Nuri Nurul Latifah-REVIEW BUKU MPBA

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

60 HARI BISA MENERJEMAHKAN AL-QURAN SENDIRI

(Ust. Ahmad Suseno, S.S.)

RESENSI BUKU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mandiri Mata Kuliah
Thurūq Tadrīs al-Lugah al-'Arabiyyah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Dede A. Ghazali, M.Ag. & Dr. Acep Hermawan, M.Ag.

Oleh:
Nuri Nurul Latifah

PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA ARAB


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
60 HARI BISA MENERJEMAHKAN AL-QURAN SENDIRI

a. Identitas Buku
Penulis : Ustadz Ahmad Huseno, S.S.
Penerbit : Turos Pustaka, Jakarta Selatan
Tahun terbit : 2013
Tebal buku : xiv + 258 Halaman
Ukuran : 19 x 24 cm
ISBN : 978-602-1583-03
Harga : Rp. 80.000

b. Pendahuluan
Bahasa Alquran adalah bahasa Arab terbaik yang paling baku pilihan kata dan
gramatikalnya, serta paling indah mutu sastranya. Banyak manfaat yang bisa kita peroleh
ketika belajar bahasa Alquran. Mulai dari menguasai bahasa sumber asli ajaran Islam, lebih
lancar dalam menghafal Alquran, dan lebih mudah memahami teks-teks yang bersumber dari
hadis, dan pendapat para ulama klasik.
Gagasan serta ide yang tertuang di dalam buku karya Ust. Ahmad Huseno, S.S. "60
Hari Bisa Menerjemahkan Alquran Sendiri" adalah sebuah buku yang ditulis dalam rangka
panduan belajar Bahasa Arab "Metode al-Huda" edisi best practice untuk Para Pemula dan
Calon Penghafal Alquran. Banyak kelebihan tentunya di dalam buku ini yang tidak bisa
dinafikan begitu saja. Di antara kelebihan buku ini yang ditulis oleh Ust. Ahmad Huseno, S.S.
adalah bahwa buku ini agak komprehensif di dalam membahas teori-teori bahasa asing (Arab)
khususnya Nahwu Sharaf. Bukan hanya itu, kelebihan penting buku ini dibanding yang lain
terletak pada perpaduan antara teori dan praktiknya yang seimbang. Teorinya sistematis,
mendasar dan mudah dipahami, ditambah dengan praktiknya yang banyak dan terus menerus,
dengan satu per satu menerjemahkan penggalan ayat-ayat Alquran yang sudah dipilih.
Buku "60 Hari Bisa Menerjemahkan Alquran Sendiri Panduan Belajar Bahasa Arab
Metode al-Huda" ini siap memandu setiap orang yang ingin bisa menerjemah Alquran dalam
waktu relatif singkat. Hanya dibutuhkan waktu maksimal dua bulan bagi pemula dan untuk
yang sudah pernah belajar ilmu gramatikal Arab bisa tidak sampai.

2
c. Isi
Dari segi isi buku ini merupakan kumpulan dari materi-materi pokok yang penulis
gunakan untuk mengajar dan melatih penerjemahan Alquran selama sepuluh tahun lebih.
Dalam materi-materi tersebut, teori-teori atau kaidah-kaidah bahasa Arab yang ada penulis
sederhanakan sehingga mudah dipahami dan dipraktikkan untuk membaca teks-teks berbahasa
Arab, utamanya Alquran. Tujuannya agar menimbulkan kesan mudah bagi pembaca terutama
pelajar pemula, sehingga minat belajar mereka tetap tinggi.
Saat saya membaca dan memahami buku cetakan Turos Pustaka ini, buku ini cukup
bagus dalam menjelaskan metode pembelajaran bahasa Arab terutama dalam nazhariyyah al-
furu'1 yang mengedepankan pengetahuan tentang bahasa.
Buku ini yang dibuat dengan format harian, dengan jumlah total 60 pelajaran.
Pembahasan mengenai kata (Sharaf) dimulai dari pelajaran hari pertama sampai pelajaran hari
ke-20. Sementara Nahwu dipelajari dari pelajaran hari ke-21 sampai pelajaran hari ke-60.
Dengan rincian pelajaran sebagai berikut:
Hari ke-1: Mengartikan
Hari ke-2: Pembagian Jenis Kata
Hari ke-3: Pembagian Jenis Isim
Hari ke-4: Pembagian satuan Jumlah Isim
Hari ke-5: Pembagian Fi'il
Hari ke-6: Kata Kerja Aktif dan Pasif
Hari ke-7: Ciri-ciri Fi'il Mādhī, Mudhāri' dan Amr
Hari ke-8: Perubahan Kata
Hari ke-9: Pola perubahan kata keseluruhan
Hari ke-10: Contoh perubahan kata keseluruhan
Hari ke-11: Asal-usul Kata Kerja
Hari ke-12: Mujarrad
Hari ke-13: Mujarrad dan Mazīd
Hari ke-14: Mazīd Empat Huruf
Hari ke-15: Mazīd Lima Huruf
Hari ke-16: Mazīd Enam Huruf

1
Menurut Abd al-'Alīm Ibrāhīm bahwasannya pembelajaran dengan nazhariyyah al-furu' atau sistem
cabang yakni membagi bahasa menjadi beberapa cabang, yang mana setiap cabang memiliki kurikulum, buku
pelajaran, dan alokasi waktu. Abd al-'Alīm Ibrāhīm, al-Muwajjih al-Fannī li Mudarris al-‘Arabiyyah, (Kairo: Dar
al-Ma'ārif), 1968. hlm. 51.

3
Hari ke-17: Pola Perubahan Kata Mujarrad
Hari ke-18: Pola perubahan Kata Mazīd Empat Huruf
Hari ke-19: Pola Perubahan Kata Mazīd Lima Huruf
Hari ke-20: Pola Perubahan Kata Mazīd Enam Huruf
Hari ke-21: Jumlah (Kalimat)
Hari ke-22: Macam-macam Khabar
Hari ke-23: Kāna, Isim Kāna, Khabar Kāna
Hari ke-24: Inna, Isim Inna, Khabar Inna
Hari ke-25: Fā'il dan Na`ibul Fā'il
Hari ke-26: Fi'il, Fā'il, Maf'ūl
Hari ke-27: Mudhāf Ilaih
Hari ke-28: Munādā
Hari ke-29: Tawābi'
Hari ke-30: Kesimpulan Kedudukan Isim
Hari ke-31: Perubahan Bentuk Akhir Kata
Hari ke-32: Status dan Tanda
Hari ke-33: Status Marfū' dan Kedudukan Isim
Hari ke-34: Status Manshūb dan Kedudukan Isim
Hari ke-35: Status Majrūr dan Kedudukan Isim
Hari ke-36: Kesimpulan Status dan Kedudukan Isim
Hari ke-37: Status Marfū' dan Tanda
Hari ke-38: Status Manshūb dan Tanda
Hari ke-39: Status Majrūr dan Tanda
Hari ke-40: Kesimpulan Tanda-tanda I'rab (Isim)
Hari ke-41: Status Marfū' dan Tanda Fi'il Mu'rab
Hari ke-42: Status Manshūb dan Tanda Fi'il Mu'rab
Hari ke-43: Status Majzūm dan Fi'il Mu'rab
Hari ke-44: Kesimpulan Tanda-tanda I'rāb (Fi'il)
Hari ke-45: Isim Istifhām
Hari ke-46: Isim Syarath
Hari ke-47: Isim Zharaf
Hari ke-48: Isim Isyārah
Hari ke-49: Isim Maushūl
Hari ke-50: Isim Dhamīr
4
Hari ke-51: Tanda Isim Mabnī, Tempat Status dan Kedudukan
Hari ke-52: Fi'il-Fi'il Mabnī (Fi'il Mādhī)
Hari ke-53: Fi'il-Fi'il Mabnī (Fi'il Mudhāri')
Hari ke-54: Fi'il-Fi'il Mabnī (Fi'il Amr)
Hari ke-55: Harf-harf Mabnī
Hari ke-56: Harf Inna dan Nidā`
Hari ke-57: Harf Jarr
Hari ke-58: Harf Nashab
Hari ke-59: Harf Jazm
Hari ke-60: Meng-i'rāb

Penulis pun mencantumkan arti dari setiap kalimat yang menjadi materi latihan dari
buku ini dengan tujuan dari pelatihan ini adalah membiasakan cara menerjemahkan sebuah
kalimat.
Untuk materi latihan dalam buku ini dari pelajaran kesatu sampai ke-20, arti atau
terjemahan yang dicantumkan diurutkan secara per kata. Hal ini penulis lakukan dengan
pertimbangan karena pembaca baru mempelajari Sharaf. Adapun untuk tahap selanjutnya, dari
pelajaran ke-21 sampai hari ke-60, arti atau terjemahan yang tercantum adalah berdasarkan
terjemahan dari kalimah tersebut. Hal ini karena pembaca sudah menguasai Nahwu.
Sebelum menguraikan pembahasan dalam buku ini, penulis yang juga alumni UIN
Yogyakarta - juga Praktisi Bahasa Arab dan Penemu Metode Terjemah Alquran al-Huda -
menguraikan terlebih dahulu secara singkat pengertian "Metode al-Huda". Menurut penulis
penamaan metode ini ada dua latar belakang historisnya. Pertama, karena ketika menyusun
buku yang juga menjadi diktat mengajar penulis di berbagai majelis ilmu, penulis merasa ide-
ide muncul tidak lepas dari bimbingan Allah swt. sehingga semuanya dapat tersusun dengan
rapi. Kedua, Ketika melihat hasil akhir penulis merasa heran sendiri, karena tidak pernah
menyangka hasilnya memuaskan. Maka dengan kerendahan hati, metode ini dinamakan "al-
Huda", karena bimbingan dan kemudahan dari Allah.2
Dilihat dari materi-materi dalam buku ini, buku ini sangat cocok diajarkan digabungkan
dengan metode Herbart (Herbart Method) sebagaimana pembelajaran struktur (al-qawā'id).

2
Ahmad Huseno, 60 Hari Bisa Menerjemahkan Al-Quran Sendiri, (Jakarta: Turos Pustaka, Selatan), 2013.
hlm. xii.

5
Sebagai contoh dengan pokok bahasan fā'il dan na`ibul fā'il pada halaman 103 di Hari ke-25,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama, al-Tamhīd
Melakukan tanya jawab tentang fā'il dan na`ibul fā'il yang akan diajarkan sebagai tes
awal, untuk melihat penguasaan pelajar tentang dua aspek kaidah tersebut. Pada tahap ini
diinformasikan pula tentang urgensi dan posisi fā'il dan na`ibul fā'il dalam bahasa Arab. Jika
kondisi alokasi waktu masih longgar, perlu dilakukan penataan kondisi fisik dan lingkungan,
misalnya sikap duduk, kerapian tempat duduk, kebersihan, dan sebagainya.
Langkah Kedua, al-'Ardh
Penyajian materi dalam hal ini perlu dilakukan sedemikian rupa agar pelajar bisa
menangkapnya dengan mudah. Untuk itu, disajikan terlebih dahulu contoh-contoh yang
sederhana sebagai berikut.
‫ٱَّللُ َعلَ ٰى قُلُو ِب ِه ْم َو َعلَ ٰى َس ْم ِع ِه ْم‬
‫َخت ََم ه‬ 
Artinya: Allah mengunci hati-hati mereka dan pendengaran mereka3

‫عة‬ َ ‫َو ََل يُ ْقبَ ُل ِم ْن َها‬


َ ‫شفَا‬ 
Artinya: Dan syafa'at tidak diterima darinya .4

Setelah itu berikan penjelasan kedudukan setiap contoh sebagai fā'il dan na`ibul fā'il.
Penjelasan dalam hal ini perlu diperluas dengan contoh-contoh lain, misalnya diambil dari
sebuah teks buku atau ungkapan-ungkapan popular. Penyajian materi pelajaran tentu saja
menggunakan metode dan media pembelajaran tertentu sesuai kebutuhan.
Langkah Ketiga, al-'Rabth
Boleh jadi pada pertemuan yang lalu telah disajikan dasar-dasar pembentukan fā'il dan
na`ibul fā'il, misalnya kategorisasi isim (kata benda) pada langkah-langkah ini sangat penting
dikemukakan kembali elemen-elemen pembentuk fā'il dan na`ibul fā'il, yaitu isim dan
kategorisasisnya.
Langkah Keempat, Istinbāṭ al-Qā'idah
Berbagai penjelasan yang telah dikemukakan dalam penyajian materi pelajaran
selanjutnya disimpulkan dalam bentuk definisi kaidah, Definisi ini merujuk pada referensi-
referensi yang menjadi rujukan. Definisi kaidah ini penting sebagai dasar teori sekaligus

3
Q.S. al-Baqarah: 7.
4
Q.S. al-Baqarah: 48.

6
membantu pelajar menghafalkannya di luar kepala. Adapun pemahamannya bisa
dikembangkan dengan memperbanyak contoh.
Contoh definisi kaidah:
 Fā'il adalah isim yang menunjukkan pelaku pekerjaan dan berada sesudah fi'il ma'lūm
(aktif).
 Na`ibul fā'il adalah isim yang berada sesudah fi'il majhūl (pasif).
Langkah Kelima, al-Tathbīq
Penguasaan terhadap materi pelajaran perlu dikembangkan dengan memperbanyak
latihan. Salah satu bentuknya adalah mengaplikasikan pemahaman konsep yang telah dipelajari
dalam contoh-contoh. Aplikasi ini bisa saja dalam bentuk kegiatan menjelaskan kalimat-
kalimat pada sebuah teks formal yang sudah ada (Alquran, Hadist, buku, majalah), juga bias
dalam bentuk membuat contoh-contoh sendiri. 5
Dari sampulnya jelas dan terdapat testimoni mengenai buku ini dari orang-orang
berpengaruh seperti Ustadz. Yusuf Mansur (Dai dan Pimpinan Pesantren Tahfīdz Dārul
Qur’an), Ust. Muhammad Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra), Dr. Ali Nurdin
M.A. (Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Institut PTIQ, Jakarta dan lain-lain. Buku ini
pun mudah didapatkan di toko-toko buku online. Namun kekurangan buku ini, penjabaran
materinya hampir sama dengan buku-buku Nahwu Sharaf pada umumnya.

d. Simpulan dan Implikasi


Buku ini sangatlah cocok untuk para Pemula dan Calon Penghafal Alquran yang ingin
belajar menerjemahkan Alquran sendiri karena dalam buku ini terdapat materi yang sangat
lengkap mengenai Bahasa Arab khususnya Nahwu Sharaf. Buku ini juga disarankan untuk
Pengajar Bahasa Arab karena buku ini dapat dijadikan pegangan oleh para pendidik yang
menginginkan ilmu lebih untuk referensi dalam mengajar Bahasa Arab.
Menurut saya buku ini mudah dipahami dan disajikan secara sistematis. Perpaduan
antara Nahwu dan Sharaf. Sangat cocok untuk pemula yang ingin memahami secara langsung
kedua ilmu tersebut dalam satu buku rujukan.

5
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), 2018. hlm. 264-265.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Edisi Revisi (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya). 2018.

Huseno, Ahmad. 60 Hari Bisa Menerjemahkan Al-Quran Sendiri. (Jakarta Selatan: Turos
Pustaka). 2013.

Ibrāhīm, Abd al-'Alīm. al-Muwajjih al-Fannī li Mudarris al-‘Arabiyyah. (Kairo: Dar al-
Ma'ārif). 1968.

Anda mungkin juga menyukai