Tugas Kelompok Iii MK Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan
Tugas Kelompok Iii MK Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan
Tugas Kelompok Iii MK Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan
Oleh:
Kelompok III:
1. SUTIAH
2. NINTA NATALIA
5. HERAWATI DAMANIK
7. YULIANA
9. RIRI MUTIARI
MEDAN 2020
1. DEFENISI KODE ETIK PROFESI BIDAN
Kode Etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang
Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi adalah
suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam melayani
masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat
Kode Etik Bidan merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
suatu displin ilmu yang merupakan pernyataan komprehensif dari profesi bidan itu sendiri yang
harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas
Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional ( Rekernas ) IBI tahun 1991,kemudian disempurnakan
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang menuntut
keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya. Penetapan kode etik kebidanan
Kode etik kebidanan merupakn ciri profesi yang bersumber dari nilai – nilai internal dan
external suatu disiplin ilmu dan merupakan komperehensif suatu profesi yang memberikan
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu
progfesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode
kehormatan.
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam
bagi anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan sesama anggota profesi.
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga
Penerapannya :
1) Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah
ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku dengan penuh
2) Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada
siapa saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan
negara.
3) Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
4) Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan kesaksian
pengadilan
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
Penerapannya :
yanng hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah atau masyarakat
kurang mampu.
2) Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi
Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara
Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
Penerapannya :
1) Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban yang
2) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan
perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
3) Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi klien.
Penerapannya :
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada
yang dimilikinya.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
Penerapannya :
Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan harus
mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada kepentingan pribadinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
Penerapannya :
penyuluhan serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau PKMD atau
kepada ibu yang mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan diri di posyandu.
2) Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik BPM,
maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan
Penerapannya :
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
Penerapannya :
wewenangnya.
3) Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lebih
lengkap.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya
Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
Penerapannya :
sejawat yang berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas
2) Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, piknik
khitanan.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
Penerapannya :
1) Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada.
3) Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
Penerapannya :
4) Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Penerapannya :
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
Penerapannya :
4) Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan diri ke
dokter.
Penerapannya :
1) Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya
kebidanan khususnya.
5) Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan yang
jarang terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah
atau pusat.
6) Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan pertemuan
7) Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang lebih
8) Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam kesempatan
pertemuan rutin.
Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air (2 Butir)
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
Penerapannya :
anggota.
Indonesia.
Penerapannya :
1) Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal yang
2) Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat yang
Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga Dusun Gegeran,
janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat perangang oleh bidan
puskesmas. Kasus ini berkaitan dengan pelanggaran kode etik Bidan yang berkewajiban
terhadap tugasnya.
Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember Jawa Timur, seorang ibu
muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga korban
yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitannya, disebabkan kelalaian bidan yang
malpraktek ini ditangani Dinas Kesehatan Kota Jember. Hal ini melanggar kode etik bidan yang
Bidan Puskesmas Pembantu (Pustu) Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Kota
seorang bayi pasiennya meninggal dunia setelah diobati. Hal ini melanggar kode etik bidan
Kasus dugaan malpraktek kembali terjadi. Di Jember Jawa Timur, seorang ibu
muda mengalami luka robek di bagian anusnya, hingga tidak bisa buang air. Diduga korban
yang kini harus buang air besar melalui organ kewanitannya, disebabkan kelalaian bidan yang
Ibu muda berusia 22 tahun ini, menjadi korban dugaan malpraktek, usai menjalani proses
persalinan anak pertamanya, Irza Praditya Akbar, yang kini berusia 1 bulan. Hal ini melanggar
Seorang Bidan menelantarkan ibu yang akan bersalin di Kabupaten Sampang, Jawa Timur.
Sehingga ibu tersebut melahirkan di depan klinik Bidan tersebut. Alasan Bidan tersebut tidak
melayani pasiennya karena sedang sakit. Kasus ini merupakan kasus yang melanggar kode
etik bidan yang berkewajiban terhadap Klien dan Masyarakat. Seharusnya Bidan tidak
menelantarkan pasien tersebut, jika Bidan sedang sakit bisa minta tolong kepada sejawat
Kasus 6: Bidan menolong persalinan yang sudah KJDK (Kematian Janin Dalam
Kandungan)
selatan dikenakan sanksi kode etik pada kelahiran seorang Bayi. Diduga bayi sudah dalam
keadaan meninggal di dalam kandungan, namun kedua Bidan tetap menolong persalinan meski
sudah mengetahui hal tersebut. Hal ini melanggar kode etik bidan yang berkewajiban terhadap
tugasnya. Bidan harus tau sampai sejauh mana seorang Bidan dapat melakukan suatu
tindakan, jika sudah bukan ranah Bidan lagi sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
Kasus 7 : Keluarga terutama suami menolak untuk dirujuk ke rumah sakit dengan alasan
Di desa sukajaya ada seorang bidan yang sudah membuka praktik selama 1,5 tahun. Suatu
hari pada pukul 09.00 wib Ny.E datang ke bidan tsb, mengeluh keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir, dan merasa mules-mules sejak pukul.05.00 wib. Dan dari hasil pemeriksaan
dalam diketahui bahwa Ny.E sudah pembukaan 2, namun dari hasil anamnese diketahui
bahwa Ny.E sebelumnya telah melakukan pemeriksaan ke puskesmas dan di dapatkan hasil
bahwa protein urin (+), dan dari hasil pemeriksaan ttv diketahui bahwa tekanan darah Ny.R
140/100 serta terdapat bengkak pada muka dan kaki. Bidan mengetahui bahwa Ny.E
mengalami PEB, dan harus segera dirujuk ke RS, jika tidak akan membahayakan bagi ibu dan
janinnya. Bidan tidak mempunyai wewenang dalam membantu persalinan dengan PEB, karena
Namun, keluarga menolak untuk melakukan rujukan karena keadaan ekonomi yang tidak
memadai. Sehingga atas paksaan dari pasien bidan akhirnya membantu persalinan tsb, namun
persalinan berlangsung lama karena ibu tidak kuat meneran (mengalami sesak nafas) sehingga
janin lama di jalan lahir dan mengalami asfiksia berat sampai nyawanya tak tertolong lagi.
Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tersebut tidak bekerja secara
profesional dan dalam masyarakat pun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan
Seorang Ibu Primigravida dibantu oleh seorang bidan untuk bersalin. Proses persalinannya
telah lama karena lebih 24 jam bayi belum juga keluar dan keadaan ibu nya sudah mulai lemas
dan kelelahan karena sudah terlalu lama mengejan. Bidan tersebut tetap bersikukuh untuk
menolong persalinan Ibu tersebut karena takut kehilangan komisi, walaupun asisten bidan itu
mengingatkan untuk segera di rujuk saja. Setelah bayi keluar, terjadilah perdarahan pada ibu,
baru kemudian bidan merujuk ibu ke RS. Ketika di jalan, ibu tersebut sudah meninggal.
Kasus 9 :
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama satu
tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny ‘A’ usia kehamilan 38 minggu dengan
keluhan perutnya terasa kenceng kenceng dan terasa sakit sejak 5 jam yang lalu. Setelah
dilakukan VT, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang.
Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara
operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak
punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan
bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau
dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan
Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan
letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu
mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan
kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini.
Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga
untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak
bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga
menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam
masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat
Kasus 10 :
Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selamasatu tahun. Pada
suatu hari datang seorang klien bernama Ny „A‟ usia kehamilan 38 minggu dengan keluhan
perutnya terasa kenceng kenceng sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan VT, Didapatkan
hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan
Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak punya biaya
untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa
tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk
akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau
menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakinbisa berhasil
menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karenapengalaman bidan
dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan
berjalan dengan lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam
keadaan letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa,akhirnya bidan pun
menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan
sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayilahir ternyata bayi sudah
meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara
profesional dan dalam masyarakatpun juga tersebar bahwa bidantersebut dalam melakukan
Konflik keluarga terutama suami menolak untuk di rujuk ke Rumah sakit dan melahirkan secara