Makalah Maternitas Ii
Makalah Maternitas Ii
Makalah Maternitas Ii
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologis dari radang
panggul
2. Dapat mengetahui jenis, gejala, klasifikasi penatalaksanaan, dan cara
pencegahandari radang panggul.
3. Kita dapat memahami lebih lanjut dari radang panggul
BAB II
PEMBAHASAN
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang
krisis.
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend
dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Trend Issue Kepereawatan Maternitas terkait Masalah Kesehatan Wanita. Menurut
Menkes RI di pidatonya pada acara Upacara Peringatan Hari Kartini pada 20 April
2018, berdasarkan data Riskesdas 2013, di Indonesia masih terdapat masalah
tingginya angka anemia pada perempuan sebesar 23,9%, anemia ibu hamil 37,1%;
Kurang Energi Kronik (KEK) pada Wanita Usia Subur 20 ,8%, KEK pada Ibu Hamil
24 ,2%.
2.2 Definisi
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi,
ovarium,miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang
paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa
(Sawarno, 2011).
2.3 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam
hitungan hariatau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.
Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yangm
enyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri iniadalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksikarena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanandari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darahmenstruasi).
Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab
PID.yang termasuk dantaranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus agalactiae
peptostreptokokus bakteroides dan mycoplasma genetalia patogen genetalia lain
yangmenyebabkan PID adalah haemaphilus influenza dan haemophilus
parainfluenza actinomices diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan
AKDR. PID mungkin juga disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang
disebabkan Mycobakterium tuberkulosis dan Schistosoma.
2.4 Faktor resiko
Terdapat beberapa faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.
PID yang timbul setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas
seksual berjumlah sekitar 85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa
misalnya AKDR atau kuretase
Usia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang di sebabkan olehkurangnya
kestabilan hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas. Faktor resiko
lainnya yaitu pemasangan alat kontrasepsi, etnik, status postmaterialdimana resiko
meningkat 3 kali di banding yang tidak menikah, infeksi bacterialvaginosis, dan
merokok. Peningkatan resiko PID di temukan pada etnik berkulit putihdan pada
golongan sosio ekonomi rendah. PID sering muncul pada usia 15 – 19 tahundan pada
wanita yang pertama kali berhubungan seksual.
Pasien yang digolongkan memiliki faktor resiko tinggi untuk PID adalah wanita
diusia 25 tahun, menstruasi, memiliki pasangan seksual yang multiple, tidak
menggunakan kontrasepsi, dan tinggal di daerah yang tinggi prevelensi penyakit
menular seksual. PID juga sering timbul pada wanita yang pertama kali berhubungan
aseksual. Pemakain AKDR meningkatkan resiko PID
2 – 3 kali lipat pada 4 bulan pertama setelah pemakaian namun kemudian resiko
kembali menurun. Wanita yangtidak berhubungan seksual secara aktif dan telah
menjalani sterilisasi tuba, memilikiresiko yang sangat rendah untuk PID.
2.5 Patofisiologis
Faktor resiko meningkat pada wanita dengan pasangan seksual multiple , punya
riwayat penyakit seksual sebelumnya, pernah PID, Riwayat pelecehan seksual
usiamuda, dan mengalami tindakan pembedahan. Usia muda mengalami
peningkatanresiko akibat dari peningkatan permeabilitas mucosal serviks, zona
servical ektopiyang lebih besar, proteksi antibody chalamidya yang masih rendah, dan
peningkatan berlaku beresiko. Prosedur pembedahan
dapat menghancurkan barrier servical, sehingga menjadi predisposisi terjadi infeksi.
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan adalah :
1. Salpingitis
Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena
infeksiadnexa yang berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam
keadaan septic syok, bitemukan 2 minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis
dan abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan
nyeri.
2.7 Gejala dan Diagnosis
Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah nyeri abdominopelvik.
Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina, atau perdarahan, demam,
menggigil, serta mual dan disuria. Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis
PID sulit karena kaluhan dan gejala-gejala yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada
pasien dengan nyeri tekan serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis dengan
akurat hanya 65%. Karena kaibat buruk PID terutama infertilitas dannyeri panggul
kronik, maka PID harus di curigai pada perempuan beresiko danditerapi secara
agresif. Kriteria diagnosis diagnostic dari CDC dapat membantuakurasi diagnosis dan
ketepatan terapi.
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut : (ketiga tiganya
harus ada)
Kriteria tambahan seperti berikut adalah dapat di pakai untuk menambah spesifisitas
kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.
Suhu oral < 38,3Oc
Cairan serviks atau vagina tidak normal mukokurulen.
Leukosit dalam jumlah banyak pada pemeriksaan mikroskop sekter
vaginadengan salin
Kenaikan laju endap darah
Protein reaktif – C meningkat
Dokumentasi laboraturium infeksi serviks oleh N. gonorrhoeae atau C.
trachomatis
1. Tumor adnexa
2. Apendicitis
3. Servicitis
4. Kista ovarium
5. Tersio ovarium
6. Aborsi spontan
7. Infeksi saluran kemih
8. Kehamilan ektopik
9. Endometriosis
2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi perenteral
Rekomendasi terapi parenteral A
Sevotetan 2 g intavena setiap 12 jam atau
Sevoksitin 2 g intravena setiap 6 jam di tambah
Doksisiklin 100 mg oral atau parenteral setiap 12 jam
Rekomendasi terapi parenteral B
Klindamisin 900 mg setiap 8 jam di tambah
Gentamicin dosis muatan intravena atau intramuskuler ( 2mg / kg BB)
diikutidengan dosis pemeliharaan ( 1,5 mg / kg BB) Setiap 8 jam.
Dapat diganti denagn dosis tunggal harian.
Terapi parenteral alternative
Tiga terapi alternatif telah di coba dan mereka mempunyai cakupan
spektrum yang luas
Levofloksasin500 mg intravena 1X sehari dengan atau tanpa
metronidazole 500mg intravena setiap 8 jam atau
Ofloksasin 400 mg intravena stiap 12 jam dengan atau tanpa
metronidazole 500mg intraven setiap 8 jam atau
Ampisilin/sulbaktam 3 mg intavena setiap 6 jam di tambak Doksisiklin
100 mgoral atau intravena etiap 12 jam. b.
b. Terapi oral Terapi oral dapat di pertimbangkan untuk penderita PID atau
sedang karena kesudahan klinisnya sama dengan terapi parenteral. Pasien
yang mendapat terapidan tidak menunjukkan perbaikan setelah 72 jam
harus dire-evaluasi untuk memastikan diagnosisnya dan diberikan terapi
parenteral baik dengan rawat jalan maupun inap.
Rekomendasi terapi A
Levofloksasin 500 mg oral 1X setiap hari selama 14 hari atau
ofloksasin 400 mg2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
Metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari
Rekomendasi terapi B
Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal di tambah
doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau tanpa
metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari atau
Sefoksitin 2 g intramuscular dosis tunggal dan probenosid di
tambah doksisiklin oral 2x sehari selama 14 hari dengan atau
tanpa metronidazole 500 mg oral 2x sehari selama 14 hari atau
Sefalosporin generasi ketiga (missal seftizoksim atau
sefotaksim) di tambah doksisiklin oral 2x sehari selam 14 hari
dengan atau tanpa metronidazole 500mg oral 2x sehari selama
14 hari.
B. PADA WANITA HAMIL
Pada ibu hamil yang terkena radang panggul tidak boleh di berikan antibiotic Dan
kemungkinan akan di lakukan terminasi.
Pada ibu menyusui yang terkena radang panggul boleh di berikan antibiotic, seperti
Infertilitas : resiko infertile setelah terkena PID jumlah dan tingkat keparahannya
Kehamilan ektopik
Nyeri panggul kronis
Perihepatitis ( sindrom fitz- hugh Curtis ) : menyebabkan nyeri kuadran kanan atas
Abses tubo ovarium
Reiter’s syndrome ( reaktif arthritis )
Pada kehamilan : PID dikaitkan dengan peningkatan
persalinan prematur, danmorbiditas ibu dan janin
Neonatal : transmisi perinatal C. trachomatis atau N. gonorrhoeae dapat
menyebabkan ophthalmia neonatorum pneumonitis clamidia juga bisa terjadi
2.10 Cara pencegahan
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal kesehetan Andalas
Volume : 3
Nomor : 2
Halaman : 15-19
Tahun Penerbit : 2018
Judul Jurnal : Hubungan Infeksi Chlamydia trachomatis dengan kejadian abortus
spontan di RSUD DR. Rasidin dan RSIA Siti Hawa Padang
Nama Penulis : Wenny Nursa Octarina
Identitas Jurnal
Volume : 5
Nomor : 2
Halaman : 77 - 85
Identitas Jurnal
Volume : 23
Nomor : 2
Halaman : 69 - 74
Jurnal 1 : Sasaran pada semua ibu hamil dengan abortus spontan di RS dr. rasidin
padang dan RSIA Siti Hawa Padang
Isi dari jurnal singkat, padat dan jelas. Penggunaan kata yang tepat dan baku.
Menerapkan kerapian dalam penulisan. Sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah/jurnal.
Secara keseluruhan jurnal memiliki kelebihan yang menonjol. Kelebihan yang lain
adalah dilihat dari metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif menyajikan
sebuah data dengan sangat valid.
Dalam jurnal penelitian yang bersifat kualitatif sudah ada tetapi sampel kurang banyak,
sehingga jurnal belum bisa dipertanggung jawabkan. Selain itu beberapa jurnal ini
belum ada penggolongan usia dalam setiap kategori topic yang dimiliki dan juga pada
jurnal belum ada penyebab secara spesifik topic yang dibahas pada jurnal pada jurnal.
3.5 Pembaharuan
Dalam jurnal penelitian ada beberapa kesenjangan yang terjadi seperti belum ada
penggolongan usia dalam setiap kategori dan belum ada penyebab secara spesifik, jadi
sebaiknya jika ada penggolongan usia kita bisa memahami usia dan kategori secara
spesifik selain itu jika ada penyebab secara spesifik kita akan lebih memahami isi jurnal
dan bisa mengerti penyebab apa yang dimaksud dengan PID
3.6 Permasalahan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Radang Panggul (PID: Pelvic Inflammatory Disease) adalah infeksi padaalat
genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi endometrium, tubafalopi,
ovarium,miometrium, parametria, dan peritonium panggul. PID adalah infeksi yang
paling peting dan merupakan komplikasi infeksi menular seksual yang paling biasa.
(Sarwono,2011; h.227)Pelvic Inflamatory Diseases (PID) adalah infeksi alat
kandungan tinggi dari uterus,tuba, ovarium, parametrium, peritoneum, yang tidak
berkaitan dengan pembedahan dankehamilan. PID mencakup spektrum luas kelainan
inflamasi alat kandungan tinggitermasuk kombinasi endometritis, salphingitis, abses
tuba ovarian dan
peritonitis pelvis. Biasanya mempunyai morbiditas yang tinggi. Batas antara infeksi re
ndah dantinggi ialah ostium uteri internum (Marmi, 2013; h.198)Terdapat beberapa
faktor resiko PID , namun yang utama adalah aktivitas seksual.PID yang timbul
setelah periode menstruasi pada wanita dengan aktivitas seksual berjumlah sekitar
85% sedangkan 15% di sebabkan karena luka pada mukosa misalnya AKDR atau
kuretaseResiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. Wanita
denganlebih banyak dari 10 pasangan seksual cenderung memiliki pningkatan resiko
sebesar 3kali lipat.Keluhan atau gejala yang paling sering di kemukakan adalah
nyeriabdominopelvik. Keluhan lain berfariasi, antar alin keluarnya cairan vagina,
atau perdarahan, demam, menggigil, serta mual dan dysuria.
Demam terlihat pada 60% – 80% kasus. Daignosis PID sulit karena kaluhan dan
gejala-gejala yang di kemukanan sangat berfariasi.Pada pasien dengan nyeri tekan
serviks, uterus, dan adneksa, PID didiagnosis dengan akurat hanya 65%. Karena
kaibat buruk PID terutama infertilitas dannyeri panggul kronik, maka PID harus di
curigai pada perempuan beresiko dan diterapisecara agresif. Kriteria diagnosis
diagnostic dari CDC dapat membantu akurasidiagnosis dan ketepatan terapi
3.2 Saran
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar PID dan bagaimana cara
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/53420488/Pelvic-Inflammatory-Disease
https://www.academia.edu/35281859/Makalah_radang_panggul?auto=download