Tugas 3 Administrasi Keuangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

TRANSPARANSI PENGELOLAAN ANGGARAN

PENDAPATAN BELANJA NEGARA


Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Administrasi Keuangan

Oleh :

NAMA : NUR WAHIDA

NIM : 0411061396

UPBJJ : BATAM

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS TERBUKA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pelayanan masyarakat yang makin meningkat dan berkualitas selalu menjadi
perhatian publik. Sejalan dengan peningkatan pelayanan yang lebih baik ini publik juga
membutuhkan transparansi keuangan. Transparansi keuangan diartikan sebagai
penyampaian informasi keuangan kepada masyarakat luas (warga), dalam rangka
pertanggungjawaban pemerintah, kepatuhan pemerintah terhadap ketentuan dan peraturan
yang berlaku, dan meningkatkan efektifitas pengawasan masyarakat terhadap pembangunan
dan pelayanan. Transparansi keuangan telah menjadi kebutuhan warga dan telah mendapat
perhatian Pemerintah Indonesia. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara (UU17/2003), Indonesia secara formal telah berkomitmen
untuk mengelola keuangan yang mengadopsi pilar-pilar utama tata pemerintahan yang baik
(good governance), yaitu transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan kepatuhan.
Pilar-pilar ini menjadi azas dalam semua peraturan pelaksanaan UU Nomor 17
Tahun 2003. Komitmen pemerintah untuk mendukung pelaksanaan transparansi bahkan
telah direalisir melalui penetapan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (UU14/2008). Sejumlah perangkat aturan pelaksanaan di
tigkat kementrian dan pemerintah daerah telah mengatur bagaimana implementasi
UU14/2008 ini. Walau komitmen dan ketentuan perundangan sudah ditetapkan untuk
mengatur transparansi keuangan, masih banyak masalah dalam implementasi di lapangan.

1.2. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah “Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan
Belanja Negara adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui pentingnya transparansi pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara
 Untuk mengetahui konsep transparansi pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara
 Untuk mengetahui transparansi dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
1.3. PERMASALAHAN
 Mengapa transparansi pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara itu penting?
 Apa konsep transparansi pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara?
 Bagaimana transparansi dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Yang dimaksud dengan konsep transparansi dalam makalah ini adalah


terbukanya akses bagi masyarakat dalam memperoleh informasi mengenai
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban Anggaran
Pendapatan Belanja Negara. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli, yaitu
sebagai berikut.
Lalolo (2003:13) transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan serta hasil yang
dicapai.
Mustopa Didjaja (2003:261) transparansi adalah keterbukaan pemerintah
dalam membuat kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui oleh masyarakat.
Transparansi pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitasantara pemerintah dengan
rakyat.
Mardiasmo dalam Kristianten (2006:45) menyebutkan transparansi adalah
keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktifitas
pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang membutuhkan yaitu masyarakat.
Mardiasmo menyebutkan tujuan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa yaitu :
a. Salah satu wujud pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat
b. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan pemerintahan
c. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan mengurangi kesempatan praktek KKN.

Menurut Kristianten (2006:31), transparansi akan memberikan dampak positif


dalam tata pemerintahan. Transparansi akan meningkatkan pertanggungjawaban para
perumus kebijakan sehingga kontrol masyarakat terhadap para pemegang otoritas
pembuat kebijakan akan berjalan efektif.2.Prinsip-prinsip TransparansiSetidaknya ada
6 prinsip transparansi yang dikemukakan oleh Humanitarian Forum Indonesia (HFI)
yaitu:
a. Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara pelaksanaan,
bentuk bantuan atau program)
b. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail keuangan.
c. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya dalam
perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum.
d. Laporan tahunan
e. Website atau media publikasi organisasi
f. Pedoman dalam penyebaran informasi

Mustopa Didjaja (2003 :261), prinsip transparansi tidak hanya berhubungan


dengan hal-hal yang menyangkut keuangan, transparansi pemerintah dalam
perencanaan juga meliputi 5 (lima) hal sebagai berikut :
a. Keterbukaaan dalam rapatpenting dimana masyarakat ikut memberikan
pendapatnya.
b. Keterbukaan Informasi yang berhubungan dengan dokumen yang perlu
diketahuioleh masyarakat.
c. Keterbukaan prosedur (pengambilan keputusan atau prosedur penyusunan
rancana)
d. Keterbukaan register yang berisi fakta hukum (catatan sipil, buku tanah dll.)
e. Keterbukaan menerima peran serta masyarakat.Kristianten (2006:52)
menyebutkan bahwa transparansi anggaran adalah informasi terkait perencanaan
penganggaran merupakan hak setiap masyarakat.

Hak masyarakat yang terkait penganggaran yaitu :


a. Hak untuk mengetahui
b. Hak untuk mengamati dan menghadiri pertemuan publik
c. Hak untuk mengemukakan pendapat
d. Hak untuk memperoleh dokumen publik
e. Hak untuk diberi informasi
BAB III
PEMBAHASAAN

APA PERLUNYA TRANSPARANSI KEUANGAN?


Ada beberapa penjelasan yang dapat menerangkan mengapa transparansi keuangan
lembaga publik sangat penting: Pertama, untuk meningkatkan kepercayaan (trust). Pemerintah
yang terbuka menyampaikan informasi keuangan kepada publik lebih dipercaya dibanding
pemerintah yang relatif tertutup. Medina and Rufín (2015) menjelakan bahwa “transparency
does have both a direct effect on trust and an indirect effect that is mediated by satisfaction”
Pemerintah yang tertutup dengan informasi keuangan dapat dinilai warga memiliki setumpuk
rahasia penyelewengan keuangan. Pemerintah menutup informasi keuangan dapat diduga kurang
berkompeten dalam mengelola dan melaporkan keuangan. Umumnya, pemerintah yang tertutup
tidak dapat menjelaskan mengapa kinerja pembangunan mereka buruk dan tidak berhasil.
Kedua, untuk meningkatkan pengawasan masyarakat (controlling). Untuk
mengefektifkan pelaksanaan pembangunan warga perlu disertkan dalam pengawasan, dan
pengawasan masyarkat ini akan efektif bila warga masyarakat mendapat informasi tentang
pembiayaan program/kegiatan. Warga menjadi “watch dog” di tingkat lapangan bila perangkat
pemerintah tidak ada disana. Pemerintah mempunyai keterbatasan dalam melakukan
pengawasan program dan kegiatan, dan untuk itu membutuhkan dukungan warga masyarakat.
Ketiga, bahwa warga berhak untuk mendapatkan informasi dan hak untuk mengetahui
(right to inform and right to know). Pasal 14 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia menyatakan “setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”. Hak-hak
warga negara menjadi perhatian dan ukuran kualitas demokrasi di setiap negara. Warga
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dan mengetahui kebijakan, program, dan kegiatan
pemerintah yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada kehidupan warga dan
masyarakat. Keuangan yang dialokasi pemerintah juga harus diinformasikan secara terbuka
(transparan) agar warga dapat menilai kecukupan atau kekurangan untuk membiayai kebijakan,
program, dan kegiatan.

TRANSPARANSI DALAM REGULASI


Transparansi keuangan pertama kali disebut dalam Undang-Undang 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara (UU 17/2003). Dalam penjelasan UU 17/2003 disebutkan bahwa
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian aporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang
memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
Kebutuhan transparansi keuangan pertama kali disebut dalam Undang-Undang 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara (UU17/2003). Dalam UU 17/2003 tersebut transparansi
ditetapkan sebagai salah satu asas bahwa pertanggungjawaban keuangan negara merupakan
keniscayaan. Pemerintah wajib transparan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara. Penyampain laporan keuangan kepada publik merupakan wujud ”transparansi”
dan ”akuntabilitas” pengelolaan keuangan negara. Selanjutnya ditetapkan bahwa dalam rangka
transparansi dan akuntabilitas disusun Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) (UU 1/2004
tentang Perbendaharaan Negara). Definisi transparansi didapatkan dalam Peraturan Pemerintah
yang mengatur Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahunm
2004 (PP24/2004) yang telah diganti melalui PP71/2010. Dalam kedua peraturan ini ditemukan
batasan ”transparansi”:
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang
undangan.

Definisi ini menegaskan bahwa transparansi keuangan merupakan wujud keterbukaan


informasi keuangan kepada publik. Makna yang terkandung bahwa pemerintah sebagai badan
publik harus menyediakan informasi kepada publik. Pertanyaan berikut muncul tentang alasan
”mengapa pemerintah harus transparan kepada warga/masayarakat?” Regulasi menjelaskan
beberapa alasan yang mengharuskan badan publik transparan dalam hal informasi kepada warga
masyarakat.
Alasan-alasan ini diatur dalam Pasal 3 UU 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP).
a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan
pengambilan suatu keputusan publik;
b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan
Badan Publik yang baik;
d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien,
akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;
f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau
g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk
menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

SISI TEORI TRANSPARANSI


Teori keagenan (Agency Theory) diyakini sebagai asal usul pentingnya transparansi
keuangan. Teori keagenanan yang dikenal dalam lingkup manajemen perusahaan menjelaskan
adanya hubungan antara agen (manajer atau pengelola perusahaan) dengan prinsipal (pemilik
modal, pemilik saham). Dalam hubungan keaganen ini, agen yang diberi tugas mengelola
sumber daya perusahaan - termasuk keuangan - sangat mungkin mengambil keputusan yang
menguntungkan diri sendiri, dan mengabaikan kepentingan pemilik (prinsipal). Hal itu dapat
terjadi dalam hubungan keagenan karena agen menguasai banyak informasi terkait sumber daya,
program dan aktivitas operasi perusahaan. Di sisi lain prinsipal yang diasumsikan jauh dari
kegiatan operasional organisasi, tidak terlibat dalam manajemen, dan sangat minim informasi.
Dalam kondisi ini muncul masalah asimetri informasi – kondisi dimana agen memiliki
banyak informasi dan dapat mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri, sedang
prinsipal yang kekurangan informasi sangat mungkin dirugikan dengan keputusan agen. Untuk
itu mereka harus membuat laporan (menyampaikan informasi) kepada pemilik. Informasi yang
disampaikan oleh agen kepada prinsipal harus diuji (diverifikasi) kebenarannya. Informasi yang
terkait dengan keuangan dalam konsep akuntansi dikerjakan oleh pemeriksa ekternal.
Pengertian transparasi juga dikenal dalam administrasi pemerintahan. Krina (2003:14)
menjelaskan transparansi sebagai prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang
untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Menurut
Mardiasmo (2009 : 18) yang mengutip pendapat UNDP menyatakan bahwa transparasi dibangun
atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan
publik secara langsung dapat diperoleh mereka yang membutuhkan. Transparasi dapat diketahui
banyak pihak mengenai pengelolaan keuangan daerah dengan kata lain segala tindakan dan
kebijakan harus selalu dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh umum. Sejumlah temuan
penelitian di berbagai Negara menjelaskan bahwa pemerintah di negara demokrasi telah
menyadari bahwa terciptanya keterbukaan (transparancy) informasi bagi publik berdampak
positif bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan hukum. Transparansi akses informasi
menjadi salah satu hal penting dalam pengawasan terhadap kebijakan dan program pemerintah.
Dalam konsep administrasi publik disebutkan bahwa hak atas informasi meliputi
Mardiasmo (2009):
1. Hak publik untuk memantau atau mengamati perilaku pejabat publik dalam menjalankan
fungsi publiknya (right to observe);
2. Hak publik untuk mengakses informasi (public access to information);
3. Hak publik untuk berpatisipasi dalam proses pembentukan kebijakan (right to participate);
4. Kebebasan berekspresi yg salah satunya diwujudkan kebebasan pers (free & responsible
pers);
5. Hak publik untuk mengajukan keberatan apabila hak di atas diabaikan (right to appeal) baik
melalui administrasi maupun adjudikasi (menggunakan sarana pengadilan semu, arbitrasi
maupun pengadilan).

FAKTOR YANG MENDESAK TRANSPARANSI KEUANGAN


Desakan transparansi keuangan dalam satu dekade terakhir makin menguat karena
beberapa faktor. Faktor pertama ialah tuntutan publik untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas
belanja publik. Publik semakin sadar bahwa kebijakan yang dijalankan pemerintah termasuk
kebijakan belanja harus mendapat pengawasan ketat, karena hanya dengan pengawasan yang
baik pemerintah semakin berhati-hati dalam merencanakan dan melaksanakan belanja.
Pengawasan masyarakat terhadap kebijakan publik ini hanya dimungkinkan bila tercipta
transparansi keuangan daerah.
Faktor kedua, bahwa warga semakin sadar untuk berperan dalam mengawasi dan
mendorong pemberantasan korupsi. Berbagai regulasi telah memberi peluang kepada warga ikut
menyuarakan pemberantasan korupsi. Dampak korupsi telah dipahami banyak warga, dan
jumlah ini terus bertambah karena berbagai penyiaran dan kampanye melawan korupsi selama
ini. Informasi yang transparan tentang keuangan akan membantu publik mengawasi prilaku
korupsi. Faktor ketiga, transparansi keuangan juga semakin dimungkinkan oleh kemajuan
teknologi informasi. Penyajian informasi kepada publik banyak dipermasalahkan karena
tingginya biaya untuk memproduksi informasi.
Dengan perkembangan teknologi terutama teknologi informasi – seperti internet – maka
permasalahan tingginya biaya informasi ini sudah dapat diatasi. Warga juga dapat memperoleh
biaya informasi yang murah dengan mengakses informasi dengan menggunakan perangkat
warnet dan modem yang makin banyak tersedia di perkotaan. Faktor keempat ialah
ditetapkannya perundangan tentang keterbukaan informasi publik - KIP (UU 14/2008). Lahirnya
undang-undang tentang KIP semakin memperjelas kebijakan Negara untuk melaksanakan
transparansi informasi. KIP ini secara meluas telah disebarkan ke warga masyarakat, dan mereka
terus menanti wujud dan janji pemerintah ini.
Faktor kelima ialah kebebasan menyatakan pendapat. Dalam alam demokrasi sekarang
ini kebebasan menyatakan pendapat semakin disadari oleh banyak orang. Pernyataan pendapat
ini diwujudkan dalam bentuk tulisan atau lisan yang menuntut hak-hak publik, termasuk hak
memperoleh informasi. Dengan semakin luasnya kebebasan menyatakan pendapat, maka
diperkirakan warga yang sadar dan menuntut hak memperoleh informasi akan semakin
meningkat di masa yang akan datang.

RESISTANSI TERHADAP TRANSPARANSI


Perlawanan terhadap transparansi (resistensi) dapat muncul karena beberapa alasan.
1. Ketakutan akan dampak tranparansi informasi.
2. Pertimbangan bahwa warga tidak membutuhkan informasi keuangan,
3. Pertimbangan bahwa warga tidak memiliki pengetahuan untuk memahami informasi
keuangan,
4. Transparansi dapat mengecilkan kuasa dan peran yang telah dimiliki elit dan pengambil
kebijakan publik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN
a. Transparansi sudah menjadi tuntutan publik untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas belanja publik.
b. Transparansi keuangan harus diterapkan dalam tiga tahapan siklus keuangan yaitu:
tahapan penganggaran, tahapan pelaksanaan, dan tahapan pelaporan.
c. Warga semakin sadar untuk berperan dalam mengawasi dan mendorong pemberantasan
korupsi karena sudah terbukti korupsi sangat merugikan rakyat.

4.2. SARAN
a. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara harus dibuat se-transparan mungkin
untuk menghindari penyalahgunaan anggaran.
b. Perencanaan harus memperhatikan penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
dari segi ekonomi maupun sosial.
c. Dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara pemerintah harus melibatkan
masyarakat.
2.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

http://digilib.unila.ac.id

https://media.neliti.com

https://www.kemenkeu.go.id

https://media.neliti.com/

Anda mungkin juga menyukai