LP TB Paru
LP TB Paru
LP TB Paru
DI PKM PERDANA
Oleh:
EROH MUHAYAROH
( 201030200018 )
TAHUN 2020
i
I. LAPORAN PENDAHULUAN TUBERKULOSIS PARU
A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat
menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Manurung, 2013).
B. Etiologi
C. Manifestasi klinik
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala
yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan
parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meingkatkan produksi sputum yang
ditunjukkan dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi pengeluaran
dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci tanda dan gejala TB
paru ini dapat dibagi atas dua golongan yaitu gejala sistemik (demam dan malaise)
dan gejala respiratorik (batuk, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada).
D. Patofisiologi
1
F. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Obat utama yang dipakai
dalam terapi Tuberculosis Paru antara lain sebagai berikut :
1. Rifampisin
Rifampisin ; 10 mg/ kg BB, maksima l 600mg 2-3X/ minggu atau (BB >
60 kg : 600 mg, BB 40-60 kg : 450 mg, BB < 40 kg : 300 mg, Dosis
intermiten 600 mg / kali)
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air
mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada penderita
agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simtomatik ialah :
a. Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
b. Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang kadang diare
c. Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
2. Isoniazid (INH)
Dosis yang diberikan untuk obat INH adalah 5 mg/kg BB, maksimal
300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X semingggu atau
(300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali).
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan
vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan.
Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra).
2
Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang
lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik,
hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan
khusus.
3. Pirazinamid
Obat ini digunakan pada saat fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X
semingggu, 50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg,
BB 40-60 kg : 1 000 mg, BB < 40 kg : 750 mg
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri
aspirin) dan kadangkadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout,
hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan
asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan
reaksi kulit yang lain.
4. Streptomisin
Pada obat streptomisin ini di berikan dosis 15mg/kgBB atau (BB >60kg :
1000mg, BB 40 - 60 kg : 750 mg, BB < 40 kg : sesuai BB). Efek samping
utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur
penderita.
5 Etambutol
Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20mg /kg BB, fase
lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X
seminggu atau : (BB >60kg : 1500 mg, BB 40 -60 kg : 1000 mg, BB < 40
kg : 750 mg, Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali).
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang
dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30
mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan
3
kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.
Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan
okuler sulit untuk dideteksi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis pada pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat,limfositosis)
3. Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum BTA
pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
5. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staning untuk menentukan adanyan IgG spesifik
terhadap basil TB
6. Tes mantoux / tuberkulin
7. Teknik polymerase chain reaction
deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya retensi
8. Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)
4
deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh M. Tuberculosis
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah
5
II. KONSEP ASKEP PADA PASIEN DENGAN
TUBERKOLOSIS PARU
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data, verifikasi serta
komunikasi data yang mengenai pasien secara sistematis. Pada fase ini
meliputi pengumpulan data dari sumber primer (pasien), sekunder (keluarga
pasien, tenaga kesehtana), dan analisis data sebagai dasar perumusan diagnose
keperawatan (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Fokus
pengkajian keperawatan pada kasus Tuberkulosis paru (Abdul, 2013) :
1. Data Pasien
Penyakit tuberculosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan hampir sama anatar laki-laki dengan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya
cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim. Tuberculosis pada anak
dapat terjadi di usia berapapun, namun usia yang paling umum apada usia
dalah antara 1-4 tahun.
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :
6
f. Sianosis, sesak nafas, kolaps : merupakan gejala atelectasis. Bagian dada
pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi
yang sakit. Pada foto thoraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan
hitam dan diafragma menunjol ke atas.
g. Perlu ditanya dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan namun merupakan
penyakit infeksi menular.
3. Riwayat penyakit sebelumnya :
a. Pernah menderita batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c. Pernah berobat namun tidak teratur.
d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e. Daya tahan tubuh yang menurun.
f. Riwayat vaksinasi yang tidak tertaur
6. Factor pendukung
a. Riwayat lingkungan.
b. Pola hidup : nutrisi, kebiasaan merokok, minum alcohol, pola istirahat
7
dan tidur, kebersihan diri.
c. Tingkat pengetahuan atau pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit TBC, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kultur sputum : mikobakterium tuberculosis positif pada tahap akhir
penyakit.
8. Pemeriksaan fisik
a. Pada tahap dini sulit diketahui.
b. Ronchi basah, kasar, nyaring.
c. Hipersonor/tympani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik.
d. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan fibrosis.
e. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memverikan suara
pekak).
B. Analisa Data
9
No Data Masalah Etiologi Paraf
1. DS: Ketidakefektif Proses infeksi
(tidak tersedia) an bersihan
DO: jalan nafas
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Seputum berlebih
- Mengi,wheezing dan atau
ronkhi
- Mekonium pada jalan
napas(pada neonates
DO:
- Suhu tubuh diatas nilai
normal
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
10
DO: organisme
- Batuk- batuk patogen
- Tidak memakai maseker lingkungan (
5. DS: Gangguan Teraphi komplek
Pertukaran dan atau lama serta
- Menolak menjalani
Gas ketidakadekauatan
perawatan /pengobatan
pemahaman
- Menolak mengikuti anjuran
DO:
- Prilaku tidak mengikuti
program
perawatan/pengobatan
- Prilaku tidak menhikuti
anjuran
C. Diagnose Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dimana
merupakan penialain klinis terhadap kondisi individu, keluarga, atau
komunitas baik yang bersifat actual, resiko, atau masih merupakan gejala.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Penilaian ini berdasarkan pada hasil analisis data pengkajian dengan cara
berpikir kritis. Diagnosa yang ditegakkan dalam masalah ini ialah
ketidakpatuhan pengobatan (Debora, 2017). Berikut diagnosa yang terkait
dengan penyakit tuberculosis adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor fsikologis
d. Risiko terjadi penularan infeksi berhubungan dengan
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e. Ketidakpatuhan Program Pengobatan berhubungan
dengan program terapi kompleks dan atau lama serta
11
ketidakadekuatan pemahaman
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran keperawatan dalam
rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2018). Ada empat elemen penting yang harus
diperhatikan pada saat membuat perencanaan keperawatan yaitu membuat
prioritas, menetapkan tujuan dan membuat kriteria hasil (Moorhead, 2015).
Merencanakan intervensi keperawatan yang akan diberikan (termasuk
tindakan mandiri dan kolabirasi dengan tenaga kesehatan lainnya), dan
melakukan pendokumentasian (Bulechek, 2015).
Tabel 1
Intervensi Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien
Tubercolusis
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
(SDKI) Hasil (SIKI)
(SLKI)
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Setelah diberikan Mengidentifikasi dan mengelola jalan nafas
berhubungan dengan hipersekresi jalan tindakan (I.01011)
napas(D.0001) Keperawatan Tindakan
1. Gejala dan tanda mayor diharapkan mampu 1. Observasi
Subjektif membersihkan sekret Monitor polas
(tidak tersedia) atau obstruksi jalan napas(Frekuensi,kedalaman,usaha
Objektif nafas untuk napas)
- Batuk tidak efektif mempertahankan jalan Monitor bunyi napas
12
- Tidak mampu batuk nafas tetap paten Tambahan(mis,gurgling,mengi,wheezi
- Seputum berlebih ( L.01001) ng,rokhi)
- Mengi,wheezing dan atau Dengan kriteria : Monitor Seputum
ronkhi a. Batuk efektif (jumlah,warna,aroma)
- Mekonium pada jalan b. Produksi seputum 2. Terapeutik
napas(pada neonates Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Gejala dan tanda minor dengan head –lift dan chin lift
Subjektif Posisikan semi fowler atau fowler
- Dipsnea Berikan minum hangat
- Sulit bicara Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Ortopnea
Lakukan penghisapan lendir kurang
Objektif
dari 15 detik
- Gelisah
Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
- Sianosis
penghisapan endotrakeal
- Bunyi napas menurun
Keluarkan sumbatan benda padat
- Prekuensi napas berubah
dengan forcep McGill
- Pola napas berubah
Berikan oksigen jika perlu
3. Kondisi klinis terkait
3. Edukasi
SGB
Anjurkan asupan cairan 2000
Sklerosis multipel
ml/hari,jika tidak ada kontraindikasi.
Myastenia gravis
Ajarkan batuk efektif
Prosedur diagnostik
4. Kolaburasi
Depresi sistem saraf pusat
Kolaburasi pemberian bronchodilator
Cedera kepala
Kuadriplegia
Sindrom aspirasi mekonium
Infeksi saluran napas
Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah diberikan Mengidentifikasi dan pengelola
infeksi (D.0130) tindakan keperawatan peningkatan suhu tubuh akibat
1. Gejala dan Tanda Mayor suhu tubuh dalam termoregulasi ( I.15506)
13
Subjektif rentang normal Tindakan
( L.14134) 1. Observasi
(tidak tersedia)
Dengan kriteria : Identifikasi penyebab hipertermia
Objektif
a. Menggigil Monitor suhu tubuh
Suhu tubuh diatas nilai normal menurun Monitor kadar elektrolit
2. Gejala dan Tanda Minor b. Kulit merah Monitor haluan urin
menurun
Subjektif Monitor komplikasi akibat hiperterma
c. Suhu tubuh
(tidak tersedia) rentang normal
2. Terapeutik
Objektif
Sediakan lingkngan yang dingin
Hipertiroid
3. Edukasi
Stroke
Ajarkan tirah baring
Dehidrasi
4. Kolaburasi
Trauma
Kolaburasi pemberian cairan dan
Prematuritas
elektrolit intravena jika perlu
Defisit nutrisi berhubungan dengan nutrisi adekuat untuk Memberikan informasi untuk meningkatkan
ketidakmampuan menelan memenuhi kebutuhan
14
makanan(D.0019) metabolisme(L.03030 kemampuan pemenuhan kebutuhan nutrisi
) Tindakan(I.12395)
1. Gejala dan tanda mayor
Dengan kriteria:
1. Observasi
Subjektif
Porsi makan yang Periksa status gizi,status
(tidak tersedia) dihabiskan alergi,program diet,kebutuhan dan
Objektif Berat badan kemampuan pemenuhan kebutuhan
membaik gizi.
- Berat badan menurun minimal 10
Identifikasi kemampuan dan waktu
%
yang tepat menerima informasi.
2. Gejala dan tanda minor 2. Terapeutik
Persiapkan materi dan media seperti
Subjektif
jenis-jenis nutrisi,tabel makanan
- Cepat kenyang setelah makan penukar,cara mengelola, cara
menakar makanan
- Kram/ nyeri abdomen
Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
- Nafsu makan menurun Berikan kesempatan untuk bertanya
3. Edukasi
Jelaskan pada pasien dan keluarga
15
Stroke asupan kalori dan makanan
Ajarkan pasien/keluarga memantau
Parkinson
kondisi kekurangan nutrisi
Mobius sindrom Ajarkan cara memberikan
makanan,menyiapkan makanan sesuai
Cerebral palsy
program diet
Cieft lip
Cieft palate
Kerusakan neuromuskular
Luka bakar
Kanker
Infeksi
AIDS
Penyakit Crohn’n
Risiko penularan infeksi berhubungan tidak terjadi infeksi Mengajarkan pencegahan dan deteksi dini
peningkatan paparan organisme /drajat infeksi infeksi pada pasien beresiko (I.12406)
patogen lingkungan (D.0142) berdasarkan observasi Tindakan
1. Kondisi klinis terkait atau sumber informasi 1. Observasi
(L.141137) Periksa kesiapan dan kemampuan
AIDS
Dengan kriteria : menerima informasi
Luka bakar a. Kebersihan tangan 2. Terapeutik
kebersihan badan Siapkan materi,media tentang faktor-
Penyakit paru
nafsu makan faktor penyeab , cara indentifikasi dan
DM b.Demam kemerahan pencegahan risiko infeksi dirumah
menurun sakit maupun di rumah.
16
Tindakan invasif c. Kadar sel darah Jadwalkan waktu yang tepat untuk
putih meningkat memberikan pendidikan kesehatan
Kondisi penggunaan
sesuai kesepakatan dengan pasien dan
terapi steroid
keluarga
Penyalahgunaan obat Berikan kesempatan untuk bertanya.
3. Edukasi
KPD
Jelaskan tanda dan gejala infeksi lokal
Kanker dan sistemik
Informasikan hasil pemeriksaan
Gagal ginjal
laboratorium
Imunosupresi Anjurkan mengikuti tindakan
pencegahan sesuai kondisi
Leukositopenia
Anjurkan membatasi pengunjung
Gangguan fungsi hati Anjurkan latihan napas dalam dan
batuk sesuai kebutuhan
Anjurkan kecukupan nutrisi,cairan
dan istrirahat
Ajarkan cara mencuci tangan
Ajarkan etika batuk
Ketidakpatuhan Program Pengobatan Setelah dilakukan Meningkatkan prilaku disiplin dalam
berhubungan dengan program terapi tindakan perawatan menjalani program tindakan
kompleks dan atau lama serta prilaku individu dan perawatan/pengobatan yang disepakati
ketidakadekuatan pemahaman(D.0114) atau pemberi asuhan dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh
dalam mengikuti hasil yang efektif.
1. Gejala dan tanda mayor
rencana Tindakan
Subjek perawatan/pengobatan 1. Observasi
- Menolak menjalani perawatan yang disepakati Identifikasi tingkat pemahaman pada
/pengobatan dengan tenaga penyakit,komplikasi dan pengobatan
- Menolak mengikuti anjuran kesehatan sehingga yang dianjurkan
Objek hasil Identifikasi perubahan kondisi
perawatan/pengobatan
17
- Prilaku tidak mengikuti program efektif.(L.12110) kesehatan yang baru dialami
perawatan/pengobatan Dengan kriteria hasil: 2. Terapeutik
- Prilaku tidak menhikuti anjuran a. Kemauan mematuhi Sediakan informasi tertulis tentang
2. Gejala dan tanda minor progran jadwal pengobatan pasien
Subjek pengobatan/perawat Libatkan keluarga sebagai pengawas
( tidak tersedia) an minum obat
b. Resiko komplikasi Atur jadwal minum obat dengan
Objek menurun menyesuaikan aktifitas sehari-hari
- tampak tanda/gejala c. Tanda dan gejala pasien jika memungkinkan
penyakit/masalah kesehatan membaik 3. Edukasi
masih ada atau meningkat Jelaskan pentingnya mengikuti
- Tampak komplikasi pengobatan sesuai dengan program
penyakit/masalah kesehatan Jelaskan akibat yang mungkin terjadi
menetap atau meningkat jika tidak mematuhi pengobatan
3. Kondisi klinis terkait Jelaskan strategi mendapatkan obat
Kondisi baru terdiagnosis secara kontinue
penyakit Anjurkan menyediakan intruksi
Kondisi penyakit kronis penggunaan obat
Masalah kesehatan yang Ajarkan strategi untuk
membutuhkan perubahan pola mem[ertahankan atau memperbaiki
hidup kepatuhan pengobatan.
Sumber : Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018 & Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
E. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang
telah dibuat pada perencanaan. Implementasi keperawatan membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas dimana aplikasi yang akan dilakukan pada klien
18
akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang
paling dirasakan oleh klien (Debora, 2017).
F. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang
sudah ditetapkan.Evaluasi adalah proses berkelanjutan yaitu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui
(1) kesesuaian tindakan keperawatan,(2) perbaikan tindakan keperawatan, (3)
kebutuhan klien saat ini, (4) perlunya dirujuk pada tempat kesehatan lain, dan
(5) apakah perlu menyusun ulang priorotas diagnose supaya kebutuhan klien
bisa terpenuhi. Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan keperawatan
yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa sumua proses
keperawatan (Debora, 20
III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN TB PARU
A. PENGKAJIAN
Jam :09:40
Pengkajian tgl : 05/10/2020 NO. RM : 12345
Tanggal MRS : 05 oktober 2020 Dx. Masuk : TB Paru
Ruang/Kelas : IGD Dokter yang merawat : Dr. Ela
Nama : Ny.A Jenis Kelamin :Perempuan
Identitas
Keluhan utama :
Riwayat penyakit saat ini :
Pada saat pengkajian pasien mengeluhkan batuk sudah 3 minggu sejak 3 hari SMRS
smpai sekarang disertai demam tinngi pada malam hari sejak 1 minggu dan
berkeringat pada malam hari.Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
Kesehatan
Penyakit yangFisik
Pemeriksaan pernah diderita :
19
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran:
Tanda vital TD: 130/80 mmHg Nadi: 112 x/mnt Suhu : 36.5 ºC
RR:24 x/mnt
irama:
Pola nafas Teratur Tidak teratur
Jenis Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-lain:
Pernafasan
20
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan
21
Nafsu makan: Baik Menurun Frekuensi: x/hari
Porsi makan: Habis Tidak Ket:
Diet : TKTP
Minum: 1000 cc/hari Jenis:
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: Bersih Kotor Berbau
Mukosa Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan Nyeri telan Kesulitan menelan
Pencernaan
Masalah:
Defisit nutrisi
22
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 4 4
4 4
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat
Muskuloskeletal/ Integumen
Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Masalah:
Tidak ada masalah
23
Orang yang paling dekat: suami
Psiko-sosio-spiritual Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: baik
Kegiatan ibadah: saat sebelum sakit rajin tapi saat sakit kadang-kadang
Lain-lain :
Masalah:
Tidak ada masalah
Laboratorium
Hematokrit : 28,5 %
Natrium : 131 mmol/L
Kalium :5,1 mmol/L
Chlorida : 96 mmol/L
LED : 15< mm/Jam
BTA : Positif +3
24
Terapi:
Sucralfat Syr 3x1 (PO)
Ranitin injeksi 2x1 Amp
Salbutamol 2 mg 3x1 (PO)
Nebu 1 kali perhari (Nacl : Ventolin) 1:1
B. ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
1 DS: Bersihan Jalan Nafas Hipersekresi
pada saat pengkajian os mengeluh Tidak Efektif jalan napas
batuk sudah 3 minggu
Demam tinggi pada malam hari 1
minggu dan berkeringat pada
malam hari
Os mengaku ada riawayat TB Paru
sebelumnya dan gagal
pengobatanya
DO:
Os tampak batuk-batuk dan susah
mengeluarkan dahak
Tanda- tanda vital
TD : 130/80 mmHg , N: 112x
/Menit, RR : 24 x/Menit, S:36,5°C
Suara Napas Ronchi.
2 DS: Defisit Nutrisi Ketidakma
Os mengeluh tidak nafsu makan mpuan
menelan
Do: makanan
Berat badan turun
Awal 55 kg sebelum sakit saat
sakit turun menjadi 48 Kg
25
3 Ketidakpatuhan Program terapi
DS: Pengobatan kompleks
Os mengatakan sebelumnya dan atau lama
pernah pengobatan TB Paru tapi serta
gagal ketidakadeku
DO: atan
Os dirawat bulan maret dengan diagnosa pemahaman
TB Paru
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas
2. Gangguan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
3. Ketidakpatuhan Program Pengobatan berhubungan dengan program terapi
kompleks dan atau lama
26
pada saat nafas untuk Tambahan(mis,gurgling,mengi,wheezing,ro
pengkajian mempertahankan khi)
os mengeluh jalan nafas tetap Monitor Seputum (jumlah,warna,aroma)
batuk paten ( L.01001) 6. Terapeutik
sudah 3 Dengan kriteria : Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
minggu i. Batuk efektif head –lift dan chin lift
Demam ii. Produksi seputum Posisikan semi fowler atau fowler
tinggi pada meningkat Berikan minum hangat
malam hari Lakukan fisioterapi dada jika perlu
1 minggu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
dan
detik
berkeringat
Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
pada malam
penghisapan endotrakeal
hari
Keluarkan sumbatan benda padat dengan
Os mengaku
forcep McGill
ada riawayat
Berikan oksigen jika perlu
TB Paru
7. Edukasi
sebelumnya
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
dan gagal
tidak ada kontraindikasi.
pengobatany
Ajarkan batuk efektif
a
8. Kolaburasii
DO:
Pemberian bronchodilator
Os tampak
batuk-
batuk dan
susah
mengeluark
an dahak
Tanda-
tanda vital
TD : 130/80
27
mmHg , N:
112x
/Menit, RR
: 24
x/Menit,
S:36,5°C
Suara
Napas
Ronchi
28
- dibutuhkan pasien
Ajarkan cara melaksanakan diet sesuai
program
Jelaskan hal-hal yang dilakukan sebelum
memberikan makanan
Demontrasikan cara membersihkan mulut
Demonstrasikan cara mengatur posisi
makan
Ajarkan pasien/keluarga memonitor
asupan kalori dan makanan
Ajarkan pasien/keluarga memantau
kondisi kekurangan nutrisi
Ajarkan cara memberikan
makanan,menyiapkan makanan sesuai
program diet.
29
pengobatan Dengan kriteria Libatkan keluarga sebagai pengawas
TB Paru tapi hasil: minum obat
gagal d. Kemauan Atur jadwal minum obat dengan
DO: mematuhi progran menyesuaikan aktifitas sehari-hari pasien
Os dirawat pengobatan/peraw jika memungkinkan
bulan maret atan 6. Edukasi
dengan e. Resiko komplikasi Jelaskan pentingnya mengikuti pengobatan
diagnosa TB menurun sesuai dengan program
Paru f. Tanda dan gejala Jelaskan akibat yang mungkin terjadi jika
membaik tidak mematuhi pengobatan
Jelaskan strategi mendapatkan obat secara
kontinue
Anjurkan menyediakan intruksi
penggunaan obat
Ajarkan strategi untuk mem[ertahankan
atau memperbaiki kepatuhan pengobatan
30
Bersihan Jalan
5/07/20 Nafas Tidak Tanggal 10/07/2020
Jam Efektif Memonitor pola S:
09:30 berhubungan napas(Frekuensi,kedalaman, Os mengatakan masih batuk -batuk
WIB Hipersekresi usaha napas) O:
jalan napas Memonitor bunyi napas Os tampak batuk-batuk dan susah
(D.0001) Tambahan(mis,gurgling,men mengeluarkan dahak
DS. gi,wheezing,rokhi) Tanda- tanda vital
pada saat Memposisikan semi fowler TD : 12/80 mmHg , N: 112x /Menit,
pengkajian Memberikan minum hangat RR : 24 x/Menit, S:37°C
os mengeluh Suara Napas Ronchi:
Melakukan fisioterapi dada
batuk sudah A:
jika perlu
3 minggu Masalah bersihan jalan napas belum
Melakukan penghisapan
Demam teratasi
lendir kurang dari 15 detik
tinggi pada P:
Lakukan hiperoksigenisasi
malam hari 1 Monitor pola
sebelum penghisapan
minggu dan napas(Frekuensi,kedalaman,usaha
endotrakeal
berkeringat napas)
Memberikan oksigen 2 liter
pada malam
Menganjurkan minum yang Monitor bunyi napas
hari
banyak Tambahan(mis,gurgling,mengi,wheezi
Os mengaku ng,rokhi)
mengajarkan batuk efektif
ada riawayat
membemberian Monitor Seputum
TB Paru
bronchodilator (jumlah,warna,aroma)
sebelumnya
(Nebulizer) Posisikan semi fowler atau fowler
dan gagal
Memberikan terapi Berikan minum hangat
pengobatany
(Sucralfat Syr 1 sendok Lakukan fisioterapi dada jika perlu
a
makan(PO),Ranitidin injek 1 Lakukan penghisapan lendir kurang
DO:
amp,sabutamol 2m 1 tablet) dari 15 detik
Os tampak
Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
batuk-
penghisapan endotrakeal
batuk dan
31
susah Keluarkan sumbatan benda padat
mengeluark dengan forcep McGill
an dahak Berikan oksigen jika perlu
Tanda- Anjurkan asupan cairan 2000
tanda vital ml/hari,jika tidak ada kontraindikasi.
TD : Ajarkan batuk efektif
130/80 Pemberian bronchodilator
mmHg , N:
I:
112x
Memonitor pola
/Menit, RR
napas(Frekuensi,kedalaman,usaha
: 24
napas)
x/Menit,
Memonitor bunyi napas
S:36,5°C
Tambahan(mis,gurgling,mengi,wheez
Suara
ing,rokhi)
Napas
Mempertahankan kepatenan jalan
Ronchi
napas dengan head –lift dan chin lift
Memposisikan semi fowler
Memberikan minum hangat
Melakukan fisioterapi dada jika perlu
Melakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
penghisapan endotrakeal
Memberikan oksigen
Menganjurkan minum yang banyak
mengajarkan batuk efektif
membemberian bronchodilator
(Nebulizer)
32
5/07/202 2 Memeriksa status 10/07/2020
0 Defisit gizi,status Jam 10.30 WIB
Jam nutrisi alergi,program
10.30 berhubung diet,kebutuhan dan
S:
WIB an dengan kemampuan
Os mengatakan nafsu makan sudah
ketidakma pemenuhan kebutuhan
membaik dan makan sudah habis 1 porsi
mpuan gizi.
menelan Mengidentifikasi O:
makanan( kemampuan dan waktu Berat badan sudah bertambah 48,5 kg
D.0019) yang tepat menerima A:
DS: informasi.
Masalah teratasi
Mempersiapkan materi
os P:
dan media seperti jenis-
mengata
jenis nutrisi,tabel Pertahankan keadaan diatas
kan
makanan penukar,cara
kurang
mengelola, cara
nafsu
menakar makanan
makan
menjadwalkan penkes
DO:
sesuai kesepakatan
Berat
memberikan
badan
kesempatan untuk
turun
bertanya
awal
Menjelaskan pada
55 kg
pasien dan keluarga
sebelu
alergi makanan ,
m sakit
makanan yang harus
saat
dihindari, kebutuhan
sakit
kalori,jenis makanan
turun
yang dibutuhkan pasien
menjad
Mengajarkan cara
33
i 48 Kg melaksanakan diet
sesuai program
Menjelaskan hal-hal
yang dilakukan
sebelum memberikan
makanan
Mendemontrasikan
cara membersihkan
mulut
mendemonstrasikan
cara mengatur posisi
makan
Mengajarkan
pasien/keluarga
memonitor asupan
kalori dan makanan
Mengajarkan
pasien/keluarga
memantau kondisi
kekurangan nutrisi
Mengajarkan cara
memberikan
makanan,menyiapkan
makanan sesuai
program diet.
34
Jam Program penyakit,komplikasi Os dan keluarga mengatakan sudah paham
11.30 Pengobat dan pengobatan yang cara meminum obat dan akibat dari tidak
WIB an dianjurkan minum obat secara teratur
berhubun Mengidentifikasi
O:
gan perubahan kondisi
Os menyebutkan akibat dari minum obat
dengan kesehatan yang baru
yang tidak teratur
program dialami
Os menyebutkan jadwal minum obat
terapi Menyediakan informasi
Os menyebutkan jangka waktu pengobatan
komplek tertulis tentang jadwal
TB Parunya
s dan pengobatan pasien
atau Melibatkan keluarga A:
lama(D.0 sebagai pengawas Masalah teratasi
114) minum obat P:
DS: Mengatur jadwal
Pertahankan Keadaan diatas
minum obat dengan
Os
menyesuaikan aktifitas
mengat
sehari-hari pasien jika
akan
memungkinkan
sebelu
mnya Menjelaskan
TB Menjelaskan akibat
gagal pengobatan
Os mendapatkan obat
t bulan Menganjurkan
35
maret menyediakan intruksi
dengan penggunaan obat
diagno Mengajarkan strategi
sa TB untuk mempertahankan
Paru atau memperbaiki
kepatuhan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
PPNI,(2018).Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ,jilid 1.
PPNI,(2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia , jilid 1 cetakan 11
PPNI,(2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia , jilid 1 cetakan
11Aditama, TY. (2005). Tuberkulosis Paru: Masalah dan penanggulangannya.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Alpers.
Alsagaff, H dan Mukty, A. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press
36
Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh
Nurjannah, I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Intervention Classification
(NIC). Edisi Indonesia Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Depkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2011. [Serial Online]
Diunduh dari
http://www.dokternida.rekansejawat.com/dokumen/DEPKES-Pedoman-
Nasional-Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.pdf Diakses tanggal
12 Oktober 2017.
Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta
Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis.
Jakarta:Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis.
Jakarta:Depkes RI.
Doenges E Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 74,76, 80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Hiswani. 2009. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi
Masalah Kesehatan Masyarakat.
http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani-6.pdf 2009.
Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
37
PPTI. 2011. Buku Saku TBC Bagi Masyarakat. Denpasar:PPTI.
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
38