Forsepad Kelompok 1 Formulasi Cream

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

TUGAS FORMULASI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

“FORMULASI CREAM”

Dosen Pengampu :
Apt Rangki Astiani, S.Far, M.Pharm(Clin).

Disusun Oleh :

Nindi Arnanda 1843050082


Salni Nindita 1843057022
Ario Purwanto 1843057024
Yuyun Andrianti 1843057030
Moni Rezkiani latif 1843050084
Kinta Bebimilla 1843050085
Maria Agnesi Angi 1843050078
Siska Aprillia 1843050075
Mega Junita 1843050072

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapan menyelesaikan tugas mata
kuliah “Formulasi Sediaan Cair Dan Semi Padat”. Kemudian sholawat beserta salam kita
sampaikan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Quran dan sunah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah tentang
“FORMULASI CREAM” ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “FORMULASI
SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT”. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada ibu Apt Rangki Astiani, S.Far, M.Pharm(Clin). Selaku
dosen pembimbing mata kuliah “Formulasi Sediaan Cair Dan Semi Padat” dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Jakarta, Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : METODOLOGI PERCOBAAN

BAB 1V : PENUTUP

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bahan obat jarang diberikan sendiri – sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu
formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang bermanfaat
untuk kegunaan farmasi yang bermacam – macam dan khusus Bahan sediaan farmasi
dapat melarutkan, mensuspensi mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi,
menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak
vermacam – macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur
dan menarik (Ansel 1989). Masing – masing tipe bentuk sediaan famasi mempunyai
sifat – sifat fisika dan kimia yang khusus. Sediaan yang bermacam – macam ini
meupakan tantangan bagi ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi
dokter dalam memilih obat serta cara pemberiannya. Salah satu bentuk sediaan
farmasi adalah sediaan semi solid yang merupakan bentuk sediaan yang dimaksudkan
untuk pemakaian pada kulit. Sediaan yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek
fisik, yaitu kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat
pengering dan lain – lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada (Ansel
1989).
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit. Krim
adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI 1979). Krim ada dua tipe
yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A),
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Sifat umum sediaan krim ialah
mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama
sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap,
berminyak, melembapkan, dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit,
mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci air (Anwar 2012).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan krim.
2. Untuk mengaplikasikan teori pembuatan sediaan krim.
3. Memahami formula dalam pembuatan sediaan krim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cream


Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk
pemberian obat melalui vaginal (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2
yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk
membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumya berupa surfaktan- surfaktan
anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).

2.2 Persyaratan Cream


Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
 Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
 Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang
dihasilkan menjadi lunak serta homogen.
 Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit.
 Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar
krim padat atau cair pada penggunaan.
2.3 Pembagian Cream

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua
tipe, yakni:

 Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold cream
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman
pada kulit.

 Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. (Widodo, 2003)

Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat dengan penampilan tidak jernih,
berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistensi dan sifatnya tergantung pada
jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air (Lachman, dkk.,
1994).

Dasar salep emulsi, ada dua macam yaitu:

 Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.

 Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan hydrophilic ointment.

A. Lanolin cream suatu bentuk emulsi tipe A/M yang mengandung air 25% dan
digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai.

B. Cold cream suatu emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba, Cetaceum
dan Oleum Amydalarum ditambahkan larutan boraks dalam air panas, diaduk
sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan digunakan sebagai
pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.
C. Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan kulit.
2.4. Metode Pembuatan Cream
Secara umum, pembuatan/peracikan sediaan krim meliputi proses
peleburan dan emulsifikasi. Biasanya, komponen yang tidak tercampur dengan air,
seperti minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama didalam penangas air pada suhu
70-75ºC. Sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas dan komponen
yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama pada komponen lemak.
Kemudian, larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan kedalam. campuran
lemak yang cair dan diaduk secara konstan, sementara temperatur dipertahankan
selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya
campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengandukan yang terus menerus
sampai mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan
lemak, beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase
lemak dan fase cair (Widodo, 2003).
2.5. Pembentukan Krim
Dibawah pengaruh gravitasi, partikel-partikel atau tetesan-tetesan tersuspensi
cenderung meningkat atau mengendap, tergantung pada perbedaan dalam gravitasi
spesifik antar fase tersebut. Jika pembentukan krim berlangsung tanpa agregasi
apapun, emulsi dapat terbentuk kembali dengan pengocokan atau pengadukan.
Pembentukan krim meliputi gerakan sejumlah tetesan heterodispers, dan gerakan
tersebut saling mengganggu satu sama lain dan biasanya menyebabkan rusaknya
tetesan (Lachman, dkk., 1994).

2.6. Penyimpanan Krim


Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol
yang digunakan biasanya berwarna gelap atau buram. Wadah dari gelas buram dan
berwarna berguna untuk krim yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya.
Tube bias saja terbuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan
kemasan bila krim akan digunakan untuk penggunaan khusus. Tube dari krim
kebanyakan dikemas dalam tube kaleng dan dapat dilipat yang dapat menampung
(sekitar 8.5 g krim). Tube krim untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5
sampai 15 gram (Ansel, 1989).

2.7. Formula sediaan krim


A. Zat berkhasiat
Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara
pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat.

B. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam
stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
C. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air. Contoh : Na tetraborat (borax,
Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3, Gliserin,
Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na
setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
D. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa surfaktan.
Selain itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasiun,
setilalkohol, stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.
E. Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan adalah:
 Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet
yang sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 –
0,18% dan propilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.
 Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh :dapar fosfat.
 Pelembab atau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada
kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang, dan tidak
berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh : gliserol,
PEG, sorbitol.
 Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na sulfit.
 Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut harus disesuaikan dengan
sifat fisikokimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran bahan aktif
dan bahan-bahan tambahan tersebut harus dapat menghasilkan sediaan
semisolida yang memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat
diterima oleh masyarakat. Aman berarti sediaan tersebut memiliki
kandungan bahan aktif yang sesuai dengan monografi dan tidak
memberikan pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dari sediaan
pada tempat penggunaannya. Stabil berarti sediaan tidak mengalami
perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia, mikrobiologi,
toksikologi, maupun farmakologi.
2.7 Evaluasi sediaan krim
A. Uji organoleptic
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik
sediaan dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin
terjadi selama penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
B. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya
bahan-bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah, dan
bawah kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika
terjadi pemisahan fase.
C. Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahuI keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga
tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 gram ekstrak krim dan
diencerkan dengan 10 ml aquades. Kemudian gunakan pH-meter yang bagian
sensornya dan dibaca pH pada bagian monitor.
D. Uji daya serap.
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air.
Ditimbang krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. Penetesan
air pada krim dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim
memisah dengan air. Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga
krim memisah.
E. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan
kekulit. Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan
bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter
penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti
menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
2.8 Pengukuran Viskositas
Pemeriksaan viskositas untuk memastikan tingkat kekentalan sediaan krim yang
sesuai untuk penggunaan topikal. Viskositas sediaan krim diukur menggunakan
Viskosimeter Brook Field LV. Sediaan sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam
cup, kemudian dipasang spindel ukuran 4 dan rotor dijalankan dengan kecepatan
60 rpm.

2.9 Keuntungan dan kelemahan sediaan krim


o Kelebihan sediaan krim, yaitu:
 Mudah menyebar rata.
 Praktis.
 Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
(minyak dalam air).
 Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
 Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
 Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak
cukup beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak
diketahui pasien.
 Aman digunakan dewasa maupun anak–anak.
 Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam
minyak).
 Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama
pada bayi, pada faseA/M (air dalam minyak) karena kadar
lemaknya cukup tinggi
 Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata,
krim kuku, dan deodorant.
 Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.
 2. Kekurangan sediaan krim, yaitu:
 Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam
minyak)
 karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena
perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe krim jika
zat pengemulsinya tidak tersatukan.
 Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krim harus dalam
keadaan panas.
 Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
 Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
 Pembuatannya harus secara aseptik.

2.10 Uraian Bahan


A. CHLORAMPHENICOL B(FI Edisi III Hal. 143)
a. Nama resmi : CHLORAMPHENICOLUM
b. Nama sinonim : kloramfenikol
c. Rumus molekul : C11H12Cl2N2O5
d. Berat molekul : 323,13
e. Pemerian : serbuk hablur halus, licin, putih, bau lemah,rasa tawar
f. Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol
(95%) P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
g. Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
h. Penandaan : Pada etiket harus juga tertera : Daluwarsa.
i. Khasiat : antibiotikum (obat yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme atau membunuh mikroorganisme).

B. Cetyl alcohol (Sumber FI III; Hlm 121)


a. Sinonim : Alcohol cetylicus; Crodacol
b. Penggunaan : Coating agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-
10%).
c. Deskripsi : serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih; bau khas lemah;
rasa lemah.
d. Titik lebur : 45-52° C
e. Kelarutan : larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan
kenaikan suhu; praktis tidak larut dalam air. Mudah larut ketika dilebur bersama
dengan lemak, paraffin padat atau cair, dan isopropyl miristat.
f. Stabilitas : setil alkohol tetap stabil meskipun terdapat asam, basa, cahaya
dan udara tidak menjadi tengik. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik
di tempat yang kering dan sejuk.
g. Inkompatibel : inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat

C. Asam stearat ( Sumber FI III; Hlm 57)


a. Sinonim : Acidum stearicum, Asam oktadekanoat
b. Penggunaan : Emulsifying agent; solubilizing agent; tablet and capsule
lubricant (1-3%).
c. Deskripsi : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur;
putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin
d. Kelarutan : mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride, kloroform
dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol. Praktis tidak larut
dalam air.
e. Stabilitas : asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan
penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat kering dan sejuk.
f. Inkompatibel : inkompatibel dengan sebagian besar logam hidroksida dan
mungkin dengan basa, agen pereduksi, dan agen pengoksidasi.

D. Gliserin (Sumber FI III ; Hlm 271)


a. Sinonim : Croderol; glycerolum; trihydroxypro-pane glycerol
b. Penggunaan : Antimicrobial preservative (< 20%); cosolvent; emollient (≤
30%); humectants (≤ 30%); plasticizer; solvent; sweetening agent (≤ 20%);
tonicity agent.
c. Deskripsi : cairan bening tidak berwarna; tidak berbau; kental dan
higroskopis. Mempunyai rasa yang manis, sekitar 0,6 kali lebih manis dari
sukrosa.
d. Kelarutan : larut dalam air, methanol dan alcohol 95%; sedikit larut
dalam aseton; praktis tidak larut dalam benzene, kloroform dan minyak.
e. Inkompatibilitas : bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak mudah dioksidasi
oleh udara selama disimpan di tempat yang terlindung, tapi mudah terurai
dengan pemanasan dengan perkembangan dari racun akrolein. Campuran dari
gliserin dengan air, etanol 95% dan propilenglikol stabil secara kimia.
E. Methylparaben ( Sumber FI III ; Hlm 373)
a. Sinonim : Nipagin; methylis parahydroxybenzoas;
b. Penggunaan : Antimicrobial preservative (oral solutions 0.015–0.2 %)
c. Deskripsi : merupakan kristal tdak berwarna atau serbuk kristal
berwarna putih; tidak berbau atau hamper tidak berbau dan sedikit mempunyai
rasa panas.
d. Kelarutan : larut dalam 5 bagian propilenglikol; 3 bagian etanol 95%; 60
bagian gliserin; dan 400 bagian air.
e. Stabilitas : larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan
autoklaf pada suhu 120° C selama 20 menit, tanpa penguraian. Larutan ini stabil
selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih
dapat meningkatkan laju hidrolisis.
f. Inkompatibilitas : aktivitas antimikroba dari metilparaben atau golongan
paraben yang lain sangat dapat mengurangi efektivitas dari surfaktan nonionik,
seperti polysorbate 80. Tetapi adanya propilenglikol (10%) menunjukkan
peningkatan potensi aktivitas antibakteri dari paraben, sehingga dapat mencegah
interaksi antara metilparaben dan polysorbate. Inkompatibel dengan beberapa
senyawa, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talc, tragacanth, sodium
alginate, essential oils, sorbitol dan atropine.
F. Trietanolamin ( Sumber FI III ; Hlm 612)
a. Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin,
tris(hidroksi)etilamin.
b. Pemerian :cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna
hingga kuning pucat.
c. Kelarutan : Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut
dalam kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH = 10,5
untuk larutan aqueous 0,1 N.
d. Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena
paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus
terlindung dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat
e. Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai pH adjusting agent.
Kegunaan lain yaitu sebagai buffer, pelarut, humektan, dan polimer plasticizer.
Digunakan pada konsentrasi 2-4%.

G. Propil Paraben ( FI Edisi III ; hal 535 )


a. Nama resmi : PROPYLIS PARABENUM
b. Nama lain : Propil paraben, Nipasol
c. Rumus Molekul : C10H13O3
d. Bobot Molekul : 180,21
e. Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
f. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
larutan alkali hidroksida.
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
h. Khasiat : Zat pengawe
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

1.1 Prinsip
Proses pembuatan sediaan krim, yaitu bahan sebagai fase minyak dicampurkan
kemudian dilelehkan dan bahan sebagai fase air dilarutkan dalam air. Kedua
campuran tersebut kemudian dicampurkan secara bersamaan dalam kondisi suhu
± 70oC dengan pengadukan yang kuat dan konstans hingga terbentuk basis krim.
Selanjutnya ditambahkan fase aktif dan dilakukan pengadukan hingga homogen.
Evaluasi terhadap sediaan krim, yaitu uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH
dan pengujian kadar zat aktif dalam sediaan krim

1.2 Alat dan Bahan


Alat

 Timbangan
 Mortir dan Stamper
 Batang pengaduk
 Gelas ukur
 Pipet tetes
 Spektrofotometri
 pH meter
 Beaker Glass

Bahan
 Chloramphenicol Base
 Cetyl Alkohol
 Asam Stearat
 TEA
 Simeticon
 Nipagin
 Nipaso
 Gliserin
 Aqua DM

1.3 Formulasi

R/ Chloramphenicol Base 200 mg


Cetyl Alkohol 200 mg
Asam Stearat 450 mg
Simeticon 300 mg
TEA 90mg
Nipagin 18 mg
Nipasol 2 mg
Gliserin 200 mg
Aqua DM 8,3 ml

1.4 Penimbangan
1. Chloramphenicol Base 200 mg x 2 = 400 mg
2. Cetyl Alkohol 200 mg x 2 = 400 mg
3. Asam Stearat 450 mg x 2 = 900 mg
4. Simeticon 300 mg x 2 = 600 mg
5. TEA 90 mg x2 = 180 mg
6. Nipagin 18 mg x2 = 36 mg
7. Nipasol 2 mg x2 = 4 mg
8. Gliserin 200 mg x 2 = 400 mg
9. Aqua DM 8,3 ml x2 = 16, 6 ml +
Jumlah 9,76 gram = 19,52 gram
1.5 Prosedur
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Timbang bahan bahan
3. Panaskan air untuk pembuatan cream, lalu buat basis cream
4. Dalam lumpang, campurkan zat aktif dan bais cream hingga homogen,
tambahkan zat tambahan ( pengawet) , campurkan kembali hingga
homogen.
5. Masukan kedalam wadah, beri etiket.

1.6 Evaluasi dan Uji


A. Uji organoleptic
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik sediaan
dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama
penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
B. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya bahan-
bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah, dan bawah
kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika terjadi
pemisahan fase.
C. Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahuI keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga
tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 gram ekstrak krim dan diencerkan
dengan 10 ml aquades. Kemudian gunakan pH-meter yang bagian sensornya dan
dibaca pH pada bagian monitor.
D. Uji daya serap.
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air.
Ditimbang krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. Penetesan air
pada krim dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim memisah
dengan air. Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga krim
memisah.
E. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan kekulit.
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan
di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada
setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu
secara teratur ).

BAB VI
PENUTUP

I. Kesimpulan
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe
air dalam minyak atau minyak dalam air
2. Ada dua tipe krim, yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M).
3. Formula sediaan krim yaitu : zat berkhasita, zat pembawa, pengemulsi, dan zat
tambahan.
4. Kelima basis krim adalah: Kelima macam basis tersebut sebagai berikut : Basis
Hidrokarbon (Oleaginous), Basis Absorbsi (anhydrous), Basis Absorbsi (W/O
type), Basis Tercuci (O/W type), Basis terlarut.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 126-136

Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.
95-131

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi 3.


Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta: Depkes RI.

Jas, Admar. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU Press.

Syamsuni. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal.24-28

Kristina, A.S, 2007, Kapita Selekta Dispensing I, Yogyakarta: Universitas Gadjahmada

Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi Kedua, Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Anonim, 2007, http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/2007/11/all-about-viskositas-

pipit.html,

Juwita AP, Paulina V. Yamlean Y, Edy HJ. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun

Lamun (Syringodium isoetifolium.) Jurnal Ilmiah Farmasi. 12(02): 2302 – 2493.


Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai