LP Dyspepsia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS DYSPEPSIA

OLEH :

NAMA : NI PUTU BELLA AGUSTINA GAPAR

NIM : 18.14401.004

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN MANDIRI DI BANGLI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Definisi

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas
yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di
dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2000 hal : 488). Dyspepsia merupakan kumpulan/gejala klini yang terdiri dari rasa tidak enak / sakit di
perut bagian atas yang menetap / mengalami kekambuhan (arif,2000).Dispepsia merupakan kumpulan
gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri uluhati, mual, muntah, kembung, rasa penuh, atau cepat
kenyang dan sendawa. (dahrmika,2001). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang
terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa
(Dharmika, 2001). Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala
yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-
mual.Batasan dispepsia terbagi atas dua yaitu :

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma
dyspepsia organik terdapat keluhan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung,
usus dua belas jari, radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.

2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dyspepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong saluran pencernaan).

B. Etiologi

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux, asam lambung
terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke
dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Laporan pendahuluan dyspepsia 1 Beberapa obat-
obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia antara lain :


a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres,kecemasan dan depresi
e.Tumor atau kanker saluran pencernaan
f. Iritasi lambung
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan
alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung
akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang
akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.

D. Pathway

Dx
Kurang pengetahuan

E. Manifestasi Klinik
a. Nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Nyeri saat lapar
g. Perut kembung
h. Rasa panas di dada dan perut
i. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

F. Test Diagnostik

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom
dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan,
maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi,
USG, dan lain-lain.

1. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk


menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan
lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Radiologis Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi) Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia
fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
4. USG (ultrasonografi) Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini
tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan
5. Waktu Pengosongan Lambung Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak.
Pada dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

G. Penatalaksanaan Medik

1. Penatalaksanaan non farmakologis

a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung Laporan pendahuluan dyspepsia
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan,
nikotin rokok, dan stres
c. Atur pola makan
2. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi
kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan
bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid
(menetralkan asam lambung), golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan
prokinetik (mencegah terjadinya muntah).

H. Komplikasi

Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak
ringan. Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah sebagai berikut :

1. Pendarahan

2. Kanker lambung

3. Muntah darah

4. Ulkus peptikum

I. Pencegahan

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal
makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol,
dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat
secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

J. Konsep Dasar Keperawatan


Pengkajian Menurut Tucker (1998)
pengkajian pada klien dengan dispepsia adalah sebagai berikut:
1. Biodata
- Identitas Pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat.
- Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, hubungan
dengan pasien, alamat.
2. Keluhan Utama Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak nafsu makan, kembung, rasa kenyang
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis,
riwayat minumminuman beralkohol
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit
saluran pencernaan
5. Pola aktivitas Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur, makan makanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit
6. Aspek Psikososial Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah
interpersonal yang bisa menyebabkan stress
7. Aspek Ekonomi Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan
8. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lainlain.
b. Data sistemik
1) Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan, pengecap/penghidu, peraba, dan
lain-lain
2) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak
mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
3) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, dan lain-lain.
Laporan pendahuluan dyspepsia
4) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung, kekuatan, pengisian
kapiler, edema, dan lain-lain.
5) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu, orientasi tempat,
orientasi orang, dan lain-lain.
6) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan, bibir, mual dan
tenggorokan, kemampuan mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,
rectal toucher, dan lain-lain.
7) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan, kemampuan
memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
8) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan, dan lainlain.
9) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis, prostat, payudara, dan
lain-lain.
10) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK, vesika urinaria

K. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung


2) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya mual, muntah

Intervensi Keperawatan
NO NAMA DIAGNOSA NOC NIC

1 Nyeri akut NOC: 1. Lakukan pemenentukan


1. Pain level internngkajian nyeri secara
Definisi: Pengalman sensori dan emosional yang 2. Pain control komprehensif termasuk
tidak menyenangkan yang muncul akibat 3. Comfort level lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau ,kualitas dan faktor presipitasi
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian Kriteria hasil :
rupa 2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Mampu mengotrol nyeri ketidaknyamanan
Batasan karakteristik: ( tahu penyebab nyeri,
1. Perubahan selera makan mampu menggunakan teknik 3. Evaluasi pengalaman nyeri masa
2. Perubahan tekanan darah nonfarmakologi unutk lampau
3. Perubahan frekuensi jantung mengurangi nyeri, mencari
4. Perubahan frekuensi pernapasan bantuan) 4. Kontrol lingkungan yang dapat
5. Laporan isyarat mempengaruhi nyeri
6. Diaforesis 2. Melaporkan bahwa nyeri
7. Perilaku distraksi( mis. Berjalan mondar mandir berkurang dengan 5. Ajarkan pasien tekhink non
mencari orang lain) menggunakan manajemen farmakologi
8. Mengekspresikan perilaku(mis.gelisah,merang nyeri
kak, menangis) 6. Kolaborasi pemberian berikan
9. Sikap melindungi area nyeri 3. Mampu mengenali nyeri analgetik untuk mengurangi nyeri
10.Masker wajah( mis. Mata kurang bercahaya, ( skala, intensitas, frekuensi
tmabak kacau, meringis) dan tanda nyeri)
11. Dilatasi pupil
12. Melaporkan nyeri secara verbal 4. Menyatakan rasa nyaman
13. Gangguan tidur setelah nyeri berkurang

Faktor yang berhubungan :


Agen cedera(mis. Biologis, zata kimia, fisik,
psikologis)

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan NOC: Nutrition management :


tubuh 1. Nutritional status
2. Nutriotional status:food 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi:Asupan nutrisi tidak cukup untk memnuhi and fluid intake
kebutuhan metabolic 3. Nutritional status: nutrient 2. Monitor turgor kulit, kekeringan,
intake rambut kusam dan mudah patah
Batasan karakteristik : 4. Weight control
1) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat 3. Monitor mual dan muntah
badan ideal Kriteria hasil:
2) Diare 4. Anjurkn paien untuk
3) Kehilangan rambut berlebihan 1. Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe
4) Penurunanberatba dandengan asupan makanan badan sesuai dengan tujuan
adekuat 5. Anjurkan pasie untuk
5) Membrane mukosa pucat 2. Tidak ada tandatanda mal meningkatkan
6) Tonus otot menurun nutrisi

Faktor yang berhubungan : 3. Meningktakan fungsi


1. Factor biologis pngecapan dari menelan
2. Faktor ekonomi
3. Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient 4. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

3 Kekurangan volume cairan NOC: Fluid management


1) Fluid balance 1) Perttahankan catatan intake dan
Definisi: Penurunan cairan intravaskuler, 2) Hydration output yang akurat
interstisial, dan atau intravaskuler. Hal ini 3) Nutritional status: food
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa and fluid intake 2) Monitor status
perubahan pada natrium hidrasi(kelembapan membrane
Kriteria hasil : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
Batasan karakteristik : ortostatik)
1) Perubahan status mental 1) Mempertahankan urine
2) Perubahan tekanan darah output sesuai dengan usia 3) Monitor vital sign
3) Perubahan tekanan nadi dan BB
4) Perubahan volume nadi 4) Monitor masukan makanan/
5) Perubahan turgor kulit 2) Tekanan darah, nadi, suhu cairan dan hitung intake kalori
6) Perubahan turgor lidah tubuh dalam batas normal harian
7) Perubahan haluaran urin
8) Perubahan pengisisan vena 3) Tidak ada tanda- tanda 5) Kolaborasikan pemberian cairan
9) Perubahanmembran mukosa kering dehidrasi, elastisitas turgor IV
10) Kulit kering kulit baik, membaran
11) Peningkatan hematocrit mukosa lembab, tidak ada 6) Monitor status nutrisi
12) Peningkatan suhu tubuh rasa haus yang berlebihan
13) Peningkatan frekuensi nadi
14) Peningkatan urin
15) Penurunan berat badan
16) Haus
17) Kelemahan

Faktor yang berhubungan :


1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Kumar.2013.Dasar- dasar patofisiologi penyakit.jakarta.Binarupa Aksara

Guyton.2010. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit edisi revisi III. Jakarta.EGC

Marya R. K. 2013 . Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit. Tanggerang Selatan :
Binapura Aksara Publiser

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarka diagnosa medis & Nanda Nic Noc
.Edisi revisi jilid 1 & 2. Yogyakarta : MediAction

Wilkinson, Judith. M, Ahern Nancy R. 2011. Buku saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis, NANDA
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta :EGC
Bangli, 08 Desember 2021

Nama Pembimbing/CI Mahasiswa

Ni Putu Bella Agustina Gapar


Nip. Nim. 18.14401.004

Nama Pembimbing/CT

Drs. I Wayan Githa S.Kep, Ns, Mpd

Anda mungkin juga menyukai