#1. Modul MI 5 Sosialisasi Dan Advokasi PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MI-5

Modul
Sosialisasi dan Advokasi
Renja PD Bidang Kesehatan
Pelatihan Perencanaan Pembangunan
Kesehatan Kabupaten/Kota

Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian


1|Page Kesehatan
Tahun 2020
DAFTAR ISI

No URAIAN Halaman

I Deskripsi Singkat 3

II Tujuan Pembelajaran 3

III Pokok Bahasan 4

IV Bahan Belajar 4

V Langkah Kegiatan Pembelajaran 5

VI Uraian Materi 6

1. Pokok Bahasan 1: 6
Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Perencanaan

2. Pokok Bahasan 2: 11
Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
3. Pokok Bahasan 3: 15
Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan

VII Evaluasi Hasil Belajar 22

VIII Rangkuman 22

IX Referensi 22

2|Page
I Deskripsi Singkat
Adanya program kesehatan yang dinilai kurang berhasil atau gagal sering disebabkan
oleh karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di
tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten/kota, atau kecamatan). Kurangnya
dukungan tersebut berakibat rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan,
kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi
kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau
komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan
upaya yang disebut advokasi.

II Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan sosialisasi dan advokasi
Renja PD Bidang Kesehatan kepada lintas sektor dan lintas program.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti pembelajaran materi inti ini peserta dapat
1. Menjelaskan prinsip-prinsip komunikasi
2. Melakukan Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
3. Melakukan advokasi Renja PD Bidang Kesehatan

3|Page
III
22
Pokok Bahasan
Materi ini membahas tentang:
1. Prinsip-prinsip komunikasi
2. Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
a. Pengertian dan tujuan sosialisasi
b. Pendekatan sosialisasi
c. Tahapan sosialisasi
3. Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
a. Pengertian dan tujuan advokasi
b. Pendekatan utama advokasi
c. Persiapan advokasi
d. Metode advokasi
e. Tahapan advokasi
f. Advokasi Politis Rencana Kerja Perangkat Daerah

IV Bahan Belajar
Bahan belajar materi ini
1. Bahan tayang
2. Modul MI 5
3. Petunjuk Latihan
4.
I Deskripsi Singkat UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5. Perpres 72 tentang Sistem Kesehatan Nasional
6. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
II Tujuan Pembelajaran

4|Page
V Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah kegiatan pembelajaran untuk materi ini terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu pembuka,
penyajian, dan penutup.
1. Pembuka sesi pembelajaran, fasilitator:
 menyapa peserta
 melakukan bina suasana menaikkan semangat peserta dan mengajak fokus
I Deskripsi Singkat

peserta
II Tujuan Pembelajaran

 memperkenalkan diri
 Menyampaikan tujuan pesertaan dengan menggunakan bahan tayangan dan
deskripsi singkat materi yang akan didapatkan
2. Penyajian, fasilitator:
 Mengawali sesi paparannya dengan melakukan apersepsi tentang materi yang
akan dibahas dengan mengajukan pertanyaan tentang pengalaman peserta dalam
sosialisasi dan advokasi Renja PD kepada lintas sektor dan lintas program
selanjutnya peserta diminta memberikan komentar terhadap pertanyaan fasilitator
3. Penyampaian pokok bahasan 1: Prinsip-prinsip komunikasi
 Fasilitator menjelaskan konsep advokasi meliputi Pengertian advokasi, Tujuan
advokasi, Metode advokasi,
 Fasilitator memberi kesempatan bertanya pada peserta
4. Penyampaian pokok bahasan 2: Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
 Fasilitator menjelaskan Pengertian dan tujuan sosialisasi, Pendekatan sosialisasi,
Tahapan sosialisasi
 Fasilitator memberi kesempatan bertanya pada peserta
5. Penyampaian Pokok bahasan 3: Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
 Fasilitator menjelaskan Pengertian dan tujuan advokasi
 Fasilitator menjelaskan Pendekatan utama advokasi
 Fasilitator menjelaskan Persiapan advokasi
 Fasilitator menjelaskan Metode advokasi
 Fasilitator menjelaskan Tahapan advokasi
 Fasilitator menjelaskan Advokasi Politis Rencana Kerja Perangkat Daerah
 Fasilitator memberi kesempatan bertanya pada peserta

5|Page
6. Penutup sesi,fasilitator
 merangkum sesinya dengan mengajak peserta untuk mengulang hal-hal yang
penting dalam Penyusunan anggaran untuk urusan kesehatan daerah menutup sesi
dengan ucapan terima kasih dan permintaan maaf,

VI Uraian Materi
Berikut ini uraian dari setiap pokok bahasan pada materi ini

Pokok Bahasan 1: Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Perencanaan


Komunikasi adalah proses penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. Para ahli
mendefinisikan komunikasi sebagai proses, karena komunikasi merupakan kegiatan yang
ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran dan perpindahan. Berdasarkan definisi
tersebut, terdapat 5 (lima) unsur yang harus ada dalam komunikasi, yaitu
1) Komunikator (yang menyampaikan pesan),
2) Pesan (apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima),
3) Media (wahana/alat untuk menyampaikan pesan),
4) Komunikan (penerima pesan), dan
5) Efek (apa dampak/Efek yang ditimbulkannya kepada komunikan setelah menerima
pesan).
Untuk dapat menyampaikan pesan dengan baik, komunikasi harus dilakukan secara
efektif.

Komunikasi efektif adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada penerima


pesan/komunikan, dimana pesan itu dapat dimengerti dengan baik oleh kedua pihak dan
merubah perilaku, sikap, dan pengetahuan penerima pesan sesuai harapan pemberi
pesan/komunikator. Agar komunikasi dapat berjalan dengan efektif, ke 5 (lima) unsur
komunikasi di atas harus dipenuhi. Dalam komunikasi yang efektif perlu diperhatikan
bahwa adanya Information over flow dan dengan didasari oleh kepentingan dan
kebutuhan serta minat dan ketertarikan informasi, secara otomatis terjadi Information
filter processing. Oleh karena itu seorang komunikator dituntut semakin pintar dan kreatif
dalam menyampaikan informasinya agar informasi itu mendapatkan efek yang diharapkan.
Ada 5 (lima) Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication) yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. R: Respect (saling

6|Page
menghargai), E: Empathy (kemampuan memahami), A: Audible (dapat didengar/dapat
mendengarkan dengan baik), C: Clarity (Jelas) dan H: Humble (rendah hati).

Salah satu pendekatan untuk komunikasi efektif adalah dengan Neuro Linguistic
Programming (NLP). Dalam pendekatan NLP terutama tentang 3 pilar komunikasi yang
unsurnya terdiri dari bahasa tubuh, intonasi suara dan isi dari pesan tersebut. Hasil riset
Mehrabion, dalam komunikasi tatap muka (presentasi), kesan terpenting adalah adalah
visual: bahasa tubuh (55 %), dikuti oleh vokal: voice intonasi (38%) dan yang terakhir
adalah verbal: kata-kata (7%). Komunikasi akan berlangsung efektif bila memperhatikan
hal tersebut, yaitu fokus pada isi pesan dan cara penyampaian pesan. Untuk dapat
melakukan komunikasi efektif, maka kita juga harus mengenal sistem representasi yang
disukainya (preference system) apakah visual, auditori dan kinestetik.
Dalam satu organisasi, komunikasi harus dikelola dengan baik secara terprogram dan
berkelanjutan, sehingga komunikasi organisasi dapat efektif. Komunikasi organisasi yang
efektif akan mampu :
1. Meningkatkan produktivitas di tempat kerja yang sekaligus meningkatkan
keberhasilan organisasi sesuai tujuan organisasi
2. Menyelesaikan konflik. Jika organisasi menghadapi masalah, krisis dan konflik antar
karyawan yang menyebabkan penundaan pekerjaan; hal ini menyebabkan
pemborosan sumber daya dan menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan.
Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat mencegah dan menyelesaikan konflik
yang diselesaikan melalui diskusi bersama.
3. Mengembangkan kualitas karyawan dan lingkungan kerja yang ramah, memberikan
kesempatan dan dorongan pada karyawan untuk mengungkapkan ide-ide,
memberikan umpan balik, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik,
memberikan penghargaan merupakan beberapa contoh komunikasi efektif yang pada
akhirnya dapat memberikan kepuasan kerja dan peningkatan kualitas karyawan. 
Membentuk hubungan profesional dan lingkungan kerja yang kondusif. Karyawan
dan pimpinan dalam suatu organisasi harus berkomunikasi secara jelas, terbuka, dan
jujur. Pimpinan membangun hubungan kerja yang menyenangkan sehingga
karyawan tidak ragu untuk menyelesaikan pekerjaan dan membentuk hubungan
yang baik.

7|Page
Dalam komunikasi, kecepatan dan ketepatan suatu komunikasi tentu saja berkaitan erat
dengan efektifitas komunikasi. Oleh karenanya, kita bisa memperhatikan bagaimana
contoh komunikasi yang efektif di dalam organisasi, sebagi berikut:
1. Tidak Keluar Konteks.
Komunikasi organisasi harus memiliki tujuan yang jelas sehingga membuat proses
tersebut tidak keluar konteks.
2. Penggunaan Kalimat yang Sederhana
Penggunaan kalimat yang sederhana memiliki makna bahwa komunikasi yang dilakukan
hendaknya tidak terlalu bertele-tele.
3. Melihat Latar Belakang Komunikan.
Latar belakang komunikan juga perlu diketahui untuk mempermudah proses komunikasi
yang akan kita lakukan.
4. Memperhatikan Bahasa Tubuh.
Bahasa tubuh juga perlu kita perhatikan. Isyarat-isyarat non-verbal seperti misalnya
pandangan yang kurang antusias, tangan yang menutup, ini akan mempengaruhi juga
proses komunikasi organisasi yang akan dilakukan.
5. Kontrak Waktu yang Jelas.
Penetapan kontrak waktu yang jelas adalah contoh komunikasi efektif dalam organisasi.
Kita bisa mengatakan bahwa “saya membutuhkan 10 menit untuk berdiskusi dengan
Anda” sehingga komunikasi kita bisa lebih memiliki target. Kontrak waktu menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi.
6. Penggunaan Strategi Komunikasi.
Strategi komunikasi organisasi yang tepat juga diperlukan dalam koordinasi. Perhatikan
jenis komunikasi yang akan digunakan, apakah komunikasi vertikal, horizontal atau
keluar.
7. Pemanfaatan Media Komunikasi.
Media komunikasi bisa dimanfaatkan untuk membuat penyampaian informasi dengan
tepat.
8. Evaluasi Komunikasi.
Setelah proses komunikasi dilakukan, jangan lupa lakukan evaluasi dengan membuat
validasi informasi yang sudah dikirimkan apakah sama atau ada perbedaan tertentu.
Hal ini penting supaya ketika ada kesalahan informasi, bisa segera dilakukan klarifikasi.

8|Page
Setiap proses komunikasi memiliki fungsi. Setidaknya ada delapan fungsi komunikasi dalam
setiap proses komunikasi yang terjadi. Fungsi komunikasi antara lain adalah:
1. Informasi
Setiap orang memerlukan informasi mengenai berbagai hal yang ada di lingkungannya.
Proses komunikasi tentunya memudahkan orang untuk bisa memperoleh informasi.
2. Sosialisasi
Proses komunikasi membuat masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab satu sama lain.
Proses komunikasi membuat masyarakat tidak lagi enggan untuk bersosialisasi sehingga
menjadi sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di masyarakat.
3. Motivasi
Proses komunikasi juga memiliki fungsi untuk menjelaskan tujuan tiap masyarakat
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Masyarakat yang melalui proses
komunikasi dapat menentukan pilihan dan keinginan dan mendorong kegiatan berdasar
tujuan bersama.
4. Perdebatan dan diskusi
Proses komunikasi juga berguna untuk media bertukar fakta dan mencari solusi dalam
perbedaan pendapat.
5. Pendidikan
Proses komunikasi secara langsung dapat mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan. Dengan proses komunikasi, terjadi proses pembentukan watak dan
pendidikan keterampilan masyarakat.
6. Memajukan kebudayaan
Proses komunikasi membantu masyarakat untuk dapat memajukan kebudayaan. Hasil
budaya dan seni dapat dibangun dengan mengembangkan imajinasi, kreativitas, dan
estetika melalui proses komunikasi.
7. Hiburan
Hiburan dalam masyarakat dapat disebar luaskan melalui proses komunikasi. Proses
komunikasi merupakan proses yang luas dan kompleks, sehingga tidak hanya terbatas
pada percakapan antara dua orang saja.
8. Integrasi
Proses komunikasi dapat berfungsi untuk menjaga integrasi individu, kelompok, atau
bahkan negara. Dengan proses komunikasi, masyarakat akan lebih mengenal satu sama
lain hingga menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

9|Page
Pada saat proses penyusunan perencanaan program dan anggraran, komunikasi menjadi
andalan utama yang digunakan pada saat sosialisasi dan advokasi untuk sinkronisasi
program dan kegiatan serta untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Berikut
adalah penerapan prinsip komunikasi dalam perencanaan khususnya dalam penyusunan
Renja PD.
a. Tahap komunikasi dalam penyusunan Renja terdiri dari 2 tahapan sebagai berikut :
1) Penjaringan aspirasi masyarakat melalui Musrenbang dari tingkat
Desa/Kelurahan sampai tingkat Kecamatan.
2) Penentuan arah dan kebijakan melalui Forum Perangkat Daerah (PD) dari tingkat
Kabupaten/Kota sampai tingkat provinsi.
b. Forum Perangkat Daerah
Forum Perangkat Daerah dalam penyusunan Rencana Kerja merupakan wadah
penampungan dan penjaringan aspirasi masyarakat, dan dunia usaha (pemangku
kepentingan), untuk penyempurnaan rancangan kebijakan penyusunan Rencana Kerja
Perangkat Daerah. Hal ini menunjukan dalam pendekatan perencanaan menggunakan
sistem perencanaan bawah atas (bottom-up planning) berdasarkan asas
demokratisasi dan desentralisasi. Forum Perangkat Daerah/Lintas Perangkat Daerah
diatur didalam Permendagri No. 86 tahun 2017 Pasal 84, ayat 2 dan 3.
1) Pelaksanaan Forum Renja PD
Forum Renja-PD merupakan wahana antar pihak-pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan OPD
sebagai perwujudan dari pendekatan partisipastif perencanaan pembangunan
daerah. Forum Renja-PD membahas rancangan Renja-PD, dengan menggunakan
prioritas program dan kegiatan yang dihasilkan dari musrenbang RKPD di
kecamatan, sebagai bahan untuk menyempurnakan rancangan Renja-PD, yang
difasilitasi oleh OPD terkait.

Rancangan Renja-PD hasil Forum Renja-PD menjadi bahan pemutakhiran


rancangan RKPD untuk selanjutnya dibahas di dalam musrenbang RKPD tingkat
kota. Penyelenggaraan Forum Renja-PD dilakukan dengan mempertimbangkan
urgensi, efisiensi dan efektifitas sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian
dapat diselenggarakan oleh masing-masing OPD atau dilaksanakan secara
gabungan beberapa OPD di bawah koordinasi Bappeda.

10 | P a g e
2) Unsur-unsur yang dilibatkan dalam Forum Perangkat Daerah:
a. Peserta forum Renja-PD antara lain terdiri dari delegasi mewakili peserta
musrenbang kecamatan, unsur teknis OPD terkait, bappeda dan OPD lain
yang terkait yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan.
b. Narasumber forum Renja-PD dapat berasal dari bappeda, OPD, DPRD
dan/atau unsur lain sesuai dengan kebutuhan. Narasumber berfungsi
menyajikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan perlu
diketahui peserta forum Renja-PD, seperti kebijakan dan/atau peraturan
perundang-undangan serta penjelasan lainnya yang diperlukan terkait
dengan materi yang dibahas didalam kelompok diskusi untuk proses
pengambilan keputusan hasil forum Renja-PD.
c. Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman yang memiliki
persyaratan kompetensi dan kemampuan memandu pembahasan/diskusi
dan proses pengambilan keputusan dalam sidang kelompok. Fasilitator
membantu kelancaran proses pembahasan dan pengambilan keputusan
untuk menyepakati setiap materi yang dibahas dalam setiap sidang
kelompok forum Renja-PD.

Pokok Bahasan 2: Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan


Sosialisasi merupakan langkah awal dalam pelaksanaan program. Meskipun terlihat sepele
dan ringan, namun proses sosialisasi sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan program.
Sehingga seorang perencana program harus sangat berhati-hati dalam proses sosialisasi,
mengingat kondisi masyarakat yang sangat heterogen, baik tingkat pendidikan, karakter,
daya terima dan pemahaman masyarakat. Dalam proses sosialisasi seorang perencana
setidaknya melakukan sosialisasi terkait personal dirinya, seperti nama, asal, maksud dan
tujuan datang ke wilayah tersebut, kemudian melakukan sosialisasi tentang lembaga dan
program. Dalam sosialisasi lembaga, setidaknya perencana menginformasikan tentang
profil lembaga seperti nama lembaga, alamat lembaga, visi dan misi lembaga, bidang kerja
lembaga dan bisa juga prestasi yang telah dicapai oleh lembaga. Selain profil lembaga,
yang tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi program seperti nama program, tujuan
program, konsep program, jangka waktu pelaksanaan, sasaran dan target program.
Seorang perencana juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik atau harus
komunikatif. Artinya harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan informasi yang
mungkin baru kepada masyarakat dan semaksimal mungkin masyarakat memahami dan
bisa menerima sesuatu yang baru tersebut. Komunikatif tidak harus yang banyak bicara
namun lebih kepada bagaimana bisa menyampaikan dengan tepat, bisa dipahami dan

11 | P a g e
diterima. Ada kalanya masyarakat masih belum memahami konsep program yang akan
dilakukan atau salah menterjemahkan informasi terkait program sehingga menimbulkan
persepsi yang berbeda. Tak jarang masyarakat menentang pelaksanaan program karena
merasa apa yang disampaikan saat sosialisasi dan saat pelaksanaan berbeda, padahal
mereka telah mengikuti program. Untuk menghindari hal-hal tersebut proses sosialisasi
harus dilakukan menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat dan harus
dilakukan secara kontinyu baik kepada komunitas sebagai sasaran program, kepada
instansi pemerintah untuk mendapatkan dukungan dan kepada stakeholder terkait.

a. Pengertian dan tujuan sosialisasi


1) Pengertian
Sosialisasi mencakup interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Sehingga sosialisasi
merupakan mata rantai yang penting dalam sistem sosial. Dalam buku Dasar-Dasar
Sosialisasi (2004) karya Sutaryo, sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana
memperkenalkan sistem pada seseorang, serta bagaimana orang tersebut menentukan
tanggapan dan reaksinya. Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan
kebudayaan di mana individu tersebut berada. Selain itu, sosialisasi juga ditentukan
dari interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya. Dengan sosialisasi,
manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya, cakap
menjalankan fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok
2) Tujuan
Tujuan sosialisasi agar seseorang dapat menghayati nilai dan norma dalam kehidupan
sehingga orang tersebut dapat hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Setiap
orang dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan masyarakat yang memiliki
budaya. Di mana budaya tersebut mengikat para warganya. Setiap orang dapat
menyadari keberadaan dalam masyarakat. Sehingga individu tersebut mampu berperan
aktif dan positif dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang mampu menjadi anggota
masyarakat yang baik. Keutuhan masyarakat dapat terjadi bila di antara warganya
saling berinteraksi dengan baik. Interaksi tersebut didasari dengan peran masing-
masing.

12 | P a g e
b. Pendekatan sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan pada kegiatan sosialisasi yaitu:
1) Promosi
2) Personal selling
3) Publisitas
4) Advertensi

c. Tahapan sosialisasi
Tahapan dalam sosialisasi yang disampaikan oleh sosiolog bernama Peter L. Berger, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Tahap persiapan.
Pada tahapan ini terjadi sosialisasi primer. Seorang individu yang dekat dengan individu
lain akan saling berinteraksi sehingga terjadilah sosialisasi. Contohnya: seorang anak
yang berinteraksi dengan orang tuanya di dalam keluarga inti. Dalam tahap ini, individu
dari seorang anak akan belajar untuk memahami sekaligus mengenal dunia sosialnya,
termasuk dirinya. Proses sosialisasi pada tahapan ini meliputi pembelajaran bahasa.
Anak kecil nantinya akan belajar mengucap kata-kata dan kemudian mempraktekannya
dalam berbicara.
Pada konteks persiapan sosialisasi Renja PD, tahap ini merupakan tahap krusial karena
sangat menentukan efektifitas sosialisasi Renja PD. Beberapa hal yang harus
dipersiapkan: materi atau content informasi Renja PD yang dibutuhkan, audience atau
kelompok sasaran sosialisasi, format presentasinya dan media yang cocok untuk
digunakan.
2) Tahap bermain.
Dalam tahap bermain seorang anak akan mempelajari peranannya dan kemudian peran
yang dimainkan oleh orang lain. Misalnya, anak laki-laki yang meniru ayahnya sedang
melukis. Seorang anak perempuan yang meniru ibunya memasak. Peran tersebut akan
dipraktikkan lewat beragam aktivitas bermain atau aktivitas yang sekadar meniru apa
yang telah dilihatnya.
Dalam konteks sosialisasi Renja PD, pada tahap ini setiap PD mempelajari peran
masing-masing PD dalam pembangunan kesehatan. Dan bagaimana Dinas Kesehatan
membuat lintas sektor tertarik untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.
13 | P a g e
3) Tahap bertindak.
Pada tahap bertindak yang ketiga ini, anak mulai mempunyai kesadaran untuk menjadi
dirinya sendiri. Egonya akan mulai muncul dengan sikap ke-aku-annya. Misalnya saja,
pada saat seorang anak melihat ke kanan dan juga ke kiri sebelum ia menyebrang
jalan. Tindakan tersebut tentunya dilakukan atas kesadaran akan bahaya jika
menyebrang begitu saja.
Dalam kontek pembangunan kesehatan, lintas sektor sudah terlibat dalam
pembangunan kesehatan dan menyadari bahwa pembangunan kesehatan itu penting
untuk dilaksanakan oleh semua pihak.
4) Tahap penerimaan.
Pada tahap yang terakhir yakni tahapan penerimaan, individu akan sadar tentang
adanya norma dan juga hukum di masyarakat yang hidup. Sehingga ia juga sadar akan
hak dan kewajibannya yang ia miliki sebagai anggota masyarakat. Contoh dalam proses
sosialisasi tahap akhir ini ialah individu atau masyarakat sadar sekaligus menerima
sebagai orang Indonesia harus mendukung visi misi pemerintah, termasuk mendukung
pembangunan kesehatan.
Keempat tahapan di atas akan dilalui oleh pada saat sosialisasi Renja PD Bidang
Kesehatan. Jika telah melalui semua tahapan di atas, maka individu, masyarakat atau
lintas sektor dapat dikatakan telah mandiri dalam mendukung pembangunan
kesehatan.

14 | P a g e
Pokok Bahasan 3: Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan

a Pengertian dan tujuan advokasi


1) Pengertian
Advokasi secara harafiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang
yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum
atau pengadilan. Mengacu kepada istilah advokasi di bidang hukum tersebut, maka
advokasi dalam kesehatan diartikan sebagai upaya untuk memperoleh pembelaan,
bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan.
Advokasi juga bisa diartikan sebagai usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan tersebut dapat
disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh
komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat
dan tepat.
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering disebabkan oleh karena
kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingkat nasional
maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu,
antara lain adalah rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya
sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan
sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para
pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya yang disebut
advokasi.
Proses advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global pendidikan
atau promosi kesehatan. WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni:
a) Advocacy (advokasi),
b) Social Support (dukungan sosial)
c) Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
2) Tujuan advokasi adalah untuk memperoleh:
a). Komitmen politik (political comitment)
b). Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan di sektor
manapun terhadap permasalahan kesehatan di wilayah tersebut.
c). Dukungan kebijakan (policy support)

15 | P a g e
d). Dukungan konkret yang diberikan oleh para pemimpin institusi di semua tingkat dan di
semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan.
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan
konkret dari para pembuat keputusan.
e). Penerimaan Sosial (social acceptance)
f). Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program
kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat.
g). Dukungan Sistem (System Support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan unit pelayanan atau program
kesehatan dalam suatu institusi atau sektor pembangunan mengindikasikan adanya
dukungan system. Unsur dasar advokasi ada delapan, yaitu:
1) Penetapan tujuan advokasi
2) Pemanfaatan data riset untuk advokasi
3) Identifikasi sasaran advokasi
4) Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5) Membangun koalisi
6) Membuat presentasi yang persuasif
7) Penggalangan dana untuk advokasi
8) Evaluasi upaya advokasi

Proses yang dilakukan dalam advokasi adalah:


1) Melakukan pendekatan kepada para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini
menerima dan "commited", sehingga akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan,
atau keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program.
2) Langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh
masyarakat formal maupun informal.
3) Setelah itu petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, konseling dan sebagainya, melalui berbagai kesempatan dan
media.

16 | P a g e
b Pendekatan utama advokasi
Melalui advokasi dilakukan upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini adalah
para pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun
swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan
(tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan). Dalam advokasi peran
komunikasi sangat penting sebab advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi
interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy
makers) atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan
sosial.
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi
tersebut efektif. Kiat tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa
sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.
2) Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran.
Pesan yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.
3) Konkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan
program yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan
dalam bentuk yang konkret/operasional.
4) Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau miskomunikasi adalah karena
belum lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5) Ringkas (concise): pesan komunikasi harus lengkap, padat, tidak bertele-tele.
6) Meyakinkan (convince): agar advokasi diterima oleh para pejabat, maka harus
meyakinkan.
7) Kontekstual (contextual): pesan atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan
atau dikaitkan dengan masalah pembangunan daerah yang bersangkutan. Pesan-
pesan atau program-program kesehatan apapun harus dikaitkan dengan upaya-upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.
8) Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada
para pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan
para pejabat yang bersangkutan.

17 | P a g e
9) Hati-hati (contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari
etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat
yang bersangkutan.
10) Sopan (courteous): di samping hati-hati, dalam melakukan advokasi harus bersikap
sopan, baik dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.

Seperti yang diuraikan di atas, tujuan utama advokasi di sektor kesehatan untuk
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat
keputusan di segala tingkat.

a. Proses Pendekatan Utama Advokasi


Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi yaitu:
1) Melibatkan para pemimpin; Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam
penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang
menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang
terkait dengan masalah sosial termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu
sangat penting melibatkan mereka semaksimal mungkin dalam isu yang akan
diadvokasikan.
2) Bekerja dengan media massa; Media massa sangat penting berperan dalam
membentuk opini publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi publik
atas isu atau masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan
media massa sangat penting dalam proses advokasi.
3) Membangun kemitraan; Dalam advokasi sangat penting untuk melakukan upaya
membentuk jaringan dan kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-
organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk
oleh individu, kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan umum yang sama.
4) Memobilisasi massa; Memobilisasi massa merupakan suatu proses mengorganisasikan
individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi, motivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif.
5) Membangun kapasitas ; Membangun kapasitas di sini dimaksudkan untuk
melembagakan kemampuan mengembangkan dan mengelola program yang
komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang memiliki ketrampilan
advokasi.

18 | P a g e
b. Persiapan advokasi
Pada tahap ini ditetapkan sasaran, tujuan dan metode yang akan digunakan untuk
pelaksanaan advokasi.

c. Metode advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam, yaitu:


a. Lobi Politik (political lobying); Lobi adalah bincang-bincang secara informal
dengan para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan
program kesehatan yang dilaksanakan.
b. Seminar/Presentasi; Seminar/presentasi dihadiri oleh para pejabat lintas program
dan sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program
pemecahannya, kemudian dibahas bersama-sama sampai didapat komitmen dan
dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.
c. Media; Advokasi media (media advocacy) adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan menggunakan media, khususnya media massa.
d. Perkumpulan (asosiasi) Peminat; Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang
mempunyai minat atau interest terhadap permasalahan tertentu atau
perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi.
Secara sederhana, advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan
atau para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan dukungan
baik kebijakan, fasilitas maupun dana terhadap program yang ditawarkan.
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah serta
memerlukan argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil tidaknya advokasi
bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Di bawah ini ada
beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan advokasi,
yaitu:
1) Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya. Orang
yang akan melakukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible.

19 | P a g e
Seseorang itu Creadible apabila mempunyai 3 ciri, yaitu:
a). Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan di bidang tertentu.
b). Autority (otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangkutan.
c). Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2) Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun
ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik, layak (feasible) artinya program
tersebut dapat dilaksanakan. Dengan demikian dari segi petugas yang akan
melaksanakan program tersebut, mempunyai kemampuan yang baik.
3) Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut mencakup 2 kriteria, yakni :
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat.
4) Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi, harus
segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan
masalah.

d. Tahapan Advokasi
1) Tahap persiapan; Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan
(materi) atau instrumen advokasi.
2) Tahap pelaksanaan; Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau
cara advokasi. Cara advokasi yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau
presentasi.
3) Tahap penilaian; Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang
diharapkan adalah adanya dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk
perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu,
untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan
indikator-indikator seperti dibawah ini:
a). Regulasi/ Kebijakan, misalnya dikeluarkannya:
 Undang-undang
 Peraturan pemerintah
 Peraturan pemerintah daerah (perda)

20 | P a g e
 Keputusan menteri
 Surat keputusan gubernur/ bupati
 Nota kesepahaman (MOU), dan sebagainya
b). Komitmen Kebijakan dalam bentuk:
 Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
 Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
 Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan
sebagainya.

e. Advokasi Politis Rencana Kerja Perangkat Daerah


Dalam pelaksanaan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja PD), kegiatan advokasi
politis berupa:
1) Penyusunan Rancangan Awal Renja PD melibatkan proses konsultasi dengan
kekuatan politis terutama kepala daerah terpilih dan Bappeda.
2) Konsultasi kepala daerah terpilih untuk rumusan Rencana Kerja Perangkat Daerah
diajukan kepada Bappeda dalam forum perangkat Daerah/Lintas Perangkat
daerah.
3) Konsultasi publik mengenai Renstra PD melibatkan stakeholders.
4) Penyusunan Program dan Kegiatan berbasis kinerja dan mengakomodasikan
Standar Pelayanan Minimal yang berarti Renstra berhubungan langsung dengan
pelayanan kepada masyarakat.
5) Bappeda melakukan pemeriksaan rancangan Renja agar selaras dengan rancangan
RKPD.
6) Saran, rekomendasi dan review Renja dari Bappeda diberikan ke Organisasi
Perangkat Daerah.
7) Penyempurnaan Renja melalui Musrenbang Desa ataupun Musrenbang Kecamatan
8) Rancangan akhir Renja sesudah disahkan dengan peraturan kepala daerah,
dilakukan sebagai berikut:
a). Kepala daerah terpilih menyampaikan rancangan akhir Renja PD kepada Kepala
Bappeda.
b). Bappeda melakukan verifikasi akhir terhadap rancangan akhir Renja untuk
menjamin kesesuaian antara program dan kegiatan Renja dengan program dan
kegiatan pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RKPD.
c). Bappeda menghimpun seluruh rancangan akhir Renja yang telah diverifikasi,
untuk diajukan kepada kepala daerah dalam rangka memperoleh pengesahan.

21 | P a g e
VII Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar untuk materi ini sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
Untuk tujuan pembelajaran khusus 1 dan 2 dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan
terkait dengan substansi di pokok bahasan tersebut. Tujuan pembelajaran khusus 3
dilaksanakan dengan memberikan penugasan menggunakan metode role play (bermain
peran).

VIII Rangkuman
Beberapa hal penting pada pembelajara materi ini yaitu:
Advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen yang dilakukan secara
persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
1. Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh
karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di
tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Kurangnya
dukungan itu berakibat rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan.
2. Tiga 3 strategi pokok Promosi Kesehatan: Advocacy (advokasi), Social Support
(dukungan sosial), dan Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
4. Tujuan advokasi adalah untuk memperoleh: Komitmen politik (political comitment),
Dukungan kebijakan (policy support), Penerimaan Sosial ( social acceptance), dan
Dukungan Sistem (System Support).
5. Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi: Melibatkan para pemimpin, Bekerja dengan
media massa, Membangun kemitraan, Memobilisasi massa, dan Membangun kapasitas.
6. Tahapan Advokasi: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian

IX Referensi
1. UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

2. Perpres 72 tentang Sistem Kesehatan Nasional

3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai