Tahapan Praktikum Resusitasi Jantung Paru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian
Resusitasi jantung paru atau tindakan bantuan hidup jantung (basic cardiac life support)
merupakan bantuan pertama pada penderita henti jantung. Tindakan bantuan hidup dasar ini
secara garis besar dikondisikan untuk kejadian henti jantung di luar rumah sakit sebelum
mendapatkan pertolongan medis.
Dengan melakukan bantuan hidup jantung dasar dengan baik dan tepat, henti jantung dapat
segera diatasi, fungsi jantung paru dan otak dapat dipertahankan dan dijaga dengan baik, agar
suplai darah ke otak dapat terpelihara sampai bantuan lanjutan tiba.

B. Tujuan
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien yang mengalami
henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru ( RJP ).

C. Indikasi
1. Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah sebuah keadaan adanya gangguan pada fungsi
jantung (About Cardiac Arrest, 2017). Kebanyakan dari penyebab henti jantung diantaranya
akibat adanya gangguan pada kelistrikan jantung, terdapat adanya irama abnormal pada
jantung seperti ventricular takikardi (VT) dan ventricular fibrilasi (VF) (Understand Your
Risk for Cardiac Arrest, 2017).
2. Henti nafas
Henti nafas (Respiratory Arrest) adalah sebuah keadaan dimana seseorang berhenti bernafas
atau bernafas dengan tidak efektf. Hal ini dapat terjadi bersamaan dengan henti jantung, tetapi
tidak selalu. Sistem pernafasan akan berhenti ketika jantung juga tidak berfungsi dengan baik.
Jika sistem saraf dan juga otot tidak mampu menunjang pernafasan maka pasien tersebut akan
berada pada keadaan henti nafas (Respiratory Arrest, 2017).
D. Kontra indikasi
Semua orang yang mengalami henti jantung harus mendapatkan resusitasi, kecuali dalam
keadaan tertentu seperti (AHA, 2016):
1. Pasien yang menyetujui untuk tidak diberikannya resusitasi atau lebih dikenal dengan
DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
2. Pasien dengan tanda-tanda kematian yang irreversible (rigor mortis, pembusukan atau livor
mortis)
3. Tidak adanya manfaat yang berdampak pada fungsi fisiologi karena terjadinya perburukan
pada fungsi vital meskipun sudah diberikan terapi yang maksimal.
E. Prosedur
1. Mengenali Kejadian Henti Jantung dengan segera
Pada saat menemulan arang dewasa yang tidak sadar, setelah memastikan lingkungan
aman, tindakan pertama adalah memastikan adanya respons, hal tersebut dapat dilakukan
dengan menepuk atau menggancang korban dengan hati-hati pada bahunya dan bertanya
dengan keras. Pada saat bersamaan penolong apakah pasien tidak bernafas atau bernafas tidak
normal(gasping). Apabila pasien merespons dan tidak bernapas atau bernapas tidak normal,
harus dianggap bahwa pasien mengalami henti jantung
2. Pemeniksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi pada orang dewasa dapat diakukan dengan merasakan arteri karotis.
Lama pemeriksaan tidak boieh lebih dari 10 detik, jika penolong secara definitif tidak dapat
merasaikan pulsasi dalam periode tersebut, kompresi harus segera dilakukan. Cek nadi
dilakukan secara simultan bersamaan dengan peniaian napas pasien
lika pernapasan tidak normal atau tidak bernapas tetapi dijumpai denyut
nadi berikan bantuan napas setisp 5-6 detik. Nadi pasien di periksa setiap 2 menit. Hindari
bantuan napas yang berlebihan, selama RUP di rekomendasikan dengan volume tidal 500-700
ml, atau terlihnat dadas mengembang
3. Mengaktifkan Sistem Respons Emergensi
Jika pasien tidak menunjukan respons dan tidak bernapas atau bernapas tidak normal dengan
keras. Pada saat bersamaan penolang melihat Apakah pasien tidak bernafas atau
bernapas tidak normal (gasping) Apabla gasping maka perintahkan orang lain untuk,
mengaktifkan sistem emergensi dan mengambul AED jika tersedia. Informasilan
secara jelas lokasi kejadian, kondisi, jumlah korban, nomor telepon yang dapat dihubungi dan
jenis kegawatannya.
Bila pasien bernapas normal, atau bergerak terhadap respon, usahakan mempertahankan
posisi seperti saat ditemukan atau posisikan dalam posisi recovery, panggi bantuan, sambil
memantau tanda-tanda vital korban secara terus menerus sampai bantuan datang.
4. Mulai Siklus Kompresi Dada dan Bantuan Napas
Kompresi dada yang efektif sangat penting untuk mengalirkan darah dan oksigen selama RJP.
Kompresi dada terdiri dari aplikasi tekanan secara ritmik pada bagan sternum setengah
bawah. Tindakan kompresi dada ini akan menyebabkan aliran darah akibat naiknya tekanan
intratorak. dan kompresi langsung pada jantung. Hal ini sangat penting untuk menghantarkan
oksigen ke otot jantung dan otak, dan dapat meningkatkan keberhasian tindakan defibnilasi
5. Kompresi Dada
Posisi penolong jongkok dengan lutut di samping korban sejajar dada pasien. Letakdan
pangkal saluh satu tangan pada pusat dada pasien, letakan tangan yang lain di atas tangan
pertama, jari jari kadua tangan dalam posisi mengunci dan pastikan bahwa tekanan tidak di
atas tulang iga korban . Jaga lengan penolong dalam posisi lurus. Jangan melakukan tekanan
pads abdomen bagian atas atau ujung sternum. Posisikan penolang secara vertikal di atas
dinding dada pasien, berikan tekanan ke arah bawah, sekurang kurangnya 5 cm. Gunakan
berat badan penolong untuk menekan dada dengan panggul berfungsi sebagai titik tumpu
Setelah kompresi dada, lepaskan tekanan dinding dada secara penun, tanpa melepas kontak
tangan penolang dengan sternum korban(full chest recil), ulangi dengan kecepatan
minimum100 kali per menit. Durasi kompres dan release harus sama.
Kintenia High Quality CPR antara lain :
1. Tekan cepat (push fast)
Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi minimum 100 kali per
menit.
2. Tekan kuat (push hard) Untuk. dewasa berikan komnpresi dada dengan kedalaman
minimal 2 inci (5 cm)- 2,4 inci(6cm).
3. Full chest recoill b
Berikan kesempatan agar dada mengembang kembali seara sempurna. Seminimal
mungkin melakuan interupsi baik frekuensi maupun durasi terhadap Kompresi dada
4. Perbandingan kompresi dada
Ventilasi untuk 1 penolong adalah 30 : 2, sedangkan untuk dua penaiong adalah 15:2
6. Bantuan Pemapasan
Tujuan pimer bantuan napas adalah untuk mempertahanian oksigenasi yang adekuat dengan
tujuan sekunder untuk membuang CO2.
Penolong memberikan bantuan pernapasan sekitar 2 detik (inspiratory time), dengan volume
yang cukup untuk membuat dada mengembang, hindari pemberian bantuan napas yang cepat
dan beriebihan karena dapat menimbulkan distensi lambung beserta komplikasinya seperti
regurgitasi dan aspirasi. Lebin penting lagi, ventilasi berletbihan juga dapat menyebabkan
naiknya tekanan Intratorakal, mengurangi venous return, dan menurunkan cardiax output.
7. Penggunaan Automated External Defitrillator (AED)
Defibrilasi merupakan tindakan kejut listruk dengan tujuan mendeplolarisasi jantung dan
menghilangkan fibrilasi ventrikel takirardi ventrikel tampa nadi. AED aman dan efektif
digunakan oleh penolong awam dan petugas media dan memungkin kan defibriasi dilakukan
lebih dini sebelum tim bantuan hiduo lanjut datang. Menunda resusitasiDan pemakaian
defibrilasi akan menurunkan harapan hidup. Penalong harus melakukan RJP secara kontinu
dan meminimakan interupsi kimpresi dada saat aplikasi AED. Penolong harus konsentrasi
untuk mengikuti perintah suara setelah alat diterima, terutama untukmelakuian RJP seragera
mungkin setelah diinstruksikan.
Langkah -langkah penggunsan AED,
1. . Pastikan korban dan penolong dialam situasu aman dan ikuti langkah-langkah
bantuan hidup dasar.Lakukan RJP sesuai panduan bantuan hidup dasar, kompresi dada dan
bantuan pernapaan sesuai panduan.
2. Segera setelah AED datang, nyalakan alat dan temnpellan elektroda pads pada dada
korban. Elektroda pertama di line midaxillaris sedikit di bawah ketiak, dan elekroda
pads kedua sedikit di bawah clavicula kanan.
3. Ikuti perintah suara dani AED Pasti kan tidak ada orang yang menyentuh korban saat
AED melakukan analisis irama jantung
4. Jika shock diindikasikan, pastikan tidak ada seorangpun yang menyentuh korban. Lalu
tekan tombol shock.
5. Segera lakukan kembal RJP.
6. Jika shock tidak diindikasikan, lakukan segera RJP sesuai perintah suara AED, hingga
penolong prolesional datang dan mengambil alih RJP, korban mulai sadar, bergerak
membuka mata, dan bernapas normal, atau penolong kelelahan
F. Standar Operasional Prosedur

KEPERAWATAN
UPI KAMDA
SUMEDANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


RESUSITASI JANTUNG PARU

Pengertian Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan


fungsi pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien
Tujuan Mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi jantung yang terganggu
melalui teknik kombinasi antara pemberian nafas buatan dan kompresi
jantung luar
Indikasi 1. Henti Nafas
2. Henti Jantung
Kontra indikasi 1. Terminal ilness
2. Mati secara klinis > 5 menit
3. DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)
Prosedur 1. Persiapan Alat dan Bahan
1. Resusitasi kit
2. Jam / arloji
3. Handscoon
2. Prosedur Kerja
1. Saat menemukan pasien / klien yang henti nafas/ henti
jantung secara tiba-tiba, amankan lingkungan.
2. Penolong menggunakan handscoon dan cuci tangan jika
tersedia
3. Cek kesadaran pasien dengan cara :
1) Memanggil nama / sapaan dengan menepuk bahu
2) Rangsang nyeri di bagian sternum, alis mata atau
cubit
4. Jika pasien tidak sadar, tidak bereaksi, tidak bernapas dan
gasping aktifkan sistem tanggap darurat atau berteriaklah minta
pertolongan terdekat
5. Periksa denyut nadi karotis (<10 detik), secara bersamaan
perhatikan apakah nafas terhenti atau tersenggal
6. Jika nafas normal & ada denyut, pantau hingga tenaga medis
terlatih tiba.
7. Jika bernafas tidak normal ada denyut, berikan nafas buatan:
1 nafas buatan setiap 5-6 detik atau sekitar 10-12 nafas
permenit.
8. Jika tidak ada denyut nadi, nafas terhenti lakukan RJP
sebanyak 5 siklus selama 2 menit (1 siklus 30x kompresi 2x
ventilasi) hingga bantuan alat datang. Kecepatan RJP 100-120x
per menit, kedalaman kompresi 5-6 cm, rekoil penuh,
minimalkan interupsi.
9. AED Tersedia, periksa ritme detak jantung.
10. Jika ritme dapat dikejut, berikan 1 kejut dan segera lanjutkan
RJP
11. Jika ritme tidak dapat dikejut, lanjutkan RJP hingga AED
membolehkan ritme jantung.
12 Evaluasi nadi dan nafas setiap 2 menit dengan mengulangi
langkah 5-11
13. Jika nadi ada nafas ada posisikan pasien posisi sim /
recovery.
14. Hentikan RJP ketika
1. Situasi membahayakan penolong (cedera serius atau
ancaman kematian)
2. Tanda pasti kematian: ireversibel
– Rigormortis
– Decapitacion
3. Valid advance directive
4. DNR order.

3.Dokumentasi
Dokumen Terkait Atkins, D. L., Berger, S., Duff, J. P., Gonzales, J. C., Hunt, E. A.,
Joyner, B. L., ... & Schexnayder, S. M. (2015). Part 11: pediatric basic
life support and cardiopulmonary resuscitation quality: 2015 American
Heart Association guidelines update for cardiopulmonary resuscitation
and emergency cardiovascular care.

Daftar pustaka

Irfani, Q. I. (2019). Bantuan Hidup Dasar. Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 458-461.
Fadiah, E., Agustina, R., & Illiandri, O. (2019). Nurse Knowledge About High Quality
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). Indonesian Journal for Health Sciences, 2(2), 71-76.
Atkins, D. L., Berger, S., Duff, J. P., Gonzales, J. C., Hunt, E. A., Joyner, B. L., ... &
Schexnayder, S. M. (2015). Part 11: pediatric basic life support and cardiopulmonary
resuscitation quality: 2015 American Heart Association guidelines update for
cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care.

Anda mungkin juga menyukai