Makalah Kel 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Makalah Desain Tekstil

Ragam Hias dari Jawa Timur dan Madura

Disusun oleh:

1. Risna Taftiyana Dewi (17050404047)


2. Mei Rizka Fauziah (17050404049)
3. Resti Wilujeng (17050404056)
4. Timur Wedaring Wacana (17050404058)
5. Nabilatus Sholohah (17050404084)

S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA B


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Desain Teksil tentang
Ragam Hias dari Jawa Timur dan Madura ini dengan tepat waktu. Terimakasih kami
ucapan kepada Ibu selaku dosen mata kuliah desain tekstil karena tugas ini sangat
bermanfaat bagi kami.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan masukanyang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Surabaya, 19 Febuari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………...

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………

1.1Latar Belakang...........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………………...

A. Ragam hias di provinsi Jawa Timur………………………………………....................


1. Batik Pacitan ………………………………………………………............................
2. Batik Sidoarjo…………………………………………………………………………
3. Batik Pacitan………………………………………………………………………….
4. Batik Banyuwangi……………………………………………………………………
5. Batik Mojokerto
B. Ragam Hias Batik Di Provinsi Madura………………………………..............

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………..

B. Saran…………………………………………………………………………………………….

DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………………….......
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah
atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad. Salah satu dari buku yang popular
ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der Hoop pada tahun 1949.
Pada buku itu kelihatan jenis-jenis ornamen sekitar sukusuku bangsa Bali dan Jawa,
sedang dari daerah lain masih belum lengkap sehingga dapat dikatakan bahwa buku itu
belum dapat mewakili ragam hias Indonesia. Ornamen Batak pada buku itu hanya
beberapa pola saja, yaitu berupa gambar cecak sebagai hiasan pintu lumbung. Ragam hias
adalah elemen-elemen dekorasi yang diperoleh dengan meniru atau mengembangkan
bentuk-bentuk yang ada di alam yang divisualisasikan pada permukaan suatu benda.

1.2 RUMUSAN MASALAH’

1. Bagaimana Ragam Hias di provinsi Jawa Timur ?

2. Bagaimana Ragam Hias di Provinsi Madura ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui Ragam hias di provinsi Jawa Timur dan Filosofinya

2. Mengetahui Ragam Hias di provinsi Madura dan Filosofinya

BAB II
PEMBAHASAN

A. RAGAM HIAS DI PROVINSI JAWA TIMUR


Perkembangan batik di Jawa Timur sebenarnya agak lambat dibandingkan dengan
batik Jawa Tengah. Salah satu penyebabnya mungkin karena batik di Jawa Tengah dan
Yogyakarta memiliki patron dari kalangan keraton sehingga selalu ada inovasi. Padahal,
batik di Jawa Timur juga memiliki motif yang tidak kalah uniknya dibandingkan dengan
daerah lain.
Batik Jawa Timur mempunyai motif yang lebih bebas, tanpa terikat pakem-pakem motif
yang ada sebelumnya. Ragam hias batik Jawa Timur bersifat naturalis dan dipengaruhi
berbagai kebudayaan asing. Warna-warna yang dipakai batik Jawa Timur tampak lebih
cerah. Batik Jawa Timur sebenarnya tersebar merata di seluruh wilayah Jatim. Hanya saja
ada lima wilayah di mana perajin batik lebih banyak ditemukan, yakni di Madura, Tuban,
Sidoarjo, Tulungagung, dan Banyuwangi.
Berikut ini adalah beberapa motif batik dari daerah Jawa Timur:
1. Batik Pacitan

Kabupaten Pacitan terletak di pantai selatan Jawa Timur. Ketandusan wilayah


Pacitan yang diimbangi oleh keindahan alam pantai serta gua-gua pra sejarah, sering
menjadi tujuan wisata. Pacitan merupakan daerah pantai dengan sedikit areal sawah,
sehingga banyak warga yang mata pencahariannya bukan petani. Para wanita lebih
banyak mengisi hari dan waktu luangnya dengan membatik.
Jarak tempuh Jakarta menuju Pacitan:+/- 751km

Keindahan alam telah menginspirasi ragam hias dan motif Batik Pacitan, yang
sarat dengan simbol-simbol hayati. Motif khas Pacitan berupa buah pace atau mengkudu
dan karang laut. Batik klasik buatan Pacitan kini terancam punah karena para
pembatiknya sudah memasuki usia renta dan regenerasi masih belum menyamai hasilnya.

Motif Pace/Mengkudu

Sentra batik tulis asli Pacitan berada di desa Lorok, Wiyoro kecamatan Ngadirojo,
dan wilayah Arjowinangun kota Pacitan. Batik Pacitan, selain terkenal dengan motif
pace, ada pula yang disebut dengan batik Lorok, penamaan batik ini disesuaikan dengan
daerah pembuatnya yaitu desa Lorok. Pengembangan motif dan variasi batikan terus
dilakukan untuk menambah keanekaragam.
Motif Pace yang menjadi ciri khas Batik Pacitan ditampilkan dengan memadukan
motif ukel dan bunga teratai. Dasar blok dengan motif batuan koral mengisi
kekosongan ruang di sela-sela motif utama hal ini untuk meyang terdiri dari 3
kecamatan yaitu kec Tulakan, kec Ngadirojo dan kec Sudimoro.Daerah ini merupakan
daerah pesisir laut selatan.Daerah pantai yang sedikit areal sawah, sehingga banyak
warga yang mata pencahariannya bukan petani.

Para wanita lebih banyak mengisi hari dan waktu luangnya dengan membatik.Batik
Lorok Pacitan diera tahun 1960 sudah terkenal karena kehalusan batikannya. Cecek-
ceceknya yang kecil dan rumit menandakan sangat hati-hati dalam
pembuatannya.Motif dan desainnya lebih mengarah ke jenis batik petani yaitu berupa
motif tumbuh-tumbuhan dan hewan yang ada disekitar daerah pertanian.

 Gambar masih sederhana hal ini para pendesain masih belum begitu mahir dalam
menggambar .Pewarnaan pada batik Lorok pada masa itu sangat dipengaruhi oleh
batik Jogja dan Solo yaitu warna biru nila, dan coklat soga. Pada masa itu hanya ada 3
kelompok pengrajin yang memproduksi batik. Sayangnya batik- batik ini semakin
surut di era tahun 1980 , hal ini disebabkan begitu derasnya batik printing yang masuk
kedaerah Pacitan, dan semakin berkurangnya pemakai batik.
Di tahun 1960 batik Lorok di pakai oleh para wanita untuk kain panjang, namun
semakin tahun berganti para wanita sudah jarang yang menggunakan kain panjang ,
mereka memakai kain panjang hanya di beberapa kesempatan utamanya pada saat
hajatan.
Batik Lorok Pacitan Indonesia di era tahun 1980 sedikit mengalami perubahan,
perubahan yang menonjol adalah fungsi batik-batik yang diproduksi pada masa itu.
Bergesernya penggunaan batik yang semula untuk kain panjang menjadi bahan baju baik
pria maupun wanita. Motif , corak dan warna yang dibuat mengarah pada motif-motif
tektil yang ada di pasaran. Detail pada batik belum seberapa diperhatikan , hal ini
disebabkan permintaan pasar pada waktu itu menginginkan batik yang berharga murah
dan cepat pembuatannya. Pemerintah pada saat itu juga berperan dalam melatih dan
mengembangkan batik Lorok, mulai dari pelatihan pewarnaan sampai pada kegiatan
pameran.Permintaan batik untuk bahan baju semakin meningkat,utamanya permintaan
dari pulau Bali.Namun pemasaran ke Bali surut drastis setelah pulau Bali diguncang bom.

Batik Lorok Pacitan Indonesia di era tahun 1990 an , masih seperti diera tahun
1980an . Motif sederhana, pembuatan relatif cepat, belum seberapa memperhatikan
kwalitas batikan.Variasi motif sudah mulai berkembang hal ini disebabkan pengaruh
dari batik-batik lain daerah. 

Batik Lorok Pacitan Indonesia di era 2000 an , sudah mulai menampakkan


eksistensinya, pengrajin muda dan baru mulai bermunculan. Mereka rata-rata para
lulusan perguruan tinggi yang bersedia kembali kedaerah dan ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan batik Lorok. Motif dan variasi batikan sudah mulai muncul dan
beragam. Para seniman-seniman dengan senanghati mulai mendesain motif-motif batik
yang baru. Salah satu even penting tahun 2002 diselenggarakannya lomba desain batik
khas Pacitan dan tahun 2003diselenggarakannya acara batik kolosal sepanjang 400 meter
yang berhasil mencatat rekor MURI. Batik Lorok hingga kini terus berkembang,
menjadikan daerah Lorok yang semula tidak pernah terdengar oleh daerah luar sekarang
sudah mulai diperhitungkan.Batik-batik yang bernuansa alamidengan detail yang halus
sudah mulai bermunculan, seniman ( pendesain ), pembatik, berusaha keras untuk
menyamakan mutu dan kwalitas batik Lorok dengan batik-batik dari lain daerah.
Ditunjang dengan masuknya saran informasi yang mudah sehingga para pembeli tidak
repot datang ke Lorok, mereka bisa mengakses lewat internet.
Batik Lorok Pacitan Indonesia di era tahun 2010 sudah mulai menampakkan keindahan.
Para pembatik muda ( ibu-ibu muda, remaja lulusan SLTA ) sudah mulai trampil
membatik.Ada dua jenis batik yang dibuat di era tahun ini yaitu, batik pewarna alam dan
batik klasik modern yang seperti pada gambar diatas.
` Batik klasik modern dibuat seperti layaknya batik Lorok tempo dulu, yaitu dengan
cara pewarnaan menggunakan wedel ( nilo ) lalu dilorot , dibatik lagi, di soga lalu dilorot
lagi. sentuhan modernnya berupa coletan warna merah ( rapid )dan pemberian warna
kuning ( sol )pada bagian obyek tertentu.
Desain batik juga dibuat lebih kontemporer mengikuti perkembangan jaman, namun tidak
meninggalkan ciri khas batik lorok yang berupa motif flora dan fauna yang berada di
lingkungan daerah Lorok Pacitan.Batik ini diproduksi oleh Batik Tengah Sawah
Ngadirojo Pacitan, lokasi di Kec Ngadirojo 32 km kearah timur Pacitan
Batik banyak menampilkan sisi dari kehidupan rakyat setempat,alam dan budaya
tentunya.Batik dibuat sebagai tambahan penghasilan hidup dan kebutuhan pakaian
sesehari. Beragam batik yang ditampilkan dengan seribu makna dan arti,sungguh hasil
karya yang patut diacungkan jempol.Bagi para pembatik adalah sebagai mata
pencaharian tetapi di mata bangsa batik adalah identitas diri dan cerita dari budaya dan
kehidupan rakyat setempat.

2. BatikSidoarjo

Sidoarjo juga punya Kampoeng batik dengan nama Batik Jetis, Kampoeng ini
memproduksi batik tulis dengan motif yang khas dari Sidoarjo. Motif kain batik asal Jetis
didominasi flora dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah,
hijau, kuning, dan hitam. Motifnya juga motif kuno, tidak banyak perubahan dari motif
yang dulu dipakai oleh para pendahulu. Ada abangan dan ijo-ijoan (gaya Madura), motif
beras kutah, motif krubutan (campur-campur) lalu ada motif burung merak, dan motif-
motif lainnya.

KEBERADAAN batik di Sidoarjo ini tak lepas dari peran seorang lelaki legendaris
bernama Mbah Mulyadi. Dialah yang menyebarkan ketrampilan batik di Sidoarjo. Mbah Mulyadi
ini adalah keturunan raja Kediri yang lari ke Sidoarjo untuk menghindari kejaran penjajah
Belanda. Agar terhindar dari kejaran Belanda, Mbah Mulyadi menyamar sebagai pedagang.
Mbah Mulyadi ini adalah seorang ulama besar yang mendirikan masjid Al-Abror,
cikal bakal ibukota Sidoarjo. Karena memiliki ketrampilan membatik, Mbah Mulyadi
kemudian mengajarkan kepada orang-orang sehingga terbentuklah sebuah komunitas.
Dari semula hanya belajar membatik, Mbah Mulyadi juga memberikan syiar Islam. Dari
sinilah seni batik kemudian berkembang ke daerah-daerah lain di Sidoarjo.

Setidaknya, ada tiga motif batik khas Sidoarjo, yakni beras utah, kembang bayem,
dan kebun tebu. Beras Utah ini terkait dengan melimpahnya bahan pangan terutama padi
yang ada di Sidoarjo. Sehingga, dengan penduduk Sidoarjo yang relative kecil waktu itu,
kelebihan beras tersebut tentu akan dilimpahkan ke daerah lain. Sedangkan motif Kebun
Tebu ini terkait dengan Sidoarjo yang dulunya dikenal sebagai penghasil gula terbesar.
Sehingga, tentu banyak pula kebun-kebun tebu yang menjadi bahan baku gula. Saat ini,
situs-situs yang menunjukkan Sidoarjo sebagai penghasil gula masih ada. Sementara,
motif Kembang Bayem ini terkait dengan banyaknya sayuran bayam di daerah pedesaan
Sidoarjo. Tanaman tersebut sangat mudah dijumpai di sekitar rumah penduduk, baik yang
ditanam maupun yang tumbuh liar.

Sebenarnya, dari segi warna, batik khas Sidoarjo tidak begitu mencolok dan
cenderung berwarna gelap (cokelat) dan motifnya tidak ada yang memakai binatang.
Namun, karena konsumen kebanyakan masyarakat Madura, maka pengrajin batik
Sidoarjo pun mengikuti permintaan tersebut. Sehingga, muncullah warna-warna
mencolok seperti merah, biru, hitam dan sebagainya. Karena itulah, Sidoarjo juga
terkenal dengan batik motif Madura.

Pengrajin batik di Kabupaten Sidoarjo memang tidak telalu banyak, namun telah
ada pada ratusan tahun yang lalu, batik batik ini di buat secara turun temurun, oleh
pengrajin batik hingga sekarang terkenal dengan kampung  batik. Ada juga yang
namanya batik Kenongo. Secara umum, ciri khas batik-batik Sidoarjo adalah warna yang
dominan seperti merah, biru dan hijau dengan warna yang sangat kuat (terang). Batik
-batik ini masih dikerjakan secara traditional (batik Tulis) dengan pewarnaan alami
a. Batik Jetis Sidoarjo

Batik Jetis Sidoarjo sudah dikenal sejak tahun 1675, dari tahun tersebut (1675)
sampai sekarang keahlian batik yang diwariskan turun-temurun telah mencapai tujuh
generasi. Batik Jetis Sidoarjo merupakan salah satu warisan budaya lokal (kearifan lokal)
masyarakat Sidoarjo,  Batik Jetis Sidoarjo mempunyai sentra produksi kampung tua
pengrajin batik yaitu kampung Jetis, di kampung jetis masih diproduksi batik tulis
tradisional.

Sejarah Batik Jetis Sidoarjo, bermula dari seorang pendatang dari kerabat
kerajaan yang bertempat tinggal di kampung Jetis, awalnya ia menyamar henjadi
pedagang di pasar kaget yang berada di kampung jetis. Pria pendatang yang dikenal
masyarakat jetis dengan panggilan Mbah Mulyadi, seorang yang sopan dan hormat pada
semua orang dan taat beragama.

Beliau melakukan pendekatan dengan masyarakat kampung Jetis dengan


mengajak sholat berjama’ah, mengajarkan Al-Qur’an. Mbah Mulyadi juga mendirikan
masjid di daerah tersebut dan memberi nama masjid tersebut Masjid Jamik Al-Abror.
Masjid ini didirikan pada tahun 1674, seiring perjalanan waktu penduduk sekitar masjid
semua aktif menjalankan ibadah, maka daerah tersebut dinamakan desa  Pekauman,
tempat bermukimnya para kaum (sebutan bagi pemeluk Agama Islam).

Selain tokoh masyarakat yang religious Mbah Mulyadi juga mengajarkan cara
membatik, pada komunitas jama’ah masjid jamik, maka tidak salah bila Mbah Mulyadi
ini merupakan pelopor pembuatan batik Jetis Sidoarjo. Komunitas jama’ah masjid jamik
ini berkembang menjadi beberapa perkumpulan seperti perkumpulan pengajian, membuat
hubungan persaudaraan antar para pengrajin batik semakin erat. Motif batik gadag
merupakan wujud dari persatuan dan persaudaraan antar pengrajin batik Sidoarjo yang
digambarkan dalam bentuk rangkaian bunga.

Seiring perjalanan waktu, perdagangan di pasar Jetis semakin ramai, banyak


pedagang asal Madura yang menyukai batik tulis buatan warga Jetis, mereka sering
memesan batik tulis dengan permintaan motif dan warna khusus khas Madura. Itulah
sebabnya, batik tulis asal Jetis ini kemudian juga dikenal orang sebagai batik corak
Madura.  Dengan semakin banyaknya yang membuka rumah produksi batik, maka pada
tanggal 16 April 2008 Paguyuban Batik Sidoarjo (PBS) resmi berdiri, yang dipelopori
kaum muda Kampung Jetis. Keadaan ini mendapat perhatian Bupati Sidoarjo waktu itu
Drs. H. Win Hendrarso, M.Si. sebagai potensi daerah industri baru, karena Pasar Jetis
dianggap sangat potensial untuk menjadi sebuah daerah industri baru. Akhirnya pada
tanggal 3 Mei 2008 Bupati sidoarjo meresmikan Pasar Jetis sebagai daerah industri batik
dan diberi nama “Kampoeng Batik Jetis”.

b.  Perkembangan Motif Batik Jetis Sidoarjo

Motif batik Jetis Sidoarjo mengalami perkembangan dari tahun 1980an motif-
motif batik Jetis banyak bermunculan jenis dan warnanya sampai tahun 2010. Awalnya
para pengrajin hanya mempunyai beberapa motif dasar saja tapi kini para pengrajin
memiliki banyak motif yang beragam. Motif-motif yang ada pada tahun 1980an Dari segi
warna, batik khas Sidoarjo tidak begitu mencolok dan cenderung berwarna gelap
(cokelat) dan motifnya tidak ada yang memakai binatang.

Tahun 1675 batik Jetis Sidoarjo masih menggunakan warna dasar gelap yaitu
coklat soga dan pola penggambarannya masih sederhana. Namun, karena konsumen
kebanyakan masyarakat pesisir yang menyukai warna terang dan cerah, maka pengrajin
batik Sidoarjo pun mengikuti permintaan tersebut. Maka muncul warna-warna mencolok
seperti merah, biru, hitam dan sebagainya. Karena itulah, Sidoarjo juga terkenal dengan
batik motif Madura. Motif yang ada pada tahun 1980an adalah Motif Beras Utah,
Kembang Tebu, Kembang Bayem, dan Sekardangan.

Motif yang populer pada tahun 1980an adalah motif Beras Utah dan Kembang
Tebu, motif ini merupakan visualisasi hasil bumi yang paling banyak di Sidoarjo, motif
beras utah disajikan dengan serasi antara objek flora yang telah distilasi dengan isen-isen
beras utah, tidak ada yang saling mendominasi. Ciri khas batik Jetis ditunjukkan dengan
warna yang berani atau mencolok. Motif beras utah mempunyai banyak warna, lebih dari
tiga warna yang digunakan. Biasanya pembatik menggunakan teknik colet (kuas) untuk
membuat warna batik yang lebih bervariasi.  Motif beras utah adalah salah satu motif asli
Sidoarjo, hal ini menunjukkan bahwa Sidoarjo adalah penghasil beras, dibuktikan dengan
situs Candi Pari, dan tempat penggilingan padi dulu erada di jalan Gajah Mada (gedung
Ramayana).

Motif-motif batik Jetis Sidoarjo pada tahun 1990an mulai berkembang, pengrajin
dalam penciptaan batik motif batik lebih ditujukan kepada keindahan bentuk baku yang
diarahkan pada pemenuhan selera pemakai (konsumen) yang berorientasi pada
peningkatan produksi batik, sehingga motif batik lebih beragam. Motif-motif yang ada
pada tahun 1990an adalah Motif Burung Cipret, Gedog, Tumpal, Kangkung, Mahkota,
Sekarjagad, Sandang Pangan, Burung Nuri, Fajar Menyingsing, Merak, Merico Bolong,
dan Rawan.  Motif yang paling populer pada tahun 1990an adalah motif Sekar Jagad
(bunga dunia) yang mempunyai warna yang indah dan makna filosafis yang dalam. Motif
Sekar Jagad mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang
melihat akan terpesona. Motif “Sekar Jagad” [pola geometris berbentuk ceplok (hiasan
bulat) berulang yang semuanya saling merapat] yang banyak berornamen bunga/tanaman,
mencerminkan keragaman isi dunia (flora dan atau fauna) sebagai wujud ciptaan-Nya.
Terdapat unsur pesan keragaman, keindahan, kedamaian, Jadi manusia mesti pandai
bersyukur. Pola ceplok berulang-merapat yang isennya tak ada unsur bunga/tanaman
(“Kar Jagad”), atau hanya berisen geometrik simbolik, mencerminkan keragaman
pandangan di dunia. Jadi manusia mesti siap dan pandai menempatkan diri dalam
berbagai pandangan/ perbedaan. Pola sekar jagad ini mengandung serangkaian ajaran
yang diharapkan dapat membawa keselarasan dan keserasian di seluruh alam semesta.
Tahun 2000 hingga 2010 batik Jetis Sidoarjo memunculkan motif yang sudah
sekian tahun menghilang dan kemudian menjadi trend lagi di pasaran. Tahun 2000an
modifikasi-modifikasi motif-motif klasik bermunculan untuk dikenalkan lagi, tapi tidak
semua perngrajin batik di Jetis memunculkan kembali motif-motif klasik yang
dimodifikasi seperti motif sekarjagad yang dimodifikasi dengan latar belakang motif
rawan engkok, dsb.   Ke-kreatifitasan pengrajin batik Jetis pada tahun 2000an diuji
dengan banyaknya permintaan pasar yang menginginkan munculnya motif-motif baru.
Namun pengrajin batik tidak mampu untuk memenuhinya, sehingga pengrajin hanya
memodifikasi motif klasik hingga tampak seperti baru. Pangsa pasar batik sidoarjo pada
tahun 2000an, banyak para pedagang dari Madura dan daerah sekitar Sidoarjo.  Batik
Sidoarjo menjadi lebih dikenal karena pada tahun 2008 kampung Jetis diresmikan
menjadi “kampoeng batik Jetis Sidoarjo”.

Pada tahun 2000an ini pengrajin batik jetis dituntut konsumen dengan karya-karya
batik yang beraneka motif dan warna. Di tahun 2000an motifmotif yang bertemakan
fauna seperti burung dan serangga menjadi popular. Beberapa motif-motif batik di  tahun
2000an hingga 2010 adalah Motif Kupu-kupu, Capung, Bola, Kipas, Bunga Rumput
Laut, Manggis, Teratai, Bunga Tusuk Sate, Udang Bandeng, dan Burung Pelatuk.  Kini
motif batik Jetis mulai beragam, tidak hanya tentang flora dan fauna atau motif
geometris, sudah mulai bermunculan motif yang benda-benda yang digunakan dalam
keseharian sebagai sumber inspirasinya, seperti motif kipas. Motif kipas ini
melambangkan keanggunan dan menjadi pilihan pada awal 2000an selain motif flora dan
fauna, motif ini banyak disukai oleh konsumen yang berasal dari madura dan daerah-
daerah pesisir lainnya.

Kini motif Asli batik jetis seperti motif beras utah, sekardangan, dan kembang
tebu yang masih menggunakan warna gelap mulai tergeser. Namun tidak hilang begitu
saja, hanya jika ada konsumen yang memesan motif tersebut maka pengrajin baru akan
membuatnya. Sebagian pengrajin saja yang masih melestarikan motif-motif asli batik
Jetis Sidoarjo.
Awal kemunculan batik Jetis Sidoarjo yang paling dikenal adalah batik motif
sekardangan dan warnanya hanya berwarna coklat, biru tua, dan jingga tua. Awalnya
tidak ada motif sekardangan menggunakan warna cerah tapi karena permintaan
pasar/konsumen sehingga para pengrajin membuat warna yang cerah dan menyolok
seperti merah, kuning, biru muda, merah muda, dan jingga.  Dengan memodifikasi
beberapa motif dan warna batik maka akan lebih banyak mendatangkan konsumen.
Untuk memenuhi permintaan pasar/konsumen para pengrajin batik Jetis Sidoarjo memilih
untuk memodifikasi motif klasik dicampur dengan motif yang baru misalkan motif beras
utah dihiasi dengan motif kipas.  Masih ada pengrajin batik yang melestarikan dan
memperkenalkan motif asli Sidoarjo, dan banyak pihak yang menginginkan motif asli
Jetis Sidoarjo dipertahankan, karena motif-motif itulah yang menjadi identitas dan

3. Batik Tuban

Batik Tuban merupakan batik yang paling khas di Jawa Timur, Kenapa? karena
proses pembatikannya dimulai dari bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal
langsung dari kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan
setelah jadi selembar kain lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut Batik Gedog.
Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot tertulis,
sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19.
Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan
biru pada proses pencelupan. Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan
dramatis dan diikuti dengan perubahan pada batiknya, batik Tuban tetap seperti semula.
Batik gedog Tuban kaya motif, warna dan fungsi. Satu ibu rumah tangga di Tuban
memiliki lima lembar kain batik untuk berbagai keperluan berbeda. Di Tuban, terdapat
100 ragam motif batik, 40 diantaranya sudah dipatenkan pemerintah daerah setempat
sebagai upaya pelestarian budaya. Yang juga khas dari batik Tuban adalah konsistensi
perajin untuk melestarikan batik tulis. Mudah saja membedakan batik Tuban, karena
batik yang diaplikasikan pada kain tenun hingga katun, kebanyakan adalah batik tulis.
Hanya beberapa perajin saja yang masih mengaplikasikan batik cap di Tuban.

Masyarakat Tuban, Jawa Timur, mengenal batik dengan sebutan batik gedog.
Gedog berasal dari bunyi dog-dog yang berasal dari alat menenun batik. Perajin batik di
Tuban, secara turun temurun membatik pada kain tenun. Proses pembuatan batik gedog 
Tuban butuh waktu sekitar tiga bulan. Pasalnya, perajin harus melewati proses panjang
memintal benang, menenun, membatik dan pewarnaan dengan bahan alami.

Kekhasan batik tulis tenun Tuban inilah yang dipertahankan perajin dan kolektor
selendang lokcan, Uswatun Hasanah. Uswatun fokus menggeluti dunia membatik dan
membuka kursus membatik sejak 1993. Di bawah bendera Batik Tulis Tenun Gedog
Sekar Ayu, ibu satu anak ini membina 200 perajin di desa Kedungrejo, kecamatan Kerek,
kabupaten Tuban, Jawa Timur.

"Ada 200 perajin di desa Kedungrejo dan sekitarnya. Hanya ada 20 perajin yang
bekerja di rumah, selebihnya ibu perajin bekerja di rumah masing-masing. Anak-anak
perempuan kelas dua SD juga dilatih membatik dan mereka sudah bisa mendapatkan
penghasilan dari membatik. Mereka bisa bersekolah dengan uang sendiri. Meski
membatik, anak-anak harus tetap pulang saat waktunya belajar atau mengaji," jelas
Uswatun kepada Kompas Female usai bincang-bincang pada acara Pameran Kain
Tradisional Indonesia di Museum Tekstil, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Di tangan para perempuan perajin batik, tua dan muda, inilah batik Tuban
kembali punya nama. Dulunya hanya ada tiga desa yang menghasilkan batik khas Tuban.
Namun kini, terdapat 20 desa perajin batik di kabupaten Tuban. Dalam satu minggu,
perajin binaan Uswatun bisa menghasilkan 300 lembar kain batik. Hasilnya di pasarkan
kebanyakan ke Bali.

Ragam motif dan fungsi


Batik tulis tenun Tuban terbagi dua model, kain berukuran dua meter (tapih) dan
selendang. Soal fungsi, kain batik Tuban biasanya digunakan sebagai hantaran
pernikahan dari pihak laki-laki kepada mempelai perempuan. Bagi masyarakat yang
berada, calon pengantin laki-laki biasanya membawa 100 lembar kain batik Tuban.
"Paling sedikit pihak laki-laki membawa lima lembar kain batik sebagai hantaran
pernikahan," lanjut Uswatun. Sementara selendang, biasanya digunakan kaum ibu untuk
menggendong bakul saat ke pasar atau ke sawah. Namun ada juga selendang yang khusus
digunakan untuk menghadiri acara resmi. Karena batik Tuban punya nilai tinggi,
masyarakat Tuban biasanya menyimpan kain batik untuk diwariskan kepada anak-
anaknya.

Mengenai motif, Uswatun menjelaskan, batik Tuban dikenal dengan motif


panjiserong, panjiori atau panjikrendil. Motif inilah yang dulunya dimiliki oleh kalangan
priyayi. Namun kini, batik Tuban bisa dinikmati dan dikoleksi berbagai kalangan dan
lapisan masyarakat, tanpa mengenal status sosial. Ragam motif kain batik Tuban bisa
dimiliki siapa saja yang mampu. Pasalnya, kain batik tulis tenun Tuban memiliki harga
mulai Rp 800.000. Meski begitu, berbagai motif batik Tuban juga bisa dinikmati
masyarakat dengan harga lebih murah. Perbedaannya di bahan dasar kainnya. Motif
panji-panjian ini juga bisa diaplikasikan pada bahan katun atau blacu. Alhasil, harganya
pun menjadi lebih terjangkau, mulai Rp 40.000. Selain motif panji, kain batik (tapih)
dalam bentuk sarung maupun kain panjang di Tuban juga memiliki motif religi seperti
kijing miring dan ilir-ilir.

Selendang batik Tuban juga sama uniknya. Di Tuban dikenal selendang selimun,
lokcan dan kembang waluh. Selendang selimun dipercaya memiliki keampuhan
menyembuhkan demam. Masyarakat biasanya menggunakan selendang selimun untuk
menyelimuti seseorang yang demam tinggi, untuk menurunkan panas. Logikanya, kata
Uswatun, selendang yang dibuat dengan proses pemintalan benang, penenunan, hingga
pewarnaan, semuanya menggunakan bahan alami. Bahan dasar pembuatan batik Tuban
berasal dari kayu-kayuan dan tanaman yang ditanam sendiri oleh para perajin.

Lain lagi dengan selendang lokcan yang mendapat pengaruh dari China.
Selendang ini digunakan masyarakat setempat untuk menyelimuti seseorang yang
disengat kalajengking. Lain lagi dengan selendang waluh, biasanya masyarakat setempat
menggunakan selendang ini untuk upacara ritual membuang sial.

Kain dan selendang batik tulis tenun Tuban biasanya berwarna kecoklatan. Warna
gelap menjadi ciri khas batik gedog dari Tuban. Meski begitu, Anda juga bisa menemui
batik Tuban berwarna cerah. Namun biasanya, batik warna cerah menggunakan bahan
lain di luar kain tenun.

Di luar berbagai tradisi budaya setempat dalam memandang fungsi selendang


batik ini, sejatinya batik Tuban punya kharisma dan keindahan yang khas dan unik.
Selembar kain batik tenun tulis Tuban mewakili kreativitas perajin yang tak pernah mati,
selain juga kegiatan membatik yang mengandalkan bahan dasar dari alam.

4. Batik Banyuwangi

Tak banyak orang yang tahu, bahwa sejatinya Banyuwangi merupakan salah satu
daerah asal batik di Nusantara. Banyak motif asli batik khas Bumi Blambangan. Namun
hingga sekarang, baru 21 jenis motif batik asli Banyuwangi yang diakui secara nasional.
Jenis-jenis batik Banyuwangi itu salah satunya antara lain: Gajah Oling; Kangkung
Setingkes; Alas Kobong; Paras Gempal; Kopi Pecah, dan lain-lain.
Semua nama motif dari batik asli Bumi blambangan ini ternyata banyak dipengaruhi oleh
kondisi alam. Misalnya, Batik Gajah Oling yang cukup dikenal itu, motifnya berupa
hewan seperti belut yang ukurannya cukup besar. Motif Sembruk Cacing juga motifnya
seperti cacing dan motif Gedegan juga kayak gedeg (anyaman bambu). Motif-motif batik
yang ada ini merupakan cerminan kekayaan alam yang ada di Banyuwangi. Motif batik
seperti di Banyuwangi ini tidak akan ditemui di daerah lain dan merupakan khas
Banyuwangi.
Makna Mendalam Batik Khas Banyuwangi

Tour de Banyuwangi Ijen merupakan event wisata besar yang berlangsung di


Banyuwangi. Uniknya, event yang diadakan pada 6-9 mei 2015 ini tidak hanya menjadi
ajang bagi atlet sepeda untuk berlomba menaklukan kelokan-kelokan curam di Gunung
Ijen, Jawa Timur, melainkan juga sebagai ajang untuk mempromosikan budaya dan
produk kerajinan masyarakat.

Ajang ini dapat dilihat sebagai upaya untuk memajukan UMKM di Banyuwangi
lebih maju. Hal ini terlihat dari seputar panggung tempat penyerahan hadiah olahraga.
Selain diisi dengan berbagai pentas tari-tarian khas Banyuwangi seperti tari Gandrung,
ada juga pameran berbagai produk kerajinan khas budaya Banyuwangi, salah satunya
adalah Batik.

Batik Banyuwangi memiliki keunikan tersendiri dibandingkan batik lain yang


tersebar di Kepulauan Indonesia. Warna dasar batik khas banyuwangi adalah merah,
kuning, dan hitam. Keunikan lainnya adalah motif batik Banyuwangi selalu memiliki
motif Gajah Oling. Motif Gajah Oling sendiri memiliki makna filosofis di dalamnya.
Gajah yang berarti hewan yang paling besar dan Oling yang bermakna mengingat atau
eling, jika disatukan berarti untuk selalu mengingat yang Maha Besar.

5. Batik Mojokerto

Batik Mojokerto merupakan sebuah budaya kerajinan batik yang sejarahnya


berkembang dengan masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Keunikan batik Mojokerto
adalah pada nama-nama coraknya yang sangat asing dan aneh di telinga sebagian orang.
Misalnya gedeg rubuh, matahari, mrico bolong, pring sedapur, grinsing, atau surya
majapait. Batik Mojokerto kini memiliki 6 motif yang telah dipatenkan, yakni pring
sedapur, mrico bolong, sisik gringsing, koro renteng, rawan indek dan matahari.
Desain batik itu Mojokerto mengambil corak alam sekitar kehidupan manusia. Misalnya
motif pring sedapur merupakan gambar rumpun bambu dengan daun-daun menjuntai.
Ada burung merak bertengger. Warna dasarnya putih dengan batang bambu warna biru.
Sedangkan daunnya warna biru dan hitam. Demikian pula motif gedeg rubuh, coraknya
mirip seperti anyaman bambu yang miring. Kalau mrico bolong, motifnya berupa bulatan
merica berlubang.
Batik Mojokerto adalah batik khas dari Kota Mojokerto yang memiliki keunikan
yaitu memiliki motif yang digali dari tradisi kebudayaan Kerajaan Majapahit,
mengadaptasi elemen-elemen yang ada dalam Kerajaan Majapahit diantaranya adalah
Surya Majapahit, bunga Teratai, buah Maja, dan masih banyak lagi. Selain itu, motif dari
batik ini mengambil tema dari kehidupan sekitar Kota Mojokerto. Sangat disayangkan
keberadaan batik Mojokerto kurang atau bahkan tidak diketahui oleh masyarakat sekitar
baik yang berasal dari Kota Mojokerto maupun luar Kota Mojokerto. Hanya sebagian
orang yang mengetahui keberadaan dari batik ini dan menyebarkannya dari mulut ke
mulut.

Batik Mojokerto sempat dipamerkan di Australia pada tahun 2007 dan mulai
berkembang dengan sederet nama motif yang unik dan khas seperti Mrico Bolong, Sisik
Gringsing, Pring Sedapur, Surya Majapahit, dan masih banyak lagi. Batik ini memiliki
potensi untuk digunakan sebagai identitas atau ciri khas dari Kota Mojokerto Beberapa
nama motif batik Mojokerto memiliki kesamaan nama motif dengan batik yang berasal
dari daerah lain seperti motif Pring Sedapur ditemukan juga pada batik motif batik lain.
Namun terdapat perbedaan antara motif Pring Sedapur dari daerah Mojokerto dengan
motif Pring Sedapur daerah lain. Dari warna dasarnya, untuk motif Pring Sedapur
Mojokerto menggunakan warna dasar putih dan dominasi warna cokelat pada motifnya
sehingga memiliki kesan klasik sedangkan pada motif Pring Sedapur daerah lain
memiliki warna dasar jingga dengan dominasi warna hitam pada motifnya. Selain itu,
dalam setiap bentukan motif yang ada pada motif Pring Sedapur Mojokerto kaya akan
ornamen dan sudah dimodifikasi untuk menghilangkan kesan kaku berbeda dengan motif
Pring Sedapur Magetan yang masih menggambarkan bentukan motif menyerupai bentuk
aslinya. Kini Pemerintah mulai memperhatikan keberadaan batik ini dan mulai
mengenalkan batik ini kepada masyarakat sekitar melalui pengadaan pelajaran membatik
dan pelatihan membatik untuk anak-anak dan ibu rumah tangga.
Batik Mojokerto merupakan salah satu batik Indonesia, yang konon terlahir di Majapahit,
awalnya adalah batik keraton. Namun seiring runtuhnya kerajaan Hindu batik keraton
Majapahit    menyingkir dari wilayah pusat kerajaan terbesar di Nusantara ini. Mojokerto
sendiri yang merupakan petilasan Majapahit, ditinggalkan oleh para nenek moyang
mereka para empu batik.

Belakangan seni membatik mulai muncul lagi di Mojokerto yang dihidupkan oleh
generasi baru. Dari literatur lama diperoleh catatan bahwa pada tahun 1920-an di daerah
Mojowarno, ada seorang Nyonya berkebangsaan Belanda (tertulis sebagai Mevrouw
Kats) yang membuka kursus batik cap di kalangan masyarakat setempat. Namun batik
cap ini setelah ditelusuri hingga kini berkembangnya justru ke arah Jombang.

Munculnya kembali seni membatik di Mojokerto justru berangkat dari


berkembangnya seni kerajinan (craft) di wilayah ini. Pembatik Mojokerto sendiri banyak
yang tidak tahu apakah batik yang mereka kerjakan itu adalah asli digali dari Mojokerto
atau justru motif-motif yang mereka kerjakan berdasarkan pesanan konsumen sejak
bertahun-tahun yang lalu. Oleh karenanya sulit untuk mengetahui asal usul motif yang
berkembang dan populer di situ. Masalah ini bukan hanya terjadi di Mojokerto saja,
tetapi juga merupakan kendala yang dihadapi di daerah lain.

Namun demikian yang patut diapresiasi kalangan Batik Mojokerto saat ini sedang
berkembang sederet nama motif batik seperti Gedheg Rubuh, Mrico Bolong, Gringsing,
Surya Majapahit, Alas Majapahit, Lerek Kali, Bunga Matahari (kadang hanya disebut
Matahari), Koro Kenteng, Rawan Inggek, Bunga Sepatu, Kawung Cemprot, dan Pring
Sedapur.

Ciri Khas Batik Mojokerto Menurut Ernawati, salah satu pengrajin batik
Mojokerto, motif batik Mojokerto mengambil corak atau motif dari alam sekitar
kehidupan manusia yang mampu memberikan gambaran mengenai ciri daerah Mojokerto.
Beberapa corak atau motif yang digunakan antara lain motif berbentuk bunga teratai yang
merupakan lambang Kerajaan Majapahit, motif berbentuk Surya Majapahit yang
merupakan logo atau lambang dari Kerajaan Majapahit, motif berbentuk buah maja yang
merupakan buah khas Majapahit yang menjadi asal kata Majapahit sendiri, tempat duduk
sembilan dewa pada saat bersemedi, tempat duduk dewa-dewi saat turun ke bumi, dan
masih banyak lagi. Untuk ciri khas motifnya adalah motif Sisik Gringsing dan motif
Mrico Bolong. Dalam satu motif batik Mojokerto, isen-isen yang biasa digunakan adalah
cecek, sawutan, kembang pacar, kembang suruh, dan ukel.
a. Motif Batik Mojokerto

1. Motif Mrico Bolong; Motif ini diberi nama Mrico Bolong karena memiliki latar
berupa bulatan-bulatan kecil seperti merica yang tampak berlubang. Yang menjadi
motif utama adalah burung dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-
kupu. Motif ini diberi warna sogan (dominan berwarna cokelat) sehingga menimbulkan
kesan klasik.

2. Motif Sisik Gringsing; Motif ini diberi nama Sisik Gringsing karena memiliki
latar berbentuk seperti sisik ikan. Yang menjadi motif utama adalah burung dan
bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu. Motif ini memiliki
kesamaan dengan motif Mrico Bolong dari segi motif utama dan motif
pelengkapnya namun yang membedakan keduanya adalah latar dari kedua motif
ini. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan
kesan klasik.

3. Motif Pring Sedapur; Motif ini diberi nama Pring Sedapur yang diambil dari
rumpun bambu yang menjadi motif utama sedangkan motif pelengkapnya
adalah burung merak yang bertengger di rumpun bambu tersebut. Latar dalam
motif ini dibuat dengan cara meremukkan malam yang digunakan untuk
menutup latar kain sehingga warna lain bisa dimasukkan dan menimbulkan
kesan retak-retak. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga
menimbulkan kesan klasik.

4. Motif Rawan Inggek; Motif ini diberi nama Rawan Inggek karena memiliki latar
berupa garis yang berkelok-kelok. Garis yang berkelok-kelok ini disebut rawan, yang
berasal dari kata “rawa” yang mendapat imbuhan “an”. Yang menjadi motif utama
adalah burung dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu dan
surya majapahit.

5. Motif Kawung Rambutan; Motif ini diberi nama Kawung Rambutan sesuai dengan
latarnya, kawung cenderung berbentuk kotak dengan ujung yang agak membulat.
Kawung tampak pada motif garis-garis berbentuk kotak yang terdapat bulatan dengan
srungut-srungut. Dengan adanya srungut-srungut itu maka diberi nama Kawung
Rambutan. Yang menjadi motif utama adalah rangkaian bunga beserta daun-daunnya
sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu.
6. Motif Teratai Surya Majapahit; Motif ini diberi nama Teratai Surya Majapahit
karena menampilkan elemen-elemen yang merupakan lambang dari Kerajaan
Majapahit yang didominasi oleh bunga teratai dan surya majapahit. Yang menjadi
motif utamanya adalah ayam bekisar, bunga teratai, tempat duduk dewa-dewi serta
surya majapahit sedangkan motif pelengkapnya adalah buah maja. Motif ini
menggunakan isen-isen cecek pada latarnya.

7. Motif Kembang Dilem; Motif ini diberi nama Kembang Dilem karena terinspirasi dari
tanaman dilem, berupa daun dan tidak berbunga, yang digunakan untuk pewangi pada
batik sedangkan kembang berasal dari bunga-bunga kecil yang tampak dari motif ini.
Bunga-bunga kecil itu merupakan motif pelengkap dan motif utamanya adalah daun
dilem.
8. Motif Matahari; Motif ini diberi nama Matahari karena didominasi oleh motif
berbentuk bunga matahari. Motif bunga matahari itu merupakan motif utama
sedangkan kupukupu di sini menjadi motif pelengkap saja. Untuk latarnya berupa
warna hitam polos tanpa adanya isenisen.
9. Motif Merak Ngigel; Motif ini diberi nama Merak Ngigel karena motif utamanya
adalah burung merak yang saling berhadaphadapan. Untuk motif pelengkapnya berupa
kupukupu dan bunga-bunga. Latar dari motif ini didominasi oleh isen-isen kembang
pacar dan cecek dengan warna biru.

10. Motif Koro Renteng; Motif ini diberi nama Koro Renteng karena motif utamanya
adalah buah koro yang ditunjukkan oleh bulatan-bulatan kecil bewarna cokelat yang di
dalamnya terdapat isen-isen cecek sebanyak tiga cecek sedangkan renteng menunjuk
pada daun yang di-renteng (disusun berjajar). Motif ini memiliki latar polos bewarna
putih yang terlihat seperti didominasi oleh isen-isen sawutan yang terdapat pada
tepian setiap bentukan motif.
11. Motif Rantai Kapal Kandas; Motif ini diberi nama Rantai Kapal Kandas
karena motif utamanya adalah rantai dan motif pelengkapnya berupa bagian-
bagian kapal yang sudah hancur (kandas). Motif ini memiliki latar polos dengan
warna putih tanpa adanya isen-isen.
12. Motif Daun Talas; Motif ini diberi nama Daun Talas karena motif utamanya
berupa daun talas. Daun talas sendiri merupakan daun dari tanaman umbi-
umbian yang berdaun lebar yang sering dijumpai di Kota Mojokerto. Motif
pelengkap dari motif ini adalah buah talas. Untuk latarnya menggunakan warna
biru dengan isen-isen cecek.
13. Motif Gerbang Mahkota Raja Motif ini diberi nama Gerbang Mahkota Raja
karena terdapat bentukan gerbang dan mahkota raja yang menjadi motif utama
sedangkan motif pelengkapnya adalah bunga teratai, buah maja, ayam bekisar,
dan kupu-kupu. Gerbang disini merupakan pintu masuk ke Kerajaan Majapahit
yang di dalamnya terdapat beragam budaya, mahkota raja sebagai tanda
kebesaran yang dipakai oleh raja-raja Majapahit. Bentukan motif yang ada di
dalam kain batik ini merupakan elemen-elemen dari Kerajaan Majapahit. Untuk
latarnya didominasi oleh isen-isen kembang pacar dan cecek.
14. Motif Surya Majapahit; Motif ini diberi nama Surya Majapahit karena motif
utamanya berupa surya majapahit yang merupakan lambang dari Kerajaan
Majapahit yang sering dijumpai pada candi-candi peninggalan Kerajaan
Majapahit. Surya Majapahit berbentuk cakra segi delapan ini merupakan
gambaran dari 9 dewa yang dipuja oleh penduduk Majapahit. Untuk motif
pelengkapnya berupa buah maja. Latar dari motif ini berwarna hitam polos
tanpa adanya isen-isen.
15. Motif Rawan Klasa; Motif ini diberi nama Rawan Klasa karena latarnya
berbentuk menyerupai anyaman tikar (klasa). Yang menjadi motif utama adalah
sepasang sawat yang menyerupai sayap burung garuda yang memberi kesan
gagah sedangkan motif pelengkapnya berupa daun dan bunga-bunga kecil di
sekitarnya. Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga
menimbulkan kesan klasik.
16. Motif Alas Majapahit; Motif ini diberi nama Alas Majapahit karena
menggambarkan keadaan atau suasana hutan (alas) di mana di dalam hutan
terdapat berbagai hewan dan tumbuhan. Yang menjadi motif utama adalah
motif yang berbentuk hewan dan bunga sedangkan motif pelengkapnya adalah
buah maja, kupu-kupu kecil, dan bunga-bunga kecil. Motif ini memiliki latar
dengan isen-isen cecek.
17. Motif Bin Pecah; Motif ini diberi nama Bin Pecah karena memiliki latar dengan
bentukan seperti ubin dalam keadaan pecah (berbentuk seperti segitiga). Yang
menjadi motif utama adalah rangkaian daun kelapa, burung, dan bunga teratai
sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu. Motif ini diberi warna sogan
(dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
18. Motif Merak Gelatik; Motif ini diberi nama Merak Gelatik karena motif utama
berbentuk burung gelatik yang kecil namun memiliki ekor panjang seperti
burung merak. Motif pelengkapnya adalah bunga-bunga dan daun-daun. Latar
motif ini berwarna putih polos tanpa adanya isen-isen. Motif ini diberi warna
sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
19. Motif Kembang Suruh; Motif ini diberi nama Kembang Suruh karena motif ini
memiliki latar yang didominasi oleh isen-isen kembang suruh. Motif utamanya
adalah bunga dan daun-daun sedangkan motif pelengkapnya adalah kupu-kupu.
Motif ini diberi warna sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan
klasik.
20. Motif Ukel Cambah; Motif ini diberi nama Ukel Cambah karena motif ini
didominasi oleh latar dengan isen-isen ukel yang menyerupai bentuk kecambah.
Motif ini hampir serupa dengan motif Kembang Suruh, hanya terdapat
perbedaan pada isen-isen yang mendominasi latarnya. Motif ini diberi warna
sogan (dominan cokelat) sehingga menimbulkan kesan klasik.
21. Motif Sekar Jagad Mojokerto; Motif ini diberi nama Sekar Jagad Mojokerto
karena motif utamanya berupa bunga teratai, buah maja, dan surya majapahit
yang kesemuanya merupakan elemen dari Kota Mojokerto. Motif pelengkapnya
adalah motif di luar dari elemen-elemen Kota Mojokerto yang sudah ada. Motif
ini terkesan padat dan ramai seperti kondisi alam semesta (jagad raya).
22. Motif Kembang Maja; Motif ini diberi nama Kembang Maja karena motif
utamanya adalah kembang yang diwakili oleh bunga matahari (bunga yang
tidak diberi warna) dan buah maja yang merupakan buah yang menjadi asal
nama Majapahit.

Batik Mojokerto konon telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, namu
seiring runtuhnya kerajaan ini, keberadaan batik Mojokerto mulai tersingkir
keberadaannya. Belakangan seni membatik muncul  dan berkembang lagi di
Mojokerto yang diawali oleh generasi baru yang mewarisi tradisi turun temurun
dari generasi sebelumnya.

Sebagai tradisi yang dimiliki oleh Mojokerto ini patut untuk dijaga kelestariannya
sehingga kelak batik Mojokerto lebih dikenal oleh masyarakat luas.  Hadirnya wacana
baru untuk mengenalkan batik Mojokerto kepada masyarakat secara luas khususnya para
pecinta batik. Diharapkan mampu menarik perhatian sasaran kawulamuda sehingga
mereka mengenal dan ikut melestarikan batik Mojokerto.

B. RAGAM HIAS BATIK DI PROVINSI MADURA

Ternyata, Pulau Madura tak hanya tersohor dengan karapan sapi dan garamnya.
Wilayah yang termasuk Provinsi Jawa Timur ini juga terkenal sebagai penghasil batik. Bahkan,
produk batiknya memiliki ragam warna dan motif yang tidak kalah dengan produksi daerah lain.
Maklum, batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok.
Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki
perbendaharaan motif yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan,
ada sejumlah motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan.

BatikMadura merupakan salah satu kain batikyang sedang populer saat ini. Seperti kita

ketahui, berdasarkanetimologi sendiri kain “batik” diadopsi berdasarkan bahasa Jawayakni

“amba” artinya menulis serta “nitik” merujuk ke dalampembuatan corak, lalu diaplikasikan

melalui media kain. Akan tetapi,batik sendiri ternyata bukan dimiliki oleh Jawa saja. Melainkan

jugadi Madura yang sudah pasti berbeda suku jika dibandingkan denganJawa. Dimana batik khas

Madura memiliki corak dan ciri khas yangbegitu berbeda.

Senibudaya batik khas Madura sendiri diperkirakan telah masuk semenjaktahun 1293, dan terus

berlanjut sampai abad ke-17. Kini kerajaanSumenep yang ada di pulau garam sebagai nama lain

Madura dipimpinArio Prabuwinoko. Melalui Adipati inilah, kain batikMadura sendiri telah

diperkenalkan sebagaibentuk warisan leluhur dengan karakter berbeda dibandingkan batikkhas

suku Jawa. Hal ini bisa jadi dikarenakan sebagai sebuah pulauyang menghasilkan garam, dengan

begitu batik khas Madura lebih banyakbercorak disertai titik yang berwarna putih.

Adapuntitik-titik yang berwarna putih tadi menyerupai butiran garam hasildari pulau
Madura. Belum lagi beraneka ragam ornament flora maupunfauna pun dijadikan corak yang
utama dalam batik tersebut. Jikadilihat secara umum, rancangan batik khas Madura tersebut
terpengaruhdari kebaharian Pulau Madura. Sementara warna hijau biru, kuning danmerah sendiri
merupakan symbol dimana batik tersebut menyesuaikandengan corak alam yang khas dan riil
dari pulau Madura. Bilaberdasarkan filosofi aneka macam warna tadi memiliki arti tertentu.
ArtiWarna BatikMadura
Hijaubiasanya digunakan dalam batik buatan kabupaten Bangkalan. Dimanawarna hijau tersebut
diadaptasi lewat perkembangan agama Islam diPulau Madura. Di samping berdasarkan religi
sendiri, warna hijaubernotasi sebagai warna daun, yang menggambarkan tentang simbol
daridewa kesuburan ketika kerajaan Majapahit di Madura masih berkuasa.Sementara batik
Madurabiru sendiri adalah warna yang bisa diartikan sebagai bentuk warnanatural daerah
kepulauan, dimana warna tersebut mendeskripsikan bahwaMadura dikelilingi oleh bentangan
laut yang biru dan luas.
Warnamerah sendiri tidak hanya berarti berani saja. Melainkanmenggambarkan sifat
masyarakat Madura dengan ciri-ciri tegas, kerasdan kuat sehingga memiliki makna kekuatan
masyarakat Madura yangtegar ketika menghadapi setiap permasalahan. Sementara kuning
sendirimemiliki makna bahwa di beberapa daerah di wilayah Madura digambarkanmemiliki
wilayah cukup subur sebagai wilayah pertanian. Berbedadengan warna kuning yang
digambarkan dalam bentuk padi siap panenyang telah menguning. 
Ditiap daerah yang ada di pulau Madura sendiri, terdapat berbagai macamcorak dengan ciri khas
dari masing-masing. Dimana karakternya dapatdimaknai dalam arti harfiah menurut karakter dari
dongeng lokal.Adapun moti tulis tersebut dikenal juga sebagai sebuah motif lamuk,panji, dan
gejekreng. Berbeda lagi dengan batik Sumenep dan batikSampang dimana mempunyai ciri yang
serupa. Selain itu, corak ataumotif flora maupun fauna juga begitu kental. Perbedaannya
hanyaterdapat ada detailnya penggambaran flora maupun faunanya.
Contohnyasaja batik khas Sumenep sendiri lebih detail menggunakan motif bungateratai
atau ayam bekisar. Sedangkan batik Sampang, memiliki warnalebih bervariasi juga kontras
walaupun corak dari flora maupunfaunanya tak sedetail dari batik Sumenep. Sedangkan batik
khasPamekasan memiliki ciri dari perpaduan beragam motif batik di pulauMadura. Dimana
motifnya sendiri terdapat yang abstrak, gunungan danvintage atau lawasan. Motif kain batik
abstrak, umumnya cenderungbergambarkan garis-garis misalnya serat kayu dan sepintas
memilikiwarna kuning gading bermotif standar.
Padamotif gunung sendiri sebenarnya tak harus dipenuhi oleh motif. Dimanamotif ini artinya

motif beraneka ragam corak dituangkan pada sebuahkreasi ketika membatik. Kain batik

gunungan yakni dengan bentuk penuhmotif diatasnya, sementara di bagian bawah sendiri jarang-

jarang.Terdapat beragam corak maupun warna kain batik khas Madura sebagaitambahan batik

khas nasional.

BatikMaduraBeras Tumpah Warna Biru Tosca

Salahsatu produk batik Maduraadalah batik Madura dengan corak berastumpah berwarna biru

tosca. Kain batik yang dihiasi oleh bungaberwarna-warni yang cerah juga menawan. Dengan

memandang kecantikanwarna birunya ini tentu sangat menyejukkan di mata. Dengan

memakaikain batik khas Madura bercorak beras tumpah ini diharapkan bisamemperoleh rezeki

melimpah. Dimana filosofi dari motif batik inimemang rezeki yang melimpah.

Coraknya yang unik dan mengandung makna yang mendalam menjadikan daya

tariktersendiri bagi para konsumen pencinta batikMadura ini. Batik model ini juga bisa

Andatemukan di Batik Uniqyang menawarkan beragam produk batikkhas Madura yang bernilai

jual tinggi. Anda bisa menggunakan batikberwarna biru tosca ini untuk dijadikan busana ke pesta

ataupun untukacara formal lainnya.

BatikMaduraMendung Pecah Biru Cerah

Batikkhas Madura dengan corak mendung pecah berwarna biru yang cerah inimenyajikan

sebuah warna cerah biru langit di selembar katun yanghalus dan menawan. Belum lagi variasi

pinggiran dari motif bunga yangmemiliki dasar motif berupa mendung pecah termasuk kreasi

batik khasMadura kontemporer. Untuk melihat produk batik khas Madura yangberaneka macam

warna, bisa Anda lihat produknya secara online di batikuniq.com.Batikkhas Madura dibanderol

dengan harga jual yang mahal tentunya sangatwajar, apalagi proses pewarnaannya membutuhkan

waktu yang lama. Belumlagi warna yang digunakan memakai pewarna alami misalnya

mengkudu dansaga. Proses pembatikan membutuhkan 2 kali proses dibagian luarmaupun dalam

di tempat tertentu, misalnya di Tanjung Bumi Bangkalan.Biasanya teknik pembatikan memakai


gentong agar menjadikan warnatampak lebih awet serta kian muncul jika dicuciSaatAnda

memilih batik khas Madura, tentunya jangan pernah ragu bertanyake penjual batik tersebut.

Umumnya mereka pun menjawab dengan detailperbedaan produk batik cap, batik tulis maupun

batik tekstil. Namundi batikuniq.comsendiri Anda cukup melihat kategori produk batik khas

Madura. Denganbegitu Anda bisa membedakan kategori produk tersebut. 

Batiktulis biasanya memiliki motif serupa di bagian dalam dan luarnya.Batik printing

sendiri tergolong lebih lebar pada bagian luar sertatampak sedikit pudar di dalamnya. Sementara

untuk batik cap umumnyamemiliki motif serupa namun tampak sedikit pasaran sebab

memangdiproduksi secara masal untuk kepentingan masyarakat kalanganmenengah ke bawah.

Agar bisa memastikannya Anda bisa melakukanpengecekan secara langsung. BatikUniq menjual

beraneka macam kainbatik di berbagai daerah di Indonesia, termasuk batik khas Madura.Anda

bisa memilih batik Madurasesuai dengan motif dan warna yang Anda sukai. Pastikan pula

memilihbahan terbaik yang berkualitas agar pakaian batik yang Anda beli bisatahan lama dan

awet. Untuk itu, pertimbangkan motif, warna dan budgetuntuk membeli batik khas Madura asli.

BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam hias Batik Di Jawa Timur Dan Madura sangatlah beragam dan banyak
jenisnya,jika kita sebutkan satu persatu takkan pernah habis karena sangat banyak. Setiap
ragam hias sangatlah unik dari cara pembuatannya, sejarah nya, dan cara pewarnaanya
yang masih sangat sederhana.

B. Sarann
Kita sebagai generasi muda patut bangga akan kebudayaan Indonesia, kita harus
melestarikannya hingga anak cucu kita bisa menikmatinya kelak, dan menghindarkannya
darari kepunahan, dan zaman yang semakin modern.

DAFTARPUSTAKA

https://anggunfitrianablog.wordpress.com/2013/10/06/ragam-hias-lampung-kamu-bisa-liat-
di-makalah-inii/

https://gmst-nn.blogspot.co.id/2014/12/makalah-batik.html

https://storify.com/batikuniq/filosofi-warna-batikmadura-dan-pilihan-kain-batik-

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/542/jbptitbpp-gdl-annisapurb-27076-2-2007ta-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai