Forsepad Kelompok 1 Formulasi Cream
Forsepad Kelompok 1 Formulasi Cream
Forsepad Kelompok 1 Formulasi Cream
“FORMULASI CREAM”
Dosen Pengampu :
Apt Rangki Astiani, S.Far, M.Pharm(Clin).
Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapan menyelesaikan tugas mata
kuliah “Formulasi Sediaan Cair Dan Semi Padat”. Kemudian sholawat beserta salam kita
sampaikan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni Al-Quran dan sunah untuk keselamatan umat di dunia. Makalah tentang
“FORMULASI CREAM” ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “FORMULASI
SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT”. Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada ibu Apt Rangki Astiani, S.Far, M.Pharm(Clin). Selaku
dosen pembimbing mata kuliah “Formulasi Sediaan Cair Dan Semi Padat” dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini
Kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
BAB 1V : PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan obat jarang diberikan sendiri – sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu
formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang bermanfaat
untuk kegunaan farmasi yang bermacam – macam dan khusus Bahan sediaan farmasi
dapat melarutkan, mensuspensi mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi,
menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak
vermacam – macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur
dan menarik (Ansel 1989). Masing – masing tipe bentuk sediaan famasi mempunyai
sifat – sifat fisika dan kimia yang khusus. Sediaan yang bermacam – macam ini
meupakan tantangan bagi ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi
dokter dalam memilih obat serta cara pemberiannya. Salah satu bentuk sediaan
farmasi adalah sediaan semi solid yang merupakan bentuk sediaan yang dimaksudkan
untuk pemakaian pada kulit. Sediaan yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek
fisik, yaitu kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelincir, pelembut, zat
pengering dan lain – lain, atau untuk efek khusus dari bahan obat yang ada (Ansel
1989).
Krim merupakan salah satu bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit. Krim
adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari
60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Depkes RI 1979). Krim ada dua tipe
yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A),
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Sifat umum sediaan krim ialah
mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama
sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat memberikan efek mengkilap,
berminyak, melembapkan, dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit,
mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci air (Anwar 2012).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan krim.
2. Untuk mengaplikasikan teori pembuatan sediaan krim.
3. Memahami formula dalam pembuatan sediaan krim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta
lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua
tipe, yakni:
Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold cream
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman
pada kulit.
Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. (Widodo, 2003)
Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat dengan penampilan tidak jernih,
berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistensi dan sifatnya tergantung pada
jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air (Lachman, dkk.,
1994).
Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.
Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan hydrophilic ointment.
A. Lanolin cream suatu bentuk emulsi tipe A/M yang mengandung air 25% dan
digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai.
B. Cold cream suatu emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba, Cetaceum
dan Oleum Amydalarum ditambahkan larutan boraks dalam air panas, diaduk
sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan digunakan sebagai
pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.
C. Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan kulit.
2.4. Metode Pembuatan Cream
Secara umum, pembuatan/peracikan sediaan krim meliputi proses
peleburan dan emulsifikasi. Biasanya, komponen yang tidak tercampur dengan air,
seperti minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama didalam penangas air pada suhu
70-75ºC. Sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas dan komponen
yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama pada komponen lemak.
Kemudian, larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan kedalam. campuran
lemak yang cair dan diaduk secara konstan, sementara temperatur dipertahankan
selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya
campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengandukan yang terus menerus
sampai mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan
lemak, beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase
lemak dan fase cair (Widodo, 2003).
2.5. Pembentukan Krim
Dibawah pengaruh gravitasi, partikel-partikel atau tetesan-tetesan tersuspensi
cenderung meningkat atau mengendap, tergantung pada perbedaan dalam gravitasi
spesifik antar fase tersebut. Jika pembentukan krim berlangsung tanpa agregasi
apapun, emulsi dapat terbentuk kembali dengan pengocokan atau pengadukan.
Pembentukan krim meliputi gerakan sejumlah tetesan heterodispers, dan gerakan
tersebut saling mengganggu satu sama lain dan biasanya menyebabkan rusaknya
tetesan (Lachman, dkk., 1994).
B. Fase minyak
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak. Contoh : asam
stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
C. Fase air
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air. Contoh : Na tetraborat (borax,
Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na 2CO3, Gliserin,
Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na
setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
D. Pengemulsi
Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi krim, umumnya berupa surfaktan.
Selain itu, dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasiun,
setilalkohol, stearilalkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG, dan sabun.
E. Zat tambahan
Zat tambahan yang digunakan adalah:
Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet
yang sering digunakan umumnya adalah metilparaben (nipagin) 0,12 –
0,18% dan propilparaben (nipasol) 0,02 – 0,05%.
Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan. Contoh :dapar fosfat.
Pelembab atau humectan, untuk meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada
kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak, mengembang, dan tidak
berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh : gliserol,
PEG, sorbitol.
Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh. Contoh : tokoferol, alkil galla, BHT, dan Na sulfit.
Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut harus disesuaikan dengan
sifat fisikokimia bahan aktif yang digunakan. Hasil campuran bahan aktif
dan bahan-bahan tambahan tersebut harus dapat menghasilkan sediaan
semisolida yang memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil dan dapat
diterima oleh masyarakat. Aman berarti sediaan tersebut memiliki
kandungan bahan aktif yang sesuai dengan monografi dan tidak
memberikan pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dari sediaan
pada tempat penggunaannya. Stabil berarti sediaan tidak mengalami
perubahan sifat dan konsistensi baik secara fisika, kimia, mikrobiologi,
toksikologi, maupun farmakologi.
2.7 Evaluasi sediaan krim
A. Uji organoleptic
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik
sediaan dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang mungkin
terjadi selama penyimpanan. Diamati bentuk krim, warna dan bau krim.
B. Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat dan mengetahui tercampurnya
bahan-bahan sediaan krim. Diambil 1 gram krim pada bagian atas, tengah, dan
bawah kemudian dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika
terjadi pemisahan fase.
C. Uji pH
Uji pH bertujuan mengetahuI keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga
tidak mengiritasi kulit. Ditimbang sebanyak 1 gram ekstrak krim dan
diencerkan dengan 10 ml aquades. Kemudian gunakan pH-meter yang bagian
sensornya dan dibaca pH pada bagian monitor.
D. Uji daya serap.
Uji daya serap untuk mengetahui kemampuan krim dalam menyerap air.
Ditimbang krim, kemudian ditetesi air sambil diaduk atau dikocok. Penetesan
air pada krim dlakukan sampai tidak dapat menyerap air lagi atau krim
memisah dengan air. Kemudian dihitung jumlah air yang dibutuhkan hinggga
krim memisah.
E. Uji daya sebar
Uji daya sebar untuk mengetahui kelunakkan sediaan krim saat dioleskan
kekulit. Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan
bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter
penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti
menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
2.8 Pengukuran Viskositas
Pemeriksaan viskositas untuk memastikan tingkat kekentalan sediaan krim yang
sesuai untuk penggunaan topikal. Viskositas sediaan krim diukur menggunakan
Viskosimeter Brook Field LV. Sediaan sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam
cup, kemudian dipasang spindel ukuran 4 dan rotor dijalankan dengan kecepatan
60 rpm.
1.1 Prinsip
Proses pembuatan sediaan krim, yaitu bahan sebagai fase minyak dicampurkan
kemudian dilelehkan dan bahan sebagai fase air dilarutkan dalam air. Kedua
campuran tersebut kemudian dicampurkan secara bersamaan dalam kondisi suhu
± 70oC dengan pengadukan yang kuat dan konstans hingga terbentuk basis krim.
Selanjutnya ditambahkan fase aktif dan dilakukan pengadukan hingga homogen.
Evaluasi terhadap sediaan krim, yaitu uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH
dan pengujian kadar zat aktif dalam sediaan krim
Timbangan
Mortir dan Stamper
Batang pengaduk
Gelas ukur
Pipet tetes
Spektrofotometri
pH meter
Beaker Glass
Bahan
Chloramphenicol Base
Cetyl Alkohol
Asam Stearat
TEA
Simeticon
Nipagin
Nipaso
Gliserin
Aqua DM
1.3 Formulasi
1.4 Penimbangan
1. Chloramphenicol Base 200 mg x 2 = 400 mg
2. Cetyl Alkohol 200 mg x 2 = 400 mg
3. Asam Stearat 450 mg x 2 = 900 mg
4. Simeticon 300 mg x 2 = 600 mg
5. TEA 90 mg x2 = 180 mg
6. Nipagin 18 mg x2 = 36 mg
7. Nipasol 2 mg x2 = 4 mg
8. Gliserin 200 mg x 2 = 400 mg
9. Aqua DM 8,3 ml x2 = 16, 6 ml +
Jumlah 9,76 gram = 19,52 gram
1.5 Prosedur
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Timbang bahan bahan
3. Panaskan air untuk pembuatan cream, lalu buat basis cream
4. Dalam lumpang, campurkan zat aktif dan bais cream hingga homogen,
tambahkan zat tambahan ( pengawet) , campurkan kembali hingga
homogen.
5. Masukan kedalam wadah, beri etiket.
BAB VI
PENUTUP
I. Kesimpulan
1. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe
air dalam minyak atau minyak dalam air
2. Ada dua tipe krim, yaitu minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M).
3. Formula sediaan krim yaitu : zat berkhasita, zat pembawa, pengemulsi, dan zat
tambahan.
4. Kelima basis krim adalah: Kelima macam basis tersebut sebagai berikut : Basis
Hidrokarbon (Oleaginous), Basis Absorbsi (anhydrous), Basis Absorbsi (W/O
type), Basis Tercuci (O/W type), Basis terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.
95-131
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Jas, Admar. (2004). Perihal Obat dan Berbagai Sediaannya. Medan: USU Press.
pipit.html,
Juwita AP, Paulina V. Yamlean Y, Edy HJ. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun
Press.Yogyakarta