Laprak TPHP

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

Nilai:

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian)

Oleh:
Nama : Anysa Haryuningsari Dewi
NPM : 240110180084
Hari, Tanggal : Selasa, 22 September 2020
Waktu/Shift : 15.30-17.00 WIB/B2
Co. Ass : 1. Ana Nadiya Afinatul Fishi
2. Nunung Nurhaija Hudairiah
3. Rini Azharini
4. Zhaqqu Ilham Alhafidz

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertanian merupakan pengupayaan dalam mengolah bahan hasil
pertanian baik berupa nabati maupun hewani dengan berbagai bentuk perubahan
fisik, biologis dan kimia oleh budidaya manusia yang dibantu oleh alat untuk
menghasilkan produk yang berilai ekonomis sehingga mendapatkan keuntunga n.
Bahan hasil pertanian yang telah dipanen akan mendapatkan perlakuan pascapanen,
baik berupa pengilahan secara langsung untuk menjadi produk olahan atau
langsung dapat dipasarkan, maupun disimpan terlebih dahulu sebelum melakukan
pengolahan. Proses ini dilakuan untuk meningkatkan mutu bahan sesuai dengan
standar yang ada. Bahan hasil pertanian yang disimpan terlebih dahulu sebelum
diolah menjadi produk olahan kemungkinan akan mengalami kerusakan karena
proses penyimpanann yang kurang baik. Oleh karena itu, sebelum disimpan bahan
hasil pertanian sebaiknya disortir dan dipisahkan sesuai gradenya agar ditentukan
metode penyimpanan yang baik untuk bahan tersebut.
Mutu dalam bahan hasil pertanian dapat berubah atau mengalami penuruna n.
Pengendalian mutu merupakan upaya agar bahan hasil pertanian dan hasil
olahannya tetap berada pada taraf tertentu dan berada dalam batas toleransi yang
masih dapat konsumen. Berdasarkan alasan yang telah dijelaskan, maka sangat
diperlukan proses pengendalian mutu bahan hasil pertanian. Ada beberapa metode
yang dapat dilakukan seperti melakukan pembersihan, sortasi dan grading. Ketiga
kegiatan pasca panen tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan bahan
dari benda asing yang tidak diperlukan sekaligus mengelompokkan sesuai dengan
fraksi kualitas yang ada. Fraksi kualitas ini meliputi berat jenis, ukuran, bentuk,
warna, tingkat kematangan, kadar air hingga kerusakan bahan. Dalam
pengelompokan ini dimaksudkan untuk memberikan kualitas yang lebih baik dan
berseragam sehingga bisa memberikan standarisasi dan perbaikan bahan. Hal
tersebut, praktikum kali ini sangat baik untuk dilakukan agar praktikan dapat belajar
mengetahui dan meningkatkan mutu hasil pertanian.
1.2 Tujuan Praktikum:
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil pertanian;
dan
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji kelas
kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang tak tampak
(invisible damager), bahan asing (foreign materials), dan keretakan (sound
grain and crack).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sortasi (Sorting)


Sortasi juga memiliki arti sebagai kegiatan pemisahan bahan yang sudah
dibersihkan ke dalam berbagai kelas kualitas untuk memperoleh derajat
keseragaman yang merata. Pemisahan yang dilakukan mengacu pada karakteristik
fisika, kimiawi dan biologis. Karakteristik fisika yang dilihat mengacu pada kadar
air, bentuk, ukuran, berat jenis, tekstur, warna dan keberadaan benda asing.
Karakteristik kimiawi yang dilihat mengacu pada komposisi bahan, bau dan rasa.
Karakteristik biologis yang dilihat mengacu pada jumlah kerusakan yang terjadi
akibat serangga, keberadaan mikroba dan daya tumbuh bahan tersebut. Sortasi
dapat dilakukan secara manual maupun mekanis dengan bantuan mesin. Secara
manual parameter yang dipertimbangkan adalah warna, tingkat kerusakan, ukuran
dan berat, sedangkan secara mekanik hanya mempertimbangkan ukuran dan berat
(Setiawan, 2014).

2.2 Pengelompokkan (Grading)


Grading merupakan kegiatan pengelompokkan sesuai kelasnya (grade). Hal
ini dilakukan untuk menjamin mutu bahan hasil pertanian sesuai permintaa n
konsumen. Grading yang dilakukan akan mempengaruhi nilai komersil bahan
pertanian karena pengelompokkan tersebut akan menempatkan bahan sesuai
dengan standarisasi yang ada. Karakteristik bahan yang berperan dalam proses
grading antara lain : (Hapsari, 2015)
a. Kerusakan bahan kecil (bahan dengan tingkat kerusakan tinggi, terlebih
kerusakan biologis seperti oleh mikroorganisme, tidak bisa digunakan untuk
proses pengolahan); dan
b. Aseptabilitas bahan tinggi (kenampakan dari bahan seperti warna, bentuk,
dan ukuran biasanya memengaruhi daya terima bahan oleh konsumen).
2.3 Beras
Beras merupakan bahan pangan utama yang paling banyak dikonsumsi oleh
mayoritas masyarakat di Indonesia. Beras yang merupakan komoditas utama
pertanian memiliki karakteristik yang beragam. Beras pecah kulit mengandung
energi 335 Kkal, protein 7,4 gram, karbohidrat 76,2 gram, lemak 1,9 gram, kalsium
12 miligram, fosfor 290 miligram dan zat besi 2 miligram serta vitamin B1 0,32
miligram. SNI 6128-2015 mensyaratkan kelas mutu beras medium I mengandung
beras kepala minimal 78% dan beras patah maksimal 20% dengan derajat sosoh
95% dan kadar air beras maksimal 14%. Semakin turun kelas mutu beras ke medium
II dan medium III, maka semakin turun pula pesyaratan persentasi beras kepala dan
derajat sosoh (Kementrian Pertanian, 2017).

2.4 Syarat Mutu Beras

Tabel 1. Syarat Mutu Beras


(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2017)

2.5 Kadar Air


Kadar air adalah jumlah kandungan air didalam butir beras yang dinyataka n
dalan satuan persen dari berat beras yang mengandung air tersebut (berat basah).
Kadar air pada beras merupakan faktor mutu utama karena menentukan masa
simpan beras. Kadar air penting dlm standar beras karena menentukan kondisi kritis
dimana mikroorganisme dpt tumbuh dan merusak beras. Dalam SNI beras, kadar
air harus < 14% untuk mutu premium, medium 1 dan 2, sedangkan medium 3
dipersyaratkan < 15%. Kadar air diukur dgn menggunakan “air oven method”. Bila
% kadar air beras tidak memenuhi persyaratan SNI maka kemungkinan perbaikan
dapat dilakukan di tahapan pemanenan, pengeringan dan/atau penyimpa na n
gabah/beras (Badan Standarisasi Nasional, 2017).

2.6 Derajat Sosoh


Derajat sosoh adalah tingkat terlepasnya lapisan perikarp, testa, aleuron dan
lembaga dari butir beras pecah kulit. Dalam standar mutu beras, derajat sosoh hanya
diperbolehkan minimum 80%. Tidak boleh lebih kecil dari 80%. Derajat sosoh 0%
adalah beras yang tidak disosoh sama sekali sedangkan derajat sosoh 100% adalah
penyosohan yang melepas seluruh lapisan perikarp, testa, aleuron dan lembaga dari
butir beras pecah kulit. Derajat sosoh dihitung dengan metoda pewarnaan dengan
methylen blue (metode kualitatif). Derajat sosoh dipersyaratkan dalam beras karena
menentukan tingkat putihnya warna beras, penampakan yang memang disukai
konsumen untuk beras sosoh. Tahapan penyosohan menentukan derajat sosoh beras
(Badan Standarisasi Nasional, 2017).

2.7 Butir Patah


Butir patah adalah butir beras denan ukuran > 0.2 sampai < 0.8 bagian dari
butir beras utuh, yaitu ukuran antara beras kepala dan menir. Kandungan butir patah
menunjukkan ketidak utuhan beras, beras terlihat seperti hancur. Dalam SNI, butir
patah disyaratkan tidak boleh lebih dari 5% untuk mutu premium serta 20%, 25%
dan 35% masing masing untuk mutu medium I, II dan III. Pengukuran kadar beras
kepala dilakukan secara manual. Bila persentase beras kepala tidak memenuhi
persyaratan standar maka kemungkinan perbaikan dapat dilakukan di tahapan
pemanenan, perontokan, pengeringan, penggilingan, storage gabah, penggilinga n
dan/atau penyosohan (Badan Standarisasi Nasional, 2017).

2.8 Butir Menir


Butir menir adalah butir beras dengan ukuran < 0.2 bagian butir beras utuh,
yaitu ukuran butiran beras yang lebih kecil dari ukuran butir patah. Kandungan
menir menunjukkan ketidak utuhan beras, beras terlihat seperti sangat hancur.
Dalam SNI, menir disyaratkan tidak boleh ada butir patah (0%) untuk mutu
premium serta 2%, 2% dan 5% masing masing untuk mutu medium I, II dan III.
Pengukuran menir dilakukan secara manual. Bila persentase beras kepala tidak
memenuhi persyaratan standar (terlalu banyak menir) maka kemungk ina n
perbaikan dapat dilakukan di tahapan pemanenan, perontokan, pengeringa n,
penggilingan, storage gabah, penggilingan dan/atau penyosohan (Badan
Standarisasi Nasional, 2017).

2.9 Rendemen Padi


Rendemen padi adalah persentase dari berat beras yang dihasilkan dari
penggilingan gabah atau padi yang digiling. Gabah atau padi siap giling haruslah
memenuhi persyaratan yaitu kadar air maksimal 14% dengan tujuan agar beras yang
dihasilkan tidak belah dua. Mutu gabah dan kadar air gabah sebelum digiling dapat
mempengaruhi rendemen dan mutu beras giling yang dihasilkan. Gabah yang akan
digiling jika mempunyai kadar air yang optimum maka akan diperoleh rendemen
dan mutu beras giling yang baik pula. Oleh sebab itu perlu adanya pengeringa n
gabah yang tepat hingga mencapai kadar air optimum tersebut (BPTP Belitung,
2019).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis, untuk mencatat hasil yang didapatkan dari percobaan;
2. Moisture tester, untuk mengetahui kadar air bahan;
3. Timbangan, untuk mengukur massa bahan; dan
4. Wadah, untuk menampung bahan.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Beras jenis A dan B, untuk dilakukan pemisahan sesuai kategori yang
ditentukan.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum;
2. Mengukur kadar air beras dengan moisture tester;
3. Menimbang massa berat seberat 50 gr;
4. Memisahkan beras ke dalam beberapa pengamatan diantaranya derajat sosoh,
butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau/mengapur, butir kuning/rus ak,
benda asing dan gabah;
5. Menimbang berat beras dari masing- masing pengamatan;
6. Mencatat hasil penimbangan;
7. Melakukan perhitungan kadar air beras menggunakan rumus:
𝐾𝑎1 + 𝐾𝑎2 + 𝐾𝑎3
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠 = … (1)
3
8. Melakukan perhitungan massa total menggunakan rumus:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑢𝑡𝑢ℎ + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑡𝑎ℎ
+ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑟 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑢𝑟
+ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑛𝑔 + 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔
+ 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ … (2)
9. Melakukan perhitungan massa beras yang hilang menggunakan rumus:
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 … (3)
10. Melakukan perhitungan derajat sosoh menggunakan rumus:
𝐷𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑠𝑜ℎ
𝑀𝑎 − (𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑢𝑟 + 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔 + 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 + 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ)
= 𝑥 100% … (4)
Ma
Dimana Ma = Massa Awal
11. Melakukan perhitungan persentase tiap butir menggunakan rumus;
Berat
Persentase tiap butir = Massa awal x 100%

12. Melakukan perhitungan rendemen pembersihan menggunakan rumus;


benda asing+ggabah
Rendemen pembersih = x 100%
Massa awal

13. Melakukan perhitungan rendemen sortasi menggukan rumus;


utuh +patah +hijau +kuning
Rendemen sortasi = x 100%
Massa awal

14. Melakukan perhitungan rendemen grading menggunakan rumus;


butir utuh +patah
Rendemen grading = x 100%
Massa awal

15. Mencatat hasil perhitungan dan memasukkannya


BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Kelompok 1
Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
1 Derajat Sosoh - 92,76 Min 95
2 Butir Utuh 27,69 55,38 Min 35
3 Butir Patah 8,7 17,4 Min 25
4 Butir Menir 9,71 19,44 Maks 2
Butir
5 2,75 5,5 Maks 3
Hijau/Mengapur
6 Butir Kuning/Rusak 0,83 1,66 Maks 3
7 Benda Asing 0,04 0,08 Maks 0.05
8 Gabah 0 0 Maks 2 butir
Total Bobot (gram) 50

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Kelompok 2


Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
1 Derajat Sosoh - 90,1 Min 95
2 Butir Utuh 28,46 56,92 Min 35
3 Butir Patah 11,22 22,44 Min 25
4 Butir Menir 5,37 10,74 Maks 2
Butir
5 3,96 7,92 Maks 3
Hijau/Mengapur
6 Butir Kuning/Rusak 0,9 1,8 Maks 3
7 Benda Asing 0,09 0,18 Maks 0.05
8 Gabah 0 0 Maks 2 butir
Total Bobot (gram) 50
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Kelompok 3
Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
1 Derajat Sosoh - 90,02 Min 95
2 Butir Utuh 2,78 5,63 Min 35
3 Butir Patah 26,81 54,35 Min 25
4 Butir Menir 14,76 29,92 Maks 2
Butir
5 3,85 7,806 Maks 3
Hijau/Mengapur
6 Butir Kuning/Rusak 1,14 2,31 Maks 3
7 Benda Asing 0 0 Maks 0.05
8 Gabah 0 0 Maks 2 butir
Total Bobot (gram) 49,34

Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Kelompok 4


Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
1 Derajat Sosoh - 93,68 Min 95
2 Butir Utuh 31,26 62,52 Min 35
3 Butir Patah 11,45 22,9 Min 25
4 Butir Menir 3,92 78,4 Maks 2
Butir
5 2,72 5,44 Maks 3
Hijau/Mengapur
6 Butir Kuning/Rusak 0,44 0,88 Maks 3
7 Benda Asing 0 0 Maks 0.05
8 Gabah 0 0 Maks 2 butir
Total Bobot (gram) 49,79

Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Kelompok 5


Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
1 Derajat Sosoh - 94,96 Min 95
Bobot (x10-3 Persentase Bobot Standar SNI
No Pengamatan
kg) (%) (%)
2 Butir Utuh 33,45 66,9 Min 35
3 Butir Patah 6,32 12,64 Min 25
4 Butir Menir 7,45 15,08 Maks 2
Butir
5 2,05 4,1 Maks 3
Hijau/Mengapur
6 Butir Kuning/Rusak 0,47 0,94 Maks 3
7 Benda Asing 0 0 Maks 0.05
8 Gabah 0 0 Maks 2 butir
Total Bobot (gram) 49,83

Tabel 7. Data Kadar Air Beras A

No Beras Nilai Kadar Air (%)

1 13,4
2 A 12,4
3 12,5
Rata – Rata 12,76

Tabel 8. Data Kadar Air Beras B

No Beras Nilai Kadar Air (%)

1 11,9
2 B 11,8
3 12,2
Rata-Rata 11,97

4.2 Perhitungan
Rumus:
Ka1 + Ka2 + Ka3
Kadar air beras =
3
Massa total = massa butir utuh + massa butir patah +
massa butir menir + massa butir mengapur
Massa beras yang hilang = massa awal – total bobot
Ma−(butir mengapur+butir menguning+benda asing+gabah )
Derajat sosoh = x 100%
Ma
Berat
Persentase tiap butir = Massa awal x 100%

Rendemen:
benda asing+ggabah
a. Rendemen pembersih = x 100%
Massa awal
utuh +patah +hijau +kuning
b. Rendemen sortasi = x 100%
Massa awal
butir utuh +patah
c. Rendemen grading = x 100%
Massa awal

4.2.1 Perhitungan Hasil Praktikum


11,9+11,8+12,2
1. Kadar Air Beras = = 11,96%
3

2. Massa total = 31,26 + 11,45 + 3,92 + 2,72 + 0,44 = 49,79 gr


3. Massa beras yang hilang = 50 – 49,79 = 0.21 gr
50−(2,72+0,44)
4. Derajat sosoh = x 100%
50

= 93,68%
5. Presentasi tiap butir
31,26
a. Utuh = x 100% = 62,52%
50
11,45
b. Patah = x 100% = 22,9%
50
3,92
c. Menir = x 100% = 78,4%
50
2,72
d. Mengapur = x 100% = 5,44%
50
0,44
e. Menguning = x 100% = 0,88%
50

f. Bendang asing = 0%
g. Gabah = 0%
6. Rendemen pembersihan = 0%
31 ,26+11,45+2,72+0,44
7. Rendemen sortasi = x 100% = 91,74%
50
31 ,26+11,45
8. Rendemen grading = x 100% = 85,42%
50
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mempelajari dan melakukan sortasi dan grading terhadap
dua jenis beras. Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan bahan hasil pertanian
dari kontaminasi yang bersifat mengganggu. Selain itu, bertujuan juga untuk
menghitung persentase fraksi kualitas yang telah ditetapkan dan
membandingkannya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil dari
perbandingan tersebut dapat menunjukkan kualitas dari masing-masing jenis beras
sehingga dapat menilai jenis beras mana yang memiliki kualitas yang lebih baik.
Kualitas ini nantinya dijadikan acuan untuk menetapkan nilai komersilnya.
Berdasarkan data yang didapatkan pada setiap kelompok, derajat sosoh yang
didapatkan yaitu 92,76% ; 90,1% ; 90,02% ; 93,68% ; dan 94,96%. Apabila
mengacu pada SNI yang memiliki nilai minimal derajat sosoh yaitu 95%, maka
yang mendekati pada standar yaitu nilai derajat sosoh beras pada kelompok 5
sebesar 94,96% tetapi nilai derajat sosoh pada kelompok 5 belum memenuhi nilai
minimal dari SNI. Semakin mendekati 100% pada nilai derajat sosoh maka kualitas
beras akan semakin baik dan dikategotikan sebagai beras premium, begitu
sebaliknya, semakin kurang dari nilai 95% maka akan tergolong pada beras
medium. Maka kualitas dari beras kelima kelompok masih tergolong pada beras
medium belum masuk kegolongan beras premium.
Percobaan selanjutnya pada setiap kelompok yaitu melakukan sortasi dan
grading pada beras yang bertujuan untuk menghitung peresentasi fraksi kualitas
beras pada masing-masing kelompok. Peresentasi fraksi kualitas pada beras
diantaranya peresentase butir utuh, butir patah, butir menir, butir hijau/mengap ur,
butir kuning/rusak, benda asing dan gabah Pada kelompok 1 memiliki peresentase
fraksi kualitas sebesar 55,38%; 17,4%; 19,44%; 5,5%; 1,66%; 0,08%; dan 0.
Kelompok 2 memiliki peresentase fraksi kualitas sebesar 56,92%; 22,44%; 10,74%;
7,92%; 1,8%; 0,18%; dan 0. Kelompok 3 memiliki peresentase fraksi kualitas
sebesar 5,63%; 54,35%; 29,92%; 7,806%; 2,31%; 0 dan 0. Kelompok 4 memilik i
peresentase fraksi kualitas sebesar 62,52%; 22,9%; 78,4%; 5,44%; 0,88%; 0 dan 0.
Kelompok 5 memiliki peresentase fraksi kualitas sebesar 66,9%; 12,64%; 15,08%;
4,1%; 0,94%; 0 dan 0. Persentase benda asing dan gabah pada masing- mas ing
kelompok berbeda-beda, tetapi pada kelompok 1 dan 2 persentase melebihi dari
batas SNI. Nilai ini mengindikasikan bahwa proses pembersihan yang dilakukan
sebelumnya belum dikatakan dengan baik, karena nilai kontaminannya masih
belum 0%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa beras pada kelima
kelompok memiliki persentase fraksi kualitas yang tidak sesuai dengan SNI
sehingga dapat disimpulkan kualitasnya tergolong medium.
Percobaan selanjutnya yaitu percobaan kadar air pada jenis beras A dan jenis
beras B. Jenis beras A memiliki kadar air rata-rata sebesar 12,76%, sedangkan pada
jenis beras B memiliki kadar air beras rata-rata 11,97%. Kadar air pada kedua jenis
beras tersebut masih berada dalam standar karena standar kadar air yang ditetapkan
oleh SNI sebesar 14%. Kualitas pada jenis beras B lebih baik dari pada jenis beras
A dalam segi kadar air, karena semakin sedikit kadar airnya makka resiko beras
patah akan semakin kecil. Maka dari itu kualitas beras B yaitu tergolong premium
dan beras B tergolong medium.
Pemisahan yang dilakukan menghasilkan nilai rendemen dan besarnya nila i
rendemen pembersihan dipengaruhi oleh mutu dan kadar air gabah sebelum
digiling. Gabah atau padi yang siap digiling harus memenuhi persyaratan yaitu
memiliki kadar air maksimal 14% dengan tujuan agar beras yang dihasilkan tidak
belah dua. Gabah yang akan digiling jika mempunyai kadar air yang optimum maka
akan diperoleh rendemen dan mutu beras giling yang baik, maka proses
pengeringan akan sangat berpengaruh terhadap proses selanjutnya. Sedangkan
rendemen sortasi dan grading dipengaruhi oleh berat dari beras utuh, patah, hijau,
kuning, dan masa awal. Semakinn besar persentase rendemen maka kualitas beras
akan semakin baik Pengendalian mutu merupakan hal penting yang dilakukan agar
bahan hasil pertanian dan hasil olahannya tetap berada pada taraf tertentu dan
berada dalam batas toleransi yang masih diterima konsumen.
Beras yang beredar dipasaran belum tentu memenuhi standar SNI walaupun
beras tersebut sudah mengalami proses pembersihan, sortasi, grading, dan memilik i
label SNI. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya situasi dan kondisi
penyimpanan, penangan pasca panen, proses distribusi, kemampuan dan kondisi
mesin, dan lain-lain. Proses sortasi yang dilakukan dengan manual dan mesin
memiliki perbedaan hasil karena banyak faktor yang mempengaruhi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan kali ini adalah :
1. Sortasi dan grading dilakukan untuk memisahkan beras sesuai dengan fraksi
kualitasnya;
2. Kualitas pada jenis beras B lebih baik dari pada jenis beras A dalam segi
kadar air, karena memiliki kadar air yang lebih sedikit.
3. Semakin sedikit kadar airnya makka resiko beras patah akan semakin kecil
sehingga menjadi penentu golongan kualitas beras;
4. Berdasarkan beberapa fraksi kualitas yang ada, beras pada setiap kelompok
memiliki kualitas medium karena masih ada beberapa fraksi kualitas yang
tidak memenuhi standar SNI;
5. Persentase dari fraksi kualitas ini akan dipakai untuk menentukan nilai
komersil beras;
6. Semakinn besar persentase rendemen maka kualitas beras akan semakin
baik; dan
7. Faktor yang membuat beras tidak memenuhi SNI diantaranya situasi dan
kondisi penyimpanan, penangan pasca panen, proses distribusi, kemampua n
dan kondisi mesin, dan lain-lain.

6.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini yaitu bahan yang digunakan untuk praktikum
jumlahnya lebih dari satu jenis agar bisa membandingkan cara pernyortir dan
penggradingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2017. Workshop Perumusan SNI : Bedah SNI Produk
Unggulan Daerah. Badan Standarisasi dalam bsn.go.id ( Diakses pada 28
September 2020)

BPTP Belitung. 2019. Pentingnya Melakukan Pengukuran Kadar Air Gabah.


Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Bangka Belitung dalam
babel.litbang.pertanian.go.id (Diakses pada 20 September 2019).

Hapsari, M. D. Y. 2015. Variasi Proses dan Grade Apel (Malus Sylvestris Mill)
pada Pengolahan Minuman Sari Buah Apel. Jurnal Pangan dan Agroindus tr i
Vol. 3, No. 3.

Kementrian Pertanian. 2017. Kenali Karakter Beras Premium dan Medium. Badan
Litbang Pertanian dalam litbang.pertanian.go.id (Diakses pada 20 September
2019).

Setiawan, Budi. 2014. Uji Kinerja Mesin Sortasi Jeruk Sistem Rotasi untuk
Penyortiran Jeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var. microcarpa). Jurnal
Rona Teknik Pertanian, Vol. 7, No. 2
LAMPIRAN

Dokumentasi Pribadi

Gambar 1. Butir beras di dalam 3 tutup botol aqua

Gambar 2. Butir beras menir


Gambar 3. Butir beras patah

Gambar 4. Butir beras utuh


Gambar 5. Butir beras kuning

Gambar 6. Butir beras mengapur

Anda mungkin juga menyukai