Laprak TPHP
Laprak TPHP
Laprak TPHP
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian)
Oleh:
Nama : Anysa Haryuningsari Dewi
NPM : 240110180084
Hari, Tanggal : Selasa, 22 September 2020
Waktu/Shift : 15.30-17.00 WIB/B2
Co. Ass : 1. Ana Nadiya Afinatul Fishi
2. Nunung Nurhaija Hudairiah
3. Rini Azharini
4. Zhaqqu Ilham Alhafidz
4.1 Hasil
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Kelompok 1
Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
1 Derajat Sosoh - 92,76 Min 95
2 Butir Utuh 27,69 55,38 Min 35
3 Butir Patah 8,7 17,4 Min 25
4 Butir Menir 9,71 19,44 Maks 2
Butir
5 2,75 5,5 Maks 3
Hijau/Mengapur
6 Butir Kuning/Rusak 0,83 1,66 Maks 3
7 Benda Asing 0,04 0,08 Maks 0.05
8 Gabah 0 0 Maks 2 butir
Total Bobot (gram) 50
1 13,4
2 A 12,4
3 12,5
Rata – Rata 12,76
1 11,9
2 B 11,8
3 12,2
Rata-Rata 11,97
4.2 Perhitungan
Rumus:
Ka1 + Ka2 + Ka3
Kadar air beras =
3
Massa total = massa butir utuh + massa butir patah +
massa butir menir + massa butir mengapur
Massa beras yang hilang = massa awal – total bobot
Ma−(butir mengapur+butir menguning+benda asing+gabah )
Derajat sosoh = x 100%
Ma
Berat
Persentase tiap butir = Massa awal x 100%
Rendemen:
benda asing+ggabah
a. Rendemen pembersih = x 100%
Massa awal
utuh +patah +hijau +kuning
b. Rendemen sortasi = x 100%
Massa awal
butir utuh +patah
c. Rendemen grading = x 100%
Massa awal
= 93,68%
5. Presentasi tiap butir
31,26
a. Utuh = x 100% = 62,52%
50
11,45
b. Patah = x 100% = 22,9%
50
3,92
c. Menir = x 100% = 78,4%
50
2,72
d. Mengapur = x 100% = 5,44%
50
0,44
e. Menguning = x 100% = 0,88%
50
f. Bendang asing = 0%
g. Gabah = 0%
6. Rendemen pembersihan = 0%
31 ,26+11,45+2,72+0,44
7. Rendemen sortasi = x 100% = 91,74%
50
31 ,26+11,45
8. Rendemen grading = x 100% = 85,42%
50
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mempelajari dan melakukan sortasi dan grading terhadap
dua jenis beras. Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan bahan hasil pertanian
dari kontaminasi yang bersifat mengganggu. Selain itu, bertujuan juga untuk
menghitung persentase fraksi kualitas yang telah ditetapkan dan
membandingkannya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil dari
perbandingan tersebut dapat menunjukkan kualitas dari masing-masing jenis beras
sehingga dapat menilai jenis beras mana yang memiliki kualitas yang lebih baik.
Kualitas ini nantinya dijadikan acuan untuk menetapkan nilai komersilnya.
Berdasarkan data yang didapatkan pada setiap kelompok, derajat sosoh yang
didapatkan yaitu 92,76% ; 90,1% ; 90,02% ; 93,68% ; dan 94,96%. Apabila
mengacu pada SNI yang memiliki nilai minimal derajat sosoh yaitu 95%, maka
yang mendekati pada standar yaitu nilai derajat sosoh beras pada kelompok 5
sebesar 94,96% tetapi nilai derajat sosoh pada kelompok 5 belum memenuhi nilai
minimal dari SNI. Semakin mendekati 100% pada nilai derajat sosoh maka kualitas
beras akan semakin baik dan dikategotikan sebagai beras premium, begitu
sebaliknya, semakin kurang dari nilai 95% maka akan tergolong pada beras
medium. Maka kualitas dari beras kelima kelompok masih tergolong pada beras
medium belum masuk kegolongan beras premium.
Percobaan selanjutnya pada setiap kelompok yaitu melakukan sortasi dan
grading pada beras yang bertujuan untuk menghitung peresentasi fraksi kualitas
beras pada masing-masing kelompok. Peresentasi fraksi kualitas pada beras
diantaranya peresentase butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau/mengap ur,
butir kuning/rusak, benda asing dan gabah Pada kelompok 1 memiliki peresentase
fraksi kualitas sebesar 55,38%; 17,4%; 19,44%; 5,5%; 1,66%; 0,08%; dan 0.
Kelompok 2 memiliki peresentase fraksi kualitas sebesar 56,92%; 22,44%; 10,74%;
7,92%; 1,8%; 0,18%; dan 0. Kelompok 3 memiliki peresentase fraksi kualitas
sebesar 5,63%; 54,35%; 29,92%; 7,806%; 2,31%; 0 dan 0. Kelompok 4 memilik i
peresentase fraksi kualitas sebesar 62,52%; 22,9%; 78,4%; 5,44%; 0,88%; 0 dan 0.
Kelompok 5 memiliki peresentase fraksi kualitas sebesar 66,9%; 12,64%; 15,08%;
4,1%; 0,94%; 0 dan 0. Persentase benda asing dan gabah pada masing- mas ing
kelompok berbeda-beda, tetapi pada kelompok 1 dan 2 persentase melebihi dari
batas SNI. Nilai ini mengindikasikan bahwa proses pembersihan yang dilakukan
sebelumnya belum dikatakan dengan baik, karena nilai kontaminannya masih
belum 0%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa beras pada kelima
kelompok memiliki persentase fraksi kualitas yang tidak sesuai dengan SNI
sehingga dapat disimpulkan kualitasnya tergolong medium.
Percobaan selanjutnya yaitu percobaan kadar air pada jenis beras A dan jenis
beras B. Jenis beras A memiliki kadar air rata-rata sebesar 12,76%, sedangkan pada
jenis beras B memiliki kadar air beras rata-rata 11,97%. Kadar air pada kedua jenis
beras tersebut masih berada dalam standar karena standar kadar air yang ditetapkan
oleh SNI sebesar 14%. Kualitas pada jenis beras B lebih baik dari pada jenis beras
A dalam segi kadar air, karena semakin sedikit kadar airnya makka resiko beras
patah akan semakin kecil. Maka dari itu kualitas beras B yaitu tergolong premium
dan beras B tergolong medium.
Pemisahan yang dilakukan menghasilkan nilai rendemen dan besarnya nila i
rendemen pembersihan dipengaruhi oleh mutu dan kadar air gabah sebelum
digiling. Gabah atau padi yang siap digiling harus memenuhi persyaratan yaitu
memiliki kadar air maksimal 14% dengan tujuan agar beras yang dihasilkan tidak
belah dua. Gabah yang akan digiling jika mempunyai kadar air yang optimum maka
akan diperoleh rendemen dan mutu beras giling yang baik, maka proses
pengeringan akan sangat berpengaruh terhadap proses selanjutnya. Sedangkan
rendemen sortasi dan grading dipengaruhi oleh berat dari beras utuh, patah, hijau,
kuning, dan masa awal. Semakinn besar persentase rendemen maka kualitas beras
akan semakin baik Pengendalian mutu merupakan hal penting yang dilakukan agar
bahan hasil pertanian dan hasil olahannya tetap berada pada taraf tertentu dan
berada dalam batas toleransi yang masih diterima konsumen.
Beras yang beredar dipasaran belum tentu memenuhi standar SNI walaupun
beras tersebut sudah mengalami proses pembersihan, sortasi, grading, dan memilik i
label SNI. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya situasi dan kondisi
penyimpanan, penangan pasca panen, proses distribusi, kemampuan dan kondisi
mesin, dan lain-lain. Proses sortasi yang dilakukan dengan manual dan mesin
memiliki perbedaan hasil karena banyak faktor yang mempengaruhi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan kali ini adalah :
1. Sortasi dan grading dilakukan untuk memisahkan beras sesuai dengan fraksi
kualitasnya;
2. Kualitas pada jenis beras B lebih baik dari pada jenis beras A dalam segi
kadar air, karena memiliki kadar air yang lebih sedikit.
3. Semakin sedikit kadar airnya makka resiko beras patah akan semakin kecil
sehingga menjadi penentu golongan kualitas beras;
4. Berdasarkan beberapa fraksi kualitas yang ada, beras pada setiap kelompok
memiliki kualitas medium karena masih ada beberapa fraksi kualitas yang
tidak memenuhi standar SNI;
5. Persentase dari fraksi kualitas ini akan dipakai untuk menentukan nilai
komersil beras;
6. Semakinn besar persentase rendemen maka kualitas beras akan semakin
baik; dan
7. Faktor yang membuat beras tidak memenuhi SNI diantaranya situasi dan
kondisi penyimpanan, penangan pasca panen, proses distribusi, kemampua n
dan kondisi mesin, dan lain-lain.
6.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini yaitu bahan yang digunakan untuk praktikum
jumlahnya lebih dari satu jenis agar bisa membandingkan cara pernyortir dan
penggradingnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2017. Workshop Perumusan SNI : Bedah SNI Produk
Unggulan Daerah. Badan Standarisasi dalam bsn.go.id ( Diakses pada 28
September 2020)
Hapsari, M. D. Y. 2015. Variasi Proses dan Grade Apel (Malus Sylvestris Mill)
pada Pengolahan Minuman Sari Buah Apel. Jurnal Pangan dan Agroindus tr i
Vol. 3, No. 3.
Kementrian Pertanian. 2017. Kenali Karakter Beras Premium dan Medium. Badan
Litbang Pertanian dalam litbang.pertanian.go.id (Diakses pada 20 September
2019).
Setiawan, Budi. 2014. Uji Kinerja Mesin Sortasi Jeruk Sistem Rotasi untuk
Penyortiran Jeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa). Jurnal
Rona Teknik Pertanian, Vol. 7, No. 2
LAMPIRAN
Dokumentasi Pribadi