Sejarah Dan Filsafat Pancasila
Sejarah Dan Filsafat Pancasila
Sejarah Dan Filsafat Pancasila
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I KM-43-07
Khofifah Winanda (1502190323)
Shafira Shalsabilla (1502194059)
Dinda Putri Damara (1502194090)
Ardhyaniza Cindelaras ( 1502194120)
Nezar Ariffananda (1502194210)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sejarah Pancasila dan Filsafat Pancasila”.
Tanpa pertolongan- Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curhakan kepada baginda tercinta yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nati-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan masih memiliki banyak
kekurangan di dalamnya, sehingga dalam kesempatan kali ini kami sebagai penyusun
bermaksud untuk meminta saran dan masukan dari semua pihak demi terciptanya makalah
yang lebih baik dalam tugas tagau selanjutnya.
Terima kasih kami ucapkan kepada teman teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapih. Kami selaku
penyusun berharap semoga makalah yang kami susun ini bisa memberikan manfaat serta
memberikan pengetahuan terutama dalam hal pancasila.
BAB 1
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bersifat
universal, sehingga nilai-nilai pancasila menjadi sumber dari segala sumber. Pancasila
sebagai orientasi paradigmatik bagi ilmu, khususnya bagi ilmu-ilmu sosial yang
dikembangkan negara atau bangsa non barat. Bangsa- bangsa non barat memiliki
sejarah, budaya, dan pandangan hidup yang spesifik, sehingga mempunyai
keniscayaan dalam interaksinya dengan ilmu pengetahuan modern.
Pancasila adalah suatu philosofische. Suatu Weltanschauung yang disusulkan
oleh Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945 sebagai dasar bagi negara
Indonesia yang kemudian merdeka. Pancasila dikualifikasikan sebagai falsafah dan
ideologi yang menunjukan jati diri atau citra visioner bangsa Indonesia. Pancasila
lebih di dorong oleh persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga proses pembangsaan
selalu dihadapkan pada tantangan baru.
Pancasila sebagai ideologi negara memiliki nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila-sila pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa yang terdapat pada sila pertama
terkandung nilai, bahwa negara yang didirikan sebagai perwujudan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala hal yang berkaitan dengan
pelaksaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara, moral penyelenggaraan
negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-
undangan negara, kebebasan dan hak asasi negara harus dijiwai nilai-nilai ketuhanan
Yang Maha Esa.
Kelima sila pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat abstrak dan
bersifat hierarki. Nilai-nilai ketuhanan menduduki hierarki yang tertinggi, karena
menjadi sumber dari nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, demokratis, dan keadilan
sosial.
Pendidikan nasional merupakan aspek pokok yang harus berlandasan
pancasila dan UUD !945 UU NO.20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa, yang bermartab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Rumusan Masalah
Bagaiman sejarah tersusunya pancasila
Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia
Hal- hal yang terkandung di dalam pancasila sebagai filsafat bangsa
C. Tujuan Pembahasan
Untuk memahami konsep pancasila sebagai sistem filsafat
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah tersusunnya Pancasila
Untuk mengetahui hal- hal yang terkandung dalam pancasila sebagai filsafat
bangsa
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah lahirnya Pancasila
Berlatar belakang dari rapat para pendiri bangsa dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) di Gedung Chuo Sangi In, Jakarta, pada masa itu dikenal
dengan Gedung Volksraad yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila.
Berawal dari kekalahan Jepang di bagian Asia Timur Raya, di bentuklah BPUPKI
merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945
sebagai rekayasa Jepang untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesai bahwa Jepang
akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, hal tersebut disampaikan oleh Perdana
Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.
BPUKI beranggotakan 62 orang, termasuk ketua dan wakil ketua yang terdiri atas
politikus, negarawan, dan para perintis kemerdekaan. BPUPKI di ketuai oleh Dr. Radjiman
Widiodiningrat, dengan wakil ketua R. Panji Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang.
Kemudian BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 dan selanjutnya pada tanggal 29 Mei
1945 menyelenggarakan sidang pertama.
• Sidang pertama BPUPKI
Membicarakan rancangan dasar negara yang akan dipakai oleh Indonesia jika Indonesia
merdeka. Sidang pertama berlangsung pada 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945.
Tiga tokoh nasionalis yang menyampaikan ide pokok rancangan dasar negara, yaitu :
- Prof. Mr. Muh. Yamin
- Dr. Soepomo dan
- Ir. Soekarno
Dalam sidang yang pertama belum dpaat menemukan titik sepakat menganai rumusan
dasar negara yang akan dipakai pada saat Indonesia Merdeka.
Hasil yang didapat pada sidang BPUKI pertama yaitu istilah atau nama dasar negara , yaitu
Pancasila. Pada sidang BPUPKI yang pertama ini berhasil membentuk sebuah panitia kecil
yang berjumlah 8 orang untuk membahas usul-usul yang dikemukakan oleh para pembicara.
Anggota Panitia kecil :
- Ir. Soekarno
- Mr.A.A. Maramis
- Ki Agus Hadikusumo
- Kh. Wahid Hasyim
- Soetarji Kartohadikusumo
- Abikoesno TjokroSujoyo
- Mr. Ahmad SoebPanitia 8 dan Badan Penasehat Pemerintahan Balatentara Jepang
mengadakan rapt di kediaman Ir. Soekarno, dalam rapat tersebut menyetujui bahwa
Indonesia akan merdeka dalal waktu secepatnya. Guna menuntaskan hukum dasar
dibentuklah Panitia Sembilan atau Panitia Perumusan yang terdiri atas :
- Ir. Soekarno (ketua)
- Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
- Mr. A.A. Maramis
- Kh. Wahid Hasyim
- Abdoel Kahar Muzakir
- H. Agus Salim
- Abikoeno Tjokrosujoyo
- Mr. Achmad Soebardjo
- Mr. Muh Yamin
Panitia Sembilan mengadakan rapat di kediaman Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945, saat
itu rapat berjalan dengan cukup panas karena adanya perbedaan pendapat mengenai
konsep antara golongan nasionalis sekuler dengan golong nasionalis religius (islam). Pada
akhirnya Panitia Sembilan berhasil menyepakati bahwa rumusan dasar negara yang
tercantuk dalam Hukum Dasar yang ditanda tangani oleh 9 anggota Panitia Sembilan dikenal
dengan nama “Piagam Jakarta” (Jakarta Charter). Menurut dokumen tersebut, dasar negara
Republik Indonesia itu sebagai berikut :
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
• Ontologi
D. Runes mengungkapkan, ontologi merupakan teori tentang suatu keberadaan atau
eksistensi. Sedangkan menurut pemikiran Aristoteles mengenai filsafat terutama, ontologi
merupakan ilmu yang menyelidiki tentang sebuah hakikat sesuatu hal yang memiliki arti
yang sama dengam metafisika. Jadi dengan pemjelasan tersebut, ontologi ialah suatu bidang
filsafat yang mendalami sebuah makna tentag sebuah keberadaan sesuatu hal (eksistensi).
Bidang ontologi meliputi keberadaan manusia, benda, dan alam semesta beserta segala
isinya
Dalam aspek ontologi, “keberadaan” Pancasila merupakan sesuatu hal yang nyata dan
realistis. Sebab didalam Pancasila menjelaskan tentang keberadaan Tuhan serta kehidupan
masyarakat Indonesia yang majemuk adalah sesuatu yang nyata (real). Seperti yang tertera
pada sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”. Bahwa Pancasila secara ontologi mengakui
keberadaan Tuhan yang memiliki kuasa dan sebagai pencipta alam semesta.
• Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mendalami tentang dasar-dasar, asal
muasal, ketentuan, susunan metode dan kesahihan sebuah ilmu pengetahuan. Maka dari
segi epistemologi Pancasila merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan
dan memiliki dasar-dasar yang memiliki kekuatan hukum. Sebagaimana yang tercantum
dalan UUD 1945.
• Aksiologi
Aksiologi merupakan ilmu filsafat yang mendalami tentang makna, sumber dan jenis sebuah
nilai serta tingkatan dan hakikat yang terkandung didalam sebuah nilai tersebut. Dilihat dari
segi aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya sebuah hak dan
kewajiban warga Negara didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
majemuk. Nilai-nilai tersebut merupakan cerminan dari kehidupan bangsa yang memiliki
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
BAB III
KESIMPULAN
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah diterima sebagai kesepakatan bangsa bersama tiga
pilar yang lain yaitu UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila secara de yure telah disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
sebagai dasar negara, ideologi dan falsafah bangsa. Rumusan Pancasila sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV terdiri dari lima sila, azas atau prinsip yaitu :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3) Persatuan Indonesia;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan berlandaskan agama, budaya, mata pencaharian dan lingkungan yang heterogen,
seluruh elemen masyarakat dapat menemukan kesamaan sebagai manusia Indonesia.
Persenyawaan tersebut pada perkembangannya berhasil menemukan nilai-nilai dasar
manusiawi yang secara konkrit digunakan untuk mengatur kehidupan bersama dalam
wadah negara, yang berwujud Pancasila.
Rumusan Pancasila secara material memuat nilai-nilai dasar manusiawi, sedangkan sebagai
dasar negara, Pancasila memiliki ciri khas yang hanya diperuntukkan bagi bangsa Indonesia.
Atas dasar itu, keberadaan Pancasila yang pada hakekatnya adalah nilai (value) yang
berharga, yang memuat nilai-nilai dasar manusiawi dan nilai-nilai kodrati yang melekat pada
setiap individu manusia diterima oleh bangsa Indonesia (Paulus Wahana, 2001: 73).
Mencermati nilai-nilai dasar yang melekat dalam kehidupan manusia, Notonagoro yang
membahas Pancasila secara ilmiah populer, menjelaskan bahwa sesuai sifatnya manusia
memiliki sifat individual dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Dengan memaknai nilai-nilai
dasar manusiawi tersebut, wajar bahwa nilai-nilai Pancasila dapat diterima oleh seluruh
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki landasan hubungan antara manusia dengan
Tuhan Penciptanya, dengan sesamanya dan dengan lingkungan alamnya (Notonagoro, 1987:
12-23).
Sebagai nilai-nilai dasar manusiawi, Pancasila dalam implementasinya dapat dijabarkan
kedalam nilai-nilai yang lebih khusus, lebih terperinci dan lebih operasional, sehingga dapat
ditemukan dan dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan. Sehubungan dengan hal
itu, perlu dipahami bahwa nilai-nilai Pancasila sebenarnya memiliki sifat sebagai realitas
yang abstrak, umum, universal, tetap tidak berubah, normatif dan berguna sebagai
pendorong tindakan manusia (Paulus Wahana, Loc. Cit : 29-33).
Kelima sila, azas atau prinsip Pancasila dapat dikristalisasikan kedalam lima dasar yaitu nilai
keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Pancasila merupakan
jalinan nilai-nilai dasar dan merupakan kristalisasi dari nilai-nilai budaya, nilai-nilai asli yang
hidup, yang berasal dan berakar dari bangsa Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara setelah ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam perkembangannya dikuatkan kembali melalui
Ketetapan MPR RI No. XVIII/MPR/1998. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa dapat dipandang dari tiga aspek yaitu filosofis, yuridis dan politik.
Berdasarkan aspek filosofis, Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional berisi nilai
dan gagasan atau ide dasar. Sebagai dasar negara, nilai-nilai Pancasila menjadi pijakan
normatif dan orientasi dalam memecahkan masalah kebangsaan dan kenegaraan, sehingga
isi gagasan mengenai Pancasila dapat dijadikan jawaban tentang persoalan kebangsaan,
kemanusiaan, demokrasi, kesejahteraan dan Ketuhanan. Lima prinsip dasar ini dipahami
tetap relevan sebagai acuan normatif dan orientasi ketika bangsa dan negara Indonesia
menghadapi persoalan serupa, meskipun dalam konteks zaman yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA:
1. https://fhukum.unpatti.ac.id/htn-han/151-implementasi-nilai-nilai-pancasila-
sebagai-falsafah-pandangan-hidup-dapat-meningkatkan-kesadaran-masyarakat-
dalam-ketahanan-pangan
2. https://www.kompasiana.com/jodhioding/5cbc89bea8bc1526e32a2c22/apa-itu-
filsafat-pengertian-dan-kegunaan-filsafat?page=all
3. https://www.zonareferensi.com/pengertian-filsafat/
4. https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-filsafat
5. https://info-makalah.blogspot.com/2010/06/makalah-sejarah-pancasila.html
6. https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-filsafat