Artikel - Plasenta Previa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

PLASENTA PREVIA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas I

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Aldi Tri Rahma

Neza Anisa Rinjani

Siti Romlah Sutisna

Vivih Kahpi

Yulita Pajriyani

ILMU KEPERAWATAN

STIKES SEBELAS APRIL SUMEDANG

2020/2021
PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan perdarahan
uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester
terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.1 Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum
diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta
previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi
bayi yaitu: Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang dapat
menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak bokong dan letak
lintang.Plasenta previa adalah tertutupnya serviks secara parsial atau komplit oleh plasenta.
Plasenta previa juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan post partum yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan neonatus. Ibu dengan plasenta previa
sebaiknya menghindari kelahiran bayi pervaginam. Kebanyakan kasusu dapat didiagnosis sedini
mungkin menggunakan ultra sonografi.

Dari seluruh kasus perdarahan antepartum plasenta previa merupakan penyebab


terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan atepartum, kemungkinan plasenta previa
harus dipikirkan terlebih dahulu karena darah yang keluar terus-menerus bisa mengakibatkan ibu
anemia bahkan mengalami syok hingga kematian.

Faktor risiko terjadinya plasenta previa adalah usia ibu saat hamil (diatas 35 tahun),
multiparitas, merokok, riwayat kuret, penggunaan kokain dan riwayat sesar sebelumnya.
Hubungan antara usia ibu saat hamil dan plasenta previa mungkin berhubung dengan semakin
tua usia semakin banyak anak yang kemungkinan telah dilahirkan oleh ibu, dan lebih banyak
pula kemungkinan uterus ibu mengalami luka saat melahirkan. Keluarnya darah dari jalan
lahir tanpa rasa sakit selama usia kehamilan trimester dua dan tiga merupakan gejala tersering
dari plasenta previa. Perdarahan ini mungkin diakibatkan prosedur pemeriksaan, kelahiran
ataupun tanpa sebab tetentu. Pemeriksaan spekulum mungkin dapat menyebabkan perdarahan
minimal dari serviks, pada saat pemeriksaan plasenta mungkin saja terlihat saat pemeriksaan
apabila serviks terdilatasi. Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi pada trimester dua dan tiga
dapat mengidentifikasi kejadian plasenta previa secara lebih dini. Semakin dini terdeteksi adanya
plasenta previa, maka akan lebih mudah untuk menghindari adanya komplikasi yang dapat
terjadi saat melahirkan. Sebanyak 90% kasus plasenta letak rendah dapat terselesaikan dengan
sendirinya pada trimester tiga karena plasenta berkembang kerarah fundus. Sehingga
pemeriksaan ultrasonografi pada minggu ke 28-32 dilakukan dengan tujuan untuk melihat
adanya plasenta previa presisten (Feng Y et.al, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara riwayat abortus
dengan kejadian plasenta previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015 (p-value = 0,005). Menurut
Fauziyah (2012), bahwa abortus merupakan kehamilan yang berahir secara spontan sebelum
janin dapat bertahan yaitu pada saat embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang
biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.
Menurut Manuaba (2008) faktor-faktor yang dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa
antara lain adalah endometrium yang cacat. Endometrium yang cacat dapat disebabkan
karena adanya bekas operasi, bekas kuretase dan plasenta manual. Hal ini manyebabkan
plasenta mencari tempat implantasi yang lebih subur. Penelitian ini sejalan dengan yang
dilakukan oleh Rizkiyani (2011), tentang faktor risiko plasenta previa di RS Bhayangkara Sartika
Asih. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat abortus dengan
plasenta previa (p value= 0,001, OR=3,4).

Plasenta previa berhubungan dalam menurunkan angka preeklamsia dan menurunkan


tekanan darah ibu. Beberapa penelitian menunjukkan adanya manfaat proteksi dari adanya
plasenta previa terhadap kejadian preeklamsia. Penelitian Dawood et,al (2017) dari 374 pasien
yang menderita plasenta previa hanya 8 orang (2,1%) yang berkembang menjadi preeklamsia
dengan nilai p =0,004. Adam et,al (2013) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa
insidensi preeklamsia pada wanita dengan plasenta previa di Afrika sebanyak 3,3%. Pada
penelitian Ying et,al (2016) menjelaskan bahwa adanya plasenta previa menurunkan insidensi
hipertensi dalam kehamilan, preeklamsia ringan dan preeklamsia berat sebesar 55%(Adam et,
2013).

Preeklamsia berasal dara invasi trofoblas yang inadekuat sehinggaa memicu gangguan
aliran darah fetomaternal. Pada kehamilan normal, trofoblas akan menginvasi pada arteri spiralis
di uterus sampai ke lapisan desidua dan miometrium. Adanya plasenta previa menurunkan risiko
terjadinya preeklamsia menurut beberapa penelitian, Hal ini disebabkan oleh karena pada kasus
plasenta previa, plasenta melekat pada daerah yang pernah mengalami luka, karena kaya
akan oksigen. Daerah tersebut merupakan daerah bawah uterus. Bagian ini lebih kaya akan
oksigen dibandingkan fundus. Sehingga dapat menfasilitasi remodeling pembuluh darah. Pada
kasus plasenta akreta, plasenta melekat lebih dalam daripada plasenta normal sehingga suplai
oksigen meningkat. Faktor-faktor inflamasi yang terdapat pada plasenta previa seperti nitrit
oksida pada endotelial dan kalikrein juga jumlahnya meningkat pada plasenta akreta. Seperti
yang diketahui bahwa kedua zat tersebut merupakan antioksidan yang dapat menjaga kelancaran
aliran darah fetomaternal. Melalui mekanisme inilah pada kasus-kasus plasenta previa menjadi
faktor protektif terjadinya preeklamsia(Ying H et, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Astriana, Willy “Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia”, Jurnal
Ilmu Kesehatan, Vol 2, No 2, 2017

Adam et, al. (2013). Plasenta previa and pre- eclampsia : analyses of 1645 cases at
Medani Maternity Hospital in Sudan. Frontiersin, 4(32), 1–4.

Baumfeld Y et, al. (2016). Plasenta associated pregnancy complications in pregnancies


Previa, complicated with plasenta. Taiwanese Journal of Obstetrics Dan Gynecology, 331–335.

Anda mungkin juga menyukai