LP Cedera Medula Spinalis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA MEDULA SPINALIS

SYAHRUL RAMADHAN
NIM : 433131490120043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG
Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316
2020
CEDERA MEDULA SPINALIS

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Trauma medulla spinalis adalah cidera atau kerusakan pada medulla spinalis
yang menyebabkan perubahan fungsional, baik secara mental maupun
permanen, pada fungsi motorik, sensorik, atau otonom. Trauma pada
medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang
terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan
transeksi lengkap dari medulla spinalis dengan quadriplegia (Fransiska B.
Batticaca 2008).

Cedera medula spinalis (CMS) ditandai dengan adanya tetralegia atau


paraplegia, parsial atau komplit dan tingkatan atau level tergantung area
terjadinya lesi atau CMS. Tetraplegia atau quadriplegia adalah kehilangan
fungsi sensorik dan motorik di segmen servikal medulla spinalis. Sedangkan
paraplegia adalah gangguan fungsi sensorik dan motorik di segmen
thorakal, lumbal dan sakrum (Kirshblum & Benevento, 2009).

Cedera Medula Spinalis adalah cedera yang mengenai Medula Spinalis baik
itu bagian servikalis, torakalis, lumbal maupun sakral akibat dari suatu
trauma yang mengenai tulang belakang. (Arif Muttaqin,2008).

2. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2008) penyebab dari CMS adalah:
a. Otomobil, industri
Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ
tubuh salah satu yang terjadi adalah cidera tulang belakang secara
langsung yang mengenai tulang belakang dan melampui batas
kemampuan tulang belakang dalam melindungi saraf –saraf yang berada
didalamnya.
b. Terjatuh, olahraga
Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga
yang berat contohnya adalah olahraga motor GP, lari, lompat.
c. Luka tusuk, tembak
Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi
faktor terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka
tusuk atau luka tembak.
d. Tumor
Tumor merupakan suatu bentuk peradangan. jika terjadi komplikasi pada
daerah tulang belakang spinal. Ini merupakan bentuk cidera tulang
belakang. Medulla Spinalis

Berikut ini adalah mekanisme cedera tumpul spinal menurut


Campbell (2004 ; 131):
- Hiperektensi
Kepala dan leher bergerak ke belakang / hiperektensi secara
berlebihan.
- Hiperfleksi
Kepala di atas dada bergerak ke depan / heperfleksi dengan
berlebihan.
- Kompresi
Bobot tubuh dari kepala hingga pelvis mengakibatkan penekanan
pada leher atau batang tubuh.
- Rotasi
Rotasi yang berlebih dari batang tubuh atau kepala dan
leher sehingga terjadi pergerakan berlawanan arah dari kolumna
spinalis.
- Penekanan ke samping
Pergerakan ke samping yang berlebih menyebabkan pergeseran
dari kolumna spinalis.
- Distraksi
Peregangan yang berlebihan dan kolumna spinalis dan spinal cord.
3. Patofisiologi
Trauma dapat mengakibatkan cedera pada medula spinalis lumbal secara
langsung. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu trauma menimbulkan
fraktur dan instabilitas vertebra sehingga mengakibatkan cedera pada
medula spinalis lumbal. Beberapa saat setelah trauma, cedera sekunder
berupa iskemia muncul karena gangguan pembuluh darah yang terjadi.
Iskemia mengakibatkan pelepasan glutamat, influks kalsium dan
pembentukan radikal bebas dalam sel neuron di medula spinalis yang
mengakibatkan kematian sel neuron karena nekrosis dan terputusnya akson
pada segmen medula spinalis yang terkena (lumbal). Akson yang telah rusak
tidak akan tersambung kembali karena terhalang jaringan parut (Islam,
2006).

Kondisi kerusakan saraf lumbal dapat berakibat pada masalah-masalah


biopsikososiospiritual. Masalah biologis yang muncul yaitu nyeri akut,
kerusakan mobilitas fisik, gangguan eliminasi urin dan fekal, dan disfungsi
seksual. Masalah psikologis, pasien mengalami harga diri rendah situasional
akibat kerusakan fungsional pada lumbal. Masalah sosial yaitu gangguan
interaksi sosial karena keterbatasan dalam mobilitas fisik. Masalah spiritual,
pasien yang mengalami penurunan tingkat keyakinan dapat berisiko
terhadap kerusakan dalam beribadah/beragama.

4. Manifestasi Klinis
a. Menurut Diane C. Baughman (2000) tanda dan gejala CMS adalah:
1) Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang
terkena
2) Paraplegia
3) Tingkat neurologic
4) Paralisis sensorik motorik total
5) Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung
kemih)
6) Penurunan keringat dan tonus vasomotor
7) Penurunan fungsi pernafasan
8) Gagal nafas
9) Pernafasan dangkal

b. Menurut ENA (2000), tanda dan gejala Medula Spinalis Meliputi :


1) Penggunaan otot-otot pernafasan
2) Pergerakan dinding dada
3) Hipotensi
4) Bradikardi
5) Kulit teraba hangat dan kering
6) Poikilotermi (ketidakmampuan mengatur suhu tubuh)
7) Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan gerak
8) Kehilangan sensasi
9) Terjadi paralisis, paraparesis, paraplegi, guadriparalesis,
guadriparaplegia
10) Adanya spasme otot dan kekakuan
Cedera medula spinalis lumbal dapat menyebabkan gambaran
paraplegia. Tingkat neurologik yang berhubungan akan mengalami
paralisis sensori dan motorik total yang menyebabkan gangguan
kontrol kandung kemih (retensi dan inkontinensia) dan usus besar,
penurunan tonus vasomotor, dan penurunan tekanan darah yang
diawali dengan resistensi vaskuler perifer (Brunner dan Suddarth,
2001).

c. Menurut campbell (2004), tanda dan gejala CMS adalah :


1) Kelemahan otot
2) Deformitas tulang belakang
3) Nyeri
4) Perubahan bentuk pada tulang servikal
5) Kehilangan kontrol eliminasi dan feses
6) Terjadi gangguan ereksi penis (priapism)
5. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Menurut (ENA, 2000 ; 427) penatalksanaan yang diberikan diantaranya
adalah :
a. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : jaw thrust.
Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi),
mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.
c. Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal
collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang
belakang.
d. Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 -
C7) dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan
rotasi), member lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.
e. Menyediakan oksigen tambahan.
f. Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse
oksimetri.
g. Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.
h. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan
pengaruh dari hipotensi dan bradikardi.
i. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
- Berikan antiemboli
- Tinggikan ekstremitas bawah
- Gunakan baju antisyok.
j. Meningkatkan tekanan darah
- Monitor volume infuse
- Berikan terapi farmakologi (vasokontriksi)
k. Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika
terjadi gejala bradikardi.
l. Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari
poikilothermy.
m. Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.
n. Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan
spinal cord : steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih
dari 24 jam, dimulai dari 8 jam setelah kejadian.
o. Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran
pasien.
p. Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan
aspirasi jika ada indikasi.
q. Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.
r. Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.
s. Memepersiapkan pasien ke pusat SCI (jika diperlukan).
t. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara
konsisten untuk menumbuhkan kepercayaan pasien pada tenaga
kesehatan.
u. Melibatkan orang terdekat untuk mendukung proses penyembuhan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
- Pengkajian Primer
Data Subyektif
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Mekanisme Cedera
b. Kemampuan Neurologi
c. Status Neurologi
d. Kestabilan Bergerak

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Keadaan Jantung dan pernapasan
b. Penyakit Kronis

Data Obyektif :
1. Airway
Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera
spinal sehingga mengganggu jalan napas
2. Breathing
Pernapasan dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan,
pergerakan dinding dada
3. Circulation
Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), bradikardi,
kulit teraba hangat dan kering, poikilotermi (Ketidakmampuan
mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada
suhu lingkungan)
4. Disability
Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak,
kehilangan sensasi, kelemahan otot
- Pengkajian Sekunder :
1. Exposure
Adanya deformitas tulang belakang
2. Folley cateter
3. Terpasang DC urine, urine pekat
DAFTAR PUSTAKA

McCloskey, Joanne C, dkk. 2009. Nursing intervetion Classification


(NIC). USA: Mosby

Wiley, dkk. 2009. Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification.


USA: Mosby Moorhead, Sue, dkk. 2009. Nursing Outcomes
Classifications (NOC). USA: Mosby

Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, Spinal cord injury, (Online),


(http://en.wikipedia. org/wiki/Triage, Diakses pada tgl 20 Februari
2013)

Http://www.scribd.com/doc/29163472/asuhan-Keperawatan-pada-klien-
dengan- cidera-medula-spinalis diakses tgl 20 Februari 2013

Http://www.nardinurses.files.wordpress.com%2F2008%2F10%2Faskep-
pasien- dengan-trauma-medspin.ppt diakses tgl 20 Februari 2013

Http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/UTS_SIM_2011.pdf

Anda mungkin juga menyukai