborasi dengan dokter dalam HD, pemeriksaan lab berkala Ur/Cr/Hb.
Implementasi untuk intoleransi aktivitas perawt Y dapat melaksanakan: identifikasi
faktor yang mendukung Klien A untuk toleransi terhadap aktivitas, membantu ADL
klien, membatasi pengunjung, memberikan semangat dan penguatan dalam aktivitas,
mengkaji respon klien A terhadap peningkatan aktivitas, mempertahankan nutrisi yang
adekuat.
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Pahase terakhir dari proses interaksi-transaksi perawat Y dengan klien A, disini perawat
Y mengidentifikasi hasil dari pelaksanaan keperawtan yang sudah dilakukan pada klien
A, apakah tujuan terccapai atau tidak?. Perawat Y menilai keberhasilan asuhan
keperawatan yang diberikannya berdasarkan kriteria tujuan dalam perencanaan
keeprawatan. Perawat Y melihat untuk masalah kelebihan volume cairan apakah
balance caiaran klien A masih + lebih dari 10% berat tubuhnya, masih edemakah,
apakah klien masih terlihat sesak, dan menimbang BB klien apakah sudah mengalami
penurunan dari kondisi awal masuk atau sduh mencapai standar BB ideal? Apakah
dengan dibantu tindakan HD masalah kesehatan berupa kelebihan cairan klien A dapat
teratasi atua tidak. Pada masalah kesehatan intoleransi aktivitas pada klien A, Perawat Y
dapat menilai sebatas mana kondisi klien A berespon jika ia melakukan aktivitas apakah
menganggu perubahan kondisi fisiknya berupa misal sesak nafas, terlihat makin lelah
atau adanya kemajuan bertahap kemampuan klien A dalam beraktifitas. Pada
masalah kesehatan
kurang pengetahuan perawat Y dapat menilai kemampuan Klien A memahami
penyakitnya dan tahapan pengobatan dan perawatan yang harus ia lakukan, dalam hal
ini Perawat Y meminta keluarga turut serta memantau kedisiplinan klien A dalam
menjalani pengobatan dan perawatan proses HD.
BAB V
ANALISIS TEORI DENGAN KASUS
A. KELEBIHAN TEORI
1. Teori King dapat menggambarkan hubungan mutualisme dalam tim kesehatan untuk
pencapaian tujuan asuhan keperawatan, dimana individu yang terlibat juga menjadi
pengambil keputusan.
2. Dalam hubungan antara perawat dan klien dapat dilakukan komunikasi verbal
dan nonverbal, King dapat membuktikan bahwa pada pasien yang tidak
kompeten dalam berkomunikasi dengan perawat (bayi, anak-anak yang belum
bisa berbahasa dan pasien koma ) didapatkan 70% merespon komunikasi
secara nonverbal.
3. Teori King dapat dipakai pada semua tatanan pelayanan keperawatan, karena
pada prinsipnya teori tersebut menekankan pada tiga konsep utama yaitu
persepsi, komunikasi dan interaksi yang digunakan dalam transaksi. Konsep
tersebut sangat fleksibel untuk diaplikasikan dalam pelayanan keperawatan
dalam setting apapun, meskipun masih bersifat general.
4. Teori King sangat meghargai kerja tim yang solid dalam pencapaian tujuan
pelayanan kesehatan.
5. Teori King menggunakan konsep persamaan persepsi sehingga pelayanan
yang diberikan dapat mencapai kepuasan dari tim pemberi pelayanan
keperawatan dan klien.
B. KEKURANGAN TEORI
1. Masih mencakup lingkup yang luas (general), sehingga penafsiran ataupun
aplikasinya perlu pemahaman konsep yang jelas
2. Konsep-konsep dalam teori pencapaian tujuan yang dimaksudkan dalam teori
King perlu disederhanakan, agar terjadi/terbentuk persamaan persepsi
3. Teori King belum menggambarkan atau menjelaskan metode yang aplikatif
dalam penerapan konsep interaksi, komunikasi, transaksi dan persepsi.
BAB VI
PENUTU
P
A. Kesimpulan
1. Imogene King menyatakan bahwa manusia adalah sistem terbuka yang
berinteraksi dengan lingkungannya yang memungkinkan benda, energi dan
informasi dapat mempengaruhinya.
2. Imogene King menyampaikan bahwa intervensi keperawatan adalah proses
interaksi klien dan perawat yang meliputi komunikasi dan persepsi yang
menimbukan aksi dan rekasi dan mempunyai tujuan.
3. Teori Imogene King memiliki cakupan isi teori yang sangat luas dan
komplek untuk diaplikasikan pada tatanan praktek keperawatan baik klinik
maupun komunitas karena interaksi klien dan perawat. Teori ini sangat
cocok dan dapat berkembang bila dilakukan penelitian lebih lanjut karena
sangat cocok pada era teknologi dan informasi ini.
B. Rekomendasi
Teori King masih sangat luas sehingga perlu dilakukan penelitian/riset lagi
karena sangat sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang saat
sekarang sedang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Aligood MR. (2014). Nursing Theorists And Their work. Ed.8. St Loui, Missouri:
Elseivier
Alligood MR (2014). Nursing Theoru Utilization and Aplication. Ed. 5 St. Louis,
Missouri: Elsevier