Penkes VCT

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PRE PLANNING PENKES VCT

Disusun Oleh:

1. Meri Mardiana (18012328)


2. Mira Sisilawati (18012329)
3. Niken Kusuma Wardani (18012331)
4. Novi Kurniasari (18012334)
5. Hesti Feronika (18012339)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI

TA 2019/2020
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN DEMONSTRASI

VCT

A. Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Artinya bahwa HIV berbeda dengan AIDS tetapi HIV
memungkinkan untuk menjadi pencetus terjadinya AIDS. Sampai saat ini masih
ditemukan beberapa kontraversi tentang ketepatan mekanisme perusakan sistem imun
oleh HIV.1
Di seluruh dunia pada tahun 2013 didapatkan 35 juta orang hidup dengan HIV
yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia kurang 15 tahun. Jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000
anak berusia kurang 15 tahun.2
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2016, HIV-
AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesai.
Dari 1 Oktober sampai dengan 31 Desember 2016 jumlah infeksi HIV di Indonesia
yang dilaporkan sebanyak 41250 orang dan AIDS sebanyak 7491. Presentase infeksi
tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69.7%), diikuti kelompok
umur 20-24 tahun (16.6%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (7.2%). Rasio HIV antara
laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Presentase faktor resiko HIV tertinggi adalah
hubungan seks berisiko pada heteroseksual (47%), LSL (25%), lain-lain (25%) dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (3%).3
VCT (Voluntary Counseling and Testing) adalah tanya jawab rahasia dan
terbuka antara klien dengan konselor tentang HIV/AIDS. VCT merupakan pintu
masuk untuk perawatan dan pengobatan HIV/AIDS. Dengan mengetahui status HIV
lebih dini maka akan lebih memungkinkan untuk melakukan pemanfaatan pelayanan
terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan serta pengobatan untuk HIV.
Pelayanan ini dapat dilakukan di sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, yang
dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat. Dalam akselerasi upaya
VCT, pemerintah, praktisi kesehatan, LSM, serta elemen lainnya harus bekerjasama
dalam peningkatan akses pendanaan, perencanaan yang mapan dan penataan
manajemen program untuk mempercepat langkah global penanggulangan HIV/AIDS
jangka panjang.4
Salah satu penularan penyebaran HIV ini adalah melalui hubungan seks yang tidak
aman. Dimana Sunan Kuning merupakan salah satu tempat lokalisasi yang ada di
Indonesia. Sunan Kuning memiliki program khusus yang bersifat wajib berupa
pemeriksaan tes HIV yaitu VCT yang wajib dilakukan oleh setiap WPS setiap 3 bulan
sekali. Proses kegiatan pemeriksaan dilakukan di tempat pelayananan kesehatan
khusus yang ada di dalam komplek Sunan Kuning. Dalam hal VCT tempat ini
mewajibkan setiap WPS melakukan VCT yang bertujuan untuk mendeteksi dini
individu yang terinfeksi HIV di lokalisasi Sunan Kuning. Tes ini merupakan tes yang
dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan pada seorang individu. Dengan
mengetahui status HIV lebih dini maka akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pemanfaatan pelayanan terkait.

B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum

Mengetahui pelaksanaan program serta manfaat dari kegiatan VCT untuk


menurunkan angka penularan maupun kematian akibat HIV/AIDS melalui sistem
pendeteksian dini.

2. Tujuan instruksional Khusus


a. Melakukan wawancara dengan konselor maupun tim kesehatan VCT untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
b. Mengamati prosedur pelaksanaan kegiatan VCT di Sunan Kuning.
c. Mengetahui cara edukasi kepada WPS mengenai pencegahan HIV/AIDS di
Sunan Kuning.
d. Mengetahui masalah atau kendala yang diperoleh selama program kerja dan
pelayanan VCT.
C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Taanya Jawab

D. Sasaran dan Targed

Sasaran dan targed pada kegiatan pada kegiatan pendidikan kesehatan dan
demonstrasi tentang VCT adalah :

Sasaran : Warga Desa setempat

E. Strategi Pelaksanaan

Kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi tentang VCT akan dilaksakan


pada :

Hari dan tanggal : Kamis, 11 Juni 2020

Waktu : 09 : 00 - selesai

Tempat : Pendopo Kabupaten Grobogan

F. Media dan Alat Bantu

Media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi


tentang VCT berupa :

1. Laptop
2. LCD
3. Lefleat
4. Lembar Balik
G. Setting Tempat

Keterangan :

: moderator

: Penyaji

: Media

: Fasilitator

: Audien

H. Pengorganisasian dan Susunan Kegiatan


1. Pengorganisasian
a. Penyaji : menyampaikan pendidikan kesehatan mengenai VCT
b. Moderator : mengatur jalanya penkes yang berlangsung
c. Fasilitator : menyediakan alat dan media yang dibutuhkan
d. Observer : mengamati jalanya penkes yang berlangsung
e. Audien : menerima materi dari penyaji

2. Susunan acara

Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Media


Masyarakat/Klien Dan Alat
Bantu
Pembuka 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Merespon
3. Menjelaskan tujuan perkenalan
4. Menanyakan kesiapan audien 3. Memperhatikan
5. Melakukan apersepsi dengan 4. Menjawab
audien tentang VCT 5. Menjawab
6. Memberikan reinforcement 6. Memperhatikan
atas apa yang telah
diungkapkan.
Isi 1. Menjelaskan pengertian VCT 1. Mendengarkan dan Lembar
(20 menit) 2. Menjelaskan prinsip VCT memperhatikan Balik dan
3. Menjelaskan tujuan utama 2. Mendengarkan dan leaflet
VCT memperhatikan Ceramah
4. Menjelaskan manfaat VCT 3. Mendengarkan dan
5. Menjelaskan waktu yang tepat memperhatikan
untuk melakukan VCT 4. Mendengarkan dan
6. Menjelaskan tahapan VCT memperhatikan
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
6. Mendengarkan dan
memperhatikan
Penutup 1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab Ceramah
(12 menit) 2. Memberikan kesempatan 2. Bertanya dan tanya
warga untuk bertanya 3. Mendengarkan dan jawab
3. Menjelaskan kembali hal yang memperhatikan
belum dimengerti 4. Mendengarkan dan
4. Menyimpulkan memperhatikan
5. Salam penutup 5. Menjawab salam

I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur

NO EVALUASI ADA TIDAK


1 Sebelum acara pendidikan kesehatan dimulai
preplanning sudah disiapkan
Penyampaian materi siap memberikan
pendidikan kesehatan
Kontrak waktu telah disepakati
2 Tempat dan media pendidikan kesehatan sudah
siap sebelum acar dimulai
3 Tempat sesuai dengan mencakup persiapan
keluarga, persiapan tempat, persiapan media
dan persiapan perawat
4 Kontrak waktu telah disepakati

2. Evaluasi Proses

NO EVALUASI ADA TIDAK


1 Penyaji sesuai dengan perannya
2 Penyuluhan berlangsung sesuai dengan jadwal
dan waktu yang telah dicantumkan
3 Ada tanya jawab/diskusi/feed back
4 Media yang digunakan secara efektif
5 Masyarakat dapat menerima materi pendidikan
Kesehatan yang disampaikan

3. Evaluasi Hasil

NO ASPEK YANG BENAR SALAH


DINILAI
1 Apakah pengertian VCT(Voluntary Counseling and
asam VCT? Testing) atau Konseling dan Tes
Sukarela (KTS, merupakan
kegiatan konseling yang bersifat
sukarela dan rahasia, yang
dilakukan sebelum dan sesudah
tes darah untuk HIV
2 Apa prinsip VCT? a. Adanya persetujuan dari
klien yang dinyatakan
dengan penandatanganan
surat persetujuan
(Informed Consent)
b. Ada kerahasiaan
c. Tidak ada diskriminasi
d. Menggunakan prinsip
Klien center dalam
menentukan keputusan
3 Apa saja tujuan dari a. Mendorong orang sehat,
VCT ? tanpa
keluhan/asimptomatik
untuk mengetahui tentang
HIV,
b. Merupakan sebuah
strategi kesehatan
masyarakat yang efektif,
c. Mendorong seseorang
yang sudah ODHA untuk
merubah pendirian yang
sangat merugikan seperti:
ODHA merupakan
penyakit keturunan atau
penyakit kutukan,
d. Memberi informasi
tentang HIV/AIDS, tes,
pencegahan dan
pengobatan ODHA
4 Apa manfaat VCT? 1. Pada Individu
a. Membantu ODHA
mengatasi stres
b. Mengurangi risiko
pribadi untuk tertular
HIV
c. Membantu ODHA
untuk menerima
nasibnya
d. Mengarahkan ODHA
untuk menerima
pelayanan yang
dibutuhkan
e. Merencanakan
perawatan untuk masa
depan
2. Pada masyarakat
a. Memutus rantai
penularan HIV dalam
masyarakat
b. Mengurangi stigma
masyarakat
c. Mendorong masyarakat
dan pihak yang terkait
untuk memberi
dukungan pada ODHA
5 Bagaimana Tahap a. Pre tes Counseling
VCT ? b. Post tes counseling

Standar Evaluasi AkhiR

Berhasil : Jika menjawab >3

Cukup Berhasil : Jika menjawab 3

Kurang Berhasil : Jika menjawab <3


MATERI

A. Pengertian VCT
VCT(Voluntary Counseling and Testing) atau Konseling dan Tes Sukarela
(KTS, merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang
dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV. Konseling dilakukan oleh
konselor terlatih yang memiliki keterampilan konseling dan pemahaman akan
seluk beluk HIV / AIDS.
Voluntary atau sukarela artinya semua klien yang akan dikonseling harus
dalam bentuk sukarela, tidak boleh dipaksa oleh karena klien posisinya lebih
rendah dari konselor atau ikut konseling karena diperintahkan oleh pasangannya.
Demi untuk tidak menyebarkan HIV mungkin suatu waktu calon pengantin perlu
tes HIV. VCT merupakan pintu masuk (entry point) untuk pencegahan dan
perawatan HIV/AIDS.12
Conseling, konseling sebagai komunikasi interpersonal yang efektif untuk
perubahan perilaku, terdapat dua tahapan: konseling pratesting dan konseling
paska test. Sedangkan Konselor adalah full time counselor yang berlatar belakang
psikologi dan ilmuwan psikologi (psychiatrists, family therapist, psikologi
terapan) yang sudah mengikuti pelatihan VCT dengan standart WHO. Profesional
dari kalangan perawat, pekerja sosial dan dokter. Terbagi atas:
1. Konselor Dasar (Lay Counselor)
a) Berangkat dari kebutuhan sebaya
b) Dekat dengan komunitas
c) Lebih mempromosikan VCT dan konseling dukungan.

2. Konselor Profesional (Profesional Counselor)


a) Pre dan post konseling
b) Isu psikososial
3. Konselor Senior/pelatih (Senior Counselor)
a) Memberikan dukungan untuk konselor dan petugas managemen kasus
b) Mendampingi, supervisi dan memberikan bantuan teknis kepada
konselor.
Testing, adalah tes berkualitas dengan hasil cepat sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan orang untuk melakukan VCT, didasarkan pada Standar
Prosedur Depkes Untuk tes HIV diagnostic yang sebelumnya sudah dibahas.
B. Prinsip VCT
1. Adanya persetujuan dari klien yang dinyatakan dengan
penandatanganan surat persetujuan (Informed Consent) atas dasar sukarela,
tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun.
2. Ada kerahasiaan segala sesuatu yang dibicarakan antara
konselor dengan klien
3. Tidak ada diskriminasi dan dilakukan dalam suasana
persahabatan
4. Menggunakan prinsip Klien center dalam menentukan
keputusan

C. Tujuan utama VCT


1. Mendorong orang sehat, tanpa keluhan/asimptomatik untuk mengetahui
tentang HIV, sehingga mereka dapat mengurangi kemungkinan tertular HIV
2. Merupakan sebuah strategi kesehatan masyarakat yang efektif, karena mereka
dapat mengetahui status HIV mereka, sehingga tidak melalukan hal-hal yang
dapat ikut menyebarkan virus HIV bila mereka masih berisiko sebagai
penyebar HIV.
3. Mendorong seseorang yang sudah ODHA untuk merubah pendirian yang
sangat merugikan seperti: ODHA merupakan penyakit keturunan atau
penyakit kutukan, atau HIV/AIDS merupakan vonis kematian.
4. Memberi informasi tentang HIV/AIDS, tes, pencegahan dan pengobatan
ODHA
5. Mengenali prilaku atau kegiatan yang menjadi sarana yang memudahkan
penularan HIV
6. Memberikan dukungan moril untuk merubah prilaku ke arah yang lebih sehat
dan aman dari infeksi HIV

D. Manfaat VCT
1. Pada Individu
a) Membantu ODHA mengatasi stres dan membuat keputusan-keputusan
pribadi berkaitan dengan nasibnya.
b) Mengurangi risiko pribadi untuk tertular HIV
c) Membantu ODHA untuk menerima nasibnya
d) Mengarahkan ODHA untuk menerima pelayanan yang dibutuhkan
e) Merencanakan perubahan prilaku
f) Merencanakan perawatan untuk masa depan
g) Meningkatkan kualitas kesehatan pribadi
h) Mencegah infeksi HIV dari ibu ke bayi
i) Menfasilitasi akses pelayanan sosial
j) Menfasilitasi akses pelayanan medis (Infeksi oportunistik, IMS, OAT,
ARV)
k) Memfasilitasi kegiatan dan dukungan sebaya

2. Pada masyarakat
1) Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat
2) Mengurangi stigma masyarakat
3) Mendorong masyarakat dan pihak yang terkait untuk memberi dukungan
pada ODHA

E. Waktu yang Tepat Untuk Melakukan VCT


VCT sebaiknya dilakukan 2-3 bulan setelah kita merasa melakukan kegiatan
tersebut di atas. Kenapa 2 bulan? Karena masa inkubasi HIV umumnya 3 minggu
sampai dengan 2 bulan. Biasanya dianjurkan untuk melakukan tes ulang 6 bulan
berikutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

F. Tahap-tahap VCT
1. Pre-test counseling
Pre-test counseling adalah diskusi antara klien dan konselor yang
bertujuan untuk menyiapkan klien untuk testing, memberikan pengetahuan
pada klien tentang HIV/AIDS. Isi diskusi yang disampaikan adalah klarifikasi
pengetahuan klien tentang HIV/AIDS, menyampaikan prosedur tes dan
pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan klien menghadapi
hari depan, membantu klien memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan
informed consent dan konseling seks yang aman.
Pada beberapa setting (misalnya penyuluhan kesehatan secara umum)
Konselor memberikan penyuluhan informasi umum tentang HIV/AIDS, VCT
dan Mother to child transmission (MTCT) Di masyarakat Klien menerima
informasi dan memutuskan untuk pergi ke klinik VCT Di klinik VCT Klien
diberi informasi mengenai prosedur termasuk pilihan untuk menunggu selama
2 jam dan menerima hasil tes pada hari yang sama Klien diajak berdiskusi
mengenai keyakinan menjalani tes Klien menerima informasi tentang
HIV/AIDS Adanya biaya yang dikeluarkan Klien terdaftar tanpa
nama/rahasia.
Jika klien banyak, konselor melakukan pre tes secara berkelompok
bagi yang membutuhkan VCT. Syarat untuk pre-tes kelompok:

a) Pernyataan kesediaan untuk menjalani tes kelompok.


b) Kerahasiaan terjaga.
c) Tidak lebih dari 6 orang per kelompok.
d) Bila mungkin, anggota kelompok pada usia dan jenis kelamin yang sama.
e) Diberikan informasi pre-tes yang sama seperti konseling pada individu.
f) Melengkapi data VCT pada setiap anggota kelompok.
g) Mendapatkan inform consent jika klien memutuskan untuk melakukan tes
HIV.
h) Melakukan pengambilan darah selama proses pemeriksaan sampel
dilakukan diskusi dan demonstrasi penggunaan kondom.
i) Melakukan penilaian tentang kesiapan klien mengetahui status HIV.
j) Rencana klien setelah mengetahui status HIV.
k) Hambatan untuk mengubah perilaku.
l) Rencana dan cara mengatasi jika klien HIV positif.
m)Dukungan dari keluarga dan teman.
Jika klien sedikit, konselor melakukan pre tes secara individu bagi yang
membutuhkan VCT. Syarat untuk pre-tes:
a) Informasi dasar mengenai infeksi HIV dan AIDS.
b) Arti tes HIV termasuk window period.
c) Prosedur tes dan kebijakan dalam menyampaikan hasil tes.
d) Pre-test counseling termasuk penilaian resiko individu dan rencana
pengurangan resiko.
e) Formulir VCT.
f) HIV testing.
Tes HIV yang umumnya digunakan adalah Enzyme Linked Immunosorbent
Assay (ELISA), Rapid Test dan Western Immunoblot Test. Setiap tes HIV ini
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda. Sensitivitas adalah kemampuan
tes untuk mendeteksi adanya antibodi HIV dalam darah sedangkan spesifisitas
adalah kemampuan tes untuk mendeteksi antibodi protein HIV yang sangat
spesifik.
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Tes ini digunakan untuk mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus
HIV. Tes ELISA ini dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur, atau air
kencing. Hasil positif pada ELISA belum dapat dipastikan bahwa orang yang
diperiksa telah terinfeksi HIV karena tes ini mempunyai sensitivitas tinggi tetapi
spesifisitas rendah. Oleh karena itu masih diperlukan tes pemeriksaan lain untuk
mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi walaupun ELISA menunjukkan
hasil positif, masih ada dua kemungkinan, orang tersebut sebenarnya tidak
terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi HIV.
Rapid Test
Penggunaan dengan metode rapid test memungkinkan klien mendapatkan hasil tes
pada hari yang sama dimana pemeriksaan tes hanya membutuhkan waktu 10 menit.
Metode pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah jari dan air liur. Tes ini
mempunyai sensitivitas tinggi (mendekati 100%) dan spesifisitas (>99%). Hasil
positif pada tes ini belum dapat dipastikan apakah dia terinfeksi HIV. Oleh karena
itu diperlukan pemeriksaan tes lain untuk mengkonfirmasi hasil tes ini.
Western ImmunoblotTest
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Western blot digunakan sebagai tes konfirmasi untuk tes HIV lainnya karena
mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi untuk memastikan apakah terinfeksi HIV
atau tidak.
2. Post-test counseling
Post-test counseling adalah diskusi antara konselor dengan klien yang
bertujuan menyampaikan hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi dengan
hasil tes, menyampaikan hasil secara jelas, menilai pemahaman mental emosional
klien, membuat rencana dengan menyertakan orang lain yang bermakna dalam
kehidupan klien, menjawab, menyusun rencana tentang kehidupan yang mesti
dijalani dengan menurunkan perilaku berisiko dan perawatan, dan membuat
perencanaan dukungan. Menyampaikan hasil tes memberikan hasil tes dengan
situasi yang tenang dalam ruangan yang tertutup menyampaikan hasil pada klien
sesegera mungkin memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
perasaannya tentang hasil tes dan lainnya memberikan waktu pada klien untuk
bertanya menawarkan konseling individu atau konseling bersama pasangan
tergantung pada keinginan klien. Atas permintaan klien, anggota keluarga, teman
atau orang yang diminta klien diizinkan masuk ke ruangan pada saat hasil
diberikan.
Untuk hasil tes HIV positif:
a. Memberikan konseling untuk hidup positif, yaitu: menjaga sikap positif
menghindari paparan tambahan terhadap virus HIV dan infeksi menular seks (IMS)
lain.
b. Memberikan rujukan pelayanan medis.
c. Menjaga berat badan dengan makanan yang bergizi dan menghindari diare.
d. Bergabung dengan kelompok Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan
kelompok dukungan sosial lainnya.
Untuk hasil tes HIV negatif:
a. Menyarankan kepada klien yang mempunyai perilaku beresiko untuk kembali
melakukan VCT sesudah 3 bulan, karena mereka mungkin sekarang sedang
berada dalam periode jendela.
b. Menyarankan pada klien yang berada pada window period untuk
mengurangi perilaku beresiko.
Klien dengan hasil tes HIV negatif dan tidak memiliki kemungkinan terpapar
HIV, tidak perlu melakukan confimatory testing.
Untuk hasil tes positif dan negatif:
a. Mendorong klien untuk memberitahu hasil tes kepada pasangannya
(mengetahui hasil tes bersama adalah cara yang paling baik).
b. Memberikan pendidikan dan konseling mengenai keluarga berencana.
c. Memberikan pendidikan dan demonstrasi pemakaian kondom dan
menyediakan kondom bagi klien yang ingin memakai kondom (dengan tidak
memaksa klien). Memberikan informasi konseling dan dukungan tambahan.
d. Memberikan rujukan sesuai dengan keinginan klien.
Layanan VCT adalah suatu prosedur diskusi pembelajaran antara konselor dan
klien untuk memahami HIV/AIDS beserta resiko dan konsekuensi terhadap diri,
pasangan, keluarga dan orang di sekitarnya dengan tujuan utama adalah perubahan
perilaku ke arah perilaku yang lebih sehat dan lebih aman (Pedoman Pelayanan
VCT, 2006). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa individu dikatakan
memanfaatkan layanan VCT jika dia tahu informasi mengenai layanan VCT dan
mau menggunakan layanan VCT untuk tujuan yang bermanfaat. Dengan demikian
pemanfaatan layanan VCT adalah sejauh mana orang yang pernah melakukan
perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS merasa perlu menggunakan layanan
VCT untuk mengatasi masalah kesehatannya, untuk mengurangi perilaku beresiko
dan merencanakan perubahan perilaku sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, dkk, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid III Edisi V, Jakarta :
Interna Publishing.
Kemenkes. Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama , 2016.
Michael Martine 2009. VCT, Metoda Evektif Deteksi dan Pencegahan HIV/AIDS.
Diunduh dari : http://publicahealth.wordpress.com/ 2017/10/17/vct-metoda-evektif-
deteksi-dan-pencegahan-hivaids/[cited : 21 Oktober 2017]

Anda mungkin juga menyukai