Master Plan Pengelolaan Persampahan Kota Padang
Master Plan Pengelolaan Persampahan Kota Padang
Master Plan Pengelolaan Persampahan Kota Padang
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
1.1 LATAR BELAKANG
Timbulan sampah jika tidak dikelola secara baik akan berdampak buruk terhadap kualitas
lingkungan, estetika dan kesehatan manusia. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Berdasarkan definisi tersebut, pola pengelolaan sampah tidak lagi dilakukan secara end
of pipe tetapi pengelolaan menghendaki adanya upaya pro aktif untuk dapat mengurangi sampah
pada setiap penanganannya sebelum diangkut ke TPA.
Saat ini penanganan sampah di Kota Padang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang. Luas wilayah Kota Padang 694,96 km2 dengan jumlah
penduduk 854.336 jiwa pada tahun 2012 yang meningkat sebanyak 10.020 jiwa dari jumlah
penduduk tahun 2011 yang semula 844.316 jiwa. Dari pertumbuhan jumlah penduduk yang
tinggi, permasalahan sampah Kota Padang senantiasa memerlukan perhatian yang serius.
Berdasarkan data pada Rencana Strategis 2009‐2014 Kota Padang, diketahui bahwa sampah
yang dihasilkan rata‐rata per harinya yaitu 1000 ton. Sedangkan sampah yang diangkut ke TPA
hanya sekitar 350‐400 ton per hari maka diketahui 600 ton sampah per hari belum dapat
dikelola oleh DKP Kota Padang. Dari data tersebut diketahui tingkat pelayanan masih dibawah
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi kawasan perkotaan yaitu sebesar 80%.
Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang ada terletak di daerah Air Dingin, kurang lebih 17
Km dari pusat kota. Hingga saat ini telah digunakan sekitar 60% dari total luas lahan dengan
sistem pembuangan controlled lanfill. Namun pelaksanaan sistem controlled landfill masih
membutuhkan periode yang cukup lama karena terkendala tanah penutup. Penanganan sampah
kedepannya perlu ditingkatkan, terutama di kawasan padat dan komersial. (DKP, 2013)
I ‐ 1
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kota Padang
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 20102030
Dalam merancang sistem pengelolaan sampah, maka persentase pelayanan setiap sumber
sampah perlu ditentukan, yang didasarkan atas kondisi serta kemampuan sistem itu sendiri. Pola
penanganan yang masih dominan bersifat end of pipe, serta tingkat pelayanan yang masih rendah
merupakan kendala yang harus segera diatasi oleh pengelola sampah Kota Padang. Sehubungan
dengan kondisi tersebut diperlukan perencanaan pengelolaan sampah yang efektif dan efisien
dengan sistem serta metoda pengelolaan yang jelas, terpadu dengan berbagai sektor yang sangat
berdekatan. Perlu dilakukan perencanaan skala kota dalam pengelolaan kebersihan dan
persampahan terutama untuk mengantisipasi perkembangan 20 tahun mendatang dalam
Rencana Induk (Master Plan) Pengelolaan sampah Kota Padang.
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya penyusunan Master Plan Persampahan Kota Padang adalah
meningkatkan kinerja sistem pengelolaan sampah Kota Padang.
I ‐ 2
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tujuan penyusunan Master Plan ini adalah :
Ö Tersusunnya Master Plan Pengelolaan sampah Kota Padang yang memuat rencana umum
pengelolaan persampahan meliputi aspek teknis operasional, hukum dan peraturan,
kelembagaan dan institusi, keuangan dan pembiayaan dan peran serta masyarakat dan
swasta.
Ö Tersusunnya arahan pengelolaan sampah di Kota Padang yang terpadu, terintegrasi
dengan sektor dan stakeholders terkait.
Ö Tersusunnya arahan pengelolaan sampah yang dapat dijadikan Road Map dalam
pengelolaan sampah di Kota Padang.
Ö Tersusunnya arahan sistem pengelolaan sampah yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi Kota Padang serta berwawasan lingkungan (ekologis)
Ö Secara Teknis adanya arahan yang jelas secara spatial, indikasi program (jangka pendek
dan jangka panjang) yang disertai dengan indikasi rincian kegiatan untuk pengelolaan
sampah Kota Padang minimal 20 tahun ke depan.
Ö Secara teknis akan tersusunnya identifikasi kebutuhan kelembagaan, infrastruktru dan
personil, peralatan dan sebagainya.
1.2.2 Sasaran
Sasaran umum yang hendak dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersedianya Rencana
Induk (Master Plan) Pengelolaan sampah Kota Padang yang terpadu dan berwawasan
lingkungan untuk dijadikan rujukan utama dalam penanganan dan pengelolaan sampah di Kota
Padang.
1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kegiatan penyusunan Master Plan Persampahan Kota Padang ini meliputi
keseluruhan seluruh wilayah administrasi Kota Padang dengan waktu perencanaan 20 (dua
puluh) tahun.
I ‐ 3
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
1.3.2 Ruang Lingkup Substansi
Adapun ruang lingkup kegiatan bagi tim konsultan yaitu sebagai berikut :
I ‐ 4
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
3. Perencanaan
- Konsep kebijakan pengelolaan persampahan kota yang meliputi penetapan daerah
prioritas pelayanan, penetapan tingkat pelayanan jangka pendek menengah dan
jangka panjang, penetapan target reduksi sampah, penentuan strategi dan program
3R
- Perencanaan program pengembangan aspek teknis sistem pengelolaan sampah
kota yaitu perencanaan pengembangan sistem pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan kebutuhan pengembangan sarana prasarasna pengelolaan
persampahan
- Perencanaan pengembangan TPA
- Perencanaan pembiayaan
- Perencanaan kelembagaan
- Perencanaan peraturan daerah
1.4 DASAR HUKUM
Dasar hukum yang dipakai sebagai pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan
Penyusunan Masterplan Pengelolaan Sampah Kota Padang ini, diantaranya :
I ‐ 6
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
7. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 04 tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Bersih
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4139).
I ‐ 7
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
19. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Padang Tahun 2010‐2030.
20. Peraturan Daerah Kota Padang No. 14 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
21. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah
22. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Umum
23. SNI 3234‐2008 Pengelolaan Sampah Permukiman
24. SNI 3242‐2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman
25. SNI 19‐7029‐2004 SKBSN No. 13/BSNSNI.04/ 05/ 2004,13 Mei 2004 Persyaratan
teknis mengenai bentuk,ukuran dan bahan komposter rumah tangga individual,
spesifikasi kompos dari sampah organik domestik
26. RSNI S‐02‐2002 Spesifikasi kompos dari sampah organik domestik
27. SNI 19‐2454‐2002 Revisi dari SNI 19‐2454‐1991Tata Cara Pengelolaan Teknik
Sampah Perkotaan tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Perkotaan
28. SNI 19‐3983‐1995 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di
Indonesia
29. SNI 03‐3241‐1994 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Sampah
30. SNI 03‐3242‐1994 Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
31. SNI 19‐3964‐1994 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan
1.5 ISTILAH DAN DEFINISI
Yang dimaksud dengan :
1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari‐hari manusia dan/atau dari proses alam yang
berbentuk padat.
2. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
I ‐ 8
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
I ‐ 9
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
kompos atau berupa tanah penutup, dengan cara menggali sarana tersebut dan
menyaring sampahnya.
15. Kegiatan pascaoperasi adalah kegiatan yang sifatnya pemantauan dan pemeliharaan
terhadap sarana dan prasarana yang ada, sedemikian sehingga upaya rehabilitasi ex‐TPA
dapat berjalan sesuai rencana, dan fasilitas ini tidak mendatangkan dampak negatif
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, serta lingkungan.
1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN
Sistematika Laporan Antara Master Plan Persampahan kota Padang sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisikan hal–hal umum yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran,
ruang lingkup, landasan hukum, istilah dan definisi, dan sistematika laporan.
BAB 2 GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN
Berisi tentang gambaran umum daerah studi dan data sekunder sistem pengelolaan
sampah Kota Padang.
BAB 3 KONDISI EKSISTING SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PADANG
Menguraikan data primer timbulan sampah, sumber sampah, sistem pewadahan,
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan akhir di TPA dan lokasi TPS 3R di daerah
studi.
BAB 4 EVALUASI PERAN SERTA MASYARAKAT KOTA PADANG
Memaparkan identifikasi peran serta masyarakat Kota Padang dalam pengelolaan
sampah Kota Padang
BAB 5 EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PADANG
Menjelaskan evalusi dari identifikasi permasalahan sistem pengelolaan sampah Kota
Padang
BAB 6 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PADANG
Berisi tentang rencana program dan strategi pengelolaan sampah Kota Padang yang
terdiri dari jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang hingga 20 tahun ke
depan.
I ‐ 10
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.1 KONDISI GEOGRAFIS
Kota Padang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, yaitu pada posisi 00044’00” sampai dengan
1008’35” Lintang Selatan dan 100005’05” sampai dengan 100034’09” Bujur Timur. Luas daerah
seluruhnya setelah diperluas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 adalah 694,96
km2.
Tabel 2. 1 Letak Geografis Kota Padang
1. Letak Daerah 00044’00” – 01’08”35” LS
100005’05” – 100034’09” BT
2. Luas Daerah 694,96 Km2 (PP No. 17 Tahun 1980)
3. Panjang Pantai 68,126 Km
4. Jumlah Sungai 5 buah besar
5. Temperatur 22 C – 31,7 C
6. Curah Hujan 382,88 mm / bln
7. Keliling 165,35 Km
8. Daerah Afektif 205,007 Km2
9. Daerah Bukit (termasuk Sungai) 486,209 Km2
10. Jumlah Pulau 19 buah
Sumber : BAPPEDA Kota Padang, 2012
Secara geografis posisi kota Padang berbatasan dengan tiga daerah kabupaten dan Samudera, yaitu :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kota Padang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat sehingga
merupakan kota yang strategis. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1980, luas wilayah
Kota Padang secara administratif adalah 694,96 km2.
II ‐ 1
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Wilayah Kota Padang yang sebelumnya terdiri dari 3 Kecamatan dengan 15 kampung,
dikembangkan menjadi 11 Kecamatan dengan 193 Kelurahan. Dengan adanya UU No.22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 dilakukan
restrukturisasi administrasi kota, yang menyebabkan penambahan luas administrasi menjadi
1.414,96 km2 (720,00 km2 di antaranya adalah wilayah laut) dan penggabungan beberapa
kelurahan, sehingga menjadi 1 s/d 4 kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2,
Tabel 2.3 dan Gambar 2.1.
Tabel 2. 2 Luas Daerah dan Persentasenya menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas (Km2) Persentase
1. Bungus Teluk Kabung 100.78 14.5
2. Lubuk Kilangan 85.99 12.37
3. Lubuk Begalung 30.91 4.45
4. Padang Selatan 10.03 1.44
5. Padang Timur 8.15 1.17
6. Padang Barat 7.00 1.01
7. Padang Utara 8.08 1.16
8. Nanggalo 8.07 1.16
9. Kuranji 57.41 8.26
10. Pauh 146.29 21.05
11. Koto Tangah 232.25 33.42
Padang 694.96 100.00
Sumber : BAPPEDA Kota Padang, 2012
Gambar 2. 1 Persentase Luas Lahan menurut Kecamatan
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
II ‐ 2
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 3 Administrasi Kota Padang
Sebelum 21/1999 Setelah 21/1999
No. Kecamatan Luas Jumlah Luas Jumlah
(KM2) Kelurahan (KM2) Kelurahan
A. Wilayah Darat
1. Bungus Teluk Kabung 100.78 13 100.78 6
2. Lubuk Kilangan 85.99 7 85.99 7
3. Lubuk Begalung 30.91 21 30.91 15
4. Padang Selatan 10.03 24 10.03 12
5. Padang Timur 8.15 27 8.15 10
6. Padang Barat 7 30 7 10
7. Padang Utara 8.08 18 8.08 7
8. Nanggali 8.07 7 8.07 6
9. Kuranji 57.41 9 57.41 9
10. Pauh 146.29 13 146.29 9
11. Koto Tangah 232.25 24 232.25 13
B. Wilayah Laut ‐ ‐ 720 ‐
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 20102030
Gambar 2. 2 Peta Administrasi Kota Padang
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 20102030
Dilihat dari kondisi hidrologi, wilayah kota Padang dilalui oleh banyak aliran sungai besar dan kecil.
Terdapat tidak kurang dari 23 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Padang dengan total
panjang mencapai 155.40 km. Terdapat 10 buah sungai besar dan 13 sungai kecil yang melintas di
Kota Padang. Pada umumnya sungai – sungai besar dan kecil yang ada di wilayah kota Padang
II ‐ 3
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
memiliki ketinggian yang tidak jauh berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini
mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap genangan banjir.
Umumnya sungai‐sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang ketinggiannya tidak jauh
berbeda dengan tinggi permukaan laut. Kondisi ini mengakibatkan cukup banyak bagian wilayah
Kota Padang yang rawan terhadap banjir/genangan.
Pola pengaliran yang berkembang di wilayah ini berkisar antara dendritik hingga sub‐dendritik.
Pola dendritik banyak berkembang pada bagian timur laut wilayah Kota Padang yang sekaligus
mewakili wilayah dengan ketinggian lebih besar. Sementara pola sub‐dendritik berkembang pada
bagian barat daya wilayah Kota Padang terutama di sekitar wilayah pemukiman. Wilayah Kota
Padang terbagi dalam 6 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu : DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS
Batang Arau, DAS Batang Kandis, DAS Batang Kuranji, dan DAS Sungai Pisang. Wilayah Kota Padang
dan sekitarnya dilalui oleh beberapa sungai yang besar yaitu sungai Batang Anai, Sungai Linggarjati,
Sungai Batang Puranji, Sungai Lubuk Begalung beserta anak sungainya, keempatnya berhulu di
bagian utara dan timur pada daerah perbukitan, pegunungan Lantik dan pegunungan Bungsu yang
mengalir ke arah barat hingga ke daerah pesisir pantai Padang melalui dataran endapan aluvium
dan dataran pantai Holosen.
Muka air tanah di wilayah Kota Padang yang tercermin dari aliran sungai, sumur gali penduduk
maupun beberapa data pemboran teknik umumnya sangat dangkal hingga dangkal, hal ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor litologi yang melandasi paparan dataran Padang yang berupa endapan
aluvial dan dataran pantai Holosen. Arah aliran airtanah didalam akifer di daerah ini umumnya
terdiri dari material lapisan pasir halus hingga sangat kasar, lapisan lanau dan yang semipermeable
yaitu lanau‐lempung dengan jenis akifer bebas. Endapan sedimen kuarter tersebut dengan distribusi
muka airtanah yang dangkal dapat memungkinkan untuk terjadinya fenomena likuifaksi di beberapa
lokasi tertentu
Tingkat curah hujan Kota Padang pada tahun 2008 rerata adalah 367,70 mm/bulan dengan hari
hujan terbanyak pada bulan Desember yaitu 25 hari. Suhu udara berkisar antara 25,8 – 26,8 oC
dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73 – 84%.
II ‐ 4
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 4 Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan
Banyaknya
Banyaknya Curah
No. Bulan Hari Hujan
Hujan (mm)
(hari)
1. Januari 14 156.0
2. Februari 10 240.1
3. Maret 20 219.5
4. April 22 327.1
5. Mei 11 73.1
6. Juni 17 420.2
7. Juli 4 199.5
8. Agustus 12 113.8
9. September 13 266.7
10. Oktober 18 238.2
11. November 21 895.0
12. Desember 18 329.0
Rata‐rata 15 289.85
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika, 2012
Tabel 2. 5 Suhu dan Kelembaban Udara Perbulan
Suhu Udara (oC) Kelembaban
No. Bulan Ratarata
Maksimum Minimum Ratarata
(%)
1. Januari 31,1 22,7 26,5 80
2. Februari 31,8 21,6 26,6 77
3. Maret 31,2 22,7 26,6 81
4. April 31,5 22,7 26,9 82
5. Mei 32,1 23,0 27,6 79
6. Juni 32,0 22,7 27,1 80
7. Juli 31,5 21,8 26,4 79
8. Agustus 31,2 22,7 26,5 82
9. September 30,4 23,1 26,3 94
10. Oktober 31,1 23,0 27,0 83
11. November 29,9 23,3 26,5 87
12. Desember 31,3 23,0 26,6 84
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika, 2012
II ‐ 5
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 2. 3 Curah Hujan Padang Menurut Bulan
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika, 2012
2.2 KONDISI FISIK KOTA
Topografi Kota Padang terdiri dari dataran tinggi atau perbukitan, dataran rendah, daerah aliran
sungai serta mempunyai pulau dan pantai. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang memiliki
tingkat kemiringan lahan rata – rata > 40%. Ketinggian wilayah Kota Padang dari permukaan laut
bervariasi, mulai dari 0 m di atas permukaan laut (dpl) sampai > 1000 m dpl. Geologi wilayah Kota
Padang dibentuk oleh endapan permukaan, batuan vulkanik dan intrusi serta batuan sedimen dan
metamorf.
Kawasan dengan kelerengan lahan antara 0 – 2% umumnya terdapat di Kecamatan Padang Barat,
Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, sebagian Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Selatan,
Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Koto Tangah. Kawasan dengan kelerengan lahan antara
2 – 15% tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Lubuk Kilangan yakni
berada pada bagian tengah Kota Padang. Kawasan dengan kelerengan lahan 15% – 40% tersebar di
Kecamatan Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Kecamatan Koto Tangah. Sedangkan
kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian Timur Kecamatan Koto Tangah,
Kuranji, Pauh, dan bagian Selatan Kecamatan Lubuk Kilangan dan Lubuk Begalung dan sebagian
besar Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kawasan dengan kelerengan lahan >40% ini merupakan
kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung.
II ‐ 6
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.3 PRASARANA KOTA
Sebagian besar Kota Padang merupakan hutan lindung (51.01%), perumahan (9.53%) dan sawah
(7.39%).Dari data pada tahun 2008, penggunaan lahan di Kota Padang didominasi oleh hutan seluas
35.448 Ha, dan permukiman seluas 6.625,24 Ha. Karakteristik penggunaan lahan Kota Padang dapat
digambarkan dalam beberapa uraian berikut ini :
a) Secara umum, wilayah Kota Padang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) karakteristik penggunaan lahan,
yaitu :
1) Kawasan Hutan yang sebagian besar adalah Hutan Suaka Alam Wisata dan Hutan Lindung.
Berdasarkan data dari RTRW Kota Padang 2010 – 2030, Hutan Lindung (HL) yang dimiliki
Kota Padang seluas 12.095 Ha dan tersebar di wilayah Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan
Kuranji, Kecamatan Pauh, Kecamatan Lubuk Kilangan, dan Kecamatan Bungus dan Teluk
Kabung. Sementara Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) yang dimiliki Kota Padang adalah
seluas 24.879 Ha dan tersebar di wilayah Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh,
Kecamatan Lubuk Kilangan, dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
2) Kawasan Transisi yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan sebagian masih berupa
semak/alang‐alang.
3) Kawasan Perkotaan yang didominasi oleh permukiman, sarana sosial‐ekonomi‐budaya dan
prasarana perkotaan.
b) Koridor Jalan Padang ByPass menjadi batas imajiner antara Kawasan Perkotaan dengan Kawasan
Transisi.
c) Penggunaan lahan di kawasan Pusat Kota tidak mengalami perubahan yang berarti, namun
terlihat semakin tinggi intensitasnya.
d) Kecenderungan perkembangan fisik yang mengikuti pola jaringan jalan‐jalan utama (ribbontype
development) masih terlihat, terutama di sepanjang Jalan Padang ByPass.
e) Perkembangan fisik di sepanjang pantai akan dapat dikendalikan dengan pembangunan jalan
sepanjang pantai.
Berikut data rinci penggunaan lahan Kota Padang berikut dengan luasannya :
Tabel 2. 6 Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
Luas Lahan (Ha)
No. Jenis Penggunaan
2010 2011
1. Tanah Perumahan 7,123.23 6,696.27
2. Tanah Perusahaan 254.26 261.06
3. Tanah Industri Termasuk PT Semen Padang 702.25 702.25
4. Tanah Jasa 715.32 715.32
II ‐ 7
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Luas Lahan (Ha)
No. Jenis Penggunaan
2010 2011
5. Sawah Beririgasi Teknis 4,934.00 4,934.00
6. Sawah Non Irigasi 173.94 124.74
7. Ladang/Tegalan 952.75 952.45
8. Perkebunan Rakyat 2,147.50 2,147.50
9. Kebun Campuran 13,044.98 13,829.40
10. Kebun Sayuran 1,343.00 1,343.00
11. Peternakan 26.83 26.83
12. Kolam Ikan 100.80 100.80
13. Danau Buatan 2.25 2.25
14. Tanah Kosong 27.86 27.86
15. Tanah Kota 16.00 16.00
16. Semak 1,848.07 1,533.32
17. Rawa/Hutan Mangrove 120.00 120.00
18. Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 135.00 135.00
19. Hutan Lebat 35,448.00 35,448.00
20. Sungai dan Lain‐lain 379.45 379.45
Jumlah 69,495.50 69,495.50
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Padang, 2012
Gambar 2. 4 Persentase Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Padang, 2012
II ‐ 8
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.3.1 Sarana Hunian
Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat, pada tahun
2006 jumlah sarana hunian/rumah di wilayah Kota Padang sebanyak 175.409 unit. Sebagian besar
bangunan hunian/rumah adalah bangunan permanen (80,37%).
Tabel 2. 7 Jumlah Rumah Permanen, Semi Permanen, dan Non Permanen Per Kecamatan
Jumlah Permanen Semi Permanen Non Permanen
No. Jenis Penggunaan Rumah
(Unit) (%) (Unit) (%) (Unit) (%)
(Unit)
1. Bungus TI. Kabung 4.348 3.290 75,67 632 14,54 426 9,80
2. Lubuk Kilangan 9.470 8.235 86,96 1.063 11,22 172 1,82
3. Lubuk Begalung 19.199 16.760 87,30 1.768 9,21 671 3,49
4. Padang Selatan 11.186 8.667 77,48 1.750 15,64 769 6,87
5. Padang Timur 18.660 15.595 83,57 2.988 16,01 77 0,41
6. Padang Barat 10.997 9.011 81,94 1.854 16,86 132 1,20
7. Padang Utara 12.052 10.606 88,00 1.391 11,54 55 0,46
8. Nanggalo 10.596 8.582 80,99 1.665 15,71 349 3,29
9. Kuranji 27.298 22.222 81,41 3.753 13,75 1.323 4,85
10. Pauh 11.253 9.339 82,99 1.488 13,22 426 3,79
11. Koto Tangah 40.350 28.661 71,03 9.240 22,90 2.449 6,07
Kota Padang 175.409 140.968 80,37 27.592 15,73 6.849 3,90
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat, 2008
Dilihat dari sebarannya, jumlah bangunan rumah paling banyak terdapat di Kecamatan Koto Tangah
(40.350 unit), dan yang paling sedikit di Kecamatan Bungus Teluk Kabung (4.348 unit).
2.3.2 Sarana Pendidikan
Pendidikan sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu
perlu adanya ketersediaan fasilitas pendidikan untuk menunjang proses belajar mengajar di
lingkungan sekolah. Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kota Padang terdiri dari sarana pendidikan
pra‐sekolah (Taman Kanak‐kanak), sarana pendidikan dasar (Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah), sarana pendidikan menengah (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Madrasah
Tsanawiyah), sarana pendidikan atas (Sekolah Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, dan
Madrasah Aliyah), dan sarana pendidikan tinggi (Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Politeknik dan
Akademi).
II ‐ 9
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.3.3 Sarana Peribadatan
Terdapat 6 jenis fasilitas peribadatan di Kota Padang yaitu : mesjid, mushalla, gereja protestan dan
katholik, klenteng dan pura/vihara. Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Padang dari tahun
2002 sampai tahun 2008, yang mengalami pertambahan cukup banyak adalah mesjid dan mushalla,
masing‐masing sebanyak 128 dan 281 unit. Hal ini memiliki korelasi dengan penduduk Kota Padang
yang mayoritas beragama Islam.
2.3.4 Sarana Kesehatan
Berbagai jenis sarana kesehatan tersedia di Kota Padang, mulai dari Rumah Sakit sampai Klinik
Kesehatan. Secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah sarana I 35
kesehatan yang terdapat di wilayah Kota Padang. Pada tahun 2007 tercatat jumlah sarana kesehatan
sebanyak 432 unit dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 546 unit.
Berikut data rumah sakit di Kota Padang :
Tabel 2. 8 Data Rumah Sakit Kota Padang
Jumlah Tempat
No. Nama Rumah Sakit
Tidur
1 RS. M. Djamil 300
2 RSUD Kota Padang 96
3 RST (Reksodiwiryo) 121
4 RS Polda 33
5 RS Jiwa HB Saanin 200
6 RS Semen Padang 51
7 RS Yos Sudarso 146
8 RS Selasih 0
9 RS Aisyiah 79
10 RSI Ibnu Sina 65
11 RSI Siti Rahmah 69
12 RS Bedah Ropana Suri 23
13 RSJ Puti Bungsu 40
14 RS Mata Sitawa 25
15 BKM 38
16 RS Jantung 23
17 RS Asri 19
18 RS Ibu Anak Siti Hawa 25
19 RS Restu Ibu 0
20 RSB Annisa 20
21 RSB Lenggogeni 42
II ‐ 10
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Jumlah Tempat
No. Nama Rumah Sakit
Tidur
22 RSB Bunda 25
23 RSB Ananda 12
24 RSB Tiara Anggrek 25
25 RSB Cicik 20
26 RS BMC (Rusak Total) 60
27 RS Selaguri (Rusak Total) 55
Total 2112
Sumber : Dinas Kesehatan, 2010
2.3.5 Taman Kota
Taman‐taman yang tersebar di Kota Padang pada tahun 2002 tercatat sebanyak 29 buah dengan
luas lahan total 13.293 m². Umumnya taman‐taman tersebut merupakan bagian dari kelengkapan
jalan, bukan dibuat secara khusus sebagai sarana perkotaan yang dapat dimanfaatkan masyarakat
sebagai sarana rekreasi. Setelah tahun 2002, tidak diperoleh data sebaran dan luas taman kota di
Kota Padang.
2.3.6 Sarana Ekonomi Perdagangan
Sarana ekonomi perdagangan yang terdapat di Kota Padang terdiri dari pasar, pertokoan, plaza/mal
dan kios atau warung. Tercatat sebanyak 17 pasar yang tersebar di 8 kecamatan (Kec. Koto Tangah,
Kec. Lubuk Kilangan, Kec. Lubuk Begalung, Kec. Padang Timur, Kec. Padang Barat, Kec. Padang
Utara, Kec. Nanggalo dan Kec. Kuranji). Selain pasar juga tersebar blok‐blok pertokoan/ruko di
sepanjang jalan‐jalan utama kota dan beberapa plaza/mal.
Tabel 2. 9 Pasar menurut Lokasi dan Pengelola
No. Nama Pasar Pengelola Lokasi Jumlah
PKL
1. Pasar Aie Pacah Pemerintah Koto Tangah 41
2. Pasar Bandar Buat Pemerintah Lubuk Kilangan 331
3. Pasar Indarung Non Pemerintah Lubuk Kilangan 15
4. Pasra Gaung Non Pemerintah Lubuk Begalung 132
5. Pasar Simpang Haru Pemerintah Padang Timur 41
6. Pasar Raya Pemerintah Padang Barat 2.313
7. Pasar Tanah Kongsi Pemerintah Padang Barat 50
8. Pasar Pagi / Purus Atas Non Pemerintah Padang Barat 17
9. Pasar Ulak Karang Non Pemerintah Padang Utara 75
II ‐ 11
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Penambahan sarana perdagangan berupa toko dan rumah toko pada beberapa ruas jalan utama di
Kota Padang sebagian berupa peningkatan konstruksi bangunan dan sebagian lagi perubahan dari
rumah menjadi rumah toko. Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi
Sumatera Barat, pada tahun 2006 tercatat sebanyak 8.728 unit bangunan yang difungsikan sebagai
tempat usaha di Kota Padang. Jumlah terbanyak berada di wilayah Kecamatan Padang Barat (1.688
bangunan), dan paling sedikit di wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung (107 unit bangunan).
Tabel 2. 10 Jumlah Pertokoan di Padang
Luas (m2) Jumlah Petak
No. Jenis Pasar Meja Los
Tanah Bangunan Toko
Batu Bagonjong
I. Pasar Raya Timur I
1. Impres Tahap I 4.312 9.130 344 611 ‐
2. Impres Tahap II 5.295 ‐ ‐ ‐ ‐
3. Impres Tahap III 5.632 ‐ ‐ ‐ ‐
4. Impres Tahap IV 1.500 ‐ ‐ ‐ ‐
5. Pertokoan Balai Baru 158 113 14 ‐ ‐
II. Pasar Raya Timur II
1. Pertokoan Fase I 568 905 158 ‐ ‐
2. Pertokoan Fase II 545 895 162 ‐ ‐
3. Pertokoan Fase III 575 931 169 ‐ ‐
4. Pertokoan Fase IV 1.245 1.700 172 ‐ ‐
5. Pertokoan Fase V 430 750 114 ‐ ‐
6. Pertokoan Fase VI 490 595 100 ‐ ‐
7. Pertokoan Fase VII 11.584 6.243 342 ‐ ‐
III. Pasar Raya Barat
1. Tahap I (Impres Pert) 9.742 7.311 250 79 ‐
2. Tahap II (Impres Pert) 2.704 2.135 84 ‐ ‐
3. Tahap III (Impres Pert) 4.389 3.621 96 ‐ ‐
II ‐ 12
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Luas (m2) Jumlah Petak
No. Jenis Pasar Meja Los
Tanah Bangunan Toko
Batu Bagonjong
4. Pertokoan Blok A 4.800 3.832 173 ‐ ‐
5. Pertokoan Lapangan 630 527 13 ‐ ‐
6. Pertokoan Rajawali 672 468 25 ‐ ‐
7. Pertokoan Atom 2.700 2.430 223 442 ‐
Shopping
IV. Pasar Pembantu
1. Tanah Kongsi 6.000 2.040 60 239 ‐
2. Ulak Karang 6.400 2.186 34 80 ‐
3. Alai 13.630 5.130 80 216 ‐
4. Simpang Haru 5.800 2.142 93 9 ‐
5.Siteba (Impres Psr) 1.800 2.521 72 152 ‐
6. Lubuk Buaya 23.600 3.873 148 180 ‐
7. Bandar Buat 25.300 4.548 367 491 ‐
Sumber : Dinas Pasar Kota Padang, 2012
2.3.7 Sarana Perkantoran Pemerintah
Sarana perkantoran pemerintah di Kota Padang dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu perkantoran
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan perkantoran Pemerintah Kota Padang. Perkantoran
pemerintah umumnya terkonsentrasi di kawasan pusat kota dan di sepanjang jalan‐jalan utama
kota, seperti Kantor Gubernur, Kantor Walikota, Kantor Camat, Kantor Pos, Kantor Polisi dan kantor
instansi lainnya.
2.3.8 Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan dokumen RTRW Kota Padang 2010 – 2030, Ruang Terbuka Hijau adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang
Terbuka Hijau yang ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah Ruang Terbuka Hijau Publik,
meliputi :
A. Ruang Terbuka Hijau Taman Kota
Ruang Terbuka Hijau Taman Kota dikembangkan sebagai taman pasif yang berfungsi sebagai unsur
estetika kota. Sedangkan taman aktif berfungsi sebagai ruang sosial budaya publik. Taman‐taman
II ‐ 13
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
yang menghiasi Kota Padang sebanyak 31 lokasi dengan luas lahan total 13.293 m². Taman‐taman
tersebut merupakan bagian dari kelengkapan jalan.
B. Ruang Terbuka Hijau Fasilitas Lingkungan
Ruang Terbuka Hijau Fasilitas Lingkungan akan dikembangkan di setiap kecamatan dengan luas
yang disesuaikan dengan jumlah penduduk. Data taman di lingkungan di Kota Padang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2. 11 Lokasi dan Luas Taman di Kota Padang
No. Taman Lokasi Luas
(m2)
1. Taman Plansum depan Hotel Muara Jl. Gereja 300
2. Taman Plansum Sisingamangaraja Jl. Sisingamangaraja 630
3. Taman Plansum depan RST Jl. Ganting 46
4. Taman Tugu Selamat Datang Jl. Hamka 894
5. Taman Tugu Adipura Jl. Hamka 79
6. Taman Tugu Bagindo Aziz Chan Jl. Bagindo Aziz Chan 1.500
7. Taman Tugu Pemuda Jl. Pemuda 174
8. Taman Lingkungan Mainan Anak‐anak Jl. Raden Saleh 1.950
9. Taman Batang Arau Jl. Muara 1.530
10. Taman Plansum depan CPM J. Bundo Kanduang 99
11. Taman Plansum depan Jembatan Jl. Thamrin 80
Seberang Padang
12. Taman Plansum depan Mesjid Nurul Iman Jl. Thamrin 42
13. Taman Plansum Kampung Nias Jl. Kampung Nias 38
14. Taman Plansum Samping Pertamina Jl. Sawahan 260
15. Taman Plansum Mesrania Jl. Polonia 1
16. Taman Tugu Aziz Chan Jl. Taman Melati 4
17. Taman Plansum depan SMUN 2 Jl. Musi 405
18. Taman Plansum depan RPT Jl. Sisingamangaraja 25
19. Taman Plansum depan Pos Polisi Jl. Ganting 275
20. Taman Plansum Air Mancur Jl. M. Yamin 132
21. Taman Plansum Simpang GIA Jl. Hamka 45
22. Taman Plansum depan Sakma Jl, Juanda 300
23. Taman Plansum Dispenda Jl. Khatib Sulaiman 306
24. Taman Plansum depan Direktorat Jl. Khatib Sulaiman 215
Anggaran
25. Taman Plansum Ulak Karang Jl. S. Parman 180
26. Taman Plansum Pangkal Jembatan Juanda Jl. Juanda 153
27. Taman Plansum depan Mesjid Taqwa Jl. Hiligo 560
II ‐ 14
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.3.9 Kondisi Transportasi Kota Padang
Jaringan jalan di Kota Padang diatur dalam Rencana Tata Ruang Kota secara sistematis dengan
hirarki terdiri atas jaringan primer, sekunder, dan jalan lokal serta jalan lingkungan. Pembentukan
sistem jaringan tersebut dimaksud untuk terciptanya suatu mobilitas barang dan jasa antara pusat
pengembangan utama kota dengan empat sub pusat dan pusat‐pusat pemukiman penduduk. Berikut
data panjang jalan transportasi menurut jenis jalan.
Tabel 2. 12 Panjang Jalan menurut Fungsi dan Jenis Permukaan
Jenis Permukaan
No. Fungsi Cor/ Jumlah
Aspal Kerikil Tanah
Beton
1. Arteri Primer 100.600 ‐ ‐ ‐ 100.600
2. Arteri Sekunder 220.790 ‐ ‐ ‐ 220.790
3. Kolektor Primer ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
4. Kolektor Sekunder 228.398 ‐ ‐ ‐ 228.398
5. Lokal Primer ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
6. Lokal Sekunder 630.814 400.630 435.930 295.640 1.763.010
Jumlah 1.180.602 400.630 435.930 295.640 2.312.798
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang, 2012
Tabel 2. 13 Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan dan Status
No. Jenis Status Jumlah
Permukaan Nasional Propinsi Kota
1. Aspal AC 100.600 ‐ 1.180.000 1.280.600
2. Cor Beton ‐ ‐ 400.630 400.630
3. Kerikil ‐ ‐ 435.930 435.930
4. Tanah ‐ ‐ 295.640 295.640
Jumlah 100.600 ‐ 2.312.200 2.412.800
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang, 2012
II ‐ 15
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 14 Panjang Jalan menurut Kondisi dan Status
Status
No. Kondisi Jumlah
Nasional Propinsi Kota
1. Baik 92.130 ‐ 693.840 785.970
2. Sedang 8.470 ‐ 1.040.760 1.049.230
3. Rusak ‐ ‐ 346.920 346.920
4. Rusak Sedang ‐ ‐ 231.280 231.280
5. Rusak Berat ‐ ‐ ‐ ‐
Jumlah 100.600 ‐ 2.312.800 2.413.400
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang, 2012
Tabel 2. 15 Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan dan Kondisi
No. Jenis Kondisi Jumlah
Permukaan Baik Sedang Rusak
1. Aspal Beton 513.633 435.897 178.836 1.128.366
2. Aspal 94.360 220.680 103.920 418.959
3. Kerikil 78.180 213.970 172.390 464.541
4. Tanah 7.670 170.210 123.060 300.936
Jumlah 693.843 1.040.757 578.206 2.312.802
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang, 2012
2.4 DEMOGRAFI / KEPENDUDUKAN
Perkembangan jumlah penduduk Kota Padang dalam 24 tahun terakhir menunjukkan
kecenderungan pertambahan yang tidak terlalu signifikan. Pada tahun 1986 penduduk Kota Padang
tercatat sebanyak 564.440 jiwa, dan pada tahun 2009 bertambah menjadi 875.750 jiwa. Jadi dalam
kurun waktu 1986 ‐ 2009, jumlah penduduk Kota Padang bertambah sebanyak 311.310 jiwa atau
55,15%, atau rata‐rata tumbuh sekitar 2,30% per tahun.
Berdasarkan data BPD, penduduk Kota Padang pada tahun 2008 berjumlah 856.815 jiwa dengan
tingkat kepadatan 1206 jiwa / km2 dan laju pertumbuhan penduduk 2,22%. Penduduk kota ini
terkonsentrasi pada 5 kecamatan “kawasan kota lama” yaitu kecamatan Nanggalo, Kecamatan
Padang Utara, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Barat dan Kecamatan Padang Selatan.
Berdasarkan dokumen RTRW Kota Padang 2010 – 2030 Penduduk Kota Padang tahun 2009
berjumlah 875.750 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun (1999 – 2009), jumlah penduduk Kota
Padang bertambah sebanyak 89.706 jiwa atau 11,41%, atau rata‐rata tumbuh sekitar 1,14% per
tahun. Koto Tangah merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak (18,96%)
sedangkan Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
II ‐ 16
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
terkecil (2,79%). Tiga kecamatan memiliki pertumbuhan penduduk yang negatif, yakni Kecamatan
Padang Barat, Padang Utara dan Nanggalo.
Tabel 2. 16Jumlah Penduduk Kota Padang
Jumlah
Luas Penduduk
Kepadatan
No. Kecamatan Daerah (jiwa)
(jiwa/km2)
(Km2) Tahun
2008
A. Wilayah Darat
1 Bungus Teluk Kabung 100.78 24116 239
2 Lubuk Kilangan 85.99 43531 506
3 Lubuk Begalung 30.91 106641 3450
4 Padang Selatan 10.03 63345 6316
5 Padang Timur 8.15 87174 10696
6 Padang Barat 7 61437 8777
7 Padang Utara 8.08 76326 9446
8 Nanggali 8.07 58801 7286
9 Kuranji 57.41 120309 2096
10 Pauh 146.29 53669 367
11 Koto Tangah 232.25 161466 695
B. Wilayah Laut ‐ ‐ 720
Sumber : RTRW Kota Padang Tahun 20102030
Pada tahun 2011, penduduk Kota Padang berjumlah ± 844,316 jiwa dengan kepadatan 1.215
jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk 0,01% (BPS,2012). Jumlah penduduk terbanyak adalah
Koto Tangah dengan jumlah penduduk 165.633 jiwa, tapi karena wilayahnya paling luas hingga
mencapai 34,42% dari luas Kota Padang maka kepadatan penduduknya termasuk rendah 713
jiwa/km2. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling kecil sekaligus paling rendah kepadatannya
adalah Kecamatan Bungus Teluk Kabung, yaitu dengan jumlah penduduk 23.142 jiwa dan kepadatan
penduduk 230 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.16.
Tabel 2. 17 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Tahun 20072011
Tahun
No. Kecamatan
2007 2008 2009 2010 2011
1 Bungus Teluk Kabung 23.592 24.116 24.417 22.896 23.142
2 Lubuk Kilangan 42.585 43.531 44.552 48.850 49.751
3 Lubuk Begalung 104.323 106.641 109.793 106.432 108.018
4 Padang Selatan 61.967 63.345 64.458 57.718 57.386
5 Padang Timur 85.279 87.174 88.510 77.868 77.932
6 Padang Barat 60.102 61.437 62.010 45.380 46.060
7 Padang Utara 74.667 76.326 77.509 69.119 69.275
8 Nanggalo 57.523 58.801 59.851 57.275 57.731
9 Kuranji 117.694 120.309 123.771 126.729 128.835
II ‐ 17
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tahun
No. Kecamatan
2007 2008 2009 2010 2011
10 Pauh 52.502 53.669 54.846 59.216 60.553
11 Koto Tangah 157.956 161.466 166.033 162.079 165.633
Padang 838.190 856.815 875.750 833.562 844.316
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Tabel 2. 18 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan
Penduduk Laju Pertumbuhan
No. Kecamatan Penduduk per Tahun
2010 2011
1 Bungus Teluk Kabung 20.181 23.142 0.01
2 Lubuk Kilangan 38.518 49.751 0.02
3 Lubuk Begalung 84.372 108.018 0.02
4 Padang Selatan 55.651 57.386 0.00
5 Padang Timur 81.613 77.932 0.00
6 Padang Barat 60.886 46.060 ‐0.03
7 Padang Utara 67.358 69.275 0.00
8 Nanggalo 51.910 57.731 0.01
9 Kuranji 97.494 128.835 0.02
10 Pauh 41.215 60.553 0.03
11 Koto Tangah 121.555 165.633 0.03
Padang 720.753 844.316 0.01
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Tabel 2. 19 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
II ‐ 18
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 20 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Ratarata Anggota Rumah Tangga
menurut Kecamatan
Ratarata Anggota
No. Kecamatan Rumah Tangga Jumlah Penduduk
Rumah Tangga
1 Bungus Teluk Kabung 4.275 23.142 5.41
2 Lubuk Kilangan 11.881 49.751 4.19
3 Lubuk Begalung 19.700 108.018 5.48
4 Padang Selatan 12.308 57.386 4.66
5 Padang Timur 16.463 77.932 4.73
6 Padang Barat 12.482 46.060 3.69
7 Padang Utara 20.813 69.275 3.33
8 Nanggalo 16.823 57.731 3.43
9 Kuranji 32.470 128.835 3.97
10 Pauh 9.820 60.553 6.17
11 Koto Tangah 42.519 165.633 3.90
Padang 199.554 844.316 4.2
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Perkiraan jumlah penduduk Kota Padang diperlukan untuk dasar penyusunan Master Plan
Pengelolaan Persampahan dibuat untuk periode 20 tahun yaitu dari tahun 2013 sampai 2033.
Seleksi model persamaan dipilih berdasarkan nilai simpangan rata‐rata terkecil antara hasil
perhitungan jumlah penduduk dengan model persamaan dibandingkan terhadap data historis dari
RTRW. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh model least square sebagai model terpilih.
Selanjutnya perkiraan jumlah penduduk Kota Padang dari tahun 2013 sampai 2033 dengan hasil
sebagai berikut :
II ‐ 19
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 21 Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Padang 20102033
Jumlah Kecamatan
Penduduk Bungus
Tahun Lubuk Lubuk Padang Padang Padang Padang
Teluk Nanggalo Kuranji Pauh KotoTangah
Ke Kilangan Begalung Selatan Timur Barat Utara
Kabuang
2000 19646 38739 83585 54671 80632 59913 66891 51154 96432 40010 116834
2001 20181 38518 84372 55651 81613 60886 67388 51910 97494 41215 121555
2002 20227 39882 86055 56295 83038 61693 68896 52674 99292 42188 124181
2003 22164 38734 93203 57342 79413 56980 69479 53171 10537 47956 141638
2004 22171 39700 95539 58780 81427 58420 71256 54516 108029 49163 145193
2005 23197 40538 97560 60022 83151 59657 72766 55669 110316 50204 148264
2006 23400 41560 100912 61003 84231 59895 73730 56604 113976 51354 153075
2007 23592 42585 104323 61967 85279 60102 74667 57523 117694 52502 157956
2008 24116 43531 106641 63345 87174 61437 76326 58801 120309 53669 161466
2009 24417 44552 109793 64458 88510 62010 77509 59851 123771 54846 166033
2010 22896 48850 106432 57718 77868 45380 69119 57275 126729 59216 162079
2011 23142 49751 108018 57386 77932 46060 69275 57731 128835 60553 165633
2012 24848 48619 114635 62375 83121 51745 74795 60323 135642 61974 177372
2013 25221 49600 117189 62886 83213 50828 75311 61053 140441 63780 182046
2014 25593 50581 119743 63397 83305 49912 75826 61784 145240 65585 186720
2015 25965 51561 122296 63908 83397 48995 76342 62515 150038 67390 191393
2016 26337 52542 124850 64419 83489 48078 76858 63245 154837 69195 196067
2017 26709 53523 127404 64930 83581 47162 77374 63976 159636 71001 200741
2018 27081 54503 129958 65442 83674 46245 77890 64707 164434 72806 205415
2019 27454 55484 132511 65953 83766 45329 78405 65438 169233 74611 210089
II ‐ 20
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Jumlah Kecamatan
Penduduk Bungus
Tahun Lubuk Lubuk Padang Padang Padang Padang
Teluk Nanggalo Kuranji Pauh KotoTangah
Ke Kilangan Begalung Selatan Timur Barat Utara
Kabuang
2020 27826 56465 135065 66464 83858 44412 78921 66168 174032 76417 214762
2021 28198 57445 137619 66975 83950 43495 79437 66899 178830 78222 219436
2022 28570 58426 140172 67486 84042 42579 79953 67630 183629 80027 224110
2023 28942 59407 142726 67997 84134 41662 80469 68360 188428 81833 228784
2024 29315 60387 145280 68508 84226 40746 80985 69091 193226 83638 233458
2025 29687 61368 147834 69019 84318 39829 81500 69822 198025 85443 238132
2026 30059 62349 150387 69530 84410 38912 82016 70552 202824 87249 242805
2027 30431 63329 152941 70041 84502 37996 82532 71283 207622 89054 247479
2028 30803 64310 155495 70552 84595 37079 83048 72014 212421 90859 252153
2029 31176 65291 158048 71063 84687 36163 83564 72744 217220 92665 256827
2030 31548 66271 160602 71574 84779 35246 84080 73475 222018 94470 261501
2031 31920 67252 163156 72085 84871 34329 84595 74206 226817 96275 266174
2032 32292 68233 165710 72597 84963 33413 85111 74937 231616 98081 270848
2033 32664 69213 168263 73108 85055 32496 85627 75667 236414 99886 275522
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2013
II ‐ 21
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.5 KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
Tingkat pendapatan masyarakat dalam satuan rumah tangga/bulan merupakan salah satu dasar
yang digunakan untuk penentuan tarif retribusi pengelolaan persampahan. Namun pendataan
tentang tingkat pendapatan rumah tangga per bulan jarang dilakukan di kota‐kota atau daerah di
Indonesia sehingga data mengenai hal tersebut sangat minim bahkan tidak ada. Untuk mengatasi
kesulitan data tersebut maka perkiraan rata‐rata penghasilan rumah tangga per bulan dapat
didekati dengan menggunakan data PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator aktifitas perekonomian suatu
daerah. Semakin tinggi produktivitas suatu daerah maka PDRBnya akan semakin besar. Setelah
mengalami penurunan pada tahun 2005 karena pengaruh krisis ekonomi nasional dan adanya
gempa yang berkepanjangan, perumbuhan ekonomi meningkat menjadi 5.5% pada tahun 2006 dan
6.12% pada tahun 2007. Indikator ekonomi yang cukup relevan untuk mengukur perkembangan
ekonomi terhadap kesejahteraan penduduk adalah PDRB perkapita. PDRB per kapita Kota Padang
tahun 2008 adalah sebesar Rp.23,48 juta meningkat sebesar 6,9 juta rupiah dibandingkan dengan
tahun 2005.
Berdasarkan dokumen RTRW Kota Padang 2010 – 2030, Dalam 10 tahun terakhir, laju pertumbuhan
ekonomi Kota Padang dapat dibagi menjadi 2 pola kecenderungan, yaitu sebelum tahun 2000 dan
setelah tahun 2000. Sebelum tahun 2000, setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
sampai tahun 1997, laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang mengalami koreksi sangat besar akibat
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997‐1998.
Pada periode 1999 sampai 2009 laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang menunjukkan
kecenderungan pertumbuhan yang cukup stabil pada kisaran angka 5 ‐ 6% per tahun. Apabila
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dan laju pertumbuhan
ekonomi nasional, laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang terlihat masih di bawah rata‐rata
provinsi dan nasional.
Tabel 2. 22 Anggaran dan Realisasi Pendapatan menurut Sumber Penerimaan
II ‐ 22
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Sebelum gempa pertumbuhan ekonomi Kota Padang tahun 2008 mencapai 6,21%, setelah gempa,
tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota Padang turun menjadi 5,08% merupakan pertumbuhan
terendah selama periode 2002‐2009. Namun jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Sumatera Barat tahun 2009, kondisinya lebih baik Kota Padang. Lebih jelasnya
perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
II ‐ 23
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 23 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang
Laju
Tahun Pertumbuhan Keterangan
Ekonomi
1994 8,82%
1995 9,05%
1996 9,12%
1997 6,48%
1998 ‐7,76% Krisis Ekonomi
1999 1,49%
2000 4,47%
2001 4,07%
2002 5,30%
2003 5,55%
2004 5,89% Mulai digunakan
tahun dasar 2000
2005 5,29%
untuk menghitung
2006 5,12%
PDRB atas dasar
2007 6,14% harga konstan
2008 6,21%
2009 5,08%
Sumber : Padang Dalam Angka Tahun 19972009 BAPPEDA Kota Padang dan BPS Kota Padang
Struktur perekonomian Kota Padang pada tahun 2009 ini masih didominasi oleh sektor
Pengangkutan dan Komunikasi dengan kontribusi sebesar 24,31%, diikuti oleh sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran dengan konstribusi sebesar 20,85%.
Tabel 2. 24 Jumlah Unit dan Tenaga Kerja pada Industri Kecil
2009 2010*) 2011**)
No. Lapangan Usaha
1 Pertanian 1,250.72 1,430.25 1,615.75
Pertambangan dan 381.05 415.82 458.11
2
Penggalian
3 Industri Pengolahan 3,269.94 3661.50 4,036.80
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 45683 491.65 528.76
5 Bangunan 994.63 1,200.54 1,403.91
Perdagangan, Hotel, 4,553.22 5,199.79 6,659.03
6
Restoran
Pengangkutan da 5,307.50 5,943.98 6,659.03
7
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan 1,912.89 2,119.16 2,343.01
8
Jasa Perusahaan
9 Jasa‐jasa 3,710.27 4,123.69 4,611.01
Jumlah 21,837.05 24,586.37 27,542.86
Sumber : Padang Dalam Angka, 2012
II ‐ 24
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 25 Jumlah Unit Usaha dan Nilai Investasi pada Industri Kecil
Unit Usaha Nilai Investasi
No. Jenis Industri Formal Non Jumlah Formal Non Jumlah
Formal Formal
1 Industri Pangan 292 876 1.168 18.378 55.133 73.511
Industri Sandang & 96 288 384 7.907 23.722 31.629
2
Kulit
Industri Kimia & 246 738 984 23.022 69.065 92.087
3
Bahan Bangunan
Industri Logam & 196 588 784 15.038 45.115 60.153
4
Elektronika
5 Industri Kerajinan 33 99 132 1.672 5.015 6.686
Jumlah 863 2.589 3.452 66.017 198.050 264.066
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kota Padang, 2012
Sedangkan secara besaran, nilai PDRB Kota Padang berdasarkan harga berlaku menunjukan nilai
PDRB yang meningkat dari Rp. 20,14 triliun tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 21,84 triliun
menjadi 2009, walaupun dengan kenaikan yang tidak sebesar dari tahun 2007 yang sebesar 17,37
triliun. Berdasarkan nilai PDRB Kota Padang berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga
menunjukan nilai PDRB yang meningkat dari Rp. 10,80 triliun tahun 2008 meningkat menjadi Rp.
11,35 triliun menjadi 2009, dengan kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun‐
tahun sebelumnya.
Tabel 2. 26 PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha
II ‐ 25
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
b. Gas X X X
c. Air Bersih 39.00 41.54 44.40
5. Bangunan 994.63 1,200.54 1,403.91
Perdagangan, Hotel dan 4,553.22 5,199.79 5,886.47
6.
Restoran
a. Perdagangan Besar 4,471.35 5,106.84 5,781.96
dan Eceran
b. Hotel 4,471.35 5,106.84 5,781.96
c. Restoran 45.14 51.40 57.82
Pengangkutan dan 5,307.50 5,943.98 6,659.03
7.
Komunikasi
a. Pengangkutan 3,759.33 4,133.89 4,558.42
Kereta Api 52.65 56.93 61.88
Jalan Raya 2,163.02 2,409.36 2,699.45
Angkutan Laut 599.71 633.92 671.92
Angkutan Sungai, Danau 207.22 216.06 224.31
& Penyebrangan
Angkutan Udara X X X
Jasa Penunjang 736.72 817.62 900.86
Angkutan
b.Komunikasi 1,548.17 1,810.09 2,100.61
Keuangan, Persewaan 1,912.89 2,119.16 2,343.01
8.
dan Jasa Perusahaan
a. Bank 615.57 676.89 739.83
b. Lembaga Keuangan 485.30 543.13 603.31
tanpa Bank
c. Sewa Bangunan 720.65 801.04 893.80
d. Jasa Perusahaan 91.36 98.10 106.07
9. Jasa‐jasa 3,710.27 4,123.69 4,611.01
a. Pemerintah Umum 1,869.08 2,068.30 2,319.40
b. Swasta 1,841.18 2,055.40 2,291.62
Sosial Kemasyarakatan 782.44 879.53 993.51
Hiburan dan Rekreasi 314.17 350.42 392.02
Perorangan dan Rumah 744.58 825.44 906.09
tangga
Sub Jumlah 21,837.05 24,586.37 27,542.86
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2012
II ‐ 26
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 2. 5 Distribusi PDRB Kota Padang ADHB menurut Lapangan Usaha
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2012
Gambar 2. 6 Indeks Berantai PDRB Kota Padang ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2012
II ‐ 27
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 27 Pendapatan Regional dan Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel 2. 28 Volume dan Nilai Ekspor Sumatera Barat melalui Pelabuhan Padang
menurut Golongan Barang
II ‐ 28
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.6 TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kota Padang, secara umum kesehatan masyarakat Kota Padang
sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun 2007. Secara makro, pencapaian profil kesehatan
dapat dilihat dari beberapa penyakit akibat sanitasi, diantaranya :
A. Malaria
Jumlah kasus yang didiagnosa dan dirawat di rumah sakit pada tahun 2008 berjumlah 179
kasus. Jumlah kasus rawatan rumah sakit meningkat dibandingkan tahun 2007, yaitu sebanyak
94 kasus dan 77 kasus di tahun 2006.
B. Diare
Penyakit diare yang banyak ditemukan di Kota Padang adalah gastro enteritis yang disebabkan
oleh kuman. Pada tahun 2008, jumlah kasus diare rawat jalan di Puskesmas adalah sebanyak
14.168 kasus dengan insidens rate 16,9/1000 penduduk. Data ini meningkat dari tahun 2007
yaitu sebesar 10.678 kasus dan tahun 2006 sebanyak 13.499 kasus.
C. Filariasis (penyakit kaki gajah)
Dari hasil survey tahun 2006, ditemukan 21 kasus positif filariasis. Pada tahun 2008 dilakukan
pengobatan missal di 3 kecamatan endemis, yaitu Kecamatan Padang Timur, Lubuk Begalung
dan Lubuk Kilangan.
D. Flu Burung
Selama tahun 2008, ditemukan 1 kasus baru dugaan penderita flu burung di Kota Padang karena
rowayat demam bersamaan dengan adanya ayam mati mendadak. Namun setelah diperiksa
ternyata penderita dinyatakan negative.
E. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada awal tahun 2008 terjadi lonjakan kasus DBD sebanyak 1219 kasus dengan 6 kematian.
Jumlah ini turun dibandingkan tahun 2005 (1100 kasus dengan 19 kematian).
Tabel 2. 29 Jumlah Penderita Beberapa Jenis Penyakit Terbanyak di Kota Padang
2007 2008 2009 2010 2011
No. Jenis Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan 99.998 103.875 213.778 127.026 115.361
1
Atas (ISPA)
2 Jaringan bawah kulit 17.632 14.085 39.680 24.058 21.340
3 Rematik 13.894 12.197 39.801 18.531 14.353
4 Jaringan gusi / prodental 22.210 12.785 31.698 10.352 9.721
5 Tukak lambung 5.961 15.222 45.229 20.917 21.606
6 Scabies 7.816 ‐ 8.529 ‐ 5.994
7 Diare 11.487 11.634 ‐ 11.676 11.832
II ‐ 29
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
2.7 RENCANA PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN KOTA
Berdasarkan dokumen RTRW Kota Padang 2010 – 2013, potensi Kota Padang dalam mendukung
penataan ruang wilayahnya adalah :
a. Fungsi Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat;
b. Kota Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
c. Peranan Kota Padang sebagai pusat koleksi‐distribusi barang bagi kawasan sekitarnya;
d. Kota Padang sebagai orientasi perkembangan bagi kawasan sekitarnya;
e. Ketersediaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan, baik untuk skala kota maupun
skala regional;
f. Nilai strategis dan historis Kota Padang;
g. Ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia yang lebih memadai dibandingkan dengan
daerah sekitar;
Visi Kota Padang Jangka Panjang (2004‐2020), yaitu :
“Terwujudnya masyarakat madani yang berbasis industri, perdagangan dan jasa yang unggul dan
berdayasaing tinggi dalam kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur”.
Berdasarkan permasalahan, potensi dan kebijakan pembangunan Kota Padang Jangka Panjang maka
tujuan penataan ruang Kota Padang sampai dengan tahun 2030 ditetapkan sebagai berikut :
II ‐ 30
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
“Terwujudnya Kota Padang sebagai kota metropolitan berbasis mitigasi bencana dengan didukung
oleh pengembangan sektor perdagangan, jasa, industri dan pariwisata”.
Adapun perwujudan tujuan tata ruang tersebut direncanakan dengan langkah sebagai berikut (a)
Perwujudan Kota Metropolitan (b) Pengembangan Kota Berbasiskan pada Mitigasi Bencana dan (c)
Pengembangan Perekonomian Kota Berbasis pada Sektor Perdagangan dan Jasa, Sektor Pariwisata
dan Sektor Industri
Kebijakan dan strategi penataan ruang dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang Kota
Padang adalah sebagai berikut :
5. Pengembangan sistem sarana dan prasarana perkotaan yang memadai sesuai dengan
kapasitas dan tingkat pelayanan kepada masyarakat serta mempertimbangkan kondisi
darurat akibat bencana alam. Dimana salah satu strateginya adalah mengembangkan
sarana dan prasarana pengelolaan persampahan melalui pengurangan volume sampah,
II ‐ 31
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan, dan penambahan lahan Tempat Pembuangan
Akhir sampah;
6. Pengembangan sistem permukiman yang sesuai dengan karakter ruang kota, sosial
budaya masyarakat, daya dukung dan daya tampung lahan, kesesuaian lahan dan
kerawanan terhadap bencana. Dimana salah strateginya adalah (a) mengembangkan
permukiman dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan kepadatan rendah (sub urban); (b)
mengembangkan permukiman kepadatan rendah pada di kawasan yang akan dipertahankan
sebagai kawasan konservasi dan kawasan lindung serta kawasan perkebunan dan pertanian
perkotaan dan kawasan rawan bencana; (c) mendorong pembangunan secara vertikal terbatas
di kawasan pusat kota untuk mengoptimalkan dan meningkatkan intensitas ruang di pusat kota
dalam rangka menjamin keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang terbuka hijau dengan
tetap memperhatikan ketentuan bangunan tahan gempa; (d) membatasi pengembangan
permukiman di ruang‐ruang yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana di pantai,
kawasan lindung, kawasan resapan air; (e) meremajakan kawasan permukiman kumuh di pusat
kota; (f) mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang sudah
tertata; (g) mengembangkan perumahan yang mendukung pengembangan kawasan industri.
7. Penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum sesuai dengan standar pelayanan minimal
bagi masyarakat dan tahan gempa yang dapat difungsikan dalam kondisi darurat akibat
bencana alam. Dimana salah satu strateginya adalah mengendalikan dampak negatif dari
berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum.
8. Pengendalian pengembangan pada kawasan rawan bencana. Dimana salah satu strateginya
adalah mengembangkan kawasan sepanjang pantai sebagai ruang terbuka hijau dan kegiatan
minapolitan dengan intensitas rendah
9. Penetapan kawasan lindung. Dimana salah satu strateginya adalah mempertahankan dan
merevitalisasi kawasan hutan lindung dan resapan air untuk menjamin ketersediaan sumber
daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi.
10. Revitalisasi dan rehabilitasi pengembangan kawasan pusat kota dan mendorong
pengembangan di wilayah pinggiran kota serta membatasi pengembangan di kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana. Dimana salah strateginya adalah (a)
mengarahkan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa skala regional ke arah timur, utara
dan selatan kota; (b) mendorong perkembangan kawasan perdagangan dan jasa skala kota di
kawasan pusat kota.
II ‐ 32
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
11. Pengembangan kawasan perumahan yang aman dan nyaman sesuai dengan jumlah
penduduk kota sampai akhir tahun perencanaan. Dimana salah satu strateginya adalah (a)
mendorong pengembangan perumahan ke arah ke utara kota dengan intensitas yang
disesuaikan dengan daya dukung ruang; (b) mengembangkan perumahan secara vertikal pada
kawasan yang memiliki kepadatan penduduk lebih dari 50 jiwa/ha dengan tetap
memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada dan ketahanan terhadap gempa;
13. Pengembangkan kawasan perdagangan dan jasa sebagai bagian dari penyediaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan menyediakan fasilitas perdagangan dan jasa
dengan skala pelayanan kota dan regional. Dimana salah satu strateginya adalah (a)
melakukan rehabilitasi dan revitalisasi pasar tradisional yang rusak akibat bencana gempa
bumi; (b) mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa di pusat kota yang meliputi Padang
Barat, Padang Timur, Padang Selatan, Padang utara dan Nanggalo; (c) membangun pasar induk
atau grosir di Kawasan Lubuk Buaya;
14. Pengembangkan kawasan industri dan pergudangan yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan sesuai dengan potensi yang ada di dalam kota dan di wilayah sekitar.
Dimana salah diantara strateginya adalah (a) merelokasi kawasan industri yang tersebar dan
berada pada kawasan pusat kota ke kawasan industri yang telah ditetapkan (b)
mengembangkan kawasan pergudangan yang mendukung kegiatan industri yang dialokasikan di
bagian selatan kota yang terintegrasi dengan pengembangan Pelabuhan Teluk Bayur.
15. Pengembangan kawasan pariwisata dalam rangka mendukung Kota Padang dan Provinsi
Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata nasional.
16. Pengembangan kawasan pendidikan tinggi dalam rangka penyediaan ruang untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan pengembangan
kota dimasa yang akan datang.
17. Pengembangan kawasan olah raga dan rekreasi yang representatif dalam mendukung
penyelenggaraan kegiatan olah raga skala regional, nasional maupun internasional serta
membangun fasilitas untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui
II ‐ 33
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
budaya olah raga. Dimana salah satu strateginya adalah (a) mengembangkan fasilitas olah raga
yang dapat mendukung penyelenggaraan kegiatan olah raga di tingkat regional, nasional
maupun internasional di kawasan Air Pacah; (b) mengembangkan ruang terbuka hijau yang
terpadu dengan fasilitas olah raga dan rekreasi serta mengoptimalkan potensi alam bagi
pengembangan sektor pariwisata
18. Pengembangan ruang terbuka hijau untuk fungsi ekologi, fungsi ekonomi maupun fungsi
sosial budaya baik privat maupun publik yang dapat meningkatkan kualitas kenyamanan
ruang kota. Dimana salah satu strateginya adalah (a) menyediakan ruang terbuka hijau publik
sebesar 20%, yang meliputi lahan pemakaman, taman kota dan danau/waduk ruang terbuka
hijau koridor jalan; (b) menetapkan angka koefisien dasar hijau pada setiap pengembangan
ruang untuk menjamin ketercukupan penyediaan ruang terbuka hijau privat sebesar 10%;
19. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.
Berkaitan dengan hal di atas, konsep pengembangan Kota Padang harus mengacu pada terciptanya
tata ruang yang efisien, terpadu dan berkesinambungan. Memperhatikan karakteristik dan prioritas
pengembangan kota dalam jangka panjang, Kota Padang dibagi menjadi 6 (enam) Wilayah
Pengembangan, yaitu :
Wilayah Pengembangan II : mencakup wilayah Kecamatan Padang Selatan, dan Kecamatan Lubuk
Begalung dengan luas 40,94 Km². diarahkan untuk pengembangan kegiatan transportasi laut,
perikanan dan kelautan, pariwisata, serta permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang.
Wilayah PengembanganIII : mencakup wilayah Kecamatan Koto Tangah dengan luas 232,25 Km².
pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal
dan regional, transportasi darat skala regional, pendidikan, permukiman dengan kepadatan rendah
sampai sedang. Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan‐kegiatan yang
berkaitan dengan penelitian dan evakuasi bencana.
Wilayah PengembanganIV : mencakup wilayah Kecamatan Kuranji, dan Kecamatan Pauh dengan
luas 203,70 Km². pada kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan
II ‐ 34
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
dan jasa skala lokal, pendidikan tinggi, permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang.
Sedangkan pada kawasan lindung dapat dikembangkan kegiatan‐kegiatan yang berkaitan dengan
penelitian dan evakuasi bencana.
Wilayah PengembanganV : mencakup wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas 85,99
Km². kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal,
pertambangan, permukiman dengan kepadatan rendah sampai sedang. Sedangkan pada kawasan
lindung dapat dikembangkan kegiatan‐kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan evakuasi
bencana.
Wilayah PengembanganVI : mencakup wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung dengan luas
100,78 Km². kawasan budidaya diarahkan untuk pengembangan kegiatan transportasi laut,
perikanan dan kelautan, pariwisata, perdagangan dan jasa skala lokal dan regional, industri dan
pergudangan, permukiman dengan kepadatan rendah. Sedangkan pada kawasan lindung dapat
dikembangkan kegiatan‐kegiatan yang tidak mengurangi fungsi lindung.
Berdasarkan kebijakan yang sudah ditetapkan dalam RTRWN maupun RTRW Provinsi Sumatera
Barat, secara hirarkis sistem pelayanan di Kota Padang dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Pusat Pelayanan Kota, adalah adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi
yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. Dengan demikian pusat kota
merupakan fungsi dari jenis‐jenis kegiatan yang erat kaitannya dengan usaha untuk
melayani daerah‐daerah dalam lingkup antar wilayah dengan skala kota dan atau regional,
nasional maupun internasional. Jenis‐jenis pelayanan regional di Kota Padang yang masuk
dalam kategori ini antara lain pemerintahan/perkantoran, perdagangan regional, industri,
pendidikan tinggi, transportasi, rumah sakit, dan lain‐lain.
2) Sub Pusat Pelayanan Kota, adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi
yang melayani bagian wilayah kota yang merupakan fungsi dari kegiatan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan internal dalam lingkup bagian wilayah kota. Jenis‐jenis
pelayanan yang masuk dalam kategori ini antara lain; perdagangan dan jasa, fasilitas umum
dan sosial, transportasi kota, pasar, dan lain‐lain.
3) Pusat Pelayanan Lingkungan, yang merupakan fungsi dari kegiatan yang melayani
kebutuhan penduduk dalam lingkup lingkungan/kawasan. Jenis‐jenis kegiatan yang masuk
dalam kategori ini sebagian besar berhubungan dengan kegiatan yang menyediakan
kebutuhan sehari‐hari (pokok) penduduk
II ‐ 35
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Pengembangan pusat‐pusat pelayanan kota juga dilakukan dengan mempertimbangkan jarak antar
pusat pelayanan kota serta jumlah penduduk yang dilayaninya. Dalam rangka pemulihan ekonomi
Kota Padang pasca bencana gempa bumi maka strategi pengembangan pusat‐pusat pelayanan kota
dilakukan sebagai berikut :
a) 10 tahun pertama akan dilakukan pemulihan ekonomi kota dengan memulihkan pusat‐pusat
pelayanan ekonomi yang hancur akibat gempa dan pengembangan pusat pelayanan
pemerintahan. Pusat pelayanan ekonomi akan dikembangkan di kawasan pusat kota yang
meliputi Kecamatan Padang Barat, Padang Timur, Padang Selatan, Padang Utara. Pusat
pelayanan pemerintahan kota akan dikembangkan di kawasan Air Pacah.
Pusat Pelayanan Kota berada di Kawasan Pusat Kota Lama yang mencakup wilayah Kecamatan
Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang
Selatan. Fungsi Pusat Pelayanan adalah sebagai pusat kegiatan perdagangan dan bisnis, kegiatan
jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi, kegiatan sosial‐budaya, kegiatan pariwisata, rekreasi
dan hiburan. Dalam 10 tahun pertama pusat pelayanan ini akan dikembangkan dalam kaitannya
untuk pemulihan perekonomian Kota Padang pasca gempa 30 September 2010. Skala pelayanan
mencakup Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat dan Regional.
Sub Pusat Pelayanan Kota untuk 10 tahun pertama adalah (1) Sub Pusat Pelayanan Lubuk Buaya
Mencakup kawasan di bagian utara Kota Padang dan termasuk kawasan sekitar Bandara
Internasional Minangkabau (2) Sub Pusat Pelayanan Air Pacah (3) Sub Pusat Pelayanan Bandar
Buat yang mencakup kawasan Lubuk Begalung sampai Indarung. (4) Sub Pusat Pelayanan
Bungus yang mencakup kawasan di bagian selatan Kota Padang.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan meliputi : C.1. Pusat Pelayanan
Lingkungan Anak Air C.2. Pusat Pelayanan Lingkungan Lubuk Minturun C.3. Pusat Pelayanan
Lingkungan Gunung Sarik C.4. Pusat Pelayanan Lingkungan Ketaping
Pusat Pelayanan 10 Tahun Ke Dua akan didorong pengembangan pusat‐pusat kota ke arah utara,
timur dan selatan. Berdasarkan posisi geografis Kota Padang dan mempertimbangkan kebijakan
RTRW Provinsi untuk menjadikan Kota Padang sebagai Kota Inti dalam kawasan Metropolitan
II ‐ 36
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Padang serta maka sistem pusat pelayanan kota akan dikembangkan di selatan, timur dan utara
kota. (1) Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara Pusat Pelayanan Kota di bagian utara akan
dikembangkan di kawasan Lubuk Buaya (2) Pusat Pelayanan Kota di Bagian Timur akan
dikembangkan di Kawasan Air Pacah‐Bandar Buat‐Indarung (3) Pusat Pelayanan Kota di bagian
selatan akan dikembangkan Kawasan Minapolitan Bungus dan Kawasan Pelabuhan Teluk Bayur
(4) Pusat Pelayanan Kota di bagian tengah meliputi Kecamatan Padang Utara, Kecamatan
Padang Selatan, Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Barat yang didominasi oleh
kegiatan dengan skala pelayanan kota atau lokal.
Sub Pusat Pelayanan Kota adalah Pusat Pelayanan Ekonomi, Sosial dan/atau Administrasi yang
melayani bagian wilayah kota. Rencana pengembangan Sub Pusat Kota di Kota Padang meliputi
(1) Sub Pusat pelayanan Kota Lubuk Begalung (2) Sub Pusat pelayanan Kota Sungai Pisang (3)
Sub Pusat pelayanan Kota Limau Manis (4) Sub Pusat pelayanan Kota Gunung Padang (5) Sub
Pusat pelayanan Kota Indarung.
Pusat Lingkungan adalah ruang yang dikembangkan untuk menampung fasilitas pelayanan yang
melayani kebutuhan penduduk dalam lingkup lingkungan/ kawasan. Jenis‐jenis kegiatan yang
masuk dalam kategori ini sebagian besar berhubungan dengan kegiatan yang menyediakan
kebutuhan sehari‐hari (pokok) penduduk. Selain itu juga jangkauan pelayanan masing‐masing
pusat pelayanan kawasan terhadap wilayah pelayanannya. Pusat Lingkungan yang akan
dikembangkan meliputi : C.1. Pusat Lingkungan Anak Air C.2. Pusat Lingkungan Lubuk Minturun
C.3. Pusat Lingkungan Gunung Sarik C.4. Pusat Lingkungan Ketaping
2.7.1 Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan terdiri dari kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi, kawasan
perumahan dengan kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan kepadatan rendah. Luas
kawasan perumahan yang akan dikembangkan di Kota Padang kurang lebih 10.608 Ha
• Kawasan perumahan kepadatan tinggi, tersebar di Kawasan Pusat Kota (lama);
• Kawasan perumahan kepadatan sedang diarahkan pengembangannya ke bagian utara dan timur
kota (Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji);
• Kawasan perumahan kepadatan rendah, diarahkan di wilayah pengembangan yang juga
berperan sebagai kawasan konservasi di bagian utara, timur dan selatan kota (Kecamatan Pauh,
Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
II ‐ 37
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Pengembangan kawasan perumahan untuk nelayan dialokasikan di Kecamatan Bungus Teluk
Kabung.
2.7.2 Rencana Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan dan jasa merupakan peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan
budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan perkantoran swasta yang
menyediakan jalan pelayanan kepada masyarakat, fasilitas umum, tempat bekerja, tempat berusaha,
tempat hiburan dan rekreasi. Luas kawasan perdagangan di Kota Padang yang akan dikembangkan
kurang lebih 2.500 Ha. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Padang dilakukan
melalui :
• Mengembangkan pasar modern dan pasar tradisional di kawasan pusat kota (lama) dan sub‐sub
pusat pengembangan, namun lokasinya diatur tidak berdekatan untuk mengurangi kepadatan
lalu‐lintas. Pengembangan Pasar Tradisional Lubuk Buaya, Pasar Alai, Pasar Siteba, Pasar
Simpang Haru, Pasar Banda Buat dan Pasar Belimbing ditingkatkan kondisinya menjadi “fresh
market” (pasar segar) yang menjual kebutuhan rumah tangga.
• Mengembangkan sarana perdagangan terpadu antara pasar tradisional dan pasar modern sesuai
dengan kebutuhan dan jangkauan pelayanannya.
• Untuk mendukung fungsi Kota Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan pusat
perekonomian wilayah di Provinsi Sumatera Barat, dikembangkan Pasar Regional (Grosir) di
Lubuk Buaya yang terintegrasi dengan pengembangan Terminal Regional. Pasar Regional di
Lubuk Buaya akan mengganti fungsi Pasar Raya yang sebelumnya berfungsi sebagai pasar grosir
di Kota Padang.
2.7.3 Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata
Pengembangan pengembangan wisata kuliner, belanja dan konvensi (MICE) direncanakan
terintegrasi dengan kawasan perdagangan dan jasa komersial. Pengembangan kawasan pariwisata
di Kota Padang direncanakan secara terpadu antara pariwisata alam dan pariwisata budaya serta
wisata sejarah dan kuliner dengan rincian sebagai berikut :
II ‐ 38
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Pantai Padang, Gunung
Padang dan Pantai Air Manis, Sungai Pisang, Pantai Pasir Jambak, serta pulau pulau kecil yang
memiliki potensi wisata di wilayah perairan kota Padang
• Pengembangan kawasan pariwisata budaya diarahkan di Kawasan Kota Lama yaitu Kawasan
Pondok dan Kawasan Muaro serta pengembangan kawasan pusat budya Minang serta Kawasan
Ruang Terbuka Hijau Lapangan Imam Bonjol; Selain itu juga dikembangkan kawasan
permukiman tradisional nagari/adat yang masih menjalankan adat dalam kehidupan sehari‐
hari. Rencana pengembangan nagari adat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kecamatan
Koto Tangah.
• Pengembangan taman wisata alam Taman Hutan Raya Bung Hatta.
2.7.4 Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian dan Perkebunan
Kota Padang masih terdapat sawah irigasi teknis yang menjadi bagian dari budaya masyarakat
untuk memanfaatkan tanah ada sebagai lahan pertanian. Dengan demikian keberadaan sawah ini
mutlak dipertahankan. Alih fungsi sawah hanya diperbolehkan pada sawah tadah hujan. Dengan
demikian meskipun pada merupakan kawasan perkotaan namun tetap akan dikembangkan kawasan
pertanian. Kawasan pertanian adalah pola ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan
yang berhubungan dengan pengusahaan tanaman tertentu, untuk pribadi atau tujuan komersial.
Pengembangan kawasan perkebunan ini tersebar di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji,
Kecamatan Pauh, Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Luas lahan
pertanian yang akan dipertahankan kurang lebih 4.600 Ha dan luas kawasan perkebunan yang akan
dikembangkan kurang lebih 10.400 Ha yang akan difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Sabuk Hijau.
2.7.5 Rencana Peruntukan Lahan Kota Padang di tahun 2030
Rencana peruntukan Lahan Kota Padang di tahun 2030 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 2. 30 Rencana Peruntukan Lahan Kota Padang Tahun 2030
II ‐ 39
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Padang didasari oleh kebijakan RTRW
Nasional dan RTRW Provinsi Sumatera Barat, sistem jaringan jalan eksisting, pola pemanfaatan
ruang dan sebaran pusat‐pusat pelayanan kota. Selain itu, rencana pengembangan jaringan jalan
juga dilakukan mengikuti rencana struktur ruang kota yang ditetapkan serta mengikuti pola sistem
jaringan jalan primer dan sekunder. Berdasarkan rencana yang tertuang di dalam RTRWN dan
II ‐ 40
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
RTRW Provinsi Sumatera Barat jalan di Kota Padang meliputi (a) pengembangan jalan bebas
hambatan; (b) pengembangan jalan arteri primer; (c) pengembangan jalan arteri sekunder; (d)
pengembangan jalan kolektor primer; (e) pengembangan jalan kolektor sekunder; dan (f)
pengembangan jalan lokal sekunder dan lingkungan sekunder.
Fungsi jaringan jalan yang akan dikembangkan di Kota Padang meliputi :
Jalan Bebas Hambatan
Sesuai dengan RTRW Nasional dan RTRW Provinsi Sumatera Barat, Jalan Bebas Hambatan (Jalan
Tol) akan dikembangkan untuk menghubungkan Kota Padang ‐ Kota Bukittinggi. Jalan bebas
hambatan ini direncanakan akan terhubung dengan jalan arteri di Kota Padang melalui jalan
penghubung yang akan direncanakan kemudian. Jalan bebas hambatan ini merupakan lintas
alternatif dari ruas jalan umum yang sudah ada yang menghubungkan Padang – Bukittinggi.
Jalan Arteri Primer
Jalan Arteri Primer berfungsi menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional
atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan. Dalam rangka mendukung kedudukan
Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat. Selain itu jaringan Jalan Arteri Primer
merupakan jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu‐lintas tidak terputus
walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan. Rencana pengembangan jaringan Jalan Arteri Primer
di Kota Padang meliputi :
1. Jaringan jalan yang menghubungkan Kota Padang dengan pusat kegiatan wilayah di Provinsi
Sumatera Barat yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat, yang meliputi :
Padang (Simpang Duku) – Bukittinggi, Padang – Solok, Padang – Painan.
2. Jaringan jalan dalam Kota Padang yang berfungsi sebagai jalan arteri meliputi : Jalan Padang By
Pass (lama dan baru) yang menghubungkan Bandara Internasional Minangkabau dengan
Pelabuhan Internasional Teluk Bayur, Rencana pengembangan jalan baru yang berfungsi sebagai
Jalan Arteri Primer meliputi Jalan Lingkar Barat (sepanjang pantai) ruas Muaro – Pasir Jambak –
Bandara Internasional Minangkabau
3. Jalan arteri eksisting; yaitu Padang (Simp. Duku) ‐ Lubuk Alung (13.492 km), ruas Bts. Kota
Padang ‐ Lubuk Selasih (8.899 km), Jln. Simp. Haru ‐ Bts. Kota Padang (23.176 km), Jln. Sutan
Syahrir (Padang ‐ Bukit Putus) (4.381 km), Jln. Bukit Putus ‐ Teluk Bayur (1.170 km), Padang
Bypass (4.896 km), Padang Bypass (Baru) (22.267 km) Jln. Adinegoro (9.487 km), Jln. Prof. Dr.
Hamka (4.098 km) Jalan Arteri Primer direncanakan dengan lebar ruang milik jalan minimal 40
II ‐ 41
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
m. Lalu‐lintas cepat pada jalur ini tidak boleh terganggu oleh lalu‐lintas lambat, maka akan
dikembangkan jalur lambat di samping jalur utama yang ada. Persimpangan dirancang dengan
pengaturan tertentu, agar tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan.
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Arteri Sekunder berfungsi menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu,
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua. Jalan Arteri Sekunder melayani pergerakan dari sub‐sub pusat pelayanan
kota ke pusat pelayanan kota. Jalan Arteri Sekunder yang akan dikembangkan di Kota Padang
berfungsi sebagai jalur pengalih arus lalu‐lintas angkutan utama yang menuju ke dan dari Kota
Padang dan dapat mengurangi beban Jalan Arteri Primer. Rencana pengembangan Jalan Arteri
Sekunder meliputi Jln. Pangeran Diponegoro, Jln. Pemuda, jln. Veteran, Jln. Ir. H. Juanda, Jln. S.
Parman, Jln. Prof. Dr. Hamka, Jln. Adinegoro, Jln. Damar, Jln. Muaro, Jln. Hayam Wuruk, Jln. Niaga, Jln.
Satria, Jln. MH. Thamrin.
Rencana pengembangan jalan baru yang berfungsi sebagai Jalan Arteri Sekunder adalah Jalan
Lingkar Timur (lingkar luar) ruas Bandar Buat – Limau Manis – Gunung Sarik – Air Pacah – Lubuk
Minturun – Jalan Padang ByPass. Jalan Arteri Sekunder direncanakan dengan lebar ruang milik jalan
minimum 28 m.
Jalan Kolektor Primer
Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal. Dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Padang, Jalan Kolektor Primer akan
menghubungkan antar pusat pelayanan primer dengan pusat pelayanan sekunder, terdiri atas; Jln
Batas Kota Padang – Batas Kota Painan 48.811 dan Jln. Bukit Putus ‐ Batas Kota Padang Jalan
Kolektor Primer direncanakan dengan lebar ruang milik jalan minimum 18 m.
Kolektor Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder berfungsi menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Di dalam rencana
struktur ruang Kota Padang, Jalan Kolektor Sekunder akan menghubungkan antar Pusat Pelayanan
Lingkungan dengan Sub Pusat Kota maupun antar sub pusat lingkungan. Jalan Kolektor Sekunder
direncanakan dengan lebar ruang milik jalan minimum 12 m.
II ‐ 42
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Jalan Lokal Primer
Jalan Lokal Primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan
lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan. Jalan Lokal Primer direncanakan dengan lebar ruang milik jalan minimum 9 m.
Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder berfungsi menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke
perumahan. Jalan ini berfungsi sebagai jalan penghubung internal dalam satuan lingkungan
perumahan yang dapat terkoneksi ke sistem jaringan jaringan Jalan Kolektor Sekunder. Jalan lokal
sekunder direncanakan delngan lebar ruang milik jalan minimum 6 m. Pengembangan jalan lokal
sekunder yang dilakukan pada setiap pengembangan perumahan baru harus diintegrasikan dengan
rencana fungsi jaringan jalan Kota Padang secara keseluruhan.
2.7.7 Rencana Pengembangan Infrastruktur Kota terutama adalah Rencana
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
Kota Padang memiliki tempat pembuangan akhir sampah (TPA) seluas 30,30 Ha yang sudah di
bebaskan 18 Ha yang terletak di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah. Sampai saat ini, TPA Air Dingin
masih dapat melayani pengolahan sampah yang dihasilkan. Tujuan pengelolaan sampah di Kota
Padang adalah :
II ‐ 43
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 2. 31 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Padang 20102030
Uraian Satuan 2010 2015 2020 2025 2030
Jumlah Penduduk Jiwa 896.300 1.009.750 1.143.000 1.302.500 1.491.100
Rencana Tingkat % 60 70 80 85 90
Pelayanan Jiwa 537.780 706.825 914.400 1.107.125 1.341.990
Total Sampah
m3/hari 2.195 2.417 2.743 3.131 3.595
Domestik
Sampah Domestik
m3/hari 1.317 1.692 2.194 2.661 3.235
Dikelola
Sampah Non
m3/hari 439 483 549 626 719
Domestik
Total Timbulan
m3/hari 2.634 2.901 3.291 3.757 4.313
Sampah
Sumber: RTRW Kota Padang 20102030
Berdasarkan proyeksi timbulan sampah sebagaimana tabel di atas, perkiraan kebutuhan sarana
pengelolaan dan pengolahan sampah Kota Padang sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2. 32 Proyeksi Kebutuhan Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah
Uraian Satuan
2009 2013 2018 2023 2030
Total Timbulan Sampah m³/hari
2.634 2.901 3.291 3.757 4.313
Total Sampah Dikelola m³/hari
1.756 2.176 2.743 3.288 3.954
Reduksi Sampah:
a. Penggunaan kembali di sumber % 0,5 1,0 2,0 2,5 3,0
m³/hari 8,8 21,8 54,9 82,2 118,6
b. Komposter rumah tangga % 0,5 1,0 2,0 3,0 4,0
m³/hari 8,8 21,8 54,9 98,6 158,2
c. Pemulung di sumber sampah % 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
m³/hari 35,1 43,5 54,9 65,8 79,1
d. Incinerator di TPS % 2,0 3,0 4,0 5,0 7,0
m³/hari 35,1 65,3 109,7 164,4 276,8
e. Komposter di TPS % 0,5 1,0 2,0 3,0 4,0
m³/hari 8,8 21,8 54,9 98,6 158,2
f. Pemulung di TPA % 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0
m³/hari 52,7 65,3 82,3 98,6 118,6
g. Komposter di TPA % 0,0 2,0 4,0 6,0 7,0
m³/hari 0,0 43,5 109,7 197,3 276,8
% 5,5 8,0 12,0 15,5 20,0
Reduksi Sampah sebelmm diangkut ke TPA
m³/hari 96,6 174,1 329,1 509,6 790,8
Total Reduksi Sampah % 8,5 13,0 19,0 24,5 30,0
m³/hari 149,3 282,8 521,1 805,4 1.186,2
Total Sampah di TPA % dikelola 91,5 87,0 81,0 75,5 70,0
m³/hari 1.606,9 1.892,8 2.221,5 2.482,1 2.767,8
Kebutuhan Peralatan :
a. Peralatan Reduksi Sampah:
- Komposter rumah tangga (100 ltr) unit 8.781 21.756 54.853 98.627 158.158
II ‐ 44
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Pada 5 tahun pertama kapasitas TPA masih mencukupi.
• Pada 5 tahun ke dua diperlukan penambahan lahan seluas 7 Ha.
• pada 5 tahun ke tiga diperlukan penambahan lahan seluas 5 Ha.
• pada 5 tahun ke empat diperlukan penambahan lahan seluas 3,1 Ha.
II ‐ 45
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Kebutuhan lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) akan disebarkan pada masing‐
masing wilayah kelurahan. Sedangkan sarana pengangkutan yang diperlukan sampai akhir tahun
perencanaan adalah :
• Dump truck kapasitas 4 m3 dengan ritasi 3 kali / hari sejumlah 182 unit
• Armroll truck 4 m3 dengan ritasi 3 kali / hari sejumlah 3 unit
2.7.8 Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Terkait Sistem Pengelolaan
Sampah
Indikasi program dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Padang dijabarkan beberapa tahapan prioritas, yaitu :
1. Tahap Pertama (Tahun 2011‐2015), diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan
kawasan;
• Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Air Dingin;
• Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST);
• Penyediaan fasilitas pembuangan sampah
2. Tahap Kedua (Tahun 2016‐2020), diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan
kawasan;
• Penyediaan fasilitas pembuangan sampah
3. Tahap Ketiga (Tahun 2021‐2025), diprioritaskan pada pengembangan dan pemantapan;
4. Tahap Keempat (Tahun 2026‐2030), diprioritaskan pada pemantapan;
• Penyediaan fasilitas pembuangan sampah
II ‐ 46
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
III ‐ 1
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
pelayanan real disebabkan karena sarana dan prasarana kebersihan dan sumber daya manusia
yang dimiliki Pemerintah Kota Padang belum memadai.
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kota Padang, beberapa model penanganan sampah yang
dilakukan di tingkat masyarakat berdasarkan potensi desa tahun 2005 terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Di buang di tempat penumpukan sampah sementara kemudian diangkut ke LPA,
terdapat di beberapa kelurahan, antara lain Parupuk Tabing, Air Tawar Timur, Purus,
Padang Pasir, Olo, Limau Manis Selatan, Indarung, dll.
2. Dibuang dalam lubang kemudian setelah penuh lobang ditutup, terdapat di beberapa
kelurahan antara lain Lubuk Buaya, Tunggul Hitam, dll
3. Dibakar kemudian sisa pembakaran dibuang, terdapat di Lubuk Buaya dan kelurahan
pinggir kota.
Berdasarkan Data Pengelolaan Sampah Kota Padang yang Disampaikan pada Lokakarya
Persiapan Penilaian Adipura Tahun 2013‐2014, diketahui secara ringkas sistem pengelolaan
sampah Kota Padang saat ini. Sampah dari masing‐masing rumah tangga dibuang sendiri oleh
warga atau petugas pengumpul bentor ke LPS/kontainer terdekat pada jam pembuangan
sampah ditentukan yaitu 17.00‐05.00.
Berdasarkan dokumen RTRW Kota Padang 2010 – 2030, pola penanganan bersifat individual
tidak langsung, yaitu sampah dikumpulkan di container/TPS/depo kemudian diangkut oleh truk
ke TPA yang terletak di Air Dingin.
Sementara berdasarkan DKP, 2013, pola pelayanan yang selama ini dijalankan oleh Dinas
Kebersihan adalah mengangkut sampah dari TPS ke TPA pada jalur yang sudah ditetapkan.
Setiap daerah pelayanan memiliki TPS untuk menampung sampah dari sumber. Sampah dari
masing‐masing TPS diangkut truk ke TPA Air Dingin mulai dari jam 05.00. Jenis truk
pengangkut yaitu dump truck dan arm roll truck.
Daerah pelayanan masih fokus pada pusat Kota Padang yang terdiri dari 4 kecamatan. Sampah
dari daerah tersebut diangkut menggunakan arm roll dan dump truck berkapasitas 6m3. Berikut
merupakan wilayah pelayanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang.
Tabel 3. 1 Wilayah Pelayanan Sampah oleh DKP
No. Area Pelayanan
1. Kec. Padang Barat
2. Kec. Padang Timur
3. Kec. Padang Utara
4. Kec. Padang Selatan
Sumber : DKP Kota Padang, 2013
III ‐ 2
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Kecamatan lainnya dilayani oleh mobil kecamatan berupa truk yang disebut Kutama. Berikut
daftar kecamatan yang dilayani oleh Kutama.
Tabel 3. 2 Wilayah Pelayanan Sampah oleh Mobil Kecamatan
No. Area Pelayanan
1. Kec. Nanggalo
2. Kec. Pauh
3. Kec. Kuranji
4. Kec. Lubuk Kilangan
5. Kec. Lubuk Begalung
6. Kec. Koto Tangah
7. Kec. Bungus Teluk Kabung
Sumber : DKP Kota Padang, 2013
Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Kota Padang terletak di Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah
dengan luas 30,3 Ha. Hingga saat ini telah terpakai sekitar 15 Ha atau 50%. Pola pengoperasian
awalnya didesain dengan sistem sanitary landfill namun kenyataannya bersifat controlled
landfill.
Berdasarkan Buku Putih Sanitasi Kota Padang, timbulan sampah Kota Padang berasal dari
bermacam sumber dan tempat yaitu sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah industri,
sampah rumah sakit, sampah hasil gotong royong, sampah kawasan wisata, sampah terminal,
dan sampah pusat keramaian lain.
Berdasarkan data DKP diketahui permasalahan pengelolaan sampah Kota Padang yaitu :
1. Perilaku masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan seperti buang sampah
tidak pada tempatnya dan tidak sesuai waktunya
2. Masyarakat masih melakukan pembakaran sampah
3. Masih rendahnya keinginan masyarakat dalam memilah sampahnya
4. Belum adanya komitmen kuat dari instansi yang terlibat disebabkan tidak adanya
aturan tentang pembagian tugas dalam pengelolaan kebersihan kota
Upaya yang telah dilakukan :
1. Peningkatan frekwensi ritasi truk sampah
2. Optimalisasi pelaksanaan tugas petugas penyapuan sesuai tupoksi
3. Menata ulang wilayah kerja petugas penyapuan
4. Melakukan analisa beban kerja dalam upaya peningkatan gaji/upah pegawai harian
lapangan
III ‐ 3
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5. Mengupayakan penambahan sarana dan prasarana setiap tahun
6. Mengupayakan peran serta pihak ketiga/swasta dalam pengelolaan TPA
7. Pemasangan papan informasi di pinggir sungai tentang Himbauan Menjaga Kebersihan
Sungai
8. Penerapan kawasan bebas sampah
9. Pembentukan posko pengaduan kebersihan
10. Penempatan box sampah terpilah di Jl. Khatib Sulaiman, Jl. Rasuna Said, Jl. BGD Aziz
Chan, Jl. Sudirman, Jl. Veteran, taman kota.
3.2 KONDISI EKSISTING ASPEK NON TEKNIS PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
3.2.1 KELEMBAGAAN
Kegiatan teknik operasional pengelola sampah di Kota Padang dilakukan oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 14 Tahun 2012,
tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah pada Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Padang. DKP Kota Padang bertanggungjawab untuk mengelola sampah dari
permukiman, daerah komersil, perkantoran, sebagian industri, jalan raya, taman – taman kota.
Selain itu DKP bertanggungjawab terhadap Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) atau Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) yang berlokasi di Air Dingin.
Pelayanan pengelolaan sampah merupakan salah satu misi yang dimiliki Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Padang. Berikut visi dan misi DKP Kota Padang :
Visi :
Terwujudnya Kota Padang “Berseri” Bersih‐Sejuk‐Rindang‐Indah
Misi :
1. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kebersihan, pembangunan pemeliharaan
hutan/taman kota dan lingkungan dengan melibatkan masyarakat dan dunia usaha
2. Meningkatkan sarana prasaranan sanitasi dan tempat pemakaman umum
3. Mengupayakan kemajuan teknologi dalam penanganan kebersihan serta Sumber Daya
Manusia pendukungnya
Adapun susunan organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagaimana tertulis pada pasal
50 ayat 1 yaitu :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat, terdiri dari :
III ‐ 4
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
1. Sub Bagian Umum;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Kepegawaian.
c. Bidang Kebersihan, terdiri dari :
1. Seksi Penyapuan;
2. Seksi Pengangkutan.
d. Bidang Pertamanan, terdiri dari :
1. Seksi Pertamanan dan Ornamen;
2. Seksi Pembibitan dan Penghijauan.
e. Bidang Retribusi, terdiri dari :
1. Seksi Pendataan dan Penetapan;
2. Seksi Penagihan dan Pembukuan.
f. Bidang Program dan Penyuluhan, terdiri dari :
1. Seksi Program dan Pengendalian;
2. Seksi Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
Berikut Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang :
1. Pelayanan penanganan sampah dari TPS sampai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
2. Pelayanan pemakaman umum
3. Fasilitasi/pembuatan/pemeliharaan hutan kota dan taman kota
4. Pelayanan limbah tinja
5. Pengolahan sampah di lokasi TPA
6. Pembinaan peningkatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan kota bersih, tertib
dan indah
Adapun bentuk struktur organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
diperlihatkan dalam Gambar 3.1
III ‐ 5
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, 2013
Tabel 3. 3 Jumlah Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
No Bidang Status Kepegawaian Jumlah (Orang)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 181
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 292
1 Bidang Kebersihan
Honor
Penyapu Jalan 56
2 Bidang Pertamanan
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 47
Honor
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 10
3 Bidang Program & Penyuluhan
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 1
Honor
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 19
4 Bidang Retribusi
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 2
Honor
III ‐ 6
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5 Sekretariat
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 9
Honor
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 11
6 UPT TPU (Pemakaman)
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 6
Honor
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 15
7 UPT TPA & IPLT
Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)/ 21
Honor
Sumber : DKP Kota Padang, 2013
Berdasarkan Rencana Strategi 2009‐2014 DKP diketahui bahwa bidang yang bertindak
langsung terhadap teknis pengelolaan sampah Kota Padang yaitu :
i. Bidang Kebersihan yang terbagi menjadi Seksi Penyapuan dan Seksi Pengangkutan
mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan kebersihan, penyapuan, pengumpulan, pengangkuta, pelaksanaan dan
pengawasan kebersihan, pengelola sarana danprasarana angkutan kebersihan dan
pertamanan serta berkoordinasi dengan instansi terkait dan pihak ketiga dalam
pengelolaan sampah. Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Kebersihan mempunyai
fungsi :
• Menyusun rencana dan pengawasan kebersihan kota
• Penyediaan dan perawatan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan
angkutan kebersihan dan pertamanan
• Pelaksanaan inventaris dan mempersiapkan sarana dan prasarana serta
mengawasi pengelolaannya
• Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dan pihak ketiga
dalam pengelolaan sampah
• Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan
ii. Bidang Program dan Penyuluhan yang terbagi menjadi Seksi Penyuluhan Pemberdayaan
Masyarakat dan Seksi Program dan Pengendalian memiliki tugas membantu Kepala
Dinas di bidang program, pengendalian dan penyuluhan menghimpun partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan kebersihan dan keindahan kota serta koordinasi dengan
pihak terkait dalam menegakkan peraturan di bidang Ketertiban, Kebersihan, dan
Keindahan kota. Bidang Program dan Penyuluhan mempunyai fungsi :
III ‐ 7
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Menyusun program kerja dinas jangka panjang, menengah, dan tahunan
• Mengevaluasi pelaksanaan progam dan kegiatan dinas secara periodik
• Melakukan koordinasi dan pengawasan dengan instansi terkait dalam
penertiban peraturan daerah tentang kebersihan dan keindahan kota
• Melaksanakan penyuluhan/sosialisasi K3
• Melakukan kerjasama dengan pihak lain serta menghimpun partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan kebersihan dan keindahan kota
• Menyusun laporan dinas
Dinas Kebersihan dan Pertamanan melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah Kota
Padang dalam pengelolaan sampah kota. Berikut instansi yang turut berperan dalam
pengelolaan sampah Kota Padang :
a. Dinas Pasar
Dinas Pasar memiliki tanggung jawab mengelola sampah pasar di seluruh Kota Padang.
Sampah yang berasal dari pasar dikumpulkan dan diangkut ke TPA oleh petugas Dinas
Pasar.
b. Dinas PU, mengelola sampah dari saluran drainase dan irigasi.
c. Dinas Perhubungan, mengelola sampah di Terminal Regional Bingkungan (TRB).
d. Dinas Pariwisata
Sampah yang dihasilkan dari daerah pariwisata di Kota Padang disapu dan dikumpulkan
oleh petugas Dinas Pariwisata namun pengangkutan kontainer hasil pengumpulan
diangkut oleh petugas DKP Kota Padang.
e. Bapedalda
Dalam pengelolaan sampah Kota Padang, Bapedalda bertanggungjawab melakukan
koordinasi dengan DKP untuk optimalisasi pengelolaan sampah. Optimalisasi tersebut
dilakukan dengan mengadakan berbagai program diantaranya membantu mengaktifkan
program bank sampah beberapa lokasi dan rencana pengelolaan sampah dengan
mengacu konsep 3RC.
Berikut penjelasan mengenai pembagian peran dalam pengelolaan sampah sebagai model
sinkronisasi tugas lembaga pengelola kebersihan berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 :
(Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2013)
1. Dinas Pertamanan dan Kebersihan :
a. Menyediakan Tempat Pembuangan Sementara
b. Menyediakan Tempat Pembuangan Sampah Akhir
III ‐ 8
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
c. Pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah ke tempat pembuangan
sampah akhir
d. Menyediakan Tempat Pembuangan Sampah di tempat‐tempat umum dan di jalan‐
jalan umum yang dipandang perlu
2. Rukun Tetangga :
a. Memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing‐masing rumah
tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah tangga ke TPS
b. Menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing‐masing rumah tangga
3. Rukun Warga :
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelola sampah tingkat rukun tetangga
b. Mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara ke lurah
4. Kecamatan :
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat kelurahan
b. Mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah
c. Mengusulkan kebutuhan TPS ke SKPD yang membidangi persampahan
5. Kelurahan :
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat rukun warga
b. Mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari tingkat RT
sampai RW
c. Mengusulkan kebutuhan tempat penampungan sementara dan tempat
pengelolaan sampah terpadu ke camat
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah, dijelaskan
mengenai pembentukan lembaga pengelola sampah pada tingkat RT, RW, kelurahan, dan
kecamatan. Berikut ringkasan tugas lembaga pada setiap tingkat :
1. RT
a. Memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing‐masing rumah
tangga dan alat angkut sampah dari tempat sampah rumah tangga dan alat angkut
sampah dari tempat sampah rumah tanngga ke TPS dan/atau TPS 3R
b. Menjamin terwujuanya tertib pemilahan sampah di masing‐masing rumah tangga
2. RW
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat RT
b. Mengusulkan kebutuhan TPS dan/atau TPS 3R ke lurah
3. Kelurahan
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat RW
III ‐ 9
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
III ‐ 10
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 2 Himbauan DKP kepada Masyarakat
Sumber : DKP Kota Padang, 2013
Gambar 3. 3 Peraturan yang dipasang di Dekat TPS Kontainer Jl. Samudra
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 4 Peraturan untuk Menjaga Kebersihan Sungai dari Sampah di Jl. By Pass
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 11
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
3.2.3 KEUANGAN
Pemungutan retribusi pelayanan persampahan bekerjasama antara pemerintah dengan PDAM
Kota Padang dengan cara memungut retribusi melalui rekening PDAM. DKP menarik retribusi
dari pelanggan PDAM diwajibkan membayar retribusi sampah sebesar Rp.2500. Pemungutan
retribusi pada daerah yang tidak terlayani PDAM dilakukan langsung oleh petugas kolektor DKP
lalu dilaporkan ke Bendahara Penerima DKP untuk disetorkan ke kas daerah. Retribusi tersebut
disetorkan ke kas daerah sebagai sumber dana APBD. DKP mendapat dana retribusi melalui
APBD untuk biaya operasional pengangkutan dari TPS ke TPA namun biaya tersebut belum
cukup mengcover seluruh kegiatan operasional.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Umum, Pemerintah Kota Padang melakukan pendataan dan penyesuaian tarif mulai berlaku 1
Januari 2012 sebagaimana tercantum pada tabel berikut :
Tabel 3. 4 Tarif Retribusi
No. JENIS OBJEK RETRIBUSI GOLONGAN TARIF
A. Retribusi Komersil ‐
1. Hotel/cottage/losmen/wisma/ ‐ Rp. 35.000/m3
penginapan
2. Ruko/Toko/Kios/Kedai ‐ Rp. 35.000/m3
3. Show Room Motor/Mobil ‐ Rp. 35.000/m3
4. SPBU/Pom bensin ‐ Rp. 35.000/m3
5. Fasilitas Umum/Sarana Kesehatan ‐ Rp. 35.000/m3
6. Pusat Perbelanjaan ‐ Rp. 35.000/m3
7. Restoran/Rumah Makan/Catering ‐ Rp. 35.000/m3
8. Bar/Diskotik/Pub dan sejenisnya ‐ Rp. 35.000/m3
9. Perbengkelan/Pencucian Mobil ‐ Rp. 35.000/m3
10. Industri ‐ Rp. 35.000/m3
11. Pergudangan ‐ Rp. 35.000/m3
12. Gedung Pertemuan/Pertunjukan ‐ Rp. 35.000/m3
13. Sarana Olah Raga ‐ Rp. 35.000/m3
14. Taman Hiburan/Rekreasi ‐ Rp. 35.000/m3
B. Retribusi Non Komersil
1. Apartemen ‐ Rp. 29.000/m3
2. Pendidikan ‐ Rp. 29.000/m3
3. Asrama/Kos‐kosan/Rumah ‐ Rp. 29.000/m3
4. Perkantoran ‐ Rp. 29.000/m3
III ‐ 12
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
APBD KOTA PADANG ANGGARAN DKP
NO. TAHUN %
(Rp.) (Rp.)
Tabel 3. 6 Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi DKP Kota Padang tahun 2007 s/d 2012
Tahun Target Realisasi
2007 2.311.734.520 2.379.724.000
2008 3.034.052.520 2.810.109.700
2009 2.851.295.948 2.782.789.048
2010 2.696.065.500 2.795.816.500
2011 3.540.886.000 2.982.544.000
2012 3.302.368.000 3.069.115.250
Sumber : DKP Kota Padang, 2013
3.2.4 PERAN SERTA MASYARAKAT
Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat untuk ikut
serta bertanggung jawab baik pasif maupun aktif secara individu, keluarga dan kelompok untuk
mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pengelolaan
kebersihan aspek peran serta masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dengan bobot
kompleksitas yang tinggi. Peran aktif masyarakat Kota Padang secara langsung dapat dilakukan
dengan mengurangi dan menangani sampah mulai sejak sampah dihasilkan. Usaha tersebut
akan membantu mengurangi timbulan sampah yang masuk ke TPA. Berdasarkan UU Nomor 18
Tahun 2008, penanganan sampah harus dilakukan mulai dari sumbernya. Hal tersebut
mendorong pengelolaan sampah saat ini harus dimulai dari penghasil sumber sampah utama
pada suatu kota yaitu masyarakat.
Peran aktif secara tidak langsung dapat dilakukan dengan melakukan pengaduan ke DKP
melalui telepon. Upaya dari LSM dan masyarakat berfungsi untuk mengontrol hasil kerja DKP
Kota Padang sehingga permasalahan yang ada di masyarakat benar‐benar diketahui dinas dan
ditindak lanjuti sesegera mungkin.
Berikut kegiatan untuk meningkatkan peran serta masyarakat :
• Sosialisasi/penyuluhan kebersihan langsung kepada masyarakat/ sekolah
• Himbauan mengenai jadwal pembuangan sampah melalui siaran keliling/ media cetak/
elektronik
• Memberikan pelatihan dan menempatkan komposter di pemukiman sebagai contoh
media pembuat kompos
III ‐ 14
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 5 Sosialisasi Peraturan melalui Baliho di Jl. Dr. Hatta
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Terdapat beberapa peran masyarakat dalam pengelolaan sampah Kota Padang, yaitu :
9 Terdapat beberapa RT/RW yang mandiri mengelola sampah secara mandiri yaitu
mengumpulkan dan mengangkut sampah ke TPA oleh petugas yang dikelola oleh
masyarakat
9 Dukungan masyarakat dalam mengadakan bank sampah di daerahnya
Pada Renstra 2009‐2014 dijelaskan bahwa arah kebijakan umum Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Padang yaitu meningkatkan peran serta pihak swasta, masyarakat dalam
memelihara K3 (Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan) Kota Padang. Adapan rencana kegiatan
Program Pembinaan Kegiatan Kebersihan yaitu :
1. Sosialisasi K3
2. Lomba K3 dan Taman se‐Kota Padang
3. Goro Masal
4. Penambahan kawasan dan petugas yang belum terlayani
Adapun kelompok sasaran yang menjadi objek kegiatan dalam rangka mencapai visi dan misi
Kota Padang lima tahun ke depan adalah :
1. Kelompok‐kelompok masyarakat, lembaga masyarakat mulai dari tingkat kota sampai
tingkat RT/RW dan kelurahan serta ormas‐ormas lainnya
2. Kelompok sekolah, mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi, baik swasta maupun
negeri
3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pihak swasta, BUMN/BUMD, dan seluruh stake
holder yang terlibat dalam pengelolaan K3 di Kota Padang
Inti dari pengelolaan sampah yang efektif dan efisien adalah kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam memilah sampah. Kemampuan tersebut terlihat dari sistem pewadahan yang
terpilah yaitu memisahkan sampah membusuk (organik), sampah tidak membusuk (non
III ‐ 15
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
organik), dan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
alasan diantaranya :
1) Masyarakat masih menganggap bahwa penanganan sampah merupakan tanggung jawab
pemerintah
2) Dominan masyarakat penghasil sampah belum mengetahui perlunya melakukan
pemilahan sampah di sumbernya,
3) Tidak semua masyarakat bisa membedakan secara pasti antara sampah
membusuk/tidak mudah membusuk, organik dan anorganik, dan sampah B3.
4) Masyarakat penghasil sampah yang mengetahui perlunya melakukan pemilahan sampah
di sumbernya enggan melakukan pemilahan karena belum terciptanya kesadaran penuh
bahwa setiap penghasil sampah harus melakukan penanganan sampah dari sumber.
5) Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat belum mencapai sosialisasi mengenai
pemilahan, pengurangan, dan penanganan sampah dari sumber. Sosialisasi yang
dilakukan yaitu mengenai aturan jam pembuangan sampah yaitu jam 17.00 hingga
05.00, buang sampah harus dimasukkan pada TPS kontainer yang telah disediakan
namun dilarang membuang sampah di sekitar TPS (umumnya TPS yang ada yaitu
kontainer), dilarang membakar sampah.
Gambar 3. 6 Sampah yang Tidak Dibuang ke Dalam Kontainer di Jl. By Pass
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 16
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 7 Sampah yang Dibakar di Dekat Kontainer Jl. By Pass
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 8 Kebiasaan Warga Membakar Sampah di Kecamatan Pauh
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 9 Bentuk Kesadaran Warga Membuat Peraturan di Perumahan Unand
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 17
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
1. Rumah tangga/pemukiman;
2. Jalan, sungai dan taman;
3. Pasar;
4. Komersial/pertokoan/hotel;
5. Usaha/Industri;
6. Rumah sakit;
7. Fasilitas Pendidikan (Sekolah/Kampus);
8. Perkantoran
3.3.2 TIMBULAN SAMPAH KOTA PADANG
Survey komposisi sampah dan laju timbulan sampah dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan
untuk memperkirakan total timbulan sampah dan potensi 3R dalam pengelolaan sampah di
Kota Padang. Berdasarkan SNI 19‐3983‐1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota
sedang dan kota kecil di Indonesia, Kota Padang sudah termasuk ke dalam kategori Kota Besar
(500.000 – 1.000.000) dengan jumlah penduduk 844.316 jiwa. Oleh karena itu diharuskan
untuk melakukan pengukuran, pengambilan contoh timbulan sampah.
Acuan yang dipakai dalam sampling timbulan sampah untuk Kota Padang adalah SNI 19‐3964‐
1995 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah. Adapun
langkah pengerjaan pengambilan contoh timbulan dan komposisi sampah meliputi perhitungan
jumlah sampel, penentuan lokasi sampling, persiapan peralatan, melakukan pengambilan dan
pengukuran sampel, perhitungan dan pengolahan data.
Perhitungan jumlah sampel di lakukan dengan beberapa cara.
Cara 1 Berdasarkan jumlah sampel minimum dari SNI terkait
Standar jumlah sampel berdasarkan SNI dapat dilihat pada Tabel 3.7.
III ‐ 18
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 3. 7 Standar Pengambilan Sampel Berdasarkan SNI
Jumlah contoh jiwa Jumlah KK
No. Klasifikasi kota Jumlah penduduk
(S) (K)
1. Metropolitan 1000.000 ‐ 2.500.000 1000 ‐ 1500 200 ‐ 300
2. Besar 500.000 ‐ 1.000.000 700 ‐ 1000 140 ‐ 200
3. Sedang, Kecil, IKK 3.000 ‐ 500.000 150 ‐ 350 30 ‐ 70
Sumber : SNI 1939641995
Cara 2 Berdasarkan perhitungan dengan rumus sebagai berikut
Dimana :
PS< 1 juta jiwa
S= Jumlah contoh (jiwa)
PS = populasi (jiwa)
Cd = koefisien perumahan;
Cd kota metropolitan dan besar = 1
Cd kota sedang, kecil, IKK = 0,5
Cara 3 Berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah penduduk total
e = Tingkat eror (1% ‐ 10%)
Sampling dilakukan berdasarkan perhitungan SNI, lokasi sampling dilakukan terhadap sumber
sampah rumah tangga dan non rumah tangga. Total titik sampling pengambilan sampah rumah
tangga dilakukan pada 40 titik. Distribusi sampling dibuat pengelompokkan daerah
berdasarkan tingkat kepadatan dan didasarkan kepada kriteria rumah permanen, semi
permanen dan non permanen. Selanjutnya untuk sampah non rumah tangga, akan dilakukan
sampling terhadap sampah kawasan komersial yaitu pertokoan dan sampah pasar tradisional.
III ‐ 19
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Konsultan telah melakukan survey pada :
1. Sampah rumah tangga di kawasan perumahan yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
a. Kecamatan dengan tingkat kepadatan tinggi (Kecamatan Padang Barat)
b. Kecamatan dengan tingkat kepadatan rendah (Kecamatan Pauh)
Dimana di setiap kecamatan dibagi kembali menjadi perumahan permanen, semi
permanen dan non permanen.
2. Sampah pasar tradisional (Pasar Raya)
3. Sampah komersil (Ruko Jl. Mangunsarkoro)
Sampling sampah rumah tangga dilakukan untuk mengetahui timbulan sampah domestik.
Sampling di Pasar Raya dan Ruko Jl. Mangunsarkoro dilakukan untuk mewakili timbulan
sampah dari aktivitas non domestik.
Dari hasil sampling, diperoleh bahwa rata‐rata laju timbulan sampah rumah tangga untuk Kota
Padang yaitu :
Tabel 3. 8 Data Laju Timbulan Sampah Rumah Tangga Kota Padang
Kecamatan Kecamatan
Padang Barat Pauh
(Kepadatan (Kepadatan
Tinggi) Rendah)
q
(40.5%) Prosenta (59.5%)
Q tinggi Prosentase qrendah Domestik
Timbulan se
Kota
sampah
rumah 1,43 1,71
tangga (RT)
rata‐rata
perumahan
permanen 1.33 81.94 1.88 82.99
perumahan
semi 1.5 16.86 1.47 13.22
permanen 1.36 1.82 1.63
perumahan
non 1.48 1.2 1.77 3.79
permanen
Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2013
Tabel 3. 9 Data Laju Timbulan Sampah Sumber Sejenis Rumah Tangga Kota Padang
Kontainer Kontainer
1 2 Rerata
Berat (kg/hari) 3.54 10 6.5285
Volume Timbulan (m3/hari) 0.01 0.017 0.0135
Volume Timbulan (L/hari) 6.44 17 11.785
Laju timbulan sampah (kg/ha/h) 0.25 0.68 0.465
Laju timbulan sampah (l/ha/h) 1.82 1.98 1.9
Laju timbulan sampah (l/o/h) 0.130
Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2013
III ‐ 20
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Hasil uji komposisi sampah rumah tangga disajikan sebagai berikut :
Tabel 3. 10 Uji Komposisi Sampah Rumah Tangga
Komponen Komposisi (%)
Organik yang tidak bisa dikompos 21,17
Organik yang bisa dikompos 39,80
Plastik 14,70
Kertas 9,67
Sampah halaman 6,24
Kaca 0,91
Kayu 1,40
Kain 0,59
Logam/besi 0,96
Dan lain‐lain 4,62
Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2013
Hasil uji komposisi sampah pasar disajikan sebagai berikut :
Tabel 3. 11 Uji Komposisi Sampah Pasar
Jenis Komposisi (%)
Sayuran 90%
Kardus 4%
Kristal (lunak)/asoy 5%
Kertas lusuh/ koran 1%
Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2013
Hasil uji komposisi sampah pertokoan disajikan sebagai berikut :
Tabel 3. 12 Uji Komposisi Sampah Pertokoan
Jenis Komposisi (%)
Sapuan teras (daun) 49,505%
Kayu 8,575%
Kristal (lunak)/asoy 15,520%
Kertas lusuh/ koran 10,259%
Kertas HVS 16,098%
Styrofoam 0,042%
Sumber : Hasil Survey dan Perhitungan Konsultan, 2013
3.3.3 SARANA DAN PRASARANA PERSAMPAHAN
Daftar sarana dan prasarana kendaraan dalam pengelolaan sampah Kota Padang yang dimiliki
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel
3.13.
III ‐ 21
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 3. 13 Kondisi Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang
No. Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
1. Armroll 23 unit 7 Truk Rusak Sedang
2. Typer/Dump Truck 15 unit 2 unit Rusak Berat, 13
Tambah 2013 unit Rusak Sedang
4 unit
3. Typer/Dump Truck Mini 17 unit 8 unit Rusak Berat, 9 unit
Kecamatan Rusak Sedang
4. Bak kayu 4 unit 4 unit Rusak Sedang
5. Becak Motor 24 unit 9 unit Rusak Berat, 15
unit Rusak Sedang
6. Becak Dayung 230 unit 159 unit Ruak Berat, 71
unit Rusak Sedang
7. Kontainer 161 unit 96 unit Rusak Berat
Sumber : Renstra 20092014 DKP Kota Padang, 2012
Gambar 3. 10 Motor Sampah DKP Kota Padang
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 11 Dump Truck DKP Kota Padang
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 22
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 12 Truk Kayu DKP Kota Padang
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 13 Kutama DKP Kota Padang
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Terdapat data sarana pengangkut sampah keseluruhan yang didapatkan dari data sampah yang
masuk ke TPA Air Dingin Kota Padang yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. 14 Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah
No Sarana Jumlah (unit) Pemilik
1 Arm Roll Truck 23 DKP Kota Padang
2 Dump Truck 16 DKP Kota Padang
3 Truk Kayu 4 DKP Kota Padang
4 Kutama/ mobil kecamatan 7 DKP Kota Padang
5 Truk Dinas Pasar (Arm Roll) 7 Dinas Pasar Kota Padang
6 Truk Swasta dan LPM 6 Swasta dan LPM
Sumber : Data Sampah ke TPA Air Dingin Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, 2013
III ‐ 23
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
3.3.4 PEWADAHAN SAMPAH
Pewadahan sampah di umumnya berasal dari swadaya masyarakat. Hingga saat ini belum
diterapkan pewadahan dengan sistem pemilahan antara sampah mudah membusuk dan
sampah tidak mudah membusuk (sampah organik dan anorganik), semua sampah masih
tercampur termasuk pula sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) dari rumah tangga
seperti bohlam lampu bekas, baterai, kaleng aerosol, dll. Sistem pewadahan sampah dari
masing‐masing sumber yaitu :
1) Rumah tangga; disediakan sendiri oleh penghasil sampah berupa keranjang berlubang,
kardus, karung dan kantong plastik. Wadah sampah tersebut diletakkan di dalam rumah, di
halaman rumah dalam pagar atau di luar halaman pagar.
2) Jalan dan taman; disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang berupa
bin‐bin sampah terpilah (sampah organik dan sampah non organik) berukuran 0,2 m3. Bin‐
bin sampah tersebut diletakkan di tepi jalan protokol. Tersedianya pewadahan sudah
terpilah yaitu sampah organik dan sampah non organik namun kelanjutan dari kegiatan
pewadahan yang terpisah belum ditunjang dengan sistem pengumpulan dan pengangkutan
yang terpisah.
3) Pasar; umumnya pedagang jongko pasar tidak menyediakan wadah sampah khusus
melainkan sampah ditumpuk di dekat jongko masing‐masing. Adapun yang menyediakan
disediakan oleh masing‐masing penjual berupa kardus, cerangka, karung dan kantong
plastik.
4) Komersial; disediakan sendiri oleh penghasil sampah berupa silinder alumunium, keranjang
berlubang, kardus, karung, kantong plastik, dan bak kontainer. Wadah sampah tersebut
diletakkan di dalam dan/atau luar toko.
5) Industri; digunakan hanya untuk mengumpulkan sampah domestik dari kegiatan di industri.
Umumnya pewadahan menggunakan karung besar yang kemudian dibawa ke TPS
Kontainer. Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak
ketiga yang akan memanfaatkan sampah tersebut untuk didaur ulang, kecuali sampah B3
yang ditempatkan secara khusus.
6) Rumah sakit, poliklinik dan balai pengobatan lainnya; pewadahan sampah medis dan
sampah non medis dipisahkan. Sampah non medis menggunakan pewadahan berupa bin
tertutup. Sampah medis dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan
pisau bedah serta racun misalnya obat‐obatan kadaluwarsa menggunakan wadah sesuai
dengan peraturan pewadahan sampah infeksius.
III ‐ 24
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 14 Wadah Karung di Luar Pagar Sumber Rumah Tangga di Padang Barat
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 15 Wadah Karung di Dalam Pagar Sumber Rumah Tangga di Pauh
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 16 Wadah Silinder Plastik Sumber Rumah Tangga di Pauh
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 25
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 17 Wadah Kantong Plastik Sumber Rumah Tangga di Pauh
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 18 Wadah Sampah Kantong Plastik Di Luar Pagar
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 19 Wadah Sampah Keranjang Berlubang Sumber Rumah Tangga
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 26
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 20 Wadah Sampah Terpilah di Jalan Ps. Baru
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 21 Wadah Sampah Terpilah CSR PT. Incasi Raya
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 22 Wadah Sampah Terpilah DKP di Jl. Pemuda
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 27
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 23 Wadah Sampah Silinder Alumunium di Kawasan Komersil
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 24 Wadah Sampah Terpilah di Kampus Unand
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal, dan
sebaiknya disesuaikan dengan jenis sampah. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
(Damanhuri, 2004):
- Pada umunya wadah sampah yang bersifat sementara di tempatkan di tepi jalan atau di
muka fasilitas umum, dan wadah sampah komunal terletak disuatu tempat yang dibuka,
sehingga muda para petugas untuk mengambilnya dengan cepat, teratur, dan higienis.
- Wadah sampah sebaiknya di letakkan di di halaman muka, dianjurkan tidak diluar
pagar, sedangkan wadah sampah hotel dan jenisnya di tempatkan di halaman belakang.
- Tidak mengambil lahan trotoar, kecuali bagi wadah sampah untuk pejalan kaki.
III ‐ 28
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
- Didesain secara indah, dan dijamain kebersihannya, khususnya bila terletak jalan
trotokol.
- Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya.
- Mudah untuk pengoprasiannya, yaitu mudah dan cepat untuk dikosongkan.
- Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100m.
- Mudah dijangkau oleh petugas sehingga waktu pengambilan dapat lebih cepat dan
singkat.
- Aman dari ganggunan binatang ataupun dari pemungut barang bekas, sehingga sampah
tidak dalam keadaan berserakan.
- Tidak mudah rusak dan kedap air.
Berdasarkan pedoman dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, maka :
a.Pola pewadahan individual : diperuntukan bagi daerah pemukiman berpenghasilan
tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung selera dan
kemampuan pengadaannya dari pemiliknya, dengan kriteria :
• Bentuk : kotak, silinder, kantong, kontainer
• Sifat : dapat diangkat, tertutup
• Bahan : logam, plastik. Alternatif harus kedap terhadap air, panas matahari,
tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan
• Ukuran : 10‐50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100‐500 liter untuk antor,
toko besar, hotel, rumah makan
• Pengadaan : pribadi, swadaya masyarakat, instansi pengelola
b. Pola pewadahan komunal : diperuntukkan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh,
taman kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena
sifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria :
• Bentuk : kotak, silinder, kontainer.
• Sifat : tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup
• Bahan : logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air, panas
matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan
• Ukuran : 100‐500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1‐10 m3 untuk
pemukiman dan pasar
• Pengadaan : pemilik, badan usaha (sekaligus sebagai usaha promosi hasil
produksi), instansi pengelola
III ‐ 29
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
3.3.5 PENGUMPULAN
Tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang adalah mengangkut sampah
dari TPS ke TPA. Pengumpulan sampah dari sumber ke TPS merupakan tanggung jawab
masyarakat secara mandiri maupun secara kelompok. Pengumpulan sampah di Kota Padang
saat ini berjalan dengan dua pola yaitu pola pengumpulan langsung dan tidak langsung.
Pengumpulan langsung dilakukan oleh petugas DKP untuk melayani pertokoan, pasar, rumah
sakit, sekolah, kantor, jalan, taman dan rumah yang terletak di pinggir jalan protokol dimana
wadah sampahnya mudah diakses langsung oleh truk DKP. Pengumpulan tidak langsung
dilakukan pada kawasan perumahan yang letaknya di kawasan perumahan yang jauh dari TPS.
Sistem pengumpulan sampah dari sumber rumah tangga didominasi oleh sistem pengumpulan
komunal langsung. Pengumpulan dan pengangkutan sampah dari pasar dilakukan oleh Dinas
Pasar.
1) Rumah tangga; sistem pengumpulan sampah didominasi oleh sistem pengumpulan komunal
langsung yaitu sumber sampah yaitu warga membuang sampah pada TPS kontainer DKP.
Jadwal pengumpulan sudah ditetapkan yaitu 17.00‐05.00. Selain itu ada perumahan yang
memiliki sistem pengumpulan individual tidak langsung yaitu sampah dari setiap rumah
dikumpulkan oleh petugas bentor kawasan lalu dibuang ke TPS kontainer sebelum diangkut
ke TPA.
Ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan jasa swasta untuk mengumpulkan sampah
dari setiap rumah langsung diangkut ke TPA. Pihak swasta tersebut menggunakan mobil
pick up. mobil kecamatan untuk mengumpulkan sampah dari setiap rumah lalu diangkut ke
TPA.
2) Pasar; pengumpulan sampah pasar di Kota Padang dilakukan oleh petugas Dinas Pasar. Pola
pengumpulan yaitu dilakukan pengumpulan dan penyapuan sampah pasar lalu
dikumpulkan di kontainer sampah pasar.
3) Komersial; pengumpulan dari sumber komersial dilakukan sendiri oleh penghasil sampah
daerah komersil. Sampah tersebut kemudian dikumpulkan di TPS atau kontainer (milik
sendiri atau DKP). Terdapat beberapa daerah komersil kegiatan pengumpulan sekaligus
proses pengangkutan sampah (door to door) menuju TPA tanpa melalui proses pemindahan.
4) Industri; pengumpulan sampah domestik dari kawasan industri dilakukan petugas
kebersihan kawasan industri. Sampah tersebut dikumpulkan di TPS kontainer DKP yang
selanjutnya diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang menuju TPA.
III ‐ 30
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5) Jalan dan taman; pengumpulan sampah dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyapuan
jalan dan taman. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Padang.
6) Rumah Sakit; sampah domestik dari rumah sakit dikumpulkan oleh petugas kebersihan
rumah sakit ke TPS rumah sakit. Khusus sampah medis/infeksius dari rumah sakit yang ada
di Kota Padang dikumpulkan dan ditangani dengan dibakar oleh incenerator yang dimiliki
masing‐masing rumah sakit.
Gambar 3. 25 Motor Sampah sebagai Sarana Pengumpulan Individual Tidak Langsung
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 26 Kegiatan Pengumpulan Sampah Pola Komunal Langsung
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 31
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 27 Tumpukan Sampah di Jl. Dr. Hatta Pola Pengumpulan Komunal Langsung
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 28 Pengumpulan Individual Tidak Langsung dari Perumahan di Jl. Situjuh
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 29 Penyapuan Jalan dan Pengumpulan Langsung di Jalan Pasar Baru
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 32
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 30 Pengumpulan Sampah di Pasar Raya
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual
dan pola komunal (SNI 19‐2454‐2002) sebagai berikut :
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat
pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.
Gambar 3. 31 Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah dari sumber ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan atau ke truk sampah yang menangani
titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.
Gambar 3. 32 Pola Pengumpulan Sampah Komunal
Berdasarkan pedoman dari Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, kriteria
pengumpulan yaitu :
III ‐ 33
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
a. Kriteria alat pengumpul disesuaikan dengan kondisi jalan, bila tidak bermesin
digunakan 1 gerobak untuk 1 petugas dengan kapasitas maksimal 1,5 m3 untuk daerah
datar.
b. Frekuensi pengumpulan ditentukan menurut lokasi pelayanan pada umumnya 2‐4 kali
sehari.
c. Jadwal pengumpulan adalah saat tidak mengganggu aktivitas masyarakat, yaitu sebelum
jam 07.00, jam 10.00‐15.00 atau sesudah jam 17.00.
d. Pengumpulan dengan adanya pemisahan dilakukan dengan pemisahan gerobak, diatur
jadwal dan periode pengumpulan.
3.3.6 TPS
Hasil pengumpulan sampah dari sumber ditempatkan ke Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS). Pengadaan TPS disediakan langsung dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Padang, umumnya berupa TPS Kontainer Baja ukuran 6 m3 dan bak sampah pasangan
batubata bersifat komunal. Sampah yang telah terkumpul di TPS bak sampah pasangan bata
selanjutnya dimuat ke dalam dump truk dengan menggunakan keranjang oleh petugas
kebersihan untuk diangkut lagi menuju TPA, sedangkan TPS berupa kontainer sampah diangkut
langsung beserta kontainernya dengan menggunakan truk armroll dan selanjutnya diangkut ke
TPA.
Gambar 3. 33 TPS Kontainer di Jl. Situjuh
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 34
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 34 TPS Pasangan Bata di Jl. Perintis Kemerdekaan
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 35 TPS Pasangan Bata Terpilah Bersekat di Jl. Haji Agus Salim
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 36 TPS Pasangan Bata Terpilah tidak Bersekat di Jl. Haji Agus Salim
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 35
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 37 TPS Kontainer Pasar di Jl. Haji Agus Salim
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
3.3.7 TPS 3R
Kota Padang memiliki sarana TPS 3R yang berlokasi di Gadut dan Jati. TPS 3R Gadut tepatnya
berlokasi di Perumahan Unand Kelurahan Ulu Gadut Kecamatan Pauh. TPS 3R Ulu Gadut mulai
beroperasi bulan Agustus 2012 dibangun di lahan fasilitas umum atas bantuan Satuan Kerja
PPLP Pusat lalu diserahkan ke DKP Kota Padang. Saat ini TPS 3 R dengan dikelola oleh 2 orang
petugas pengelola. Fasilitas utama dan penunjang TPS 3R yaitu bangunan pemilahan dan
pengomposan, mesin pengomposan (mesin pencacah, pengayak, mesin fermentasi), dan 2 buah
becak motor. TPS 3R melayani 450 KK yang mendapatkan pelayanan pengumpulan sampah 2‐3
kali seminggu. Iuran sampah dari masing‐masing rumah yaitu 15.000 per bulan.
Gambar 3. 38 TPS 3R Ulu Gadut
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 36
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 39 Motor Pengumpul Sampah di Ulu Gadut
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 40 Stiker Himbauan di TPS 3R Ulu Gadut
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
3.3.8 PEMINDAHAN DAN PENGANGKUTAN
Pemindahan sampah di Kota Padang dilakukan sesuai dengan jenis TPS. Pemindahan sampah
dari TPS bangunan bata dilakukan secara manual oleh petugas pengangkut sampah sedangkan
pemindahan TPS Kontainer dilakukan secara langsung oleh mesin arm roll truck. Kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai peraturan yang telah dibuat oleh DKP yaitu harus membuang
sampah ke dalam kontainer menyebabkan petugas pengangkut harus melakukan pemindahan
sampah yang berserakan di sekitar kontainer secara manual.
Kota Padang memiliki Transfer Depo di Pegambiran yang merupakan sarana pemindahan
sampah sebagai pertemuan antara bentor (becak motor) sampah dengan truk pengangkut.
Sistem pemindahan dilakukan secara manual yaitu sampah dari bentor di bongkar keluar dan
dikumpulkan di TPS selanjutnya di petugas pengangkut sampah truk memuat sampah dari TPS
dengan menggunakan keranjang sampah menuju ke TPA.
III ‐ 37
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 41 Kegiatan Pemindahan Sampah di Transfer Depo Pengambiran
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan oleh armada dump truck, arm roll truck, dan mobil
kecamatan/kutama. Jenis kendaraan ini melakukan pengangkutan sampah setelah melakukan
pengangkutan sampah di jalur pelayanan yang telah ditetapkan. Sampai saat ini seluruh
armada pengangkutan sampah membuang sampah ke TPA Air Dingin. Kegiatan pengangkutan
sampah bergantung kepada kegiatan pengumpulan sampah, tingkat efisiensi pengangkutan
sampah juga dipengaruhi oleh kegiatan pengumpulan sampah. Ritasi pengangkutan yang bisa
dilaksanakan oleh armada pengangkutan adalah maksimal 4 rit per hari (DKP Kota Padang,
2013).
Kota Padang memiliki fasilitas pengangkutan sampah ke TPA dengan menggunakan kendaraan
bermotor berupa dump truck, arm roll yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Padang dan mobil kecamatan yang dikelola oleh masing‐masing kecamatan.
1) Rumah Tangga; pemindahan dan pengangkutan dari sampah dari rumah tangga Kota
Padang disesuaikan dengan pola pengumpulan. Pola pengumpulan komunal langsung yaitu
sampah yang dikumpulkan di TPS Kontainer diangkut oleh arm roll tanpa melalui proses
pemindahan manual. Sampah yang bertumpuk di TPS pasangan bata dipindahkan secara
manual menggunakan alat bantu keranjang berlubang, pengki, dan sapu lalu diangkut
menggunakan dump truck oleh petugas pengangkut sampah.
2) Pasar; sampah pasar dikumpulkan langsung di TPS kontainer, proses pemindahan langsung
dilakukan bersama proses pengumpulan. Pemindahan dan pengangkutan dari pasar
dilakukan oleh armada truk Dinas Pasar Kota Padang ke TPA Air Dingin.
3) Komersial; pengangkutan dari daerah komersial di Kota Padang dilakukan oleh petugas truk
pengangkut secara door to door maupun dari TPS.
III ‐ 38
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
4) Industri; pengangkutan sampah domestik dari kawasan industri dilakukan oleh armada
truk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang dari TPS yang disediakan di kawasan
industri.
5) Jalan dan taman; pemindahan serta pengangkutannya sudah termasuk atau bersama‐sama
dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang.
6) Rumah Sakit; pengangkutan sampah domestik dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Padang secara door to door dengan armada truk. Sampah medis dari
rumah sakit dibakar menggunakan incenerator yang tersedia di masing‐masing rumah sakit.
Gambar 3. 42 Kegiatan Pemindahan Sampah secara Manual di Jl. Samudra
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 43 Pemindahan Sampah secara Otomatis dengan Arm Roll
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 39
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 44 Penyapuan Sampah yang Berserakan di sekitas TPS Kontainer
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Gambar 3. 45 Pengangkutan Sampah menuju TPA Air Dingin
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Berikut tipe pemindahan sampah yang berdasarkan luas lahan :
Tabel 3. 15 Tipe Pemindahan Sampah
No. Uraian Transfer Tipe I Transfer Tipe II Transfer Tipe III
III ‐ 40
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
- Bengkel
sederhana
- Kantor
wilayah/pengend
ali
- Tempat
pemilahan
- Tempat
pengomposan
3. Daerah Baik sekali untuk Daerah yang sulit
pemakai daerah yang mudah mendapat lahan yang
mendapatkan lahan kosong dan daerah
protokol
Sumber : Damanhuri, 2006
Persyaratan alat pengangkutan sampah antara lain adalah ( Damanuri,2004) :
¾ Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan
jaring.
¾ Tinggi bak maksimum 1,6 m.
¾ Sebaiknya ada alat ungkit.
¾ Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui.
¾ Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
3.3.9 PEMROSESAN AKHIR
Kota Padang memiliki tempat pembuangan akhir sampah (TPA) yang terletak di Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah sekitar 17 km dari pusat kota yang memiliki luas 30,30
Ha. Lahan aktif yang digunakan yaitu 18,4 Ha sementara lahan yang belum dibebaskan yaitu
11,3 Ha dan yang sedang dalam proses pembebasan yaitu 6000 m2. Sampai saat ini, TPA Air
Dingin masih dapat melayani pengolahan sampah yang dihasilkan. Kondisi fisik awal lokasi TPA
yang telah digunakan sejak tahun 1986 merupakan sebuah lereng dengan kedalaman lebih dari
10 m. Tahun 1993 sebagian dari luas lahan TPA Air Dingin telah terisi tumpukkan sampah.
III ‐ 41
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 46 Gerbang TPA Air Dingin
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Batas wilayah TPA Air Dingin yaitu :
• Sebelah Utara : Daerah perbukitan sebagian besar daerah dataran tinggi dan
daerah terjal/curam dengan kemiringan 30‐35o
• Sebelah Selatan : Sebagian besar daerah dataran rendah yang dialiri Sungai
Lubuk Minturun dan Sungai Batang Air Dingin, pemukiman
• Sebelah Barat : Daerah dataran rendah yang relatif datar dan Sungai Batang
Kandis
• Sebelah Timur : Daerah perbukitan dengan kemiringan bervariasi antara 10‐45o
Gambar 3. 47 Kondisi TPA Sampah AIR Dingin
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, 2013
Kegiatan pengoperasian TPA Air Dingin dilakukan setiap hari. Saat ini (Oktober 2013) alat
timbang di TPA Air Dingin mengalami kerusakan. Truk sampah yang masuk tetap dicatat
III ‐ 42
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
perkiraan sampah yang diangkut dan kode mobil truk. Berdasarkan data sampah yang masuk
pada Bulan Agustus 2013 rata‐rata sampah yang masuk ke TPA Air Dingin per hari yaitu 607
ton (DKP Kota Padang, 2013). Sampah yang dibuang dipindahkan pada area penimbunan
sampah yang ditentukan menggunakan excavator agar proses pemadatan lebih mudah setelah
itu sampah diratakan dan dipadatkan dengan bulldozer hingga mencapai ketinggian tertentu.
Penutupan dengan tanah dilakukan setelah area tersebut terisi oleh sampah. Penutupan yang
tidak berkala ini disebabkan kendala pengadaan tanah penutup.Operasional TPA yang semula
menuju sanitary landfill saat ini mengalami kendala karena kondisi kegiatan operasional saat ini
yaitu belum dipadatkan setiap hari, belum ada pemilahan sampah secara optimal, dan belum
ada pembagian sel/blok penimbunan.
Gambar 3. 48 Penimbunan Sampah, Aktivitas Pemulung, dan Sapi di
Area Penimbunan Sampah TPA
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Kegiatan pemulung merupakan kegiatan yang rutin dilakukan. Sebagian pemulung adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar TPA. Sampah yang masih dapat dijual seperti
botol plastik air minum, kaleng, kaca, kardus dikumpulkan untuk dijual. Berdasarkan data DKP
diketahui berat sampah yang dikumpulkan pemulung per hari yaitu 1 ton.
Petugas TPA Air Dingin melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos.
Sampah organik dari pasar ditempatkan pada bak permanen dekat bangunan pengomposan dan
sebagian besarnya diolah menjadi kompos. Jumlah ritasi sampah pasar adalah 12‐15 ritasi per
hari. Sampah yang diolah melalui pengomposan sebanyak 1 ritasi dalam 3 hari atau sama
dengan 3 ton/3hari (13,3 m3).
Untuk mendukung operasional pemrosesan akhir, TPA Air Dingin dilengkapi dengan sarana
prasana sebagai berikut :
III ‐ 43
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Fasilitas umum :
• Jalan masuk
• Saluran drainase
• Kantor
• Pagar
• Pos jaga
Fasilitas perlindungan lingkungan yang ada :
• Lapisan kedap air
• Pengumpul dan pengolah lindi (7 kolam lindi dengan luas 5000 m 2)
• Pipa ventilasi gas
• Buffer zone
• Sumur pantau sebanyak 2 unit
Fasilitas operasional :
• Jalan operasi
• Alat berat (2 unit excavator, 3 unit buldozer)
• Truk pengangkut tanah
• Deposit tanah penutup
• Tempat pengomposan
• Gudanga kompos
Fasilitas penunjang :
• Air bersih
• Bengkel
• Jembatan timbang (kondisi rusak)
• Mesin semprot lalat sebanyak 2 unit
• Tempat pencucian kendaraan
III ‐ 44
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 3. 49 Sarana Pengomposan di TPA Air Dingin
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
Di TPA Air Dingin Kota Padang terdapat hewan yang turut membantu pengelolaan sampah yaitu
burung bangau yang liar namun jinak. Burung‐burung bangau yang datang dengan sendirinya
memakan larva lalat yang terdapat pada tumpukan sampah. Keberadaan burung bangau
mengakibatkan TPA Air Dingin bebas lalat akibat predator alamiah larva lalat tersebut. Selain
burung bangau, di TPA Air Dingin juga terdapat sapi yang memakan bahan organik. Sapi
tersebut adalah milik warga sekitar. Bagi TPA sapi tersebut membantu mengurangi volume
sampah organik namun ada kemungkinan berbahaya bagi konsumen yang memakan daging
sapi tersebut.
Gambar 3. 50 Sapi dan Bangau Putih di TPA Air Dingin
Sumber : Hasil Survey Konsultan, 2013
III ‐ 45
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Informasi mengenai aspek peran serta masyarakat diperoleh melalui survey rumah tangga
dengan menggunakan kuesioner dan wawancara dengan masyarakat. Penyebaran kuesioner
dilakukan di Permukiman Penduduk, Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk
mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengelolaan persampahan di Kota Padang. Untuk
lebih jelasnya persepsi masyarakat mengenai persampahan di Kota Padang, adalah sebagai
berikut :
4. 1 Tanggapan Masyarakat Mengenai Pengelolaan Persampahan
Berdasarkan hasil wawancara di wilayah Kota Padang, tanggapan masyarakat terhadap masalah
umum persampahan, menganggap bahwa masalah persampahan di Kota Padang harus ditangani
cukup serius Alasan masalah persampahan ditangani secara serius menurut responden adalah
karena masalah persampahan belum dilaksanakan secara menyeluruh dan masyarakat yang
bertempat tinggal dekat dengan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) merasa
terganggu terutama jika sampah terlambat diangkut.
4. 2 Sistem Pewadahan dan Pemilahan Sampah
Masyarakat Kota Padang sebesar 91% responden pada umumnya memiliki tempat sampah, dan
9% responden menyatakan sama sekali tidak mempunyai tempat sampah. Jenis wadah yang
digunakan adalah tong sampah (56%), trash bag (26%), kantong plastik (12%) serta drum
sampah (6%). Dari sistem peletakan wadah dari hasil responden di lapangan lebih dominan di
letakan pada halaman rumah dalam pagar (62%) dan halaman luar pagar (32%) dan sisanya
berada di belakang rumah. Keberadaan petugas pengumpul sampah bahwa sampah di
masyarakat telah dikelola oleh petugas setiap hari (53%), 2‐3 kali seminggu (26%), 1‐2 kalo
IV ‐ 1
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
seminggu (21%). Untuk lebih jelas grafik sistem pewadahan Kota Padang dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 4. 1Sistem Pewadahan Masyarakat Kota Padang
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Sedangkan untuk pemilahan yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Padang pada umumnya
tidak melakukan pemilahan (91%) responden dan melakukan pemilahan sebesar 9% responden.
Dari hasil data tersebut maka masyarakat kota Padang tidak melakukan pengolahan sampah di
rumah sebesar 88% dan melakukan 12% melakukan pengolahan di rumah.
Untuk pengolahan sampah dapur dari responden yang terdata pada umumnya tidak melakukan
menjawab usaha untuk pengolahan, sedangkan untuk sampah kering Rata‐rata pengolahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan pembakaran (27%) dan dijual (15%) dan 58% tidak
menjawab pengolahan yang dilakukan. Grafik sistem pemilahan saat ini di Kota Padang dapat
dilihat pada Grafik 2.
IV ‐ 2
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 4. 2 Sistem Pemilahan di Kota Padang
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Untuk kesediaan dalam mengelola sampah di rumah 41% responden tidak bersedia untuk
mengolah sampah dirumah, bersedia 18%, 15% bersedia dengan syarat dan sebanyak 26% tidak
menjawab.
Gambar 4. 3 Kesediaan Mengolah Sampah di Rumah
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
IV ‐ 3
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
4. 3 Sistem Pengumpulan Yang Ada di Lingkungan Tempat Tinggal
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat untuk penanganan sampah adalah dengan
langsung membuang ke TPS (56%) responden dan sisanya tidak melakukan penanganan dan
hanya menunggu petugas pengumpul. Proses pengumpulan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan fasilitas gerobak dengan kondisi masih layak yang sebagian besar terbuat dari
kayu dan tidak ada penyekat antara organik dan anorganik. Setelah melakukan pengumpulan
dengan gerobak sampah di angkut menuju truck pengumpul terbuka.
Jumlah petugas pengumpul di lingkungan masyarakat sebanyak 1‐2 orang dan melakukan nya
setiap hari. Dari hasil wawancara 47% responden menyatakan perlu ditingkatkan nya sistem
pengumpulan agar pengelolaan sampah di lingkungan lebih optimal yaitu dengan cara volume
alat pengumpul yang lebih besar. Untuk mengoptimlakan pengelolaan sampah tersebut 55%
responden bersedia dalam peningkatan retribusi dalam proses pengumpulan. Kondisi sistem
pengumpulan sampah di Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 4.
IV ‐ 4
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 4. 4 Sistem Pengumpulan Sampah Kota Padang
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Gambar 4. 5 Sistem Pengumpulan sampah di Lingkungan Masyarakat.
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
IV ‐ 5
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Wilayah yang memiliki TPS yaitu wilayah pasar. TPS tersebut terletak tepat di samping kawasan
pasar, berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang di sekitar pasar, banyak dari mereka
yang mengeluhkan dengan keadaan dan lokasi dari TPS tersebut. Lokasi TPS yang berada tepat
di samping kawasan pasar dan jalan sering menimbulkan berbagai ganguan estetika yang
diantaranya yaitu bau, becek dari aliran air lindi yang dihasilkan dari sampah, terlebih komposisi
sampah yang dihasilkan di daerah pasar adalah jenis sampah organik yang cepat membusuk,
keadaan itu diperparah jika musim penghujan datang. Pengadaan fasilitas pewadahan sampah
hanya disediakan untuk wilayah pasar dan pemukiman yang berada di jalur‐jalur protokol kota
dan jumlahnya masih tidak mencukupi.
4. 4 Peraturan Pengelolaan Sampah di Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat sebesar 44% responden menyatakan bahwa tidak ada sanksi bagi
yang mebuang sampah sembarangan sehingga pengelolaan sampah nya tidak optimal. Dari hal
tersebut maka 50% responden menyatakan sangat diperlukan nya perataruan pengeolaan
sampah di masyarakat agar tercipta pengelolaan sampah yg optimal.
4. 5 Persampahan di TPA
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, sebagian besar responden tidak mengetahui
tindak lanjut dari pengelolaan sampah ini dibawa kemana dan pengolahan apa yang akan
dilakukan. Tetapi responden menaruh perhatian terhadap Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yang aman dan dapat diterima secara lingkungan.
4. 6 Pengelolaan Kelembagaan Pengelolaan Sampah di Lingkungan
Masyarakat
Dalam pengelolan sampah masyarakat sebanyak 38% menyatakan bahwa instansi pemerintah
yang bertanggung jawab terhadap pembayaran petugas sampah dan 35% yang menyatakan
warga yang melakukan tanggung jawab tersebut. Namun apabila ada sampah yang tidak
terangkut 44% reseponden menyatakan bahwa sampah tersebut merupakan tanggung jawab
IV ‐ 6
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
warga. Sedangkan di lingkungan masyarakat untuk pengelolaan sampah yang di lakukan oleh
PKK hanya sebesar 15%.
Gambar 4. 6 Pengelolaan Kelembagaan
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
4. 7 Pembiayaan Persampahan
Sedangkan dari segi pembayaran biaya sampah untuk kawasan pemukiman pemungutan biaya
persampahan sudah dilakukan dengan iuran sebesar Rp.2000‐Rp.5000 setiap 1 bulan sekali.
Namun dari iuran tersebut 47 % responden mengungkapkan keberatan terhadap iuran dan 41%
reseponden tidak menyatakan keberatan serta menganggap perlu apabila rertibusi tersebut
sebanyak 27% sehingga pengelolaan sampah dapat dilakukan secara optimal.
Kesediaan masyarakat untuk membayar biaya sampah berdasarkan wawancara sebanyak 38%
responden menyatakan bahwa mereka bersedia menaikan biaya pengelolaan persampahan
dengan syarat adanya kejelasan terlebih dahulu dari pihak yang berwenang.
IV ‐ 7
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Gambar 4. 7 Aspek Pembiayaan dalam Pengelolaan Persampahan
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Untuk mempermudah dalam teknis pemungutan biaya persampahan maka diperlukan pola
pembayaran yang dikehendaki oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara menurut 47%
responden menghendaki bahwa pola pembayaran biaya persampahan dibayar langsung ke
pemerintah lokal (RT,RW) dengan alasan lebih mudah dan praktis, menurut 40% responden
menghendaki bahwa pola pembayaran biaya persampahan dibayar langsung ke petugas
kebersihan dari pemerintah dan menurut 13% responden menghendaki bahwa pola
pembayaran biaya persampahan dibayar langsung ke siapa saja petugas kebersihan.
4. 8 Peran Serta Masyarakat Tentang Sampah
Meskipun persampahan di Kota Padang menjadi permasalahan yang harus ditangani cukup
serius, menurut masing 14% responden menyatakan bahwa sampah adalah sesuatu yang bisa
dimanfaatkan dan dapat diolah dengan cara lain (usaha kreatif), 53% responden menyatakan
bahwa kesediaan dalam berpartisipiasi program pengelolaan sampah dimulai dengan pemilahan
dan mengetahui sampah memiliki nilai ekonomis apabila diolah, tetapi masyarakat belum paham
IV ‐ 8
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
atau tahu tentang bagaimana cara mengolah sampah khususnya sampah organik yang
mempunyai komposisi besar dalam timbulan sampah yang mereka hasilkan. Hal ini berarti
masyarakat di Kota Padang memiliki wawasan yang cukup dalam hal pengolahan sampah
sehingga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dari sistem pengelolaan sampah yang akan
dilakukan.
4. 9 Layanan Sampah yang Diharapkan
Harapan masyarakat terhadap pelayanan sampah berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai
berikut :
1. Sampah harus diangkut setiap hari
2. Pelayanan harus mencakup semua wilayah, termasuk wilayah pelosok
3. Tempat untuk membuang sampah sementara (TPS) khususnya sarana tong sampah agar
ditambah lagi
4. Pengangkutan harus dilakukan secepat dan seefektif mungkin, jangan sampai ada sampah
yang menumpuk
5. Truk pengangkut sampah harus ditutup, agar sampah tidak tercecer di sepanjang jalan yang
dilalui truk pengangkut sampah.
6. Untuk TPS jangan berada di lingkungan pasar, karena menganggu kenyamanan pedagang
dan pembeli seharusnya ditempatkan di lokasi yang jauh dari kios/toko/pasar
7. Adanya penyuluhan mengenai masalah persampahan
IV ‐ 9
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5. 1 SUMBER SAMPAH
Sumber penghasil sampah Kota Padang perlu diidentifikasi untuk bisa memperkirakan
timbulan sampah dan membantu arahan dalam merencanakan sistem pengelolaannya
karena masing – masing sumber memiliki kekhasan tersendiri dalam setiap aspek
pengelolaan.
Berdasarkan data sekunder, sumber sampah di Kota Padang dan kontribusi timbulannya
di tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5. 1 Persentase Kontribusi Sumber Timbulan Sampah
No Sumber Prosentase (%)
1 Domestik 26.92
2 Komersil 5.66
3 Insitusi 1.38
4 Industri 63.65
5 Fasum Fasos 2.39
TOTAL 100
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Padang, 2008
Berdasarkan dokumen yang lain, sumber sampah Kota Padang adalah sebagai berikut,
1. Rumah tangga/pemukiman;
2. Jalan, sungai dan taman;
3. Pasar;
4. Komersial/pertokoan/hotel;
5. Usaha/Industri;
6. Rumah sakit;
7. Fasilitas Pendidikan (Sekolah/Kampus);
8. Perkantoran
V ‐ 1
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Secara teoritis, sumber sampah bisa diklasifikasikan ke dalam sumber sampah domestik dan
sumber sampah non domestik. Sumber sampah merupakan penghasil sampah yang bisa berupa
orang, usaha, dan/atau kegiatan dan aktivitas yang menghasilkan timbulan sampah. Dalam
ruang lingkup suatu kota, aktivitas di dalamnya bisa terlihat dari tata guna lahan yang ada.
Berdasarkan dokumen Padang dalam angka, aktivitas dari tata guna lahan tersebut bisa terbagi
atas dua aktivitas besar, yaitu aktivitas domestik yang meliputi tanah perumahan dan aktivitas
non domestik yang meliputi luas lahan selain tanah perumahan.
Luas lahan administratif yang digunakan adalah berdasarkan PP No.17 Tahun 1980, yaitu seluas
69.496 Ha. Berdasarkan hal tersebut, maka perbandingan antara luas lahan yang dipergunakan
untuk aktivitas domestik berbanding dengan luas lahan untuk aktivitas non domestik adalah 1 :
9, dimana detilasinya dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5. 2 Persentase Tata Guna Lahan
Domestik / tanah perumahan 9,94%
Non Domestik 90,06%
‐ Hutan 53,35%
‐ Perkebunan 24,75%
‐ Persawahan 8,57%
‐ Daerah Komersil 2,42%
‐ Sungai dll 0,55%
‐ Jalan 0,19%
‐ Perikanan dll 0,15%
‐ Peternakan 0,04%
‐ Fasum Fasos 0,02%
‐ Tanah Kosong 0,02%
Total 100,0%
Berdasarkan tabel di atas aktivitas / kegiatan terbesar yang memberikan kontribusi
terhadap timbulan sampah adalah kegiatan domestik / perumahan sementara di
kegiatan non domestik masih tetap di dominasi oleh daerah komersil, jalan dan lainnya.
V ‐ 2
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5. 2 TIMBULAN SAMPAH DAN PROYEKSINYA
Berdasarkan data sekunder dari dokumen yang didapatkan, timbulan sampah Kota Padang di
tahun 2008 adalah 481,96 ton/hari atau 2000 m3/hari sehingga berat jenis sampah adalah
240,98 kg/m3. Satuan timbulan sampah Kota Padang pada tahun 2008 adalah sebesar 0,56
kg/orang/hari atau 2,32 l/orang/hari.
Sementara berdasarkan data DKP, total timbulan sampah Kota Padang di tahun 2012 meningkat
menjadi 800 ton/hari, dimana dengan jumlah penduduk sebesar 895.450 jiwa, maka satuan
timbulan sampah Kota Padang pada tahun 2012 adalah 0,89 kg/orang/hari.
Dari data sekunder yang didapat timbulan sampah Kota Padang sudah sesuai dengan SNI dimana
timbulan sampah untuk jenis Kota Besar (dengan jumlah penduduk 500.000 – 1 juta jiwa)
berada diantara 2 – 2,5 l/orang/hari, meskipun jika dilihat dari timbulan sampah berdasarkan
berat sudah melebihi standar untuk kota besar yaitu diantara 0,4 – 0,5 kg/orang/hari.
Di sisi lain, berdasarkan hasil sampling dan perhitungan konsultan tahun 2013, timbulan sampah
rumah tangga Kota Padang adalah sebesar 1,63 l/o/h sementara timbulan sampah sejenis rumah
tangga adalah sebesar 0,130 l/o/h sehingga satuan timbulan sampah Kota Padang tahun 2013
adalah sebesar 1,76 l/o/h.
Jika jumlah penduduk Kota Padang tahun 2013 (berdasarkan hasil proyeksi) adalah sebesar
911.567 jiwa, maka diperkirakan total timbulan sampah yang dihasilkan oleh Kota Padang
adalah sebesar 1.604.358,56 l/hari atau 1.604,36 m3/hari.
Dalam menghitung timbulan sampah Kota Padang, konsultan pun mencoba menghitung
rerata timbulan sampah yang terangkut ke TPA berdasarkan kegiatan sampling untuk
mengetahui data jumlah, jenis, kapasitas truk pengangkut dan rerata ritasi perhari maka
terhitung jumlah sampah terangkut di tahun 2013 adalah sebesar 873,316 m3/hari. Perhitungan
jumlah sampah terangkut ke TPA dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
V ‐ 3
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 5. 3 Jumlah Sampah Terangkut ke TPA Air Dingin
Volume
Jumlah Sampah
Kapasitas
No Jenis Kendaraan kendaraan per
(m3)
per hari hari
(m3)
Arm Roll
1 23 6 454,48
(Kontainer)
2 Dump Truck (Typer) 16 6 127,294
3 Truk Kayu 4 5 27,74
4 Truk Kecamatan 6 4 35,802
5 Truk Dinas Pasar 7 6 168
Truk Swasta dan
6 6 5 60
LPM
Rata‐rata sampah yang masuk ke TPA per hari (m3) 873,316
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Jika diasumsikan tingkat pelayanan berdasarkan jumlah penduduk sebesar 70% dengan jumlah
penduduk Kota Padang tahun 2012 adalah sejumlah 856.335 maka timbulan sampah Kota
Padang adalah sebesar 1,70 l/orang/h.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan timbulan sampah Kota Padang sebesar
0,6 l/orang/hari dari tahun 2012 sebesar 1,70 l/orang/h menjadi 1,76 l/orang/h di tahun 2013.
Meskipun demikian, timbulan sampah hasil sampling dan analisa data sekunder ini berada di
bawah standar yang ada untuk kategori jenis Kota Besar.
Perhitungan satuan timbulan sampah ini menjadi penting sebagai dasar untuk bisa
memproyeksikan jumlah total timbulan sampah kota yang harus dielola sepanjang tahun periode
perencanaan. Total timbulan sampah kota menjadi data paling dasar dalam membuat suatu
sistem pengelolaan sampah.
Timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan
tingkat ekonomi masyarakatnya. Dengan menggunakan data – data terkait demografi dan
perekonomian dari RPIJM Kota Padang, maka berikut ini adalah Hasil perhitungan timbulan
sampah Kota Padang untuk periode perencanaan 2013 – 2033.
V ‐ 4
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Tabel 5. 4 Perhitungan Timbulan Sampah Kota Padang Tahun 20132033
Jumlah Satuan timbulan sampah Timbulan sampah Kota
Tahun Penduduk (q) Padang (Q)
jiwa l/orang/h l/h m3/h
2013 911,567 1.76 1604358.56 1604.36
2014 927,685 1.78 1649830.63 1649.83
2015 943,802 1.80 1696079.40 1696.08
2016 959,920 1.82 1743116.15 1743.12
2017 976,037 1.83 1790952.30 1790.95
2018 992,155 1.85 1839599.46 1839.60
2019 1,008,272 1.87 1889069.35 1889.07
2020 1,024,389 1.89 1939373.88 1939.37
2021 1,040,507 1.91 1990525.10 1990.53
2022 1,056,624 1.93 2042535.25 2042.54
2023 1,072,742 1.95 2095416.69 2095.42
2024 1,088,859 1.97 2149181.98 2149.18
2025 1,104,977 1.99 2203843.84 2203.84
2026 1,121,094 2.02 2259415.14 2259.42
2027 1,137,211 2.04 2315908.95 2315.91
2028 1,153,329 2.06 2373338.49 2373.34
2029 1,169,446 2.08 2431717.17 2431.72
2030 1,185,564 2.10 2491058.57 2491.06
2031 1,201,681 2.12 2551376.46 2551.38
2032 1,217,799 2.15 2612684.79 2612.68
2033 1,233,916 2.17 2674997.68 2675.00
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Perhitungan tersebut di atas sudah memperkirakan laju pertumbuhan penduduk Kota Padang
sebesar 2,51% per tahun, laju pertumbuhan pendapatan perkapita, laju pertumbuhan sektor
perekonomian Kota Padang yang berkontribusi terhadap pendapatan daerah.
5. 3 TINGKAT PELAYANAN
Tingkat pelayanan persampahan menjadi salah satu indikator utama kinerja pengelolaan
persampahan. Tingkat pelayanan pengelolaan persampahan bisa dihitung berdasarkan luas
daerah terlayani, jumlah penduduk terlayani dan jumlah sampah terangkut ke TPA. Berdasarkan
berbagai data sekunder dari dokumen perencanaan maupun teknis Kota Padang, berikut hasil
analisa tingkat pelayanan pengelolaan persampahan Kota Padang.
V ‐ 5
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5.3.1 Tingkat Pelayanan Berdasarkan Luas Daerah Terlayani
Total wilayah administrasi Kota Padang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
1980 adalah 694,96 km2. Berdasarkan perhitungan konsultan tahun 2013 dengan menghitung
data radius pelayanan TPS Kontainer, daerah yang dilayani Sambungan Rumah PDAM, dan data
daerah yang retribusinya ditarik langsung oleh petugas DKP Kota Padang didapatkan luas daerah
terlayani tahun 2013. Luas daerah terlayani berdasarkan hasil analisa konsultan untuk Kota
Padang adalah sebesar 16,98%.
Tabel 5. 5 Persentase Pelayanan per Kecamatan
Daerah Terlayani (Ha) Luas
Kepadatan Persentase
Daerah
No Kecamatan Penduduk pelayanan
Pengumpulan Eksisting
Pengumpulan (Jiwa/Ha) (%)
Tidak TOTAL (Ha)
Langsung
Langsung
1 Kec.Koto Tangah 10,90 197,41 208,31 23225 7,83 0,90%
2 Kec.Kuranji 1,52 75,72 77,24 5741 24,44 1,35%
Kec.Lubuk
3 Begalung 1,19 88,07 89,25 3091 37,87 2,89%
Kec.Lubuk
4 Kilangan 11,31 18,07 29,38 8599 5,76 0,34%
5 Kec.Padang Barat 98,52 542,59 641,11 700 73,92 91,59%
Kec.Padang
6 Timur 12,80 260,71 273,51 815 101,99 33,56%
Kec.Padang
7 Utara 14,49 317,73 332,22 808 93,11 41,12%
Kec. Padang
8 Selatan 96,81 96,81 1003 62,63 9,65%
9 Kec. Pauh 18,07 18,07 14629 4,36 0,12%
10 Kec. Nanggalo 42,59 42,59 807 75,57 5,28%
Kec. Bungus
11 Teluk Kabung 0,00 10078 2,50 0,00%
Total 16,98%
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Berdasarkan tabel tersebut, telah teridentifikasi bahwa kecamatan dengan tingkat pelayanan
tertinggi sebesar 91,59 % adalah Kecamatan Padang Barat. Kecamatan Koto Tangah, Lubuk
Kilangan, dan Pauh masih memiliki tingkat pelayanan di bawah 1%. Sementara kecamatan yang
belum terlayani adalah Kecamatan Bungus Teluk Kabung,
V ‐ 6
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5.3.2 Tingkat Pelayanan Berdasarkan Jumlah Sampah Terangkut
Berdasarkan dokumen Buku Putih Sanitasi, tingkat pelayanan berdasarkan jumlah sampah
terangkut di Kota Padang pada tahun 2008 adalah sebesar 70% atau sebesar 337.372 ton/hari
dari total timbulan sampah sebesar 481.96 ton/hari.
Sementara berdasarkan dokumen RTRW Kota Padang 2010 – 2030, tingkat pelayanan
pengelolaan sampah berdasarkan jumlah sampah terangkut di tahun 2008 mencapai 75% yaitu
sebesar 1500 m3/hari dari total timbulan 2000 m3/hari.
Berdasarkan data DKP dalam dokumen Padang dalam Angka, pada tahun 2012 jumlah timbulan
sampah kota Padang adalah sebesar 800 ton/hari dan jumlah sampah terangkut adalah sebesar
600 ton/hari sehingga tingkat pelayanan berdasarkan jumlah sampah terangkut adalah sebesar
75%.
Sementara berdasarkan perhitungan konsultan di tahun 2012, timbulan sampah yang terangkut
ke TPA adalah sebesar 1018 m3/hari, Jika dihitung total timbulan sampah di tahun yang sama
dengan memakai data timbulan 1,76 l/orang/hari dengan jumlah penduduk sebesar 895450
jiwa, maka tingkat pelayanan tahun 2012 berdasarkan timbulan sampah terangkut adalah
sebesar 67%.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat pelayanan pengelolaan sampah berdasarkan jumlah sampah
terangkut selama tahun 2008 – 2012 berkisar antara 67% ‐ 75%.
Jika dibandingkan dengan kriteria Standar Pelayanan Minimal (SPM) persampahan sebagaimana
tertuang dalam Kepmen kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Penentuan
Standar Pelayanan Minimal bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan
Umum, maka tingkat pelayanan Kota Padang masih belum memenuhi standar yaitu 80%.
5.3.3 Tingkat Pelayanan Berdasarkan Jumlah Penduduk Terlayani
Tingkat pelayanan berdasarkan jumlah penduduk terlayani dapat digunakan konversi dari luas
daerah terlayani. Total luas daerah terlayani adalah 13,75% dari total luas wilayah administrasi
yaitu sebesar 1342196 Ha sehingga total luas daerah terlayani adalah 184551.95 Ha. Tingkat
kepadatan rerata Kota Padang sebesar 1215 jiwa/Ha. Maka jumlah penduduk terlayani adalah
V ‐ 7
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
sejumlah 116,101.76 jiwa. Sehingga total tingkat pelayanan berdasarkan jumlah penduduk
terlayani adalah 13%.
Jika SPM berdasarkan jumlah penduduk terlayani adalah 75% dan target MDG’s sebesar 70%
maka tingkat pelayanan Kota Padang masih sangat jauh dibawah target. Berdasarkan data
keluhan masyarakat terhadap DKP, diketahui bahwa dari seluruh keluhan, 77% masyarakat yang
mengeluh terhadap pelayanan pengangkutan sampah. Diantaranya terdapat sampah yang tidak
diangkut hingga 2 bulan. Pengangkutan yang tidak sesuai dengan jadwal membuat sebagian
masyarakat kecewa terhadap pelayanan DKP. Selain itu, terdapat masyarakat yang menganggap
bahwa bila telah membayar biaya retribusi yang dibayar melalui PDAM maka mereka mendapat
pelayanan pengumpulan langsung oleh petugas DKP. Padahal biaya retribusi merupakan biaya
yang dibayar untuk membiayai pelayanan pengangkutan sampah dari TPS ke TPS. Diperlukan
sosialisasi secara intens oleh DKP untuk mempublikasikan bahwa pengumpulan dari setiap
sumber merupakan tanggung jawab sumber penghasil sampah.
5.3.4 Pelayanan Pengelolaan Persampahan Kota Padang
Pelayanan persampahan di Kota Padang pada tahun 2007 ditangani oleh beberapa stakeholder
seperti pada Tabel 5.6.
Tabel 5. 6 Stakeholder yang Beroperan dalam Pengelolaan Sampah
No. Stakeholder Prosentase Kontribusi
1 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 67.72
2 Dinas Pasar 19.87
3 Instansi lain 10.4
4 Masyarakat 2.01
TOTAL 100
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Padang
Berdasarkan data dari DKP Kota Padang, daerah pelayanan yang langsung dilayani oleh DKP
Kota Padang terfokus pada 4 Kecamatan, yaitu Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara dan
Padang Selatan. Sementara untuk Kecamatan selain itu dilayani oleh pelayanan kecamatan
masing – masing. Baik pelayanan oleh DKP maupun oleh Kecamatan dilayani sebagian besar
dengan sistem komunal tidak langsung dimana masyarakat mengumpulkan sampahnya sendiri
V ‐ 8
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
ke dalam TPS / kontainer / transfer Depo yang disediakan untuk kemudian diangkut ke TPA.
Perbedaannya adalah dari pengoperasian alat / truck pengangkut meskipun kepemilikannya
tetapi berada di DKP.
Peletakkan kontainer merupakan masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat. Kontainer di Kota
Padang berfungsi sebagai TPS yang menampung sampah yang dikumpulkan oleh masyarakat
secara individual maupun oleh petugas pengumpul sampah khusus di setiap kawasan
perumahan/komersil. TPS Kontainer diletakkan di pinggir jalan tanpa ada landasan khusus.
Sampah yang menumpuk di TPS dengan kondisi kontainer yang keropos menyebabkan air
sampah/lindi menggenang di badan jalan. Hal tersebut mengundang bau dan lalat yang jelas
membuat masyarakat tidak nyaman. Selain itu, terdapat keluhan masyarakat karena peletakkan
kontainer tersebut menyebabkan warga yang tinggal di daerah sekitar terkena diare. Peletakkan
dipi
5. 4 EVALUASI ASPEK TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
5.4.1 E valuasi Sistem Pewadahan dan Pemilahan
Sistem pewadahan level satu dan level dua disediakan secara swadaya masyarakat
kecuali untuk sumber penghasil sampah yang menjadi tanggung jawab DKP secara
langsung seperti misalnya taman, fasilitas umum dan fasilitas sosial kota.
Kriteria dan standar sistem pewadahan level 1 dan level 2 yang digunakan masih belum
sesuai dengan kriteria SNI yang dipersyaratkan. Seperti misalnya dari jenis bahan,
mayoritas masyarakat masih menggunakan kantung kresek, keranjang berlubang, kardus
dan karung. Jenis ini digunakan hampir di semua jenis sumber sampah rumah tangga maupun
sumber sampah penghasil sampah sejenis rumah tangga.
Kriteria lain yang belun sesuai adalah dari sisi kapasitas yang seharusnya bisa disesuaikan
dengan volume timbulan sampah yang dihasilkan per harinya dan memperhitungkan periodesasi
sistem pengumpulan yang dilakukan. Hal ini terlihat dari adanya sampah yang menumpuk,
berserakan karena tidak terwadahi, dimana sampah yang ditimbulkan melebihi kapasitas wadah
yang disediakan. Dari segi estetika dan pencegahan terhadap dampak lingkungan dan kesehatan
pun belum memenuhi standar, yaitu tidak memiliki tutup untuk mencegah masuknya air hujan
dan vektor penyakit.
V ‐ 9
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Upaya untuk melakukan pemilahan sudah terlihat dengan adanya fasilitas pewadahan
dua jenis yang disediakan terutama untuk sistem pewadahan yang langsung menjadi
tanggung jawab DKP atau usaha dari sumber penghasil sampah selain perumahan dan
permukiman. Tetapi proses pemilahan tidak berlangsung dengan baik terlihat dari
masih tercampurnya sampah di setiap wadah yang seharusnya dipilah.
Dari standar dan arahan yang ada, seharusnya pemilahan sudah dilakukan di sumber
penghasil sampah. Jenis pemilahan yang seharusnya dilakukan meliputi 5 (lima) jenis
pemilahan, yaitu sampah yang mudah dikomposkan, sampah yang memiliki nilai
ekonomis, sampah yang bisa di daur ulang, sampah yang termasuk ke dalam bahan
beracun dan berbahaya, serta sampah residu yang tidak termasuk jenis sebelumnya.
Usaha pemilahan ini akan sangat mendorong terwujudnya pengurangan sampah di
sumber sehingga bisa mengurangi beban sistem pengelolaan sampah selanjutnya.
Pemahaman masyarakat mengenai pentingnya penyediaan wadah terpilah perlu
ditingkatkan melalui sosialisasi secara berkala. Dalam Peraturan Daerah Kota Padang
No. 21 Tahun 2012 dijelaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pembinaan agar
dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
5.4.2 Evaluasi Sistem Pengumpulan, Pemindahan dan Pengangkutan
Sistem pengumpulan untuk sumber perumahan dan permukiman didominasi oleh pola
pengumpulan komunal langsung, dimana warga diwajibkan untuk mengumpulkan
sampah dari pewadahan level 1 dan level 2 ke level 3 secara mandiri di TPS yang berupa
kontainer. Setelah terkumpul, kontainer yang sudah penuh diangkut oleh DKP dengan
menggunakan arm roll ataupun dumptruck ke TPA. Sistem pengumpulan individual
tidak langsung pun ada dimana masyarakat dilayani oleh alat pengumpul berupa becak
motor atau bentor, sampah dikumpulkan dari setiap sumber kemudian dikumpulkan di
TPS yang biasanya berupa TPS pasangan bata.
V ‐ 10
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
diangkut secara langung oleh truk sampah menuju ke TPA. Hal ini dilakukan untuk
semua jenis sumber non domestik kecuali untuk beberapa kawasan komersil dimana
setiap sumber mengumpulkan sampahnya ke TPS yang telah disediakan oleh DKP.
Sementara data jenis, jumlah alat pengangkut dan ritasi pengangkutan dapat dilihat pada
Tabel di bawah ini.
Tabel 5. 7 Jumlah Alat Pengangkut dan Ritas Pengangkutan
Jumlah Rerata
Kapasitas Ritasi/
No Jenis Kendaraan kendaraan Ritasi/
(m3) Hari
per hari Hari
Arm Roll
1 23 6 2,11
(Kontainer)
2 Dump Truck (Typer) 16 6 1,25
3 Truk Kayu 4 5 0,88
1,85
4 Truk Kecamatan 6 4 0,88
5 Truk Dinas Pasar 7 6 4
Truk Swasta dan
6 6 5 2
LPM
Rata‐rata sampah yang masuk ke TPA per hari (m3)
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
Jumlah ritasi per hari yang memenuhi SPM adalah antara 2 – 6 rit / hari maka ritasi
pengangkutan Kota Padang belum memenuhi SPM. Sementara pemenuhan SPM
berdasarkan ritase masing – masing alat angkut dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 5. 8 Data Persentase Alat Angkut Berdasarkan SPM
Ritase Prosentase alat angkut Pemenuhan SPM
1 rit/hari 16% < SPM
2 rit/hari 35% memenuhi SPM
4 rit/hari 48% memenuhi SPM
Optimalisasi penggunaan armada pengangkutan dapat meningkatkan pelayanan
pengelolaan persampahan. Penambahan jadwal pengangkutan didukung oleh
V ‐ 11
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Masih banyak ditemukannya sampah yang berserakan di sekitar tempat penampungan
sampah yang disediakan.
• Belum tersedianya fasilitas pemilahan sampah yang seharusnya menjadi kewajiban dari
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya sebagaimana diamanatkan oleh UU
18/2008, PP 81/2012 dan Permen 03/2013.
• Fasilitas pemilahan yang tersedia masih sangat kurang dan tidak terawat maupun tidak
termonitor dengan baik.
• Penempatan fasilitas pengumpulan terutama untuk jenis pengumpulan komunal perlu
diperhatikan kembali sehingga bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat
penggunanya lebih optimal.
• Kapasitas dan sarana prasarana penunjang perlu direncanakan dan dirancang ulang sehingga
fungsi penampungan sampah sementara bisa menjadi lebih baik. Diperhatikan juga
kesesuaian dengan periodesasi pengangkutan sampah.
• Masih diperlukannya usaha sosialisasi terkait penjadwalan pengumpulan sampah.
• Jika sistem kumpul – angkut – buang masih terus dipertahankan tanpa adanya usaha
pengurangan sampah, maka diperlukan investasi yang tinggi dalam penyediaan sarana dan
prasarana persampahan untuk meningkatkan tingkat pelayanan.
5.4.3 Sistem Pemrosesan Akhir
Tempat pemrosesan akhir kota Padang terletak di TPA Air Dingin. Rerata berat sampah yang
masuk ke TPA adalah 607 ton/hari. Kegiatan pengoperasian yang dilakukan adalah
penimbangan, penyebaran sampah, pemadatan di suatu area tertentu yang telah ditentukan
kemudian penuputan area tersebut dengan tanah secara berkala. Sehingga daapt dikatakan
bahwa metode pengoperasian TPA menggunakan sistem controlled landfill. TPA Air Dingin pun
sudah menerapkan sistem pengomposan dan sudah dilengkapi dengan fasilitas dasar, operasi,
penunjang dan perlindungan lingkungan yang cukup lengkap. Adapun permsalahan yang
dihadapi saat ini adalah belum dipadatkan setiap hari, belum ada pemilahan sampah secara
optimal, dan belum ada pembagian sel/blok penimbunan, adanya pemulung dan juga
keberadaaan berbagai fauna seperti bangau dan sapi yang ikut beraktivitas di dalam TPA.
Sampah medis dari rumah sakit merupakan sampah infeksius yang harus dikelola secara khusus.
Berdasarkan kriteria pengelolaannya, sampah infeksius harus diolah menggunakan incenerator.
V ‐ 12
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Rumah sakit yang sudah memiliki incenerator yaitu RSUD, Rumah Sakit M. Jamil, Rumah Sakit
Yos Sudarso, dan Rmah Sakit Semen Padang.
5.4.4 Sistem Pengurangan Sampah / Reduksi Sampah
Pengurangan sampah yang sudah dilakukan di Kota Padang adalah melalui TPS 3R di 2 lokasi
yang sudah melayani 450 KK. Teknik pengolahan yang sudah dilakukan adalah menggunakan
pemilahan dan pengomposan.
Kota Padang sendiri belum memiliki target reduksi sampah, yang seharusnya sudah menjadi
suatu kewajiban suatu daerah seperti yang telah diamanatkan oleh Undang – Undang no.18
tahun 2008. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk‐produk daur ulang.
5. 5 ASPEK NON TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
5.5.1 Sistem Aturan dan Hukum
Permasalahan yang dihadapi peraturan terkait sistem pengelolaan sampah di Kota
Padang meliputi :
‐ Belum adanya aturan terkait pemilahan sampah
‐ Belum adanya aturan terkait target pengurangan sampah
‐ Belum tegasnya aturan dalam sistem pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan
‐ Belum adanya SOP dalam setiap aspek pengelolaan sampah
V ‐ 13
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5.5.2 Sistem Kelembagaan
Instansi pemerintah yang bertindak langsung dalam pengelolaan sampah Kota Padang
adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang. Bidang Kebersihan merupakan
bidang yang bertindak langsung membantu Kepala Dinas dalam mengelola sampah.
Dilihat dari fungsi yang telah dijelaskan pada Bab 3 diketahui bahwa Bidang Kebersihan
menjalankan dua fungsi dan kewenangan yaitu kebersihan dan pertamanan. Hal tersebut
berkaitan dengan tanggung jawab dan kewenangan dalam kegiatan pengelolaan sampah
berbeda jika terdapat bidang lain yang fokus menangani masalah pertamanan.
Dibutuhkan tambahan seksi pada bidang kebersihan yaitu seksi 3R yang menangani
upaya pengurangan sampah. Seksi 3R dapat fokus melaksanakan rencana dan strategi
bidang program & penyuluhan di lapangan sekaligus sebagai fungsi controling terhadap
kinerja upaya pengelolaan sampah secara 3R.
Total SDM yang ada di DKP terlepas dari status kepegawaiannya yang PNS atau harian
lepas, berjumlah 734 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Padang
tahun 2013 berdasarkan proyeksi yaitu sebesar 911567 jiwa, maka perbandingan antara
pengelola sampah dengan penduduk adalah 1 : 1241. Idealnya petugas operasional
kebersihan adalah 1 : 1000 hingga 1 : 500. Bila sesuai dengan standar ideal maka tenaga
kebersihan Kota Padang adalah idealnya 912 hingga 1.824 orang.
Selain DKP, terdapat beberapa instansi yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pengelolaan sampah. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam sistem
kelembagaan pengelolaan sampah Kota Padang adalah terkait koordinasi dan pembagian
tugas serta kewenangan antara DKP, Dinas PU, Dinas Pariwisata, Bapedalda dan Dinas
Perhubungan. Dibutuhkan kejelasan mengenai pembagian kerja pengelolaan sampah
pada tiap aspek teknis yaitu pewadahan, pengumpulan, pengangakutan sangatlah
penting terkait koordinasi antar instansi tersebut.
V ‐ 14
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5.5.3 Sistem Pembiayaan
Permasalahan yang dihadapi dalam sistem pembiayaan pengelolaan sampah Kota
Padang adalah belum adanya struktur retribusi tegas dan jelas untuk setiap sumber
sampah, belum memadainya sistem retribusi yang ada, belum tertutupinya anggaran
operasional pengelolaan dari retribusi disertai dengan penurunan anggaran APBD untuk
pengelolaan persampahan.
5.5.4 Sistem Peran Serta Masyarakat
Permasalahan peran serta masyarakat di dalam sistem pengelolaan sampah terkait
rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut bertanggungjawab terhadap masalah
kebersihan dan pengelolaan sampah.
Di sisi lain berbagai upaya himbuan dan sosialisasi sudah dilakukan, tetapi masyarakat
masih melihat bahwa kebersihan dan pengelolaan persampahan adalah tanggung jawab
pemerintah. Berdasarkan hal tersebut DKP Kota Padang harus meningkatkan intensitas
kegiatan sosialisasi secara fokus dan berkala. Selain itu, diperlukan lokasi pilot project
pengelolaan sampah berbasis masyarakat pada daerah yang berpotensi khususnya pada
daerah yang belum terlayani.
Diperlukan adanya perangkat aturan dan hukum yang bisa ditegakkan dalam mendorong
masyarakat untuk mau terlibat dalam sistem pengelolaan sampah terutama untuk
memulai berbagai upaya dalam mengurangi sampah.
Meskipun demikian, berdasarkan hasil evaluasi peran serta masyarkat pada bab
sebelumnya, sebagian besar masyarakat sudah mulai melihat adanya potensi dari
sampah yang bisa dimanfaatkan dan cukup siap untuk terlobat dalam pemilahan dan
pengurangan sampah hanya terkendala oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan
mereka.
Terjadinya penumpukan sampah di luar TPS yang disediakan, TPS kontainer maupun
TPS pasangan bata disebabkan kurangnya kesadaraan masyarakat dalam upaya
V ‐ 15
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas sampah. Dalam Peraturan Daerah Kota
Padang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa setiap
orang wajib mentaati pelaksanaan kebijakan, strategi dan program pengelolaan sampah
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan. Dalam hal
ini DKP Kota Padang telah memberi himbauan kepada masyarakat untuk membuang
sampah ke dalam TPS yang telah disediakan bukan di sekitar TPS yang disediakan.
5. 6 REVIEW RENCANA KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA PADANG
Berikut ini adalah resume kebijakan, strategi dan program pengelolaan sampah di Kota Padang
Tujuan pengelolaan sampah di Kota Padang adalah 1) Meminimalkan volume sampah dan
pengembangan prasarana pengolahan sampah dengan teknologi yang berwawasan lingkungan,
2) Mencapai target penanganan 90% dari jumlah total sampah yang dilakukan baik pada
sumbernya, peroses pengangkutan maupun pengelolaannya di TPA yang berlokasi di Air Dingin
3)Mendorong keterlibatan masyarakat didalam proses pengelolaan sampah.
Berdasarkan tujuan umum tersebut terlihat bahwa fokus pengelolaan sampah masih menitik
beratkan pada penanganan sampah dan tidak pada pengurangan sampah.
V ‐ 16
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Sehingga terlihat bahwa antara tujuan umum dengan strategi pengembangannya masih belum
terintegrasi terutama terkait dengan pengurangan sampah, meskipun target – target
pengurangan sampah sudah di tetapkan sedemikian rupa. Tetapi dalam indikasi program dalam
rangka pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang, sama
sekali tidak disebuktan terkait adanya program pengurangan sampah, dan hanya terfokus pada
penyediaan fasilitas pembuangan sampah. Tidak ada kesinambungan program untuk kegiatan
pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu yang direncanakan direalisasikan pada lima
tahun pertama.
V ‐ 17
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
6.1. Hasil Identifikasi Permasalahan Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Padang
6.1.1. Permasalahan Teknis
1. Pelayanan :
• Kurangnya pelayanan pengangkutan menyebabkan terjadinya tumpukan sampah yang
biasanya terlihat di pinggir jalan. Hal tersebut membuat masyarakat tidak nyaman yang
tentunya menurunkan nilai estetika Kota Padang. Masyarakat berharap pengadaan
kontainer ditingkatkan khususnya untuk daerah yang belum terlayani pengangkutan
oleh DKP.
• Peletakkan kontainer di pinggir jalan tidak sesuai kriteria bahwa peletakkan kontainer
seharusnya ada landasan. Peletakkan kontainer di pinggir jalan mengakibatkan macet
terutama saat adanya arm roll mengangkut kontainer. Selain itu, peletakkan kontainer
merupakan masalah bagi masyarakat yang tidak mau di daerahnya bau sampah. Bau
sampah terjadi karena lambatnya armada truk mengangkut sampah.
• Terdapat masyarakat yang dilalui sambungan rumah PDAM dan sudah membayar
retribusi namun tidak dilayani pengangkutan sampah. Kurangnya optimalnya
pengangkutan merupakan faktor pendukung rendahnya pelayanan DKP terhadap
pengelolaan sampah Kota Padang. Daerah pelayanan prioritas pengangkutan perlu
dikembangkan.
2. Pewadahan :
• Kualitas bahan wadah sampah tidak memadai
• Masih ada sampah menumpuk karena tidak terwadahi, sampah yang
ditimbulkan melebihi kapasitas wadah yang disediakan
VI ‐ 1
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Tidak menggunakan penutup
• Pewadahan yang digunakan masih belum sesuai dengan kriteria SNI yang
dipersyaratkan. (terutama dari jenis bahan & kapasitas perlu disesuaikan dengan
volume timbulan sampah yang dihasilkan per harinya dan memperhitungkan
periodisasi sistem pengumpulan yang dilakukan).
• Pemilahan belum konsisten dan belum memenuhi standar. Jenis pemilahan yang
seharusnya dilakukan meliputi 5 (lima) jenis sampah: sampah yang mudah
dikomposkan, sampah yang memiliki nilai ekonomis, sampah yang bisa di daur ulang,
sampah yang termasuk ke dalam bahan beracun dan berbahaya, serta sampah residu
yang tidak termasuk jenis sebelumnya.
3. Pengumpulan :
• Masih banyak ditemukannya sampah yang berserakan di sekitar tempat penampungan
sampah yang disediakan.
• Pengumpulan dari sumber sampah masih dilayani langsung oleh DKP. Menurut Perda
Kota Padang No. 21 Tahun 2012 DKP hanya melayani pengangkutan sampah dari TPS
ke TPA saja. Hal tersebut membutuhkan sosialisasi. Rencana ke depan seharusnya
mengacu pada pengumpulan tidak langsung oleh petugas pengumpul kawasan.
• Belum tersedianya fasilitas pengumpulan sampah yang seharusnya menjadi kewajiban
dari Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya sebagaimana diamanatkan
oleh UU 18/2008, PP 81/2012 dan Permen 03/2013.
• Ketersediaan fasilitas pemilahan masih sangat kurang. Fasilitas pemilahan yang
tersedia berupa TPS pasangan bata di pinggir jalan kondisinya tidak terawat dan
fungsinya tidak sesuai dengan pemilahan.
• Penempatan fasilitas pengumpulan terutama untuk jenis pengumpulan komunal perlu
diperhatikan kembali sehingga bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat
penggunanya lebih optimal.
• Kapasitas dan sarana prasarana penunjang perlu direncanakan dan dirancang ulang
sehingga fungsi penampungan sampah sementara bisa menjadi lebih baik. Diperhatikan
juga kesesuaian dengan periodesasi pengangkutan sampah.
• Penjadwalan pengumpulan sampah belum maksimal tersosialisasi.
4. Pengangkutan :
VI ‐ 2
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Pengangkutan belum optimal terlihat dari rata‐rata ritasi hanya 1,85 ritasi per hari.
Menurut kriteria, ritasi harus mencapai 4‐5 ritasi. Jadwal pengangkutan yang optimal
tidak akan mengakibatkan tumpukan sampah pada titik peletakkan kontainer yang
mengakibatkan protes warga akibat bau sampah.
• Jika sistem kumpul – angkut – buang masih terus dipertahankan tanpa adanya usaha
pengurangan sampah, maka diperlukan investasi yang tinggi dalam penyediaan sarana
dan prasarana persampahan untuk meningkatkan tingkat pelayanan.
5. Tempat Pemrosesan Akhir :
• Belum ada pemilahan sampah secara optimal, dan belum ada pembagian sel/blok
penimbunan
• Metode pengelolaan sampah sudah direncanakan sanitary landfill namun pelaksanaan
masih open dumping
5.1.1. Permasalahan Non Teknis
1. Kelembagaan :
Bidang yang bertindak langsung dalam teknis pengelolaan sampah di DKP hanya bidang
kebersihan dan bidang program & penyuluhan. Bidang kebersihan seharusnya dilengkapi oleh
seksi yang bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan pengelolaan sampah berbasis 3R yang
berkoordinasi secara fokus dan rutin dengan bidang program & penyuluhan
2. Peraturan :
• Pembuatan peraturan daerah belum dapat diaplikasikan secara optimal karena masih
dalam tahap sosialisasi di tingkat kelurahan. Perlu diagendakan sosialisasi peraturan
kepada masyarakat melalui sosialisasi terbuka secara langsung maupun sosialisasi
melalui media elektronik
• Dibutuhkan petunjuk teknis untuk penerapan substansi peraturan
3. Keuangan :
• Anggaran APBD yang untuk DKP yang menurun sejak tahun 2011 menjadi 0,9%
merupakan tantangan DKP dalam menentukan skala prioritas penggunaan anggaran
untuk pengelolaan sampah
• Sistem pengumpulan sampah yang masih menggunakan sistem langsung mengurangi
anggaran untuk kegiatan operasional lainnya. Retribusi sumber sampah merupakan
VI ‐ 3
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
anggarann untuk kegiatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA saja bukan dari
sumber sampah ke TPA.
4. Peran serta masyarakat :
• Pemahaman masyarakat mengenai pemilahan masih kurang. Pemilahan merupakan
salah satu faktor utama terciptanya pengelolaan sampah berbasis 3R.
• Masyarakat Kota Padang berpikir bahwa retribusi yang dibayar melalui PDAM
merupakan retribusi untuk melayani pengelolaan sampah mulai dari sumber. DKP
harus memberikan penjelasan bahwa masalah tersebut
• Masyarakat yang membuang sampah di luar jadwal buang sampah yaitu 17.00 s/d
05.00 mengakibatkan terjadinya tumpukan‐tumpukan liar di pinggir jalan.
• Ketidakpedulian masyarakat terlihat dari sampah yang dibuang di TPS tidak
dimasukkan ke dalam bak kontainer padahal sudah ada himbauan di dekat kontainer
4.1.1. Permasalahan Utama
Dalam menentukan rencana tindak lanjut dibutuhkan identifikasi permasalahan untuk
menentukan rencana prioritas yang dilakukan padajangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Berikut permasalahan utama pengelolaan sampah Kota Padang :
• Pengangkutan sampah Kota Padang belum optimal. Sarana yang tersedia dan
menambah jadwal ritasi tentunya dapat meningkatkan pelayanan dengan cara
mengurangi tumpukan sampah liar dan mengurangi protes masyarakat akibat sampah
yang tidak terangkut.
• Pelayanan pengangkutan belum memnuhi kriteria Standar Pelayanan Minimal yaitu
• Pengumpulan sampah secara langsung oleh DKP harus diganti sepenuhnya dengan
sistem pengumpulan tidak langsung dengan membentuk LPM pada setiap kecamatan
• Penarikan seharusnya retribusi terbagi menjadi untuk operasional DKP
• Dibutuhkan sosialisasi khusus dan pembuatan juknis untuk penerapan Perda Kota
Padang No. 21 Tahun 2012
• Pemberdayaan masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah secara 3R penting
dilakukan mendukung optimaliasi pengelolaan sampah Kota Padang
4.2. Strategi Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
VI ‐ 4
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
4.2.1. Strategi Strategi Pengembangan Pelayanan
a. Prediksi Timbulan Sampah
Perhitungan prediksi timbulan sampah dilakukan berdasarkan proyeksi penduduk
hingga 20 tahun ke depan. Perhitungan proyeksi penduduk untuk prediksi timbulan
sampah dilakukan dengan memodifikasi data jumlah penduduk pada Kecamatan
Padang Barat yang tetap karena berdasarkan proyeksi dihasilkan laju pertumbuhan
yang minus pada kecamatan tersebut sedangkan jumlah penduduk Kota Padang
memiliki nilai yang tetap. Berikut hasil perhitungan proyeksi penduduk.
Tabel 6. 1 Proyeksi Penduduk sebagai Dasar Perencanaan Timbulan Sampah
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028 2033
Bungus Teluk
25221 25593 25965 26337 26709 27081 28942 30803 32664
Kabuang
Lubuk
49600 50581 51561 52542 53523 54503 59407 64310 69213
Kilangan
Lubuk
117189 119743 122296 124850 127404 129958 142726 155495 168263
Begalung
Padang
62886 63397 63908 64419 64930 65442 67997 70552 73108
Selatan
Padang
83213 83305 83397 83489 83581 83674 84134 84595 85055
Timur
Padang Barat 51745 51745 51745 51745 51745 51745 51745 51745 51745
Padang Utara 75311 75826 76342 76858 77374 77890 80469 83048 85627
Nanggalo 61053 61784 62515 63245 63976 64707 68360 72014 75667
Kuranji 140441 145240 150038 154837 159636 164434 188428 212421 236414
Pauh 63780 65585 67390 69195 71001 72806 81833 90859 99886
KotoTangah 182046 186720 191393 196067 200741 205415 228784 252153 275522
TOTAL
912484 929518 946552 963586 980620 997654 1082824 1167995 1253165
penduduk
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
VI ‐ 5
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Dari data tersebut diketahui prediksi timbulan sampah hingga tahun 2033 dengan menggunakan
satuan timbulan sampah tahun 2013 sebesar 1,76 loh. Berikut perhitungan prediksi timbulan
sampah.
Tabel 6. 2 Proyeksi Timbulan Sampah
Timbulan Sampah
Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2023 2028 2033
Bungus
Teluk 44340,613 45458,935 46591,064 47737,001 48631,002 49801,103 55858,725 62565,259 69651,509
Kabuang
Lubuk
87203,098 89845,617 92525,25 95241,997 97463,272 100244,97 114710,16 130737,86 147786,19
Kilangan
Lubuk
206033,38 212698,6 219460,99 226320,55 232009,46 239039,06 275644,56 316214,26 359456,05
Begalung
Padang
110560,43 112605,88 114669,07 116749,98 118202,72 120314,66 131140,39 143104,09 155555,44
Selatan
Padang
146296,07 147961,72 149627,44 151293,23 152127,8 153793,72 162124,39 171288,36 180454,3
Timur
Padang
91070,88 92105,776 93140,673 94175,569 94693,017 95727,914 100902,4 106594,33 112286,26
Barat
Padang
132403,51 134681,62 136977,12 139290 140850,59 143193,89 155171,14 168400,43 182107,75
Utara
Nanggalo 107338,67 109742,4 112172,74 114629,68 116476,75 118980,25 131896,87 146188,29 161211,38
Kuranji 246916,97 258002,15 269273,38 280730,67 290785,01 302567,89 364273,03 432730,1 506303,6
Pauh 112133,47 116501,33 120938,7 125445,6 129315,38 133943,93 158129,51 184950,88 213684,05
KotoTangah 320061,47 331674,91 343467,59 355439,52 365592,92 377878,52 441995,21 513083,7 589101,42
TOTAL
timbulan
1604358,6 1651278,9 1698844 1747053,8 1786147,9 1835485,9 2091846,4 2375857,6 2677597,9
sampah
(L/hari)
TOTAL
timbuLan
1604,3586 1651,2789 1698,844 1747,0538 1786,1479 1835,4859 2091,8464 2375,8576 2677,5979
sampah
(m3/hari)
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
VI ‐ 6
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
b. Sistem Pelayanan
Pelayanan prioritas diarahkan pada kecamatan yang ada di pusat kota dengan menitik beratkan
pada optimalisasi sistem sarana dan prasarana yang ada. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan
Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, dan Padang Selatan. Kecamatan‐Kecamatan tersebut
diarahkan sebagai kawasan prioritas penanganan sampah Area 1. Penentuan daerah prioritas
pelayanan sangat penting dilakukan untuk mencapai pengelolaan yang optimal. Penentuan
prioritas pelayanan terbagi menjadi 2 skenario yaitu :
1. Prioritas pelayanan dilakukan dengan berturut‐turut memperhatikan aspek jumlah
penduduk, tingkat kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk.
Tabel 6. 3 Daerah Prioritas Pelayanan Skenario 1
lima tahun ke 1 lima tahun ke 2 lima tahun ke 3 lima tahun ke 4
No.
2013 2018 2019 2023 2024 2028 2029 2033
1 KotoTangah KotoTangah KotoTangah KotoTangah
2 Kuranji Kuranji Kuranji Kuranji
3 Lubuk Begalung Lubuk Begalung Lubuk Begalung Lubuk Begalung
4 Padang Timur Padang Timur Pauh Pauh
5 Padang Utara Pauh Padang Timur Padang Utara
6 Pauh Padang Utara Padang Utara Padang Timur
7 Padang Selatan Nanggalo Nanggalo Nanggalo
8 Nanggalo Padang Selatan Padang Selatan Padang Selatan
9 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan
10 Padang Barat Padang Barat Padang Barat Padang Barat
Bungus Teluk Bungus Teluk Bungus Teluk Bungus Teluk
11
Kabuang Kabuang Kabuang Kabuang
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2013
2. Prioritas pelayanan dilakukan dengan berturut‐turut memperhatikan aspek tingkat
kepadatan penduduk, jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk.
Tabel 6. 4 Daerah Prioritas Pelayanan Skenario 2
lima tahun ke 1 lima tahun ke 2 lima tahun ke 3 lima tahun ke 4
No.
2013 2018 2019 2023 2024 2028 2029 2033
1 Padang Utara Padang Utara Padang Utara Padang Utara
2 Padang Timur Nanggalo Nanggalo Nanggalo
VI ‐ 7
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
‐
4.2.2. Strategi Kelembagaan
a. Eksisting :
• Bidang Kebersihan yang merupakan bidang yang bertanggung jawab secara
langsung terhadap pengelolaan persampahan memiliki fungsi kebersihan dan
pertamanan. Dibutuhkan fokus fungsi sebagai pengelola persampahan untuk
meningkatkan kinerja kelembagaan.
• Rencana Dinas Pariwisata menyerahkan kegiatan pengelolaan sampah secara
menyeluruh di kawasan wisata ke DKP yang meliputi penyapuan, pengumpulan, dan
pengangkutan.
b. Strategi :
• Pasal 29 : Pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah dapat
membentuk lembaga pengelola sampah
• Pasal 30 : Pemerintah Daerah memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola
sampah di kelurahan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya sesuai kebutuhan
• Bila memperhatikan struktur organisasi bidang Kebersihan, maka yang unit
yang ada relevansinya dengan Undang‐Undang Pengelolaan Sampah (UUPS)
tersebut adalah : (a) Seksi Pengangkutan, (b) Seksi Penampungan dan
VI ‐ 8
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
VI ‐ 10
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
• Pemerintah daerah harus memiliki Perda yang terdiri dari Perda Pembentukan
Institusi, Perda Ketentuan Penanganan Persampahan dan Perda Retribusi, dimana
substansi materi Perda harus cukup menyeluruh, tegas dan dapat
diimplementasikan untuk jangka panjang (20 tahun);
• Penerapan Perda tersebut perlu didahului dengan sosialisasi, uji coba dikawasan
tertentu dan penerapan secara menyeluruh. Selain itu juga diperlukan kesiapan
aparat dari mulai kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk penerapan sanksi
atas pelanggaran yang terjadi;
• Evaluasi Perda perlu dilakukan setiap 5 tahun untuk menguji tingkat kelayakannya.
c. Evaluasi :
• Belum adanya SOP yang dilengkapi sanksi yang tergas terhadap petugas yang
melanggar kewajiban dalam SOP
• Belum adanya petunjuk teknis penerapan Peraturan Persampahan Kota Padang No.
21 Tahun 2012
d. Rekomendasi :
• Pelaksanaan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran peraturan bagi masyarakat
mauput aparat yang melanggar
• Dibuat SOP pengelolaan sampah terkait acuan kegiatan teknis pengelolaan sampah
• SOP tersebut yang dapat menjadi fungsi controling bagi kinerja DKP
4.2.5. Strategi Peran Serta Masyarakat
a. Eksisting :
Adanya peraturan yang tidak tegas menyebabkan himbauan‐himbauan yang diberikan
DKP mengenai pengumpulan sampah dihiraukan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat
terlihat dari masih ada masyarakat yang membuang sampah di luar jadwal dan sampah
tidak dimasukkan ke dalam kontainer.
b. Strategi :
Pasal 47 : pemerintah daerah wajib melakukan usaha‐usaha untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Pasal 49 (1) : Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan cara
sosialisasi, mobilisasi, kegiatan gotong royong, dan pemberian insentif
Pasal 48 : bentuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi :
VI ‐ 11
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, dan
pengolahan sampah
c. Pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada pemerintah daerah dalam
kegiatan pengelolaan sampah
d. Pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah
c. Evaluasi :
Pelaksanaan upaya peningkatan peran serta masyarakat masih belum optimal. Tidak
adanya stimulan mengakibatkan masyarakat acuh tak acuh terhadap peraturan
pengelolaan sampah yang ada. Keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh sosialisasi
kepada masyarakat yang belum menyeluruh.
d. Rekomendasi :
• Membentuk komunitas aktif dalam kampanye pengelolaan sampah berbasis 3R
• Peningkatan pelaksanaan sosialisasi dan pendampingan
• Pembuatan pilot project pengelolaan sampah kawasan berbasis 3R dengan
pemberdayaan masyarakat
4.3. Rencana Pengembangan Pengelolaan Persampahan
Pengembangan pengelolaan persampahan diarahkan melalui :
VI ‐ 12
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
5. Pengembangan lokasi pengumpulan sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
6. Pengembangan pengelolaan sampah masyarakat pinggir sungai dan upaya Pencegahan
pembuangan sampah ke sungai – sungai oleh masyarakat.
4.3.1. Rencana Pengembangan Daerah Pelayanan
Upaya peningkatan pengelolaan persampahan yang dilakukan antara lain:
1. Pewadahan dan Pengumpulan
a. Meningkatkan layanan pengumpulan sampah disetiap wilayah kota sebesar 15 %
b. Memperbaiki efisiensi dan efektifitas layanan pengumpulan sampah hingga mencapai 60
% dari
timbulan sampah.
2. Pengangkutan Sampah
a. Meningkatkan jumlah tempat pembuangan sampah sementara terpadu (TPST) dan
transfer depo menjadi 90 % dari jumlah timbulan sampah
b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas layanan pengangkutan sebesar 10 % dari kondisi
sebelumnya.
3. Pembuangan Sampah
a. Mengubah metode pemusnahan sampah dari semi sanitary landfill menjadi sanitary
landfill
b. Menyediakan sarana dan prasarana sampah ditempat pemrosesan akhir
c. Mengendalikan dan memantau dampak pembuangan sampah sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL).
4. Sampah Sebagai Sumber Daya
VI ‐ 13
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
a. Meningkatkan usaha daur ulang sampah sampai mencapai 15 % dari jumlah timbulan
sampah
b. Mengurangi penggunaan sumber daya alam melalui penggunaan sampah sebagai bahan
bakar industri minimal 1 %.
5. Sistem Pengelolaan Sampah
a. Menyusun peraturan daerah tentang pengelolaan sampah sebagai pengganti peraturan
daerah tentang kebersihan
b. Menyusun rencana induk pengelolaan persampahan
c. Menyusun rencana operasional pengelolaan persampahan
d. Menyusun rencana teknik rinci mengenai sistem pengelolaan persampahan.
4.3.2. Rencana Teknis Pengembangan Pelayanan Persampahan
Langkah‐ langkah yang diambil dalam pengembangan subsektor persampahan adalah:
1. Pembentukan kelompok warga peduli lingkungan di setiap RW/Kelurahan (kampung ramah
lingkungan).
2. Pengurangan produksi dan penggunaan kemasan kantong plastik
3. Pengembangan teknologi dan sistem pewadahan dan pengumpulan sampah
4. Pengembangan wilayah swakelola
5. Penambahan sarana dan prasarana umum pewadahan sampah dipusat kota
6. Pelibatan pihak ketiga dalam penyapuan, pengumpulan dan pengangkutan sampah dari
fasilitas umum
7. Peningkatan pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pewadahan dan
pengumpulan sampah
8. Penambahan sarana dan prasarana persampahan
9. Peningkatan pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengangkutan sampah
10. Pengadaan tempat pemrosesan akhir sampah serta melakukan pengoperasian dan
pemeliharaan tempat pemrosesan akhir sampah secara sanitary landfill
11. Revitalisasi instalasi pengolahan sampah
12. Pengembangan pasar komponen sampah hasil pemilahan dan daur ulang
13. Pengintegrasian rencana pengelolaan sampah ke dalam rencana strategi sanitasi kota.
VI ‐ 14
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
Jumlah sampah secara kuantitas setiap harinya mengalami kenaikan, dan pelayanan
persampahan baru mencapai sekitar 30 % dari total sampah secara keseluruhan. Untuk saat ini,
Kota Padang sudah memiliki tempat pembuangan sampah (TPA) yang berada di desa Cibeureum
(Kecamatan Banjar).
Permasalahan pengembangan persampahan di Kota Padangadalah :
• Keterbatasan kapasitas sarana dan prasarana pengangkutan sampah,
• Masih sering warga masyarakat membuang sampah ke sungai dan tepi‐tepi jalan
• Kesadaran masyarakat relatif masih kurang terhadap lingkungannya, sehingga membiarkan
sampah berserakan dan banyak sampah yang tidak dapat terangkut dan dibawa ke TPA.
Sedangkan potensi pengembangan tempat pengolahan sampah akhir (TPA) di Kota
Padangadalah TPA yang berada di desa Cibeureum (Kecamatan Banjar) dengan luas 5,5 Ha yang
telah menggunakan sistem pengolahan yang di pakai adalah Sanitary Landfill, sehingga jika
dikembangkan diharapkan akan mengimbangi pertambahan penduduk di masa yang akan datang.
4.3.3. Rencana Pengembangan Pembiayaan dan Pola Investasi
Pola pengelolaan sampah tidak langsung umumnya melibatkan masyarakat dalam kegiatan
pengumpulan sampah dari sumber sampah ke TPS. Pola pengelolaan ini dikelola oleh Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sehingga pembiayaannya pun dikelola sendiri. Kegiatan
pengumpulan sampah tersebut dikelola oleh RW setempat. Untuk membiayai kegiatan
pengumpulan sampah tersebut, RW melakukan pemungutan iuran kepada masyarakat yang
disatukan dengan iuran lainnya misalnya keamanan, dengan tarif yang ditentukan hasil
musyawarah warga. Untuk pola tersebut maka akan ada dua macam pengutan terkait pengelolaan
sampah yaitu biaya untuk kegiatan pengumpulan (yang merupakan tanggung jawab RW) dan biaya
pengangkutan dari TPS ke TPA (yang menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan/UPTD
Kebersihan). Penarikan retribusi untuk biaya pengangkutan dapat ditarik melalui PDAM (untuk
rumah yang dilayani sambungan rumah) dan ditarik langsung petugas DKP (untuk yang tidak
dilayani sambungan rumah PDAM). Prosedur pemungutan retribusi untuk pola tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. 5 Prosedur Pemungutan Retribusi
VI ‐ 15
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
4.3.4. Rencana Pengembangan Peran Serta Masyarakat dan Swasta
a. Sosialisasi dan kampanye
Pada umumnya sosialisasi dibutuhkan untuk memberikan penjelasan mengenai
pengelolaan sampah kepada masyarakat. Penerapan pembelajaran yang membutuhkan
partisipasi mendukung program pemberdayakan masyarakat. Keberlanjutan dalam
upaya pengelolaan sampah secara mandiri sangat diharapkan. Budaya pengelolaan
sampah secara mandiri merupakan faktor utama suksesnya pengelolaan sampah
berbasis 3R. Sosialisasi dilakukan dengan metode sosialisasi terbuka dengan
masyarakat secara langsung maupun melalui media elektonik yaitu radio atau tv.
Kampanye merupakan kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan semua pihak
dalam pengelolaan sampah Kota Padang.
b. Pilot Project
Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dibutuhkan contoh Pilot
project pengelolaan sampah berbasis 3R dengan metode pemberdayaan masyarakat
VI ‐ 16
Laporan Akhir
MASTER PLAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA PADANG
c. Komunitas Peduli Sampah
VI ‐ 17