Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Atrial Fibrilasi
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Atrial Fibrilasi
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Atrial Fibrilasi
SURABAYA
ESTI RAHAYU
NIM. 133.033
Kontraksi jantung normal dimulai dari impuls listrik di atrium kanan. Impuls ini
berasal dari daerah atrium disebut nodus sinoatrial atau sinus “alat pacu jantung alami”.
a. Sewaktu impuls bergerak melalui atrium menghasilkan gelombang kontraksi otot. Hal
ini menyebabkan atrium berkontraksi.
b. Impuls mencapai nodus atriolventrikuler didalam dinding otot antara 2 ventrikel. Lalu
terjadi jedah untuk memberikan waktu masuk darah dari atrium ke ventrikel.
c. Impuls kemudian berlanjut ke ventrikel menyebabkan kontras ventrikel yang
mendorong darah keluar dari jantung dalam satu detak jantung.
Pada orang dengan detak jantung dan irama jantung normal berdetak 50-100x/menit.
a. Jika jantung berdetak >100x/menit, denyut jantung dianggap cepat (takikardi).
b. Jika jantung berdetak <50x/menit, denyut jantung dianggap lambat (bradikardi).
Pada fibrilasi atrium, beberapa impuls berjalan melalui atrium pada saat yang sama.
a. Karena kontraksi tidak terkoordinasi, kotraksi atrium tidak teratur, kacau dan sangat
cepat. Atrium dapat berkontraksi 400-600/menit.
b. Impuls yang tidak teratur ini mencapai nodus AV dengan sangat cepat, tetapi tidak
semuanya melewati nodus AV, sehingga ventrikel berdetak lebih lambat, sering kali
rata-rata 110-180 detak/menit dengan irama yang tidak teratur.
c. Dengan hasil yang cepat, detak jantung yang tidak teratur menyebabkan gelombang
yang tidak teratur dan kadang-kadang terjadi sensasi berdebar pada dada.
d. Fibrilasi atrium semakin umum dengan usia lanjut. Selama fibrilasi atrium, dua kamar
jantung bagian atas (atrium) mengalahkan berantakan dan tidak teratur keluar dari
koordinasi dengan dua kamar bawah (ventrikel) jantung. Hasilnya adalah denyut
jantung
tidak teratur dan sering cepat yang menyebabkan aliran darah yang buruk ke tubuh dan gejala
jantung berdebar, sesak napas dan kelemahan. Kebanyakan orang dengan atrial fibrilasi memiliki
peningkatan risiko terjadinya pembekuan darah yang dapat menyebabkan stroke
2. Etiologi
Penyebab paling sering adalah hipertensi, cardiomyopathy, kelainan katup mitral dan
trikuspid, hyperthyroidism, kebiasaan konsumsi alkohol (holiday heart). Penyebab yang
jarang meliputi pulmonary embolism, atrial septal defect (ASD), dan penyakit jantung
defect kongenital lainnya, COPD, myocarditis, dan pericarditis.
Penyebab dari abnormalitas irama jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan
berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
a. Irama abnormal dari pacu jantung.
b. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui
jantung.
d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan abnormalitas irama jantung
adalah :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
f. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
i. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
j. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
k. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).
· Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons
ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit.
· Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang iereguler,
dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak dapat diukur.
· Kompleks QRS : Biasanya normal .
· Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikuler
ireguler, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi atrium yang cepat, maka
impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon ireguler.
· Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama
diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.
4. Patofisiolgi
Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis timbulnya gelombang
yang menetap dariàMultiple wavelet reentry depolarisasi atrial atau wavelets yang dipicu oleh
depolarisasi atrial premature atau aktivitas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat.
Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya
ternyata hanya di massa otot atrium dan bukan di massa otot ventrikel. Penyebab yang sering
menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup jantung yang
mencegah atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat kegagalan
ventrikel dengan pembendungan darah yang banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang
berdilatasi akan menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang
demikian juga konduksi lambat, yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi
atrium.
Karakteristik Pemompaan Atrium Selama Fibrilasi Atrium.
Atrium tidak akan memompa darah selama AF berlangsung. Oleh karena itu atrium tidak
berguna sebagai pompa primer bagi ventrikel. Walaupun demikian, darah akan mengalir secara
pasif melalui atrium ke dalam ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya
sebanyak 20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi
ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan fibrilasi
atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh daya pompa jantung. 2
Pada AF aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak teratur, terjadi penurunan atrial flow velocities
yang menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan terbentuknya trombus. Pada
pemeriksaan TEE, trombus pada atrium kiri lebih banyak dijumpai pada pasien AF dengan
stroke emboli dibandingkan dengan AF tanpa stroke emboli. 2/3 sampai ¾ stroke iskemik yang
terjadi pada pasien dengan AF non valvular karena stroke emboli. Beberapa penelitian
menghubungkan AF dengan gangguan hemostasis dan thrombosis. Kelainan tersebut mungkin
akibat dari statis atrial tetapi mungkin juga sebgai kofaktor terjadinya tromboemboli pada AF.
Kelainan-kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen,
D-dimer, dan fragmen protrombin 1,2. Sohaya melaporkan AF akan meningkatkan agregasi
trombosit, koagulasi dan hal ini dipengaruhi oleh lamanya AF.
PENGERTIAN
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari, yang
tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim.
Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat kematian, oleh karena itu :
Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha
menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang merangsang
timbulnya serangan ( debu, serbuk, makanan tertentu, infeksi saluran napas, stress emosi,
obat-obatan tertentu seperti aspirin, dan lain-lain)
PATHOFISIOLOGI
Hipoventilasi
distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Hipoxemia
Hiperkarpia
Objektif :
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal. Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi
di paru, misalnya: Pneumothorak, atelektasis, Dll.
Pemeriksaan Sputum :
Adanya eosinofil
Kristal charcot Leyden
Spiral Churschmann
Miselium Asoergilus Fumigulus
Pemeriksaan darah : Jumlah eosinofil meningkat.
PENATALAKSANAAN
OBAT-OBATAN
1. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau
parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik, maka
sebaiknya diberikan aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka
sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping
sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan
dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen
metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak
ada perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin intrvena.
Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek samping takhikardi,
penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati, berbahaya pada penyakit
hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml
larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan
(1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.
Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-
anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg
BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
2. Kortikosteroid
3. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan dialirkan melalui
air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat dapat juga
digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup,
sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.
III. PENGKAJIAN
Waktu Pengkajian : 08.00
Ruang / kelas : mirah 7
Diagnosa Medis : Atrial Fibrilasi, Oedema Paru, Dan Status Asmatikus
Waktu MRS : 4 November 2013
1. Identitas
Pasien bernama Ny. T usia 45 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah menikah,
beragama islam, alamat di bangkalan, suku bangsa Madura, pendidikan terakhir
sarjana, sehari – hari pasien mempunyai profesi sebagai guru,
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh masih terasa sesak, karena mempunyai riwayat asma, sesak terasa
berat di dada sebelah kiri, timbul pada saat beraktivitas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari ICU tanggal 4 November 2013 pukul 12.45 dengan keluhan
sesak, pasien dirawat di ICU selama 5 hari, di ruangan pasien menggunakan
oksigen nasal 2 lpm, pasien terpasang kateter, badan pasien terasa lemas, suara
pasien terdengar berat ketika berkomunikasi. Pada saat pengkajian tanggal 6
november 2013 pasien mengatakan masih sesak karena mempunyai riwayat asma,
sesak terasa berat di dada sebelah kiri, timbul pada saat beraktivitas. TD : 128/80
mmHg, Suhu : 36,20C, Nadi : 82 x permenit, RR: 20 x permenit, SPO2: 99%. Pasien
nafas spontan tidak menggunakan oksigen nasal, pada pemeriksaan auskultasi paru
terdengar suara wheezing pada lobus kiri atas.
c.Riwayat penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS Bangkalan dengan keluhan nyeri abdomen, pasien
memiliki riwayat alergi debu, asma sejak SMP, memiliki riwayat penyakit jantung.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama dengan pasien seperti asma dan jantung, serta tidak memiliki riwayat DM dan
Hipertensi.
e. Genogram
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, orang tua pasien sudah meninggal,
pasien tinggal bersama suami dan kedua orang anak perempuannya.
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
e. Pencernaan (Bowel)
Keadaan mulut bersih, membran mukosa lembab, gigi lengkap, tidak ada gigi
palsu, SMRS pasien mengkonsumsi makanan sembarangan, tapi saat diruangan
(MRS) pasien mendapat diet jantung non ayam, non telor, non daging, porsi diet
hanya habis separuh, tidak terdapat mual, ataupun muntah, perut tidak buncit,
pasien hanya makan diet dari rs , peristaltik usus 15 x permenit, tidak terdapat
nyeri abdomen. Eliminasi alvi SMRS pasien BAB 2 hari sekali dengan frekuensi
banyak dan konsistensi lunak, sedangkan pada saat MRS pasien belum BAB
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
f. Muskuluskeletal (Bone)
Pada pasien tidak terjadi masalah pada system muskuluskletal, pasien mampu
melakukan ROM bebas kekuatan otot 5555, tidak ada kelainan pada tulang
ataupun fraktur, terpasang plug infuse ditangan sebelah kiri.
Masalah : tidak ada masalah
g. Endokrin
pada pemeriksaan tyroid tidak terdapat kelainan/abnormalitas tidak ada
hiperglikemia dan hipoglikemi
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
31/10/13
Hasil Normal Hasil Normal
Hb 10,9 g/dl 11,5 – 16,0 g/dl Kalium 3,43 mEg/l 3,6 – 5,5
mEg/l
Leukosit 9,40 K/Ul 4,0 – 11 K/Ul Clorida 107,8 107,8
mMol/l mMol/l
Trombosit 223 K/Ul 150-450 K/Ul
PCV/HCT 33% 37-47%
SGOT 12 u/l 1-22 u/l
SGPT 11 u/l 1-22 u/l
Albumin 4,25 g% 3-5 g%
BUN 4,35 mg% 8-20 mg%
Kreatinin 0,55 mg% 0,6 – 1,2 mg%
Natrium 142,3 mEg/dl 136-144 mEg/dl
b. Pemeriksaan EKG
Tanggal 5 November 2013
Interpretasi : normal sinus Rhythm, left atrial enlargement, prolonged QT,
abnormal ECG
c. Pemeriksaan Thorak
Tanggal 31 Oktober 2013
COR : ukuran kesan membesar
Pulmo : tampak perselubungan di parahylar kanan kiri sinus phernicocostalis
kanan kiri tajam, tulang – tulang dan soft tissue normal
5. Terapi
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).
Dosis:
Efek Samping:
Instruksi Khusus:
Brand: : Fahrenheit
Product
G
Code::
Komposisi: Isosorbide dinitrate
Indikasi: Terapi dan profilaksis angina pektoris.
1-2 tablet letakkan di bawah lidah (sublingual) setiap 2-3 jam selama
Dosis:
diperlukan.
Pemberian
Diberikan pada saat perut kosong 1/2 jam sebelum makan.
Obat:
Kontra
Glaukoma, anemia, hipertiroid, peningkatan TIK, infark miokardium.
Indikasi:
Perhatian: Toleransi dan toleransi silang dengan nitrat dan nitrit lainnya.
Efek Sakit kepala, hipotensi ortostatik, wajah/leher panas dan kemerahan,
Samping: gangguan GI, denyut nadi cepat, ruam kulit(jarang).
Interaksi Simpatomimetik menurunkan efek anti angina. Alkohol meningkatkan
Obat: efek hipotensi ortostatik secara intensif.
Kemasan: Tablet sublingual 5 mg x 10 x 10
IV. ANALISA DATA
V. PRIORITAS MASALAH