Filsafat - DRIJARKARA MAKALAH
Filsafat - DRIJARKARA MAKALAH
Filsafat - DRIJARKARA MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok VIII PGSD 3 E
1. Maghfiroh Desi Nur Fitriany (17108241029)
2. Oktaviana Agilia Putri (17108241063)
3. An Nisa Ayu Budi Utami (17108241084)
4. Hanif Hermawan (17108241106)
5. Yuni Kurniawati (17108244080)
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah tangga untuk mobilitas kelas. Bersama pendidikan manusia
mengubah nasibnya. Pendidikan juga merupakan sarana melatih kemampuan solidaritas
dan kepekaan sosial. Oleh karena itu, pendidikan dapat kembali kepada fitrahnya,
menjadi alat untuk memanusiakan manusia, melalui usaha sadar dan terencana.
Kesadaran menjadi hal penting dalam pendidikan agar manusia terlepas dari segala
bentuk penindasan yang berujung pada keterkungkungan.
Menurut N.Driyarkara (1980 : 69), pendidikan adalah proses pemanusiaan
manusia muda. Pendidikan harus membantu agar seseorang secara tahu dan mau
bertindak sebagai manusia dan bukan hanya secara instrinsik. Lebih lanjut pendidikan
hendaknya dipahami juga sebagai humanisasi, yaitu usaha agar seluruh sikap dan tindak
serta aneka kegiatan seseorang benar-benar bersifat manusiawi dan semakin manusiawi.
Driyarkara menyatakan pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau azasi
dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan bahwa dimana ada kehidupan
manusia, bagaimanapun juga pasti ada pendidikan (Dwi Siswoyo, 2007: 28). Pendidikan
sebagai gejala universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena selain
pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu
sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya
pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran
yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). Sugihartono, dkk (2007: 3-4) menyatakan bahwa
pendidikan ialah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah
tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan dan tujuan ilmu mendidik teoritis?
2. Bagaimana fenomena pendidikan?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan menurut pandangan driyarkara ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kedudukan dan tujuan ilmu mendidik teoritis.
2. Untuk mengetahui fenomena pendidikan.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan menurut pandangan driyarkara.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Fenomena Pendidikan
Dalam bagian Fenomena Pendidikan Driyarkara menulis tentang pendirian-
pendiriannya mengenai pendidikan: bahwa pendidikan merupakan kegiatan sadar untuk
memanusiakan manusia muda, yang dia sebut sebagai “hominisasi dan humanisasi”.
Untuk itu, berikut ini akan diuraikan ringkasan pemaparan Driyarkara mengenai
Fenomena Pendidikan. Pertama-tama akan diberikan uraian Driyarkara tentang
pendidikan sebagai aktivitas fundamental. Kemudian disusul dengan gambaran dasar
pendidikan, yang akan menjadi latar bagi pendirian Driyarkara bahwa pendidikan
merupakan pemanusiaan manusia muda, atau dengan kata lain hominisasi dan
humanisasi. Berikutnya akan dilanjutkan dengan penjelasannya mengenai bapak, ibu dan
anak sebagai Bhineka-Tunggal dan struktur (kesatuan) pendidikan. Dan pada akhirnya
diberikan penegasan Driyarkara mengenai definisi Pendidikan.
5. Struktur Pendidikan
a. Pendahuluan
Sebelum kita menyelidiki, apakah pendidikan itu merupakan suatu realitas,
baiklah kita ingatlah terlebih dahulu bahwa ada perbedaan antara kesatuan dari
barang buatan dan dari barang hidup. Kesatuan barang buatan, misalnya arloji,
adalah lebih nampak bagi kita. Tetapi hal itu tidak berarti, bahwa kesatuan buatan
itu lebih sempurna. Kesatuan buatan datangnya tidak dari dalam, melainkan dari
luar. Sebaliknya, kesatuan makhluk hidup itu dari dalam. Makhluk hidup
mengkonstruir kesatuannya sendiri. Dan kalau mengalami kerusakan, akan
mencoba memulihkan sendiri, sedangkan jam rusak akan tinggal rusak. Kesatuan
hidup tidak bisa kita selami sepenuhnya, justru karena lebih tingginya itu.
Mengingat kenyataan ini, maka tidak perlu heranlah kita, jika kurang melihat
kesatuan pendidikan. Pendidikan adalah pertumbuhan suatu makhluk hidup, dan
makhluk ini adalah manusia. Tak mungkinlah pertumbuhan ini kita perhitungkan
dan kita tentukan sebelumnya dengan pasti. Selamanya mendidik itu berupa
vivere pericoloso, seperti seluruh hidup manusia. Sebab itu tidak mungkin
dipaksa-paksa dalam suatu sistem yang tertentu dan tepat. Sebab itu kita juga
tidak melihat sistem dalam pendidikan keluarga. Janganlah dicari suatu kesatuan
teknis dan ekanis. Dengan mengingat batas-batas ini maka kita bisa mencoba
menemukan kesatuan dalam pendidikan.
b. Hidup Bersama dan Kesadaran Pendidikan
Kesatuan tri-tunggal keluarga seperti halnya dengan tiap-tiap kesatuan
manusia, mempunyai dua unsur. Yang satu ialah unsur batin, unsur kejiwaan atau
unsur rohani. Unsur ini adalah cinta kasih. Dimana unsur ini tidak ada, maka
meskipun nampaknya ada kesatuan, sebetulnya keadaannya cerai-berai. Unsur
yang lain adaah unsur lahir atau jasmani. Menurut unsur ini maka kesatuan
manusia terikat oleh ruang dan waktu, artinya kesatuan itu terlaksana dalam
bentu-bentuk tertentu, seperti berkumpul, berdiam dalam satu rumah, dsb.
Dimana kesatuan yang nampak itu tidak terlaksana, maka kesatuan akan hilang
juga. Tentu saja kesatuan tidak berarti, bahwa anggota-anggotanya harus selalu
bersama-sama. Dengan demikian, batas-batas kesatuan tri-tunggal keluarga itu
dimana cinta rusak, maka rusaklah juga kesatuan. Kesatuan bisa berkurang
tindakan-tindakan yang salah, tetapi belum hancur.
Jika dilihat melalui kesatuan atau hidup bersama tri-tunggal keluarga, maka
bagaimanakah pendidikan nampak kepada kita? Pendidikan adalah hidup
bersama yang memanusiakan manusia muda. Atau (jika dipandang dari anak):
hdup bersama, dimana anak me-manusia sebagai anak, untuk lambat-laun bisa
me-manusia sebagai manusia purnawan.
c. Nilai-nilai dan Struktur Pendidikan
Nilai Medial (Sarana):
i. Nilai vital, yakni barang-barang yang bisa menyelenggarakan,
mempertahankan dan memperkembangkan hidup manusia, menurut
aspek kejasmaniannya. Contoh: pakaian, perumahan, obat-obatan.
ii. Nilai estetik, yaitu nilai keindahan yang bisa membuat manusia menjadi
bahagia dengan mengalami barang-barang yang bagus, indah.
Nilai Final (Kesempurnaan):
i. Nilai moral
ii. Nilai keagamaan
Jadi, mendidik berarti memasukkan anak ke dalam alam nilai-nilai,
atau juga: memasukkan dunia nilai-nilai ke dalam jiwa anak.
6. Definisi Pendidikan
Rumusan yang pertama, ialah bahwa pendidikan adalah hidup bersama
dalam kesatuan tri-tunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pe-manusia-an anak,
dengan mana dia berproses untuk akhirnya me-manusia sendiri sebagai manusia
purnawan. Pe-manusia-an disini mempunyai dua arti, hal itu sudah dikatakan di atas
bahwa pe-manusia-an terjadi dalam dan dengan hidup bersama, yakni hidup bersama
ayah-ibu-anak. Bagian yang terakhir menyinggung tujuan pendidikan. Kata “dengan
mana” tersebut memberi kesan bahwa pe-manusia-an itu seolah-olah merupakan alat
proses. Sebetulnya bukan itulah yang dimaksud. Kita boleh mengatakan demikian.
Tetapi sebetulnya pe-manusia-an itulah yang merupakan proses. Proses itu akan
berakhir, jika anak sudah bisa me-manusia sendiri sebagai manusia purnawan.
Rumusan yang kedua kita ambil dari kenyataan, bahwa pendidikan berarti
pemasukan anak ke dalam alam budaya, atau juga masuknya alam budaya ke dalam
anak. Pemasukan ini menunjuk aktivitas baik dari pendidik maupun dari anak.
Demikian juga kebudayaan tidak akan masuk ke dalam anak, kalau anak tidak
memsaukkannya sendiri. Jadi, pendidikan adalah hidup bersa,a dalam kesatuan tri-
tunggal, ayah-ibu-anak,dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana dia
berproses untukakhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
Rumusan yang ketiga adalah berdasarkan pandangan tentang nilai-nilai. Sudah
dinyatakan, bahwa hidup manusia itu sekalipun sangat primitif tentulah merupakan
pelaksanaan nilai-nilai. Makan dan minum, tidur dan kerja, bergaul dan bersenda
gurau, menangis dan bersuka ria, kesemuanya itu merupakan pelaksanaan nilai-nilai.
Maka berdasarkan pemikiran ini pendidikan adalah: hidup bersama dalam kesatuan
tri-tunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia
berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
1. Kesimpulan
1. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri-tunggal ayah-ibu-anak,
dimana terjadi pe-manusia-an anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya
me-manusia sendiri sebagai manusia purnawan.
2. Pendidikan berarti pemasukan anak ke dalam alam budaya, atau juga masuknya
alam budaya ke dalam anak.
3. Rumusan yang ketiga adalah berdasarkan pandangan tentang nilai-nilai. Sudah
dinyatakan, bahwa hidup manusia itu sekalipun sangat primitif tentulah
merupakan pelaksanaan nilai-nilai.
4. Mendidik merupakan perbuatan fundamental yang bertujuan mengubah,
menentukan, dan membentuk hidup manusia. Perbuatan mendidik tersebut adalah
pemanusiaan manusia muda dalam arti hominisasi dan humanisasi.
5. Perwujudan yang primer dan fundamental dari pendidikan atau atau kegiatan
mendidik termuat dalam kesatuan hidup tritunggal bapak-ibuanak dimana terjadi
tiga peristiwa penting pendidikan, yaitu pemanusiaan anak, pembudayaan anak,
dan pelaksanaan nilai-nilai.
DAFTAR PUSTAKA