Lapres Lingkungan Abiotik - Upn Veteran Jatim - Teknologi Pangan 2020
Lapres Lingkungan Abiotik - Upn Veteran Jatim - Teknologi Pangan 2020
Lapres Lingkungan Abiotik - Upn Veteran Jatim - Teknologi Pangan 2020
BIOLOGI
LAPORAN RESMI
LINGKUNGAN ABIOTIK
BELLA ALVIANITA
20033010049
FAKULTAS TEKNIK
BAB I
SURABAYA
PENDAHULUAN
Faktor-faktor abiotik yang akan diukur ialah temperatur dan kelembaban nisbi.
Kelelmbaban nisbi adalah banyaknya air yang terdapat dalam udara pada temperatur
tertentu dibandingkan dengan banyaknya uap yang dapat dikandung udara secara
maksimum pada temperatur itu (dinyatakan dalam persen). Pada umumnya organisme
akan kehilangan lebih banyak air dalam atmosfer dengan kelembaban nisbi rendah
daripada dalam atmosfer dengen kelembaban nisbi tinggi. Oleh karena itu, salah satu
faktor abiotic yang sangat penting pada organisme darat adalah kelembaban nisbi.
Kelembaban nisbi juga bisa diartikan sebagai bilangan yang menunjukkan berapa
persen perbandingan antara uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah
uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Kelembaban nisbi
merupakan angka perbandingan dari kandungan/ tekanan uap air actual dengan keadaan
jenuhnya atau pada kapasitas maksimal uap air yang dapat ditampung dalam udara
tersebut.
Temperatur adalah besaran yang menyataakn derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu atau temperatur adalah thermometer. Menurut
pendapat lain, temperatur adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-
molekul. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu atau temperatur
cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi
maka diciptakanlah thermometer untuk mengukur suhu atau temperature dengan valid.
1.2 Tujuan
1. Mengukur dua faktor dalam lingkungan abiotik yang penting untuk dipertimbangkan
dalam membedakan ekosistem
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur dua faktor dalam lingkungan abiotic
yang penting untuk dipertimbangkan dalam membedakan ekosistem
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dingin dengan
ditinjau dari segi kondisi fisik tubuh, kondisi ruangan, dan iklim. Suhu disebut juga
temperature. Mengacu pada SI (Satuan Internasional) satuan suhu meliputi Kelvin (K).
Skala-skala lain adalah Celcius, Fahrenheit, dan Reamur (Riyanto, 2017).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relative.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan
sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relative) maupun desiifit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak merupakan kandungan uap air per satuan volume. Kelembaban nisbi
(relative) membandingkan antara kandungan/tekanan uap air actual dengan keadaan
jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk
menampung uap air tesebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara.
Sedangkan desifit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan
uap actual (Riyanto, 2017).
Kemampuan udara untuk menampung uap air yang dipengaruhi oleh suhu. Jika
udara jenuh uap air dinaikkan suhunya, maka udara tersebut menjadi tidak jenuh uap air.
Sebaliknya, jika udara tidak jenuh uap air suhunya diturunkan dan kerapatan airnya dijaga
konstan, maka udara tersebut akan mendekati kondisi jenuh uap air. Jadi ketika udara
hangat naik dan mulai mendingin, lama kelamaan akan kehilangan kemapuan untuk
menampung uap air. Pada kondisi tekanan/kerapatan uap air jenuh, maka udara tidak
dapat lagi menampung tambahan uap air. Suhu pada saat udara mencapai kondisi jenuh
uap air disebut suhu titik embun. Pada suhu titik embun terjadi saat ea=es atau RH=100%.
Bila suhu terus turun maka uap air akan berubah menjadi air. Udara dapat menampung
sejumlah uap air tertentu sebelum terjadi kondensasi. Di alam, pengembunan terjadi pada
pagi hari sekitar saat terjadinya suhu udara minimum. Proses kondensasi ini jyga terjadi
saat atmosfer yang tinggi (awan), yang kemudian kita alami sebgai terjadinya hujan.
Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban absolut, kelembaban nisbi,
maupun deficit tekanan uap air (Akhmadshare, 2017).
Satuan kelembaban yang umum digunakan adalah RH, yaitu Relative Humidity
atau kelembaban relative. RH adalah satuan pengukuran yang mempresentasikan jumlah
titik-titik air di udara pada suhu tertentu yang dibandingkan dengan jumlah maksimum titik-
titik air yang dapat dikandug di udara pada suhu tersebut. RH dinyatakan dalam nilai
prsentase. Udara panas dapat menyimpan titik-titik air lebih banyak daripada udara dingin.
Semakin tinggi nilai RH maka semakin tingii terjadinya pengembunan. 100% RH berarti
bahwa penambahan titik-titik air di uadara akan langsung mengembun. Tingkat
kelembaban yang idela adalah 50%-55% RH. 50% RH menunjukkan bahwa udara terisi
setengah dari kapasitas maksimum air yang dapat ditampug di udara (Akhmadshare,
2017).
Pengertian suhu adalah suatu besaran yang menunjukkan derajat panas dari suatu
benda. Benda yang memiliki panas akan menunjukkan suhu yang tinggi daripada benda
dingin. Sering kita menyebutkan suatu benda panas atau dingin dengan cara menyentuh
benda tersebut dengan alat indra kita, walau kita tidak dapat menyimpulkan berapa derajat
panas benda tersebut, untuk mengetahui seberapa besar suhu benda tersebut maka
digunakanlah thermometer (Sora N, 2015).
Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga sebagai
suatu tatan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi. Pembahsan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotic dan biotik. Faktor abiotic
antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga
berrhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi,
komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu system yang
menunjukkan kesatuan (Anonim, 2011).
Perubahan iklim merupakan isu global yang disebabkan oleh meningkatnya gas
seperti CO2 (carbon dioxide), CH4 (methane), N2O (nitrous oxide), CFCs (chloro-
fluorocarbons) dan VOCs (volatile organic compounds) yang dihasilkan dari aktivitas
antropogenik dan perubahan fungsi lahan (deforestasi). Meningkatnya konsentrasi
beberapa jenis gas ini di atmosfer bumi menyebabkan penyerapan energy matahari dan
refleksi panas matahari menjadi semakin tinggi. Kondisi ini meningkatkan suhu udara di
bumi dan memicu terjadinya perunahan iklim. Meningkatnya konsentrasi CO2 akan
mempercepat terjadinya proses pengapuran, yang menyebabkan terjadinya kematian.
Kondisi ini akan mempengaruhi produktifitas perairan laut (Putuhena, 2011).
Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Ekosistem
terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotic) yang berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus
materi dan energy, yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam
ekosistem. Berdasarkan tipenya, ekosistem dibedakan menjadi dua yaitu ekosistem
daratan dan ekosistem perairan (Iqbal dkk, 2014).
Mencatat dan menyesuaikan waktu agar waktu dapat dimulai secara bersamaan.
Mengetahui angka pada thermometer kering dan angka pada thermometer basah
untuk mengetahui kelembaban nisbi. Kemudian melihat kelembaban nisbi dari
tabel kelembaban nisbi
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Ketinggian (cm)
No Lokasi
0 cm 75 cm 150 cm
T. Kering = 29OC T. Kering = 28OC T. Kering = 30OC
1 Lantai 1,
T. Basah = 25OC T. Basah = 26OC T. Basah = 27OC RH
Gedung 1 FT
RH = 70 % RH = 83 % = 79 %
3.Parkiran FT
Adapun kelembaban udara pada praktikum ini yang dapat dijabarkan sebagai
banyaknya kandungan uap air di udara. Kelembaban udara sendiri, ditentukan oleh
banyaknya uap air yang terkandung dalam udara.jika tekanan uap air di dalam udara sudh
mencapai batas maksimal, maka proses pengembunan akan mulai terjadi. Tingkat
kelembaban sendiri sangat bervariasi dan ditentukan menurut suhu. Semakin hangat suhu
udara, maka akan semakin banyak uap air yang dapat ditampung. Adapun hal ini telah
disampaikan oleh Akhmad (2017) jika semakin rendah suhu udara, maka akan semakin
sedikit jumlah uap air yang dapat ditampung. Jadi pada siang hari yang panas dapat
menjadi lebih lembab dibandingkan dengan hari yang dingin
Berdasarkan dari praktikum yang telah di lakukan diatas, kita akan dapat
mengetahui nilai dari kelembaban nisbi pada suatu tempat dengan menggunakan
thermometer kering dan thermometer basah. Percobaan kali ini dilakukan pada empat
tempat yang terdapat di UPN “Veteran” Jawa Timur. Tempat yang pertama berada di
lantai 1 gedung 1 FT. Tempat yang kedua berada di lantai 3 Gedung 1 FT. tempat ketiga
berada di parkiran FT. Dan tempat yang terakhir berada di lapangan bola UPN. Yang
pertama kali harus dilakukan untuk mengukur kelembaban nisbi pada keempat tempat
tersebut adalah mengetahui temperature dari masing-masing tempat. Hal ini telah di
nyatakan oleh Riyanto (2017) yang mengatakan bahwa kelembaban nisbi (relative)
membandingkan antara kandungan/tekanan uap air actual dengan keadaan jenuhnya atau
pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap
air tesebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan desifit tekanan
uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap actual.
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut, pada
pengukuran di lantai 1 gedung 1 FT dengan ketinggian 0 cm, menunjukkan kelembaban
nisbi sebesar 70% dengan 29oC pada thermometer kering dang 25oC pada thermometer
basah. Selanjutnya pada ketinggian 75 cm diatas tanah, kelembaban nisbi mecapai 83%
dengan menunjukkan 28oC pada thermometer kering dan 26oC pada thermometer basah.
Yang terakhir pada ketinggian 150 cm di atas tanah, dengan menunjukkan 30oC pada
thermometer kering dang 27oC pada thermometer basah maka kelembaban nisbi yang
diperoleh adalah sebesar 79%
Pada tempat selanjutnya yakni lantai 3 gedung 1 FT, dapat dibuktikan bahwa pada
ketinggian 0 cm kelembaban nisbi yang diperoleh adalah 79% dengan memiliki
temperature kering sebesar 31oC dan temperature basah yang menunjukkan 28oC. Pada
ketinggian 75 cm, kelembaban nisbi mencapai angka 71% dengan menunjukkan
temperature kering sebesar 32oC dan temperature basah sebesar 28oC. Yang terakhir
yakni pada ketinggian 150 cm dengan angka pada temperature kering sebesar 31oC dan
angka pada temperature basah sebesar 28oC menghasilkan angka kelembaban nisbi yang
sama seperti ketinggian 0 cm tadi yakni sebesar 79%.
Tempat ketiga, yakni pada parkiran FT diperoleh data sebagai berikut, pada
ketinggian 0 cm memiliki kelembaban nisbi sebesar 63% dengan thermometer kering yang
menunjukkan angka 34oC dan thermometer basah yang mencapai 28oC. Selanjutnya pada
ketinggian 75 cm memiliki kelembaban nisbi sebesar 62% dengan dengan thermometer
kering yang menunjukkan angka 33,5oC dan thermometer basah yang bernilai 27,5oC.
Pada ketinggian 150 cm kelembaban nisbi bernilai 58% dengan thermometer basah yang
menunjukkan 27,5oC dan thermometer kering yang menunjukkan 35oC.
1. Pada permukaan tanah manakah keadaannya paling dingin dan paling lembab?
- Keadaan yang paling dingin dan paling lembab terdapat pada lantai 1 gedung 1
FT pada ketinggian 75 cm diatas permukaan tanah, karena memiliki
kelebababan nisbi lebih besar daripada tempat yang lain yakni sebesar 83%
2. Pada permukaan tanah manakah keadaannya paling panas dan kurang lembab?
- Keadaan yang paling panas dan kurang lembab terdapat pada 2 tempat yang
memiliki kelembaban nisbi yang sama yakni parkiran FT dan lapangan bola
UPN pada ketinggian 150 cm diatas tanah dikarenakan kedua tempat ini
memiliki kelembaban nisbi yang paling rendah diantara tempat yang lain yakni
sebesar 58%
3. Bagaimana perbandingan temperature dan kelembaban diatas permukaan tanah
dari kedua habitat tersebut dia atas?
- Pada bagian yang paling dingin dan lembab yakni lantai 1, gedung 1 FT pada
75 cm di diatas tanah, memiliki kelebaban nisbi sebesar 83% dengan
menunjukkan temperature kering sebesar 28oC dan temperature basah
sebesar 26oC. Sedangkan pada tempat yang paling panas, yakni pada parkian
FT dan lapangan bola UPN memiliki kelebaban nisbi sebesar 58% dengan
temperature kering sebesar 35oC dan temperature basah sebesar 27,5oC.
4. Bagaimanakah perbandingan selisih temperature terbesar dari satu habitat dengan
selisih temperature terbesar dari habita-habitat yang berbeda?
- Perbandingan seilisih temperature dari habitat satu dengan yang lain tidak
teralu berbeda yakni pada tempat 1 memiliki selisih terbesar pada ketinggian 0
cm dengan selisih 4oC, pada tempat 2 memiliki selisih terbesar pada ketinggian
75 cm dengan selisih 4oC, pada tempat yang ketiga memiliki selisih terbesar
pada ketinggian 150 cm yaitu dengan selisih 7.5oC, pada tempat keempat
memiliki selisih terbesar pada ketinggian 150 cm dengann selisih sebesar
7.5oC.
5. Perbedaan-pebedaan apa yang terdapat diantara keempat habitat sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan temperature dan kelembaban nisbi?
- Setiap tempat atau habitat diatas memiliki perbedaan temperature dan
kelembaban nisbi dikarenakan mereka memiliki kualitas penyinaran matahari
yang berbeda, ketinggian tempat yang bebeda, ketersediaan air pada setiap
tempat juga berbeda sehingga menghasilkan temperature yang berbeda pula.
6. Bagaimana pengaruh interaksi factor biotik dan abiotic terhadap ekosistem?
- Ekosistem merupakan satu kesatuan antara komunitas dengan lingkungannya.
Di dalam ekosistem terjadi interaksi antara komunitas sebagai komponen biotik
(makhluk hidup) dengan lingkungannya sebagai komponen abiotic (makhluk
tak hidup). Komponen biotik teridiri dari makhluk hidup. Faktor abiotic antara
lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikroba.
BAB VI
KESIMPULAN
Diantika, Rina. 2019. Hubungan Kelembaban Pada Tidur. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Gianshinta, Pradina. 2018. Alat Pengatur Suhu Kelembaban Dan Monitoring Masa Panen
Pada Budidaya Jamur Tiram Berbasis Arduino Uno. Universitas Negeri Yogyakarta
: Yogyakarta
Regita, Dini. 2016. Uji Cekaman Kekeringan Dan Cekaman Salinitas Terhadap Dua Versi
Padi. Universitas Jember : Jawa Timur
Iqbal, Muhammad. 2014. Inventori Sub Daerah Aliran Sungai Banjaran. Universitas
Jendral Soedirman : Purwokerto
Ayu, Fika. 2015. Perbahan Iklim Ekosistem Laut. Universitas Brawijaya : Malang