LP CKD
LP CKD
JAKARTA
2020
KONSEP TEORI
1. Definisi
Chronic Kidney Disease merupakan penyakit ginjal tahap akhir yang
progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan eletrolit
sehingga terjadi uremia (Padila, 2012).
Chronic Kidney Disease adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam
darah atau produksi urin (Wilson, 2012).
Chronic Kidney Disease adalah proses kerusakan pada ginjal dengan
rentang waktu lebih dari tiga bulan (Mahreswati, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Chronic
Kidney Disease (CKD) atau Gagal Ginjal Kronik adalah penyakit yang
menyebabkan fungsi ginjal mengalami penurunan secara progresif dan
mengarah pada penyakit ginjal stadium akhir dimana terjadi kerusakan yang
bermakna pada ginjal dan bersifat tidak dapat pulih kembali seperti normal.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
1) Ginjal
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak dibelakang kavum
abdominalis dibelakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis
III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal
seperti biji kacang, ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kanan terletak
lebih rendah dari ginjal kiri, karena letak hati yang menduduki ruang
lebih banyak disebelah kanan.Setiap ginjal terbungkus oleh selaput
tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus
berwarna ungu tua.Lapisan luar terdapat lapisan korteks (substansia
kortekalis) dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (substansia
medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal piramid.Masing-
masing piramid saling dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis
15-16 buah.
Fungsi ginjal adalah :
a) Membuang sampah metabolisme dari dalam tubuh.
b) Membuang kelebihan air dari dalam tubuh.
c) Membuat dan mengatur hormon eritropoetin (yang berfungsi dalam
pembentukan sel darah merah di sum-sum tulang), enzim renin
(pengatur tekanan darah), kalsitriol (pengatur keseimbangan kadar
kalsium).
d) Mengatur kadar mineral (natrium, kalium), air, dan zat kimia yang
beredar dalam darah.
2) Nefron
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron.Setiap nefron
di mulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus)
yang tertanam pada ujung atas yang lebar pada urinefrus atau
nefron.Dari sini, tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian
lurus.Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat satu
simpai yang di sebut simpai henle.Kemudian, tubulus itu berkelok-
kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubulus distal yang
bersambung dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi
korteks dan medulla, lalu berakhir disalah satu piramidalis. Selama
24 jam nefron dapat menyaring darah 170 liter.
3) Arteri renalis
Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal.Cabang
arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola
aferen serta masing-masing membentuk simpul-simpul dari kapiler-
kapiler di dalam satu badan malphigi yaitu glomerulus. Arteriola
aferen membawa darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam
jaringan peritubular kapiler.Kapiler ini menyuplai tubulus dan
menerima materi yang reabsorbsi oleh struktur tubular.Pembuluh
eferen menjadi arteriola yang bercabang-cabang membentuk jaringan
kapiler di sekeliling tubulus uriniferus.Kapiler ini bergabung
membentuk vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena
kava inferior.
4) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih(vesika urinari), panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terdapat dalam rongga pelvis.
Ureter pada pria terdapat dalam visura seminalis atas dan di silang
oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis.
Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam vesika
urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Ureter pada wanita
terdapat dibelakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial dan
ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk
mencapai fundus vesika urinaria.
5) Vesika Urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) berfungsi sebagai penampung urine,
yang dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.Terletak
di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat atau seperti
buah pir atau kendi, yang berhubungan dengan ligamentum
umbilikus medius.Vesika urinaria terdiri dari fundus,korpus dan
verteks.Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah
luar(peritonium),tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa,
dan lapisan mukosa(lapisan bagian dalam).
6) Uretra
Uretra adalah saluran yang berjalan dari leher kandung kemih ke
lubang luar,dilapisi oleh membrane mukosa yang bersambung dengan
membran yang melapisi kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas
serabut melingkar,membentuk sfingter uretra. Panjang uretra pada
pria ± 17-22,5 cm, sedangkan pada wanita ± 2,5-3,5 cm. (Syaifuddin,
2011)
6. Pemeriksaan Dianostik
a. Urine
1) Volume Urine : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria)
terjadi dalam (24 jam – 48 jam) setelah ginjal rusak
2) Warna Urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya darah.
3) Berat jenis Urine : Kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit ginjal
contoh : glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan
kemampuan memekatkan : menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat.
4) Kreatinin : Peningkatan kreatinin serum menunjukkan kerusakan
ginjal
5) Protein : Proteinuria derajat tinggi (+3 - +4) sangat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila sel darah merah tambahan juga ada. Protein
derajat rendah (+1 - +2) dapat menunjukkan infeksi atau nefritis
interstisial.
b. Darah
1) BUN/Kreatinin : Biasanya meningkat pada proporsi rasio (10 : 1)
2) Hemoglobin : Menurun pada anemia.
3) Sel darah merah : Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan/penurunan hidup.
4) Natrium serum : Biasanya meningkat tetapi dapat bervariasi.
5) Kalium : Meningkat sehubungan dengan retensi urine dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel
darah merah).
6) Magnesium fosfat : Biasanya meningkat.
7) Osmolaritas serum : Lebih besar dari 28,5 m Osm/kg, sering sama
dengan urine.
c. Pielografi intraveni
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut
Smeltzer dan Bare (2012) yaitu :
1. Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi Hipertensi diberikan
antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet), Propanolol (Inderal),
Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses), Beta Blocker, Prazonin
(Minipress), Metrapolol Tartrate(Lopressor),
2. Kelebihan cairan diberikan diuretic diantaranya adalah Furosemid
(Lasix), Bumetanid (Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon),
Chlorothiazide (Diuril),
3. Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil
4. Hiperkalemia diatasi dengan Kayexalate, Natrium PolisterenSulfanat,
Hiperurisemia diatasi dengan Allopurinol,
5. Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol,
alumuniumhidroksida
6. Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat, kalsium
asetat, alumuniumhidroksida, Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan
desmopresin,estrogen,
7. Ulserasi oral diatasi denganantibiotic.
8. Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B
dan C, diet tinggi lemak dan karbohirat
9. Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natriumkarbonat.
10. Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium),
fenitonin (dilantin).
11. Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV
atau SC 3x seminggu), kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan
dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan, androgen (depotestoteron)
untuk pria, transfuse Packet RedCell/PRC
12. Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun
peritonealdialisa.
13. Transplantasi ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
2.1.1 Teori Keperawatan
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu
sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat
maupun sakit (Alligood, Martha R, 2017). Pada dasarnya, diyakini
bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care
dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri,
kecuali bila tidak mampu.
1. Teori Sistem Keperawatan Mandiri
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi
kebutuhan dan menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori
dari Orem tentang Self Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem
dijabarkan ke dalam tiga teori yaitu;
a. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang
sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri adalah suatu
langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang
berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadaannya, keadaan kesehatan dan kesempurnaan.
Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari
seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan
kehidupannya. Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan
penerima self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan
tiga kategori/persyaratan self care yaitu: persyaratan universal,
persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan. Penekanan
teori self care secara umum:
1) Pemeliharaan intake udara.
2) Pemeliharaan intake air.
3) Pemeliharaan intake makanan.
4) Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi
dan eksresi.
5) Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
6) Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi
sosial.
7) Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan
kesehatan manusia.
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia
dalam kelompok sosial sesuai dengan potensinya.
b. Self Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem,
yang menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena
perencanaan keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan.
Bila kasus orang dewasa (pada kasus ketergantungan, orang tua,
pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam melakukan self
care yang efektif. Teori self care deficit diterapkan apabila:
1) Anak belum dewasa
2) Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
3) Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi
untuk masa yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan
kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
c. Nursing System
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care"
pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing
system ditentukan/direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care"
dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self Care".
Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing system:
1) The Wholly compensatory system
Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak
mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan
berespon terhadap rangsangan.
2) The Partly compensantory system
Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami
keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
3) The supportive-Educative system
Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang
memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan
perawatan mandiri.
4) Metode bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan
melalui lima metode bantuan yang meliputi:
a) Acting atau melakukan sesuatu untuk klien.
b) Mengajarkan klien.
c) Mengarahkan klien.
d) Mensupport klien.
e) Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat
tumbuh dan berkembang.
2. Keyakinan dan Nilai-nilai
Keyakinan Orem's tentang empat konsep utama keperawatan
adalah:
a. Klien: individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus
menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat,
pemulihan dari sakit atau trauma atau koping dan efeknya.
b. Sehat: kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutatn
self care yang berperan untuk mempertahankan dan
meningkatkan integritas struktural fungsi dan perkembangan.
c. Lingkungan: tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya
tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan: pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau
kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga
dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care
yang mencakup integritas struktural, fungsi dan perkembangan.
3. Tujuan Keperawatan Mandiri
Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :
a. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
b. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk
memenuhi tuntutan self care.
c. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan,
oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
4. Therapeutic Self Care Demand
Therapeutic Self Care Demand adalah totalitas tindakan self care
yang diperlukan. Self care dilakukan untuk memenuhi Self care
requisities. Ada tiga tipe penyimpangan kebutuhan kesehatan self care
antara lain:
a. Perubahan struktur fisik seseorang.
b. Perubahan fungsi fisik.
c. Perubahan perilaku.
5. Tiga Kategori Self Care
Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care yang
disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu:
a. Universal self care requisite:
Keperluan self care universal dan ada pada setiap manusia dan
berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan,
biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal
requisite yang dimaksudkan adalah:
1) Pemeliaharaan kecukupan intake udara.
Udara adalah self care requisite yang pertama. Pengkajian
udara meliputi fungsi pernafasan. Orem percaya bahwa
inadequate suplay udara akan berakibat pada kondisi kulit,
rambut dan kuku. Pemeriksaan fisik yang jelas dari fungsi
pernafasan dan jantung. Orem juga menginginkan tentang
bagaimana pengaruh udara yang masuk terhadap kesejahteraan
individu. Perawat juga harus mengkaji nilai laboratorium
seperti hemoglobin, hematokrit, eritrosit karena menunjukkan
sirkulasi oksigen klien. Kaji riwayat merokok atau asma.
Tentukan waktu yang tepat untuk bertanya
2) Pemeliharaan kecukupan intake cairan.
Air adalah sel care requisite selanjutnya. Perawat harus
mengkaji terhadap adanya kelebihan atau kekurangan cairan.
Turgor kulit, edema, suara nafas adalah bagian dari
pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya deficit. Tanyakan
pada klien apakah mempunyai riwayat CHF (cronic heart
failure) atau retensi urine. Apakah klien mengalami
peningkatan berat badan yang signifikan atau kehilangan.
Penting juga dikaji berapa banyak kebutuhan cairannya.
3) Pemeliaharaan kecukupan/kebutuhan makanan.
Pengkajian meliputi diet klien, adanya obesitas dan malnutrisi.
Penting dikaji adalah kehilangan berat badan yang signifikan
atau penambahan berat badan. Pengkajian riwayat dietnya
apakah sehat atau kurang baik. Bagaimana status ekonomi
mempengaruhi pola makan klien. Pemeriksaan fisik meliputi
peristaltik usus, rongga mulut, lidah, gigi (caries) dan gusi
(perdarahan, bengkak, halitosis). Apakah klien mempunyai
riwayat ulkus atau perdarah gastrointestinal.
4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi
Bagaiman pola eliminasi klien. Dakah riwayat feces/urine
berdarah, mengalami konstipasi kronik atau diare ? Apakah
klien mempunyai riwayat pembedahan usus atau pengangkatan
kansung empedu ? Pemeriksaan fisik meliputi: bising usus,
tegang pada pelvis dan pembengkakan.
5) Pemeliaharaan keseimbangan antara aktifitas dan istirahat.
Pemeriksaan fisik meliputi kondisi mental dan aktivitas sehari-
hari. Apakah klien jalanya tenang ? Apakah klien tinggal
sendiri ? Pengkajian neurologi. Review pola tidur, tonus otot
dan penyakit pembuluh darah perifer.
6) Pemeliharaan keseimbangan kesendirian dan interaksi social
Apakah klien mengisolasi diri atau adakah keluarga dan teman
menjeguknya ? Pengkajian meliputi gejala depresi dan perilaku
merusak diri. Pengkajian maslah pendengaran, masalah
penglihatan dan keterbatasan fisik. Bila memungkinkan kaji
tentang menstruasi dan penyakit menular seksual dan pada
wanita riwayat kehamilannya. Pengkajian pola hubungan
seksual juga penting.
7) Pencegahan faktor resiko/yang mengancam
Pengkajian meliputi tingkah laku yang buruk seperti alcoholic
dan drugs abuse. Kesulita ambulasi di rumah, tinggal sendiri
tanpa transportasi yang memadai yang beresiko terjadinya
bahaya.
8) Peningkatan fungsi diri dan pengembangan dalam kelompok
social
Pengkajian meliputi bagaimana klien bereaksi sehubungan
dengan sakitnya, apa persepsi klien dengan sakitnya, apakah
klien perhatian, melakukan konseling, apakah klien mengalami
stress atau kecemasan ?
b. Developmental self care requisite
Terjadi berhubungn dengan tingkat perkembangn individu dan
lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan
perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
c. Health deviation self care requisite
Timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan
kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku
self care.
Self Care
R R
Persiapan
Persiapan
Faktor
Faktor
Agen R Permintaan
Self Care Self Care
Demands
R Deficit R
Persiapan
Faktor
Agen
Keperawatan
R : Relations / Hubungan
< : Hubungan Deficit
2.1.2 Pengkajian
Nama Klien :
No.MR
Umur :
Tgl masuk RS :
Tgl pengkajian :
Keluhan Utama :
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit dahulu:
Riwayat Penyakit Keluarga :
Faktor Risiko :
Riwayat Alergi:
Pemeriksaan Fisik :
Diagnostik test :
a. EKG:
b. Foto Rontgen
c. Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa Medis
Terapi Medis
A. Basic conditioning factors (faktor kondisi dasar)
2. Jenis Kelamin
3. Status perkembangan Pada usia lanjut tersebut terjadinya penurunan
fungsi fisik. Dibutuhkan penyesuaian diri terhadap
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, mengatur
kehidupan dan penyesuaian dengan peran sosial.
4. Status Kesehatan Status kesehatan meliputi riwayat sakit pada klien
CKD yaitu riwayat penyakit , Riwayat pengobatan
dan riwayat penyakit kronis lain.
5. Orientasi sosiokultural Faktor sosiokultural sangat mempengaruhi
kesehatan seseorang dalam menentukan pilihan
dalam mencari pertolongan kesehatan. Dalam
masyarakat kita masih menaruh perhatian besar
terhadap pengobatan alternative.
6. Fungsi system Sistem pelayanan kesehatan yang optimal dalam
pelayanan kesehatan hal kemudahan dalam jangkuan dan fasilitas yang
dimiliki sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
penanganan klien yang mengalami CKD. Biaya
pengobatan merupakan masalah tersendiri dan
perlu dikajinya jaminan kesehatan klien
7 Fungsi system Perlu dikaji peran klien dalam keluarga. Misalkan
keluarga Klien sebagai kepala rumah tangga, akan
mengalami kecemasan dalam memenuhi tugas dan
N0 Kebutuhan Data
1 Pemenuhan kebutuhan udara 1. Pengakjian keluhan sesak nafas
yang terjadi akibat kesulitan
untuk bernafas.
2. Inspeksi bentuk thoraks, usaha
nafas dan adanya sianosis.
3. Palpasi ictus cordis.
4. Perkusi batas jantung untuk
menentukan adanya
pembesaran jantung.
5. Auskultasi suara nafas untuk
mengetahui adanya suara
tambahan (wheezing, ronchi,
cracles) dan auskultasi bunyi
jantung untuk megnetahui
frekuensi, irama, kedalaman,
dana adanya gallops.
6. Data diagnostic: hemoglobin,
hematokrit, eritrosit,
pemeriksaan analisis gas darah,
foto thoraks, kateterisasi
jantung, echocardiografi.
7. Adanya riwayat merokok dan
riwayat asma.
C. Developmental self care requisites (kebutuhan perawatan diri sesuai dengan tahap
perkembangan)
no Kebutuhan Data
1 Pemeliharaan perkembangan
lingkungan
2 Pencegahan/pengelolaan kondisi yang
mengancam perkembangan normal
waktu sementara sehingga individu membutuhkan bantuan orang lain. Kebutuhan tersebut
meliputi mencari pengobatan yang tepat, cepat dan aman. Menyadari dampak patologi penyakit,
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu proses pengumpulan data yang diteliti, pengujian
dan analisis data dengan pengkajian yang valid. Masalah keperawatan muncul ketika terdapat
kondisi berkurangnya kemampuan untuk memenuhi self care atau ketergantungan kemampuan
merawat diri (self care deficit). Dalam penatalaksanaanya masalah keperawatan dirumuskan
menjadi diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan tersebut dimaksudkan untuk membuat keputusan kepada klien,
kebutuhan, perkembangan dan perubahan untuk menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan
komponen self care.
Berdasarkan analisis pengkajian dengan menggunakan teori self care dan disesuaikan
dengan pedoman diagnosa keperawatan yang disepakati oleh SDKI, SLKI dan SIKI maka
dirumuskan beberapa diagnose keperawatan klien dengaN CKD, yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi,
perubahan membrane alveolus-kapiler
2. Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan, kelebihan
asupan natrium
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan
G. Intervensi keperawatan
Perawat membuat perencanaan berdasarkan apda tujuan untuk mengatasi self care
deficit. Berdasarkan hal tersebut nursing agency merupakan upaya keperawatan yang dapat
memenuhi kebutuhan klien yang dapat dilakukan dengan cara mengenal kebutuhan klien,
memnuhi kebutuhannya dan melatih kemampuan klien. Bantuan keprawatan dapat diberikan
sesuai dengan tingkat deficit klien yang dialami:
1) Wholly compensatory nursing system.
2) Partly compensatory nursing system.
3) Supportive and educative system.
RENCANA TINDAKAN
Terapi Oksigen
Observasi:
- -Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
STIK ST CAROLUS JAKARTA
Edukasi:
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan cairan
dan haluaran cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian diuretic
-
2. Pemantauan Cairan
Observasi:
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
H. Implementasi keperawatan
Dalam implementasi keperawatan, teori self care Orem memandang sebagai asuhan
kolaboratif yang paling melengkapi anatara klien dan perawat, dimana perawat bertindak
dengan berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien. Dalam pelaksanaannya perawat
dapat memodifikasi berbagai cara untuk dapat memberikan pelayanan yang dapat diterima oleh
klien.
Menurut Orem ada lima metoda untuk memberikan bantuan keperawatan, yaitu:
1) Bertindak langsung memberikan pelayanan keperawatan.
2) Memberikan arahan dan memfasilitasi kemampuan klien dalam memnuhi self
carenya.
3) Memberikan dorongan fisik dan psikologis agar klien dapat mengembangkan
potensinya untuk melakukan self care.
4) Memberikan dan menjaga lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi
klien untuk meningkatkan kemandiriannya.
5) Mengajarkan pada klien berbagai aspek tindakan terkait dengan perawatan diri.
I. Evaluasi keperawatan
Setelah perawatan dilakukan, kegiatan perawat dan penggunaan system keperawatan
harus dievaluasi untuk mendapatkan ide tentang apakah tujuan yang direncanakan bersama
terpenuhi atau tidak. Evaluasi meliputi:
1) Kemapuan klien untuk mempertahankan/memelihara kebutuhan self carenya dan
bagaimana usaha klien untuk mencapainya.
2) Kemampuan klien untuk mengatasi self care deficitnya dan sejauh mana
perkembangan kemandirian klien dalam mecapai tujuannya.
Kemampuan keluarga dalam memberikan bantuan dan dukungan self care jika klien
tidak mampu melakukan secara mandiri.
J. Discharge Planning
1. Kaji pengetahuan dan kesiapan pasien dan keluarganya tentang penyakit dan
tatalaksananya. Berikan informasi sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
2. Beritahu dan ajarkan pentingnya pengukuran asupan dan haluaran cairan. Laporkan
frekuensi, volume dan kelainan yang ada.
3. Beritahu untuk menjaga pola makan yang baik, hindari makanan tinggi lemak (daging,
jeroan, makanan digoreng), hindari makanan tinggi potasium (pisang, jeruk, melon,
tomat, sayuran hijau tua), tinggi sodium/garam (daging diawetkan, asinan, diasamkan),
tinggi fosfat (susu, keju, es krim). Tetapi pertahankan asupan nutrisi yang cukup.
4. Beritahu terapi pengobatan yang diberikan, dosis, efek samping, waktu pemberian, dan
beri catatan untuk lanjutan terapi di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. (2013). Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th
edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:2473-505
Black J. M, Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Buku 3. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika
Bulechek, M.G., et.al (2013). Nursing Interventions Clasification (NIC). Ed 6. Philadelphia:
Elsevier.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. (2011). Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia. Lipincott
William & Wilkins.
Gulanick, Meg & Myers, Judith L. (2014). Nursing Care Plans: Diagnoses, Interventions and
Outcomes. Elsevier Mosby. Philadelphia.
Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2010). Medical Surgical Nursing : Critical Thinking For
Collaborative Care. Fifth edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Sauder.
Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2017). Situasi Penyakit Ginjal
Kronis
Keliat, Budi Ana., et.al (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klarifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta: EGC
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
Lemone, et. al. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Respirasi dan
Gangguan Muskuloskeletal. Volume 4. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lewis, Sharon L et al. (2011). Medical Surgical Nursing. Volume 1. United States America :
Elsevier Mosby.
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.