Pak Rahimin Implikasi Filsafat Dan Aksioma Islam Dalam Etika Bisnis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA BISNIS ISLAM

IMPLIKASI FILSAFAT DAN AKSIOMA ISLAM DALAM


ETIKA BISNIS

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. SUGIRIANTO
2. NURAZIMA
3. AGUS HUZAIRI

FAKULTAS EKONOMI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

NATUNA

TAHUN 2019 M / 1441 H

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam adalah wujud dari upaya menerjemahkan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin, dimana Islam memiliki nilai-nilai universal yang mampu masuk ke dalam
setiap sendi kehidupan manusia tidak hanya aspek spiritual semata namun turut pula masuk
dalam aspek duniawi termasuk di dalamnya dalam aktivitas ekonomi masyarakat. Ekonomi
Islam yang tengah berkembang saat ini baik tataran teori maupun praktik merupakan wujud
nyata dari upaya operasionalisasi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, dengan melalui proses
panjang dan akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Perkembangan teori
ekonomi Islam telah dimulai pada masa Rasulullah dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkenaan dengan ekonomi seperti QS Al-Baqarah ayat 275 dan 279 tentang jual beli dan riba;
QS Al-Baqarah ayat 282 tentang pencatatan transaksi muamalah; QS Al-Maidah ayat 1 tentang
akad; QS Al-A’raf ayat 31, An-Nisaa’ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan pencarian, penitipan dan
pembelanjaan harta; serta masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan tentang berbagai
aktivitas ekonomi masyarakat. Ayat-ayat di atas ini memperlihatkan bahwa Islam pun telah
menetapkan pokok aturan mengenai ekonomi meskipun pada masih bersifat umum dan praktik
implementasi di lapangan akan saling berbeda antar generasi dan jaman.
Para pemikir muslim yang mendalami ekonomi Islam juga hingga kini belum ada
kesatuan pandangan dalam mengkonstruksi teori ekonomi Islam. Terdapat perbedaan penafsiran,
pendekatan, dan metodologi yang dibangun dalam membentuk konsep ekonomi Islam. Hal ini
karena adanya perbedaan latar belakang pendidikan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki.
Beberapa definisi dan pengertian Ekonomi Islam  telah dikemukakan oleh para pakar yang
mengembangkan keilmuan ini.
B.     Perumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan konsep etika bisnis islam?
2.      Bagaimana etika bisnis dalam perspektif islam berdasarkan pemikiran Imam Al Ghazali, Syekh
Haider Naqvi dan Dr. Supawi Pawenang, SE, MM.?

C.     Tujuan Penulisan


1.      Untuk mengetahui maksud dari etika bisnis islam.
2.      Untuk mengetahui dan membandingkan pemikiran teori ekonomi dan etika dalam berbisnis
meurut Imam Al Ghazali, Syekh Haider Naqvi dan Dr. Supawi Pawenang.

D.    Manfaat Penulisan


Agar dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
dijadikan referensi pengusaha untuk berperilaku sesuai etika dalam syariat islam.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Etika
Secara etimologi, kata etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti sikap,
cara berpikir, watak kesusilaa atau adat. Kata ini identik dengan perkataan moral yang berasal
dari kata mos yang dalam bentuk jamaknya mores yang berarti juga adat atau cara hidup. Etika
dan moral memiliki arti yang sama, namun dalam pemakaian sehari-harinya ada sedikit
perbedaan.
Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga
pengertian ; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua,
etika dalam pengertian kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai
ilmu tentang baik dan buruk. Penulis lainnya Magnis Suseno(1989) dan sony keraf (1991) yang
intinya menyatakan bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan moralitas. Moralitas adalah
suatu system nilai tentang bagaimana seseorang harus berperilaku sebagai manusia. Sedangkan
etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya. Menurut Fafik Issa Beekun, etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip
moral yang membedakan baik dan buruk.
Jadi secara etimologis etika adalah ajaran atau ilmu tentag adat kebiasaan yang berkenaan
dengan kebiasaan baik dan buruk, yangditerima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban
dansebagainya. Di Indonesia, pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi khususunya oleh para
konglomerat. Munculnya penolakan terhadap etika bisnis, dilatari oleh sebuah paradigma klasik,
bahwa ilmu ekonomi harus bebas nilai (value free). Etika  bisnis hanyalah mempersempit ruang
gerak keuntungan ekonomis. Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka, adalah mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya.
B.     Pengertian Bisnis
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan
isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha,
berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau
berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir).
Bisnis dapat diartikan dengan usaha yang dilakukan perusahaan dengan menyediakan produk
barang atau jasa dengan tujuan memperoleh nilai lebih atau laba. Dalam system kapitalis bisnis
dijalankan untuk mendapatkan laba bagi pemilik yang juga bebas untu menjalankannya. Namun
konsumen juga memiliki kebebasan untuk memilih. Untuk itu harus diperhitungkan apa yang
diinginkan dan dibutuhkan konsumen.
C.     Pengertian etika bisnis
Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis
(Lozano, 1996). Epstein (1989) menyatakan etika bisnis sebagai sebuah perpektif analisis etika
di dalam bisnis yang menghasilkan sebuahh proses dan sebuah kerangka kerja untuk membatasi
dan mengevaluasi tindakan-tindakan individu, organisasi dan terkadang masyarakat social.
David (1998). Etika bisnis adalah aturan main prinsip dalam organisasiyang menjadi pedoma
membuat keputusan dan tingkah laku. Etika bisnis adalah etika pelaku bisnis, bisa saja manajer,
karyawan, konsumen dan masyarakat. Sebagai cabang filsafat etika, maka etika bisnis tidak lain
merupakan penerapan prinsip-prinsip etika dengan pendekatan filsafat dalam kegiatan dan
program bisnis.
D.    Pengertian etika bisnis dari perspektif islam
Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tetntang etika bisnis, maka landasan filosofis yang
harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi hubungan manusia dengan
manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Pada dasarnya, etika
berpengaruh terhadap para pelaku bisnis, terutama dalam hal kepribadian, tindakan dan
perilakunya. Etika ialah teori tentang perilaku perbuatan manusia, dipandang dari nilai baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika lebih bersifat teori yang membicarakan
bagaimana seharusnya, sedangkan moral lebih bersifat praktik yang membicarakan bagaimana
adanya. Etika lebih kepada menyelidik, memikirkan dan mempertimbangkan tentang yang baik
dan buruk sedangkan moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan manusia dalam
kesatuan social tertentu. Ihwal pentingnya etika dalam bisnis, A. Sonny Keraf, mengatakan,
“Jika bisnis tidak punya etika, apa gunanya kita berbicara mengenai etika dan apa pula gunanya
kita berusaha merumuskan berbagai prinsip moral yang dapat dipakai dalam bidang kegiatan
yang bernama bisnis. Paling tidak adalah tugas etika bisnis untuk pertama-tama memperlihatkan
bahwa memang bisnis perlu etika, bukan hanya berdasarkan tuntutan etis belaka melainkan juga
berdasarkan tuntutan kelangsungan bisnis itu sendiri. Etika bersama agama berkaitan erat dengan
manusia, tentang upaya pengaturan kehidupan dan perilakunya. Islam meletakkan “Teks Suci”
sebagai dasar kebenaran, sedangkan filsafat Barat meletakkan “Akal” sebagai dasar. Etika dapat
didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk.
Etika bisnis, kadangkala merujuk pada etika manajemen atau etika organisasi, yang sederhana
membatasi kerangka acuannya pada konsepsi sebuah organisasi. Secara sederhana mempelajari
etika dalam bisnis berarti mempelajari tentang mana yang baik atau buruk, benar atau salah
dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas.
Dalam Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah etika didalam al-Qur’an
adalah khuluq. Tindakan yang terpuji disebut sebagai shalihat dan tindakan tercela disebut
sayyi’at. Teori etika Islam pasti bersumber dari prinsip keagamaan. Teori etika yang bersumber
dari keagamaan tidak akan hilang substansi teorinya. Keimanan menentukan perbuatan,
keyakinan menentukan perilaku. Substansi utama tentang etika dalam Islam antara lain:
1        .      Hakikat Benar (birr) dan salah.
2        .      Masalah Free Will dan hubungannya dengan kemahakuasaan Tuhan dan tanggung jawab
manusia
3        .      Keadilan Tuhan dan realitas keadilan-Nya dihari kemudian.
Etika Islam memiliki aksioma (asumsi), yaitu:
          1.      Unity (persatuan): konsep tauhid, aspek sosekpol dan alam, semuanya milik Allah,
dimensi vertikal, dan menghindari diskriminasi di segala aspek, serta menghindari kegiatan yang
tidak etis.
        2.      Equilibrium (keseimbangan): konsep adil, dimensi horizontal, jujur dalam bertransaksi,
tidak saling merugikan.
        3.      Free will (kehendak bebas): kebebasan melakukan kontrak namun menolak laizez fire
(invisible hand), karena nafs amarah cenderung mendorong pelanggaran sistem responsibility
(tanggungjawab), manusia harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Apabila orang lain
melakukan hal yang tidak etis tidak berarti boleh ikut-ikutan.
         4 .      benevolence (manfaat/ kebaikan hati): ihsan atau perbuatan harus yang bermanfaat.
Sejumlah pedoman umum menuntun kode etik Islam dalam hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari maupun dalam bisnis. Kaum muslim dituntut untuk bertindak secara Islami dalam
bisnis mereka karena Allah SWT akan menjadi saksi dalam setiap transaksi yang mereka
lakukan. Secara prinsip aktifitas bisnis didalam Islam tidak boleh lepas dari nilai-nilai spiritual.
sebagaimana aktifitas bisnis tidak dapat terpisahkan dari nilai-nilai akhlaqi. Sehingga antara
agama, etika dan bisnis saling berkaitan antara satu sama lain. Dalam hal ini bisnis yang
menguntungkan adalah bisnis yang sesuai dengan ajaran Qur’ani yaitu yang didalamnya terdapat
kolaborasi antara bisnis, etika dan agama. Dapat disimpulkan bahwa makna etika didalam bisnis
sangatlah penting. Ini tidak hanya berlaku dalam bisnis Islam tetapi juga bisnis pada umumnya.
Karena dengan adanya etika, aktifitas bisnis dapat berjalan rapi, seimbang dan tentunya dengan
hasil yang memuaskan. Dengan adanya etika, maka aturan-aturan dalam dunia bisnis dapat
terbentuk. Tentunya akan lebih utama apabila aturan-aturan dalam bisnis dapat menerapkan etika
yang Islami sesuai dengan ajaran syar’i. Begitu pula dengan adanya etika, akan semakin
menurun adanya praktik-praktik bisnis yang kejam serta bisnis-bisnis yang semakin membuat
orang lain semakin miskin.
BAB III
PEMBAHASAN

Pandangan Al-Ghazali tentang Etika Bisnis


Menurut al-Ghazali akhlak adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya suatu
perbuatan di mana perbuatan itu lahir secara spontan, mudah, tanpa menghitung untung rugi.
Orang yang berakhlak baik, ketika menjumpai orang lain yang perlu ditolong maka ia secara
spontan menolongnya tanpa sempat memikirkan resiko. Demikian juga orang yang berakhlak
buruk secara spontan melakukan kejahatan begitu peluang terbuka. Etika atau akhlak menurut
pandangan al-Ghazali bukanlah pengetahuan (ma’rifah) tentang baik dan jahat atau kemauan
(qudrah) untuk baik dan buruk, bukan pula pengamalan (fi’il) yang baik dan jelek, melainkan
suatu keadaan jiwa yang mantap. Menurut al-Ghazali watak manusia pada dasarnya ada dalam
keadaan seimbang dan yang memperburuk itu adalah lingkungan dan pendidikan. Kebaikan-
kebaikan dan keburukan-keburukan itu tercantum dalam syariah dan pengetahuan akhlak.
Berikut adalah beberapa gagasan Imam Al-Ghazali tentang etika yang harus disertakan
dalam aktivitas bisnis.
1.      Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Salah satu gagasan Al-Ghazali yang paling penting mengenai urusan ekonomi dan bisnis
ialah bahwasannya segala kerja keras yang dilakukan di dunia ini  bukan hanya untuk kehidupan
sesaat, namun lebih dari itu, yaitu kehidupan hakiki di akhirat kelak. Kegiatan ekonomi seorang
muslim meliputi waktu yang lebih luas, dunia dan akhirat. 
Oleh karena itu, Islam senantiasa menyerukan umatnya untuk bekerja dan melarang
segala bentuk kemalasan dan berpangku tangan. Islam memerintah kerja sebagai sebuah
kewajiban bagi seluruh kaum muslim, dimana status manusia yang paling hakiki ditentukan oleh
produktivitas kerjanya.
2.      Kemashlahatan (Kesejahteraan Sosial)
Pandangan Al-Ghazali tentang sosial-ekonominya didasarkan pada konsep yang disebut
dengan fungsi kesejahteraan social (Mashlahah). Menurut Mustafa Anas Zarqa, Al-Ghazali
merupakan cendikiawan muslim pertama yang merumuskan  konsep fungsi kesejahteraan
(maslahah) sosial. Al-Ghazali mengajukan teori maqshid al-syari’ah dengan membatasi
pemeliharaan syari’ah pada lima unsur utama yaitu agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta
benda.Tema yang menjadi pangkal tolak ukur dari seluruh karyanya adalah konsep maslahat atau
kesejahteraan sosial, yakni konsep yang mencangkup semua aktivitas manusia dan membuat
kaitan yang erat antara individu dengan masyarakat. Ia menjabarkan kesejahteraan sosial tersebut
dalam kerangka hiraki kebutuhan individu dan sosial. Adapun hirarki tingkatan tersebut adalah:
a.       Dharuriyyah, terdiri dari seluruh kativitas dan hal-hal yang bersifat esensial untuk memelihara
kelima prinsip tersebut.
b.      Hajjiyyah, terdiri dari seluruh aktivitas dan hal-hal yang tidak vital bagi pemeliharaan kelima
prinsip tersebut, tetapi dibutuhkan untuk meringankan dan menghilangkan rintangan dan
kesukaran hidup.
c.       Tahsiniyyah, yaitu berbagi aktivitas dan hal-hal yang melewati batas hajah.
3.  Nilai-nilai Kebaikan
Dalam praktek ekonomi dan bisnis Al-Ghazali memberikan rekomendasi agar para
ekonom atau pembisnis Islam memperhatikan masalah moral dalam berbisnis. Ia menyebutkan
beberapa cara untuk mempraktekan perilaku baik dalam berbisnis, diantaranya ialah:
a.       Menghindari diri untuk mengambil keuntungan secara berlebihan.
b.      Rela merugi ketika melakukan transaksi dengan orang miskin.
c.       Kemurahan hati dalam menagih hutang.
d.      Kemuran hati dalam membayar hutang.
e.       Mengabulkan permintaan pembeli jika untuk membatalkan jual beli jika pihak pembeli
menghendakinya atau sebaliknya.
f.       Menjual makanan kepada orang miskin dengan cara angsuran dengan maksud tidak meminta
bayaran bilamana mereka belum mempunyai uang dan membebaskan mereka dari pembayaran
jika meninggal dunia.
4.  Jauh dari Perbuatan Riba
Dalam Al-Quran, Riba telah jelas keharamannya. Oleh sebab itu al-Ghazali
mengingatkan bagi para pedagang mata uang dan memperjualbelikan emas dan perak, serta
bahan makanan pokok untuk berhati-hati menjaga diri dari riba nasi‘ah dan fadl. Bagi al-
Ghazalî, larangan riba adalah bersifat muthlak. Argument yang dikemukakan beliau adalah
bukan hanya sebagai perbuatan dosa, namun memberokan kemungkinan terjadinya eksploitasi
dan ketidakadilan dalam transaksi.
Oleh sebab itu, seorang ekonom/pembisnis Islam harus menjauhkan aktivitas ekonomi
dan bisnisnya dari perbuatan yang berbau unsur riba. Dan jangan berharap dengan melakukan
tansaksi riba uang atau hartanya akan bertambah.

Pandangan Dr. Supawi Pawenang tentang Etika Bisnis


Menurut Dr. Supawi Pawenang Islam memandang manusia dalam suatu keutuhan.
Gambaran singkatnya tentang manusia seperti tertuang dalam QS Ali ‘Imron (3):110. Konsep
tentang umat yang baik ditandai dengan melakuka tiga hal yang ada dalam ayat tadi, yaitu amar
ma’ruf (kebaikan), ‘anil munkar (upaya membebaskan diri dan manusia lain dari ketertindasan
dan keterkekangan, yang ini juga diistilahkan sebagai liberasi), dan beriman kepada Tuhan (yang
ini merupakan proses transendensi). Rahmatan lil alamin pada intinya adalah pesan dasar al
Qur’an. Indikator tercapainya rahmatan lil alamin adalah ketika amr ma’ruf nahy munkar itu
tegak.
Dalam konteks ini, kita mewujudkan perintah Tuhan, yaitu ajakan kepada yang ma’ruf
dan khayr. Dua-duanya berarti “kebaikan”, tetapi ada perbedaannya. Khayr itu kebaikan yang
bersifat universal, sedang ma’ruf itu sesuatu yang dikenal sebagai baik dan ada kaitannya dengan
adat dan kontekstual, terkait dengan ruang dan waktu. Khayr bersifat normatif
universal,sedangkan ma’ruf bersifat operatifkondisional.20 Jadi, umat Islam seharusnya
mengangkat ajaran Islam pada tataran high level generalization (alkhayr), dan mengkonkritkan
dalam al ma’ruf. Manusia tidak boleh menyalahgunakan, memonopoli, ataupun mengeksploitasi.
Kalau ini terjadi, maka itulah rahmatan lil alamin tercapai. Hal ini yang harus diterapkan dalam
melaksanakan aktivitas bisnis. Jadi antara ibadah dan muamalah harus seimbang.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Prakek berbisnis sangat erat kaitannya dengan permasalahan etika. Hal ini yang
seringkali menjadikan bisnis terkadang dianggap kejam, tidak berperikemanusiaan, dan
sebagainya. Oleh karenanya Islam menginginkan bisnis haruslah berdasarkan pada etika. Karena
apabila bisnis tidak diatur dalam etikanya seringkali bisnis menghalalkan segala cara. Dalam
Islam etika bisnis sangat dijaga agar nantinya dalam prakteknya bisnis tetap dapat berada dalam
koridor keIslaman dan tidak menyalahi aturan yang seharusnya.
Etika berbisnis menurut Islam menyangkut tentang sedikitnya tiga hal. Yang pertama
hakikat benar dan salah. Kedua, tentang masalah free will dan hubungan kemahakuasaan Tuhan
dan tanggung jawab manusia. Ketiga, Keadilan Tuhan dan Realitas keadilan-Nya dihari
kemudian. Hal yang ketiga ini menjadi puncak pengembaraan dalam berbisnis. Karena
penentuan mengenai praktek bisnis yang selama ini dilakukan akan mendapatkan keadilan
Tuhan. Tentunya realitas keadilan Tuhan akan ditunjukkan pada hari kemudian. Oleh karenanya
dalam berbisnis haruslah benar-benar dikonsep secara sistematis, sesuai dengan apa yang telah
dianjurkan oleh agama. Sehingga nantinya dari konsep berbisnis tersebut dapat
dipertanggungjawabkan di depan Allah SWT.Inti dari kesemuanya itu setelah mengetahui
tentang bisnis secara Islami, kemudian mengetahui bidang-bidang bisnis yang dapat dijadikan
sebagai peluang usaha serta mengetahui etika berbisnis dalam Islam, diharapkan nantinya pelaku
bisnis dapat menjalankan bisnisnya secara halal, penuh berkah dan manfaat, serta dapat
dipandang sebagai ibadah

Anda mungkin juga menyukai