#1. Modul MI 5 Sosialisasi Dan Advokasi PDF
#1. Modul MI 5 Sosialisasi Dan Advokasi PDF
#1. Modul MI 5 Sosialisasi Dan Advokasi PDF
Modul
Sosialisasi dan Advokasi
Renja PD Bidang Kesehatan
Pelatihan Perencanaan Pembangunan
Kesehatan Kabupaten/Kota
No URAIAN Halaman
I Deskripsi Singkat 3
II Tujuan Pembelajaran 3
IV Bahan Belajar 4
VI Uraian Materi 6
1. Pokok Bahasan 1: 6
Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Perencanaan
2. Pokok Bahasan 2: 11
Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
3. Pokok Bahasan 3: 15
Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
VIII Rangkuman 22
IX Referensi 22
2|Page
I Deskripsi Singkat
Adanya program kesehatan yang dinilai kurang berhasil atau gagal sering disebabkan
oleh karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di
tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten/kota, atau kecamatan). Kurangnya
dukungan tersebut berakibat rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan,
kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi
kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau
komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan
upaya yang disebut advokasi.
II Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan sosialisasi dan advokasi
Renja PD Bidang Kesehatan kepada lintas sektor dan lintas program.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus :
Setelah mengikuti pembelajaran materi inti ini peserta dapat
1. Menjelaskan prinsip-prinsip komunikasi
2. Melakukan Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
3. Melakukan advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
3|Page
III
22
Pokok Bahasan
Materi ini membahas tentang:
1. Prinsip-prinsip komunikasi
2. Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
a. Pengertian dan tujuan sosialisasi
b. Pendekatan sosialisasi
c. Tahapan sosialisasi
3. Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
a. Pengertian dan tujuan advokasi
b. Pendekatan utama advokasi
c. Persiapan advokasi
d. Metode advokasi
e. Tahapan advokasi
f. Advokasi Politis Rencana Kerja Perangkat Daerah
IV Bahan Belajar
Bahan belajar materi ini
1. Bahan tayang
2. Modul MI 5
3. Petunjuk Latihan
4.
I Deskripsi Singkat UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5. Perpres 72 tentang Sistem Kesehatan Nasional
6. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
II Tujuan Pembelajaran
4|Page
V Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah kegiatan pembelajaran untuk materi ini terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu pembuka,
penyajian, dan penutup.
1. Pembuka sesi pembelajaran, fasilitator:
menyapa peserta
melakukan bina suasana menaikkan semangat peserta dan mengajak fokus
I Deskripsi Singkat
peserta
II Tujuan Pembelajaran
memperkenalkan diri
Menyampaikan tujuan pesertaan dengan menggunakan bahan tayangan dan
deskripsi singkat materi yang akan didapatkan
2. Penyajian, fasilitator:
Mengawali sesi paparannya dengan melakukan apersepsi tentang materi yang
akan dibahas dengan mengajukan pertanyaan tentang pengalaman peserta dalam
sosialisasi dan advokasi Renja PD kepada lintas sektor dan lintas program
selanjutnya peserta diminta memberikan komentar terhadap pertanyaan fasilitator
3. Penyampaian pokok bahasan 1: Prinsip-prinsip komunikasi
Fasilitator menjelaskan konsep advokasi meliputi Pengertian advokasi, Tujuan
advokasi, Metode advokasi,
Fasilitator memberi kesempatan bertanya pada peserta
4. Penyampaian pokok bahasan 2: Sosialisasi Renja PD Bidang Kesehatan
Fasilitator menjelaskan Pengertian dan tujuan sosialisasi, Pendekatan sosialisasi,
Tahapan sosialisasi
Fasilitator memberi kesempatan bertanya pada peserta
5. Penyampaian Pokok bahasan 3: Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
Fasilitator menjelaskan Pengertian dan tujuan advokasi
Fasilitator menjelaskan Pendekatan utama advokasi
Fasilitator menjelaskan Persiapan advokasi
Fasilitator menjelaskan Metode advokasi
Fasilitator menjelaskan Tahapan advokasi
Fasilitator menjelaskan Advokasi Politis Rencana Kerja Perangkat Daerah
Fasilitator memberi kesempatan bertanya pada peserta
5|Page
6. Penutup sesi,fasilitator
merangkum sesinya dengan mengajak peserta untuk mengulang hal-hal yang
penting dalam Penyusunan anggaran untuk urusan kesehatan daerah menutup sesi
dengan ucapan terima kasih dan permintaan maaf,
VI Uraian Materi
Berikut ini uraian dari setiap pokok bahasan pada materi ini
6|Page
menghargai), E: Empathy (kemampuan memahami), A: Audible (dapat didengar/dapat
mendengarkan dengan baik), C: Clarity (Jelas) dan H: Humble (rendah hati).
Salah satu pendekatan untuk komunikasi efektif adalah dengan Neuro Linguistic
Programming (NLP). Dalam pendekatan NLP terutama tentang 3 pilar komunikasi yang
unsurnya terdiri dari bahasa tubuh, intonasi suara dan isi dari pesan tersebut. Hasil riset
Mehrabion, dalam komunikasi tatap muka (presentasi), kesan terpenting adalah adalah
visual: bahasa tubuh (55 %), dikuti oleh vokal: voice intonasi (38%) dan yang terakhir
adalah verbal: kata-kata (7%). Komunikasi akan berlangsung efektif bila memperhatikan
hal tersebut, yaitu fokus pada isi pesan dan cara penyampaian pesan. Untuk dapat
melakukan komunikasi efektif, maka kita juga harus mengenal sistem representasi yang
disukainya (preference system) apakah visual, auditori dan kinestetik.
Dalam satu organisasi, komunikasi harus dikelola dengan baik secara terprogram dan
berkelanjutan, sehingga komunikasi organisasi dapat efektif. Komunikasi organisasi yang
efektif akan mampu :
1. Meningkatkan produktivitas di tempat kerja yang sekaligus meningkatkan
keberhasilan organisasi sesuai tujuan organisasi
2. Menyelesaikan konflik. Jika organisasi menghadapi masalah, krisis dan konflik antar
karyawan yang menyebabkan penundaan pekerjaan; hal ini menyebabkan
pemborosan sumber daya dan menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan.
Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat mencegah dan menyelesaikan konflik
yang diselesaikan melalui diskusi bersama.
3. Mengembangkan kualitas karyawan dan lingkungan kerja yang ramah, memberikan
kesempatan dan dorongan pada karyawan untuk mengungkapkan ide-ide,
memberikan umpan balik, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik,
memberikan penghargaan merupakan beberapa contoh komunikasi efektif yang pada
akhirnya dapat memberikan kepuasan kerja dan peningkatan kualitas karyawan.
Membentuk hubungan profesional dan lingkungan kerja yang kondusif. Karyawan
dan pimpinan dalam suatu organisasi harus berkomunikasi secara jelas, terbuka, dan
jujur. Pimpinan membangun hubungan kerja yang menyenangkan sehingga
karyawan tidak ragu untuk menyelesaikan pekerjaan dan membentuk hubungan
yang baik.
7|Page
Dalam komunikasi, kecepatan dan ketepatan suatu komunikasi tentu saja berkaitan erat
dengan efektifitas komunikasi. Oleh karenanya, kita bisa memperhatikan bagaimana
contoh komunikasi yang efektif di dalam organisasi, sebagi berikut:
1. Tidak Keluar Konteks.
Komunikasi organisasi harus memiliki tujuan yang jelas sehingga membuat proses
tersebut tidak keluar konteks.
2. Penggunaan Kalimat yang Sederhana
Penggunaan kalimat yang sederhana memiliki makna bahwa komunikasi yang dilakukan
hendaknya tidak terlalu bertele-tele.
3. Melihat Latar Belakang Komunikan.
Latar belakang komunikan juga perlu diketahui untuk mempermudah proses komunikasi
yang akan kita lakukan.
4. Memperhatikan Bahasa Tubuh.
Bahasa tubuh juga perlu kita perhatikan. Isyarat-isyarat non-verbal seperti misalnya
pandangan yang kurang antusias, tangan yang menutup, ini akan mempengaruhi juga
proses komunikasi organisasi yang akan dilakukan.
5. Kontrak Waktu yang Jelas.
Penetapan kontrak waktu yang jelas adalah contoh komunikasi efektif dalam organisasi.
Kita bisa mengatakan bahwa “saya membutuhkan 10 menit untuk berdiskusi dengan
Anda” sehingga komunikasi kita bisa lebih memiliki target. Kontrak waktu menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi.
6. Penggunaan Strategi Komunikasi.
Strategi komunikasi organisasi yang tepat juga diperlukan dalam koordinasi. Perhatikan
jenis komunikasi yang akan digunakan, apakah komunikasi vertikal, horizontal atau
keluar.
7. Pemanfaatan Media Komunikasi.
Media komunikasi bisa dimanfaatkan untuk membuat penyampaian informasi dengan
tepat.
8. Evaluasi Komunikasi.
Setelah proses komunikasi dilakukan, jangan lupa lakukan evaluasi dengan membuat
validasi informasi yang sudah dikirimkan apakah sama atau ada perbedaan tertentu.
Hal ini penting supaya ketika ada kesalahan informasi, bisa segera dilakukan klarifikasi.
8|Page
Setiap proses komunikasi memiliki fungsi. Setidaknya ada delapan fungsi komunikasi dalam
setiap proses komunikasi yang terjadi. Fungsi komunikasi antara lain adalah:
1. Informasi
Setiap orang memerlukan informasi mengenai berbagai hal yang ada di lingkungannya.
Proses komunikasi tentunya memudahkan orang untuk bisa memperoleh informasi.
2. Sosialisasi
Proses komunikasi membuat masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab satu sama lain.
Proses komunikasi membuat masyarakat tidak lagi enggan untuk bersosialisasi sehingga
menjadi sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di masyarakat.
3. Motivasi
Proses komunikasi juga memiliki fungsi untuk menjelaskan tujuan tiap masyarakat
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Masyarakat yang melalui proses
komunikasi dapat menentukan pilihan dan keinginan dan mendorong kegiatan berdasar
tujuan bersama.
4. Perdebatan dan diskusi
Proses komunikasi juga berguna untuk media bertukar fakta dan mencari solusi dalam
perbedaan pendapat.
5. Pendidikan
Proses komunikasi secara langsung dapat mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan. Dengan proses komunikasi, terjadi proses pembentukan watak dan
pendidikan keterampilan masyarakat.
6. Memajukan kebudayaan
Proses komunikasi membantu masyarakat untuk dapat memajukan kebudayaan. Hasil
budaya dan seni dapat dibangun dengan mengembangkan imajinasi, kreativitas, dan
estetika melalui proses komunikasi.
7. Hiburan
Hiburan dalam masyarakat dapat disebar luaskan melalui proses komunikasi. Proses
komunikasi merupakan proses yang luas dan kompleks, sehingga tidak hanya terbatas
pada percakapan antara dua orang saja.
8. Integrasi
Proses komunikasi dapat berfungsi untuk menjaga integrasi individu, kelompok, atau
bahkan negara. Dengan proses komunikasi, masyarakat akan lebih mengenal satu sama
lain hingga menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
9|Page
Pada saat proses penyusunan perencanaan program dan anggraran, komunikasi menjadi
andalan utama yang digunakan pada saat sosialisasi dan advokasi untuk sinkronisasi
program dan kegiatan serta untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Berikut
adalah penerapan prinsip komunikasi dalam perencanaan khususnya dalam penyusunan
Renja PD.
a. Tahap komunikasi dalam penyusunan Renja terdiri dari 2 tahapan sebagai berikut :
1) Penjaringan aspirasi masyarakat melalui Musrenbang dari tingkat
Desa/Kelurahan sampai tingkat Kecamatan.
2) Penentuan arah dan kebijakan melalui Forum Perangkat Daerah (PD) dari tingkat
Kabupaten/Kota sampai tingkat provinsi.
b. Forum Perangkat Daerah
Forum Perangkat Daerah dalam penyusunan Rencana Kerja merupakan wadah
penampungan dan penjaringan aspirasi masyarakat, dan dunia usaha (pemangku
kepentingan), untuk penyempurnaan rancangan kebijakan penyusunan Rencana Kerja
Perangkat Daerah. Hal ini menunjukan dalam pendekatan perencanaan menggunakan
sistem perencanaan bawah atas (bottom-up planning) berdasarkan asas
demokratisasi dan desentralisasi. Forum Perangkat Daerah/Lintas Perangkat Daerah
diatur didalam Permendagri No. 86 tahun 2017 Pasal 84, ayat 2 dan 3.
1) Pelaksanaan Forum Renja PD
Forum Renja-PD merupakan wahana antar pihak-pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan OPD
sebagai perwujudan dari pendekatan partisipastif perencanaan pembangunan
daerah. Forum Renja-PD membahas rancangan Renja-PD, dengan menggunakan
prioritas program dan kegiatan yang dihasilkan dari musrenbang RKPD di
kecamatan, sebagai bahan untuk menyempurnakan rancangan Renja-PD, yang
difasilitasi oleh OPD terkait.
10 | P a g e
2) Unsur-unsur yang dilibatkan dalam Forum Perangkat Daerah:
a. Peserta forum Renja-PD antara lain terdiri dari delegasi mewakili peserta
musrenbang kecamatan, unsur teknis OPD terkait, bappeda dan OPD lain
yang terkait yang dianggap perlu sesuai dengan kebutuhan.
b. Narasumber forum Renja-PD dapat berasal dari bappeda, OPD, DPRD
dan/atau unsur lain sesuai dengan kebutuhan. Narasumber berfungsi
menyajikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan perlu
diketahui peserta forum Renja-PD, seperti kebijakan dan/atau peraturan
perundang-undangan serta penjelasan lainnya yang diperlukan terkait
dengan materi yang dibahas didalam kelompok diskusi untuk proses
pengambilan keputusan hasil forum Renja-PD.
c. Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman yang memiliki
persyaratan kompetensi dan kemampuan memandu pembahasan/diskusi
dan proses pengambilan keputusan dalam sidang kelompok. Fasilitator
membantu kelancaran proses pembahasan dan pengambilan keputusan
untuk menyepakati setiap materi yang dibahas dalam setiap sidang
kelompok forum Renja-PD.
11 | P a g e
diterima. Ada kalanya masyarakat masih belum memahami konsep program yang akan
dilakukan atau salah menterjemahkan informasi terkait program sehingga menimbulkan
persepsi yang berbeda. Tak jarang masyarakat menentang pelaksanaan program karena
merasa apa yang disampaikan saat sosialisasi dan saat pelaksanaan berbeda, padahal
mereka telah mengikuti program. Untuk menghindari hal-hal tersebut proses sosialisasi
harus dilakukan menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat dan harus
dilakukan secara kontinyu baik kepada komunitas sebagai sasaran program, kepada
instansi pemerintah untuk mendapatkan dukungan dan kepada stakeholder terkait.
12 | P a g e
b. Pendekatan sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan pada kegiatan sosialisasi yaitu:
1) Promosi
2) Personal selling
3) Publisitas
4) Advertensi
c. Tahapan sosialisasi
Tahapan dalam sosialisasi yang disampaikan oleh sosiolog bernama Peter L. Berger, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Tahap persiapan.
Pada tahapan ini terjadi sosialisasi primer. Seorang individu yang dekat dengan individu
lain akan saling berinteraksi sehingga terjadilah sosialisasi. Contohnya: seorang anak
yang berinteraksi dengan orang tuanya di dalam keluarga inti. Dalam tahap ini, individu
dari seorang anak akan belajar untuk memahami sekaligus mengenal dunia sosialnya,
termasuk dirinya. Proses sosialisasi pada tahapan ini meliputi pembelajaran bahasa.
Anak kecil nantinya akan belajar mengucap kata-kata dan kemudian mempraktekannya
dalam berbicara.
Pada konteks persiapan sosialisasi Renja PD, tahap ini merupakan tahap krusial karena
sangat menentukan efektifitas sosialisasi Renja PD. Beberapa hal yang harus
dipersiapkan: materi atau content informasi Renja PD yang dibutuhkan, audience atau
kelompok sasaran sosialisasi, format presentasinya dan media yang cocok untuk
digunakan.
2) Tahap bermain.
Dalam tahap bermain seorang anak akan mempelajari peranannya dan kemudian peran
yang dimainkan oleh orang lain. Misalnya, anak laki-laki yang meniru ayahnya sedang
melukis. Seorang anak perempuan yang meniru ibunya memasak. Peran tersebut akan
dipraktikkan lewat beragam aktivitas bermain atau aktivitas yang sekadar meniru apa
yang telah dilihatnya.
Dalam konteks sosialisasi Renja PD, pada tahap ini setiap PD mempelajari peran
masing-masing PD dalam pembangunan kesehatan. Dan bagaimana Dinas Kesehatan
membuat lintas sektor tertarik untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.
13 | P a g e
3) Tahap bertindak.
Pada tahap bertindak yang ketiga ini, anak mulai mempunyai kesadaran untuk menjadi
dirinya sendiri. Egonya akan mulai muncul dengan sikap ke-aku-annya. Misalnya saja,
pada saat seorang anak melihat ke kanan dan juga ke kiri sebelum ia menyebrang
jalan. Tindakan tersebut tentunya dilakukan atas kesadaran akan bahaya jika
menyebrang begitu saja.
Dalam kontek pembangunan kesehatan, lintas sektor sudah terlibat dalam
pembangunan kesehatan dan menyadari bahwa pembangunan kesehatan itu penting
untuk dilaksanakan oleh semua pihak.
4) Tahap penerimaan.
Pada tahap yang terakhir yakni tahapan penerimaan, individu akan sadar tentang
adanya norma dan juga hukum di masyarakat yang hidup. Sehingga ia juga sadar akan
hak dan kewajibannya yang ia miliki sebagai anggota masyarakat. Contoh dalam proses
sosialisasi tahap akhir ini ialah individu atau masyarakat sadar sekaligus menerima
sebagai orang Indonesia harus mendukung visi misi pemerintah, termasuk mendukung
pembangunan kesehatan.
Keempat tahapan di atas akan dilalui oleh pada saat sosialisasi Renja PD Bidang
Kesehatan. Jika telah melalui semua tahapan di atas, maka individu, masyarakat atau
lintas sektor dapat dikatakan telah mandiri dalam mendukung pembangunan
kesehatan.
14 | P a g e
Pokok Bahasan 3: Advokasi Renja PD Bidang Kesehatan
15 | P a g e
d). Dukungan konkret yang diberikan oleh para pemimpin institusi di semua tingkat dan di
semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan.
Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan
konkret dari para pembuat keputusan.
e). Penerimaan Sosial (social acceptance)
f). Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program
kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program
tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat.
g). Dukungan Sistem (System Support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan unit pelayanan atau program
kesehatan dalam suatu institusi atau sektor pembangunan mengindikasikan adanya
dukungan system. Unsur dasar advokasi ada delapan, yaitu:
1) Penetapan tujuan advokasi
2) Pemanfaatan data riset untuk advokasi
3) Identifikasi sasaran advokasi
4) Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5) Membangun koalisi
6) Membuat presentasi yang persuasif
7) Penggalangan dana untuk advokasi
8) Evaluasi upaya advokasi
16 | P a g e
b Pendekatan utama advokasi
Melalui advokasi dilakukan upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini adalah
para pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja, baik di lingkungan pemerintah maupun
swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan
(tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan). Dalam advokasi peran
komunikasi sangat penting sebab advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi
interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy
makers) atau para pembuat keputusan (decision makers) pada semua tingkat dan tatanan
sosial.
Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi
tersebut efektif. Kiat tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa
sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.
2) Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran.
Pesan yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.
3) Konkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan
program yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan
dalam bentuk yang konkret/operasional.
4) Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau miskomunikasi adalah karena
belum lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5) Ringkas (concise): pesan komunikasi harus lengkap, padat, tidak bertele-tele.
6) Meyakinkan (convince): agar advokasi diterima oleh para pejabat, maka harus
meyakinkan.
7) Kontekstual (contextual): pesan atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan
atau dikaitkan dengan masalah pembangunan daerah yang bersangkutan. Pesan-
pesan atau program-program kesehatan apapun harus dikaitkan dengan upaya-upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.
8) Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada
para pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan
para pejabat yang bersangkutan.
17 | P a g e
9) Hati-hati (contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari
etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat
yang bersangkutan.
10) Sopan (courteous): di samping hati-hati, dalam melakukan advokasi harus bersikap
sopan, baik dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.
Seperti yang diuraikan di atas, tujuan utama advokasi di sektor kesehatan untuk
memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat
keputusan di segala tingkat.
18 | P a g e
b. Persiapan advokasi
Pada tahap ini ditetapkan sasaran, tujuan dan metode yang akan digunakan untuk
pelaksanaan advokasi.
19 | P a g e
Seseorang itu Creadible apabila mempunyai 3 ciri, yaitu:
a). Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan di bidang tertentu.
b). Autority (otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangkutan.
c). Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2) Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun
ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik, layak (feasible) artinya program
tersebut dapat dilaksanakan. Dengan demikian dari segi petugas yang akan
melaksanakan program tersebut, mempunyai kemampuan yang baik.
3) Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut mencakup 2 kriteria, yakni :
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat.
4) Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi, harus
segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan
masalah.
d. Tahapan Advokasi
1) Tahap persiapan; Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan
(materi) atau instrumen advokasi.
2) Tahap pelaksanaan; Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau
cara advokasi. Cara advokasi yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau
presentasi.
3) Tahap penilaian; Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang
diharapkan adalah adanya dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk
perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu,
untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan
indikator-indikator seperti dibawah ini:
a). Regulasi/ Kebijakan, misalnya dikeluarkannya:
Undang-undang
Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah daerah (perda)
20 | P a g e
Keputusan menteri
Surat keputusan gubernur/ bupati
Nota kesepahaman (MOU), dan sebagainya
b). Komitmen Kebijakan dalam bentuk:
Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan
sebagainya.
21 | P a g e
VII Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar untuk materi ini sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
Untuk tujuan pembelajaran khusus 1 dan 2 dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan
terkait dengan substansi di pokok bahasan tersebut. Tujuan pembelajaran khusus 3
dilaksanakan dengan memberikan penugasan menggunakan metode role play (bermain
peran).
VIII Rangkuman
Beberapa hal penting pada pembelajara materi ini yaitu:
Advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen yang dilakukan secara
persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
1. Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh
karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di
tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Kurangnya
dukungan itu berakibat rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan.
2. Tiga 3 strategi pokok Promosi Kesehatan: Advocacy (advokasi), Social Support
(dukungan sosial), dan Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
4. Tujuan advokasi adalah untuk memperoleh: Komitmen politik (political comitment),
Dukungan kebijakan (policy support), Penerimaan Sosial ( social acceptance), dan
Dukungan Sistem (System Support).
5. Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi: Melibatkan para pemimpin, Bekerja dengan
media massa, Membangun kemitraan, Memobilisasi massa, dan Membangun kapasitas.
6. Tahapan Advokasi: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian
IX Referensi
1. UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
22 | P a g e