Laporan PKL KF-3
Laporan PKL KF-3
Laporan PKL KF-3
PENDAHULUAN
2. Bangunan
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang
cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan di apotek sekurang-
kurangnya terdiri dari:
a. Ruang tunggu
b. Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker
c. Ruang penyimpanan obat
d. Ruang peracikan dan penyerahan obat
e. Tempat pencucian obat
f. Kamar mandi dan toilet
g. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,alat pemadam
kebakaran yang berfungsi baik, ventilasi dan system sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat higienis, papan nama yang memuat nama apotek,
nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor Surat Izin Apotek, nomor
telepon apotek.
3. Perlengkapan
Perlengkapan apotek yang harus dimiliki yaitu:
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,
gelas ukur dan alat lainnya.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin.
c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastic pengemas.
d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
e. Buku standar Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia
Daftar Pelaporan Harga Obat, serta kumpulan peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan apotek.
f. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep, dan lain-lain.
4. Tenaga Kerja atau Personel Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga teknis
kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi atau Asisten
Apoteker.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/2002, personil apotek terdiri dari:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah memiliki
Surat Izin Apotek.
b. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping
APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
c. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak
sebagai APA di apotek lain.
d. Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten
apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.
Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di
apotek yaitu (Umar, M., 2011) :
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan,
dan pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek
dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan
apotek.
5. Surat Izin Praktek Tenaga Kefarmasian
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin
tersebut berupa :
a. SIPA bagi Apoteker; atau
b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian (Anonim, 2016)
Sebelum mendapatkan SIPTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus
mempunyai STRTTK. Untuk memperoleh STRTTK sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, seorang Tenaga Teknis Kefarmasian harus memiliki Surat
Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK). STRTTK ini dapat
diperoleh jika seorang Tenaga Teknis Kefarmasian memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek;
c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang telah
memiliki STRA di tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja; dan
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan harus melampirkan :
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktik
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian
d. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA,
atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
d. Narkotika
Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
e. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang biasa mempengaruhi keadaan psikis
seseorang. Untuk mengelolanya memerlukan cara khusus.
8. Cara Pengelolaan Obat Non Narkotika, Narkotik dan Psikotropika
Perbedaan cara pengelolaan obat bebas, bebas terbatas, obat keras dengan
pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, yaitu pada:
a. Cara pemesanan: SP untuk obat narkotika dan psikotropika harus
menggunakan SP khusus yang ditangani oleh APA.
b. Cara penyimpanan: lemari untuk obat narkotika dan psikotropika
disimpan pada lemari khusus terpisah dengan obat lainnya,yang bentuk
dan ukuran lemarinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Cara penyerahan: penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika harus
sesuai dengan persyaratan yang telah diatur :
1) Apotek, RS, Puskesmas, Balai pengobatan dengan SP Khusus
narkotika.
2) Dokter, pasien dengan resep asli, lengkap dengan nama alamat pasien
dengan dokternya.
d. Cara pelaporan: Laporan obat narkotika dan psikotropika selain digunakan
untuk kepentingan analisis bisnis internal, tetapi juga dilaporkan kepada
pihak eksternal (Sudin Yankes Dati II/Kodya dengan tembusan kepada
Dinkes Provinsi, Kepala Balai POM, PBF Kimia Farma).
9. Pemusnahan dan penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan.
b. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.
11. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolahan sediaan farmasi
yang di sesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan digunakan untuk mengetahui kebutuhan manajemen apotek,
dan untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan pelaporan lainnya ( PerMenKes RI No. 73 Tahun
2016 ).
a. Simbol Matahari
1) Paradigma Baru. Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru
kehidupan yang lebih baik.
2) Optimis. Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya
tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam
menjalankan bisnisnya.
3) Komitmen. Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah
barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya
komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang
diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4) Sumber Energi. Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia
Farma sebagai salah satu sumber enrgi bagi kesehatan masyarakat.
5) Semangat Abadi. Warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu
makna yaitu semangat yang abadi.
b. Jenis Huruf
Jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma
disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia
Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas
yang telah ada.
c. Sifat Huruf
1) Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan optimisme
Kimia Farma.
3) Bersahabat, huruf kecil dan lengkung memperlihatkan keramahan
Kimia Farma.
GUDANG BESAR
MUSHOLA
R. BERMAIN ANAK
KAMAR MANDI/WC R.
TUN
GG
R. MANAGER PHARMACY U
GUDANG OBAT R.
TUN
R. DAFTAR GG
PASIEN
U
R. PRAKTEK DOKTER SPESIALIS ANAK
L. NARKO
T. RACIKAN DAN PSIKO R.
TU
HY
KULKAS NG GI
GU
RAK OBAT O
SI