Penkes VCT
Penkes VCT
Penkes VCT
Disusun Oleh:
TA 2019/2020
PENDIDIKAN KESEHATAN DAN DEMONSTRASI
VCT
A. Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Artinya bahwa HIV berbeda dengan AIDS tetapi HIV
memungkinkan untuk menjadi pencetus terjadinya AIDS. Sampai saat ini masih
ditemukan beberapa kontraversi tentang ketepatan mekanisme perusakan sistem imun
oleh HIV.1
Di seluruh dunia pada tahun 2013 didapatkan 35 juta orang hidup dengan HIV
yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia kurang 15 tahun. Jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000
anak berusia kurang 15 tahun.2
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2016, HIV-
AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesai.
Dari 1 Oktober sampai dengan 31 Desember 2016 jumlah infeksi HIV di Indonesia
yang dilaporkan sebanyak 41250 orang dan AIDS sebanyak 7491. Presentase infeksi
tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69.7%), diikuti kelompok
umur 20-24 tahun (16.6%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (7.2%). Rasio HIV antara
laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Presentase faktor resiko HIV tertinggi adalah
hubungan seks berisiko pada heteroseksual (47%), LSL (25%), lain-lain (25%) dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (3%).3
VCT (Voluntary Counseling and Testing) adalah tanya jawab rahasia dan
terbuka antara klien dengan konselor tentang HIV/AIDS. VCT merupakan pintu
masuk untuk perawatan dan pengobatan HIV/AIDS. Dengan mengetahui status HIV
lebih dini maka akan lebih memungkinkan untuk melakukan pemanfaatan pelayanan
terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan serta pengobatan untuk HIV.
Pelayanan ini dapat dilakukan di sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, yang
dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat. Dalam akselerasi upaya
VCT, pemerintah, praktisi kesehatan, LSM, serta elemen lainnya harus bekerjasama
dalam peningkatan akses pendanaan, perencanaan yang mapan dan penataan
manajemen program untuk mempercepat langkah global penanggulangan HIV/AIDS
jangka panjang.4
Salah satu penularan penyebaran HIV ini adalah melalui hubungan seks yang tidak
aman. Dimana Sunan Kuning merupakan salah satu tempat lokalisasi yang ada di
Indonesia. Sunan Kuning memiliki program khusus yang bersifat wajib berupa
pemeriksaan tes HIV yaitu VCT yang wajib dilakukan oleh setiap WPS setiap 3 bulan
sekali. Proses kegiatan pemeriksaan dilakukan di tempat pelayananan kesehatan
khusus yang ada di dalam komplek Sunan Kuning. Dalam hal VCT tempat ini
mewajibkan setiap WPS melakukan VCT yang bertujuan untuk mendeteksi dini
individu yang terinfeksi HIV di lokalisasi Sunan Kuning. Tes ini merupakan tes yang
dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan pada seorang individu. Dengan
mengetahui status HIV lebih dini maka akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pemanfaatan pelayanan terkait.
B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Sasaran dan targed pada kegiatan pada kegiatan pendidikan kesehatan dan
demonstrasi tentang VCT adalah :
E. Strategi Pelaksanaan
Waktu : 09 : 00 - selesai
1. Laptop
2. LCD
3. Lefleat
4. Lembar Balik
G. Setting Tempat
Keterangan :
: moderator
: Penyaji
: Media
: Fasilitator
: Audien
2. Susunan acara
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
A. Pengertian VCT
VCT(Voluntary Counseling and Testing) atau Konseling dan Tes Sukarela
(KTS, merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang
dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV. Konseling dilakukan oleh
konselor terlatih yang memiliki keterampilan konseling dan pemahaman akan
seluk beluk HIV / AIDS.
Voluntary atau sukarela artinya semua klien yang akan dikonseling harus
dalam bentuk sukarela, tidak boleh dipaksa oleh karena klien posisinya lebih
rendah dari konselor atau ikut konseling karena diperintahkan oleh pasangannya.
Demi untuk tidak menyebarkan HIV mungkin suatu waktu calon pengantin perlu
tes HIV. VCT merupakan pintu masuk (entry point) untuk pencegahan dan
perawatan HIV/AIDS.12
Conseling, konseling sebagai komunikasi interpersonal yang efektif untuk
perubahan perilaku, terdapat dua tahapan: konseling pratesting dan konseling
paska test. Sedangkan Konselor adalah full time counselor yang berlatar belakang
psikologi dan ilmuwan psikologi (psychiatrists, family therapist, psikologi
terapan) yang sudah mengikuti pelatihan VCT dengan standart WHO. Profesional
dari kalangan perawat, pekerja sosial dan dokter. Terbagi atas:
1. Konselor Dasar (Lay Counselor)
a) Berangkat dari kebutuhan sebaya
b) Dekat dengan komunitas
c) Lebih mempromosikan VCT dan konseling dukungan.
D. Manfaat VCT
1. Pada Individu
a) Membantu ODHA mengatasi stres dan membuat keputusan-keputusan
pribadi berkaitan dengan nasibnya.
b) Mengurangi risiko pribadi untuk tertular HIV
c) Membantu ODHA untuk menerima nasibnya
d) Mengarahkan ODHA untuk menerima pelayanan yang dibutuhkan
e) Merencanakan perubahan prilaku
f) Merencanakan perawatan untuk masa depan
g) Meningkatkan kualitas kesehatan pribadi
h) Mencegah infeksi HIV dari ibu ke bayi
i) Menfasilitasi akses pelayanan sosial
j) Menfasilitasi akses pelayanan medis (Infeksi oportunistik, IMS, OAT,
ARV)
k) Memfasilitasi kegiatan dan dukungan sebaya
2. Pada masyarakat
1) Memutus rantai penularan HIV dalam masyarakat
2) Mengurangi stigma masyarakat
3) Mendorong masyarakat dan pihak yang terkait untuk memberi dukungan
pada ODHA
F. Tahap-tahap VCT
1. Pre-test counseling
Pre-test counseling adalah diskusi antara klien dan konselor yang
bertujuan untuk menyiapkan klien untuk testing, memberikan pengetahuan
pada klien tentang HIV/AIDS. Isi diskusi yang disampaikan adalah klarifikasi
pengetahuan klien tentang HIV/AIDS, menyampaikan prosedur tes dan
pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan klien menghadapi
hari depan, membantu klien memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan
informed consent dan konseling seks yang aman.
Pada beberapa setting (misalnya penyuluhan kesehatan secara umum)
Konselor memberikan penyuluhan informasi umum tentang HIV/AIDS, VCT
dan Mother to child transmission (MTCT) Di masyarakat Klien menerima
informasi dan memutuskan untuk pergi ke klinik VCT Di klinik VCT Klien
diberi informasi mengenai prosedur termasuk pilihan untuk menunggu selama
2 jam dan menerima hasil tes pada hari yang sama Klien diajak berdiskusi
mengenai keyakinan menjalani tes Klien menerima informasi tentang
HIV/AIDS Adanya biaya yang dikeluarkan Klien terdaftar tanpa
nama/rahasia.
Jika klien banyak, konselor melakukan pre tes secara berkelompok
bagi yang membutuhkan VCT. Syarat untuk pre-tes kelompok:
Sudoyo, dkk, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid III Edisi V, Jakarta :
Interna Publishing.
Kemenkes. Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama , 2016.
Michael Martine 2009. VCT, Metoda Evektif Deteksi dan Pencegahan HIV/AIDS.
Diunduh dari : http://publicahealth.wordpress.com/ 2017/10/17/vct-metoda-evektif-
deteksi-dan-pencegahan-hivaids/[cited : 21 Oktober 2017]