Umbara: Pengetahuan Dan Praktik Konsumsi Jamu Jun Pada Masyarakat Semarang

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

UMBARA

Indonesian Journal of Anthropology


Volume 3 (2) Desember 2018 || eISSN 2528-1569 | pISSN 2528-2115 || http://jurnal.unpad.ac.id/umbara
DOI : 10.24198/umbara.v3i2.25573

Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu Jun pada Masyarakat Semarang

Muhammad Rizky Adi Pratama1, Fauzan Azalfa Nurhuda2


1,2
Program Studi Antropologi, FISIP, Universitas Padjadjaran
[email protected]

Abstract

Jamu jun is a traditional drink from Demak and is popular in along the north coast of Central Java. The
ingredients of jamu jun are 12 natural herbs. One of jamu jun outlets is Semawis Market in the Chinatown
area of Semarang City. Jamu jun can be classified as a beverage that has benefits because the ingredients
used are natural and used to warm the body and to treat some minor ailments such as gastritis. This research
discusses the knowledge and practice of consumption of jamu jun in the Semarang community by using
a qualitative research design. The scarcity of jamu jun makes knowledge and practice of consumption of
this herbal medicine needs to be discussed. The results of this research is both the seller and consumer of
jamu jun in Semarang understand the ingredients, manufacturing process, and benefits of herbal medicine.
The consumer also strongly believes in the efficacy of herbal medicine so they preserve the practice of
consuming jamu jun.

Keywords: jamu jun, herbal medicine, traditional drinks

Abstrak

Jamu jun adalah jamu berbahan baku 12 rempah alami yang berasal dari Demak. Jamu ini populer di
wilayah sepanjang pantai utara Jawa Tengah, salah satunya di Pasar Semawis di wilayah pecinan Kota
Semarang. Jamu jun tergolong sebagai minuman berkhasiat karena dapat digunakan untuk menghangat-
kan badan dan mengobati beberapa penyakit ringan seperti gejala begah dan masuk angin (gastritis). Pe-
nelitian ini membahas pengetahuan dan praktik konsumsi jamu jun pada masyarakat Semarang dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh mulai sulitnya jamu
jun untuk ditemukan, sehingga pengetahuan dan praktik konsumsi jamu ini perlu dilihat kembali. Hasil
dari penelitian ini menemukan bahwa penjual dan penikmat jamu jun di Semarang memiliki pengetahuan
mengenai bahan, proses pembuatan, dan manfaat jamu. Para penikmat juga sangat meyakini khasiat jamu
jun sehingga mereka melestarikan praktik konsumsi jamu ini.

Kata kunci: jamu Jun, obat herbal, minuman tradisional

76
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

Pendahuluan
Jamu merupakan sebutan bagi obat tradisional wa pengetahuan dan praktik konsumsi mas-
di Indonesia. Jamu dibuat dari bahan-bahan ala- yarakat pada jamu sebagai obat tradisional di
mi berupa tumbuhan, bagian tubuh hewan, dan Indonesia masih cukup tinggi.
rempah. Jamu sebagai obat tradisional meme-
gang peranan penting dalam pengobatan pen- Pada acara Gelar Kebangkitan Jamu Indonesia
duduk di negara-negara berkembang. Sekitar 2008, Presiden RI saat itu menyarankan pene-
70-80% populasi di negara berkembang memi- litian dan pengembangan jamu dan mengin-
liki ketergantungan kepada obat tradisional atau tegrasikannya dalam pelayanan kesehatan
jamu (Wijisekera, 1991). komplementer alternatif berbasis jamu sebagai
sistem ganda (dual sistem) di fasilitas pelayanan
Jamu adalah minuman tradisional asli In- kesehatan. Pelayanan kesehatan tradisional ber-
donesia yang memiliki khasiat sebagai obat basis ramuan atau jamu diatur dalam Pasal 59
(Siswanto, 2012). Jamu disajikan dalam ben- UU No. 36 tahun 2009. Selain itu, Presiden
tuk serbuk, seduhan, pil atau cairan. Jamu, juga menyarankan untuk meningkatkan kuali-
menurut Undang-Undang RI No. 23 tahun tas jamu sehingga dapat bersaing dengan obat
1992 tentang Kesehatan adalah bahan atau modern (obat yang dihasilkan oleh kedokteran
ramuan bahan yang berbahan dasar tumbu- barat). Pada saat ini, Industri Obat Tradisional
han, hewan, bahan mineral, sediaan sarian (IOT) memproduksi jamu dengan cara yang
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut kreatif dan inovatif agar produk yang dihasilkan
yang secara turun-temurun telah digunakan memiliki khasiat setara dengan produk keseha-
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. tan modern. Produk jamu disesuaikan dengan
Secara umum, khasiat jamu telah teruji oleh tradisi masyarakat modern, yaitu bersifat prak-
waktu, zaman, dan sejarah, serta bukti empiris tis, menarik, aman, dan fungsinya dikenal oleh
langsung yang dirasakan oleh manusia selama masyarakat (Maharrani, 2018).
ratusan tahun (Winarmo, 1997).
Pada tingkat lokal, sebagian masyarakat dari
Berdasarkan sejarah, jamu sudah menarik per- zaman dahulu sudah melakukan praktik kon-
hatian para dokter berkebangsaan Belanda, sumsi jamu, yang ditandai dengan ditemukan-
Inggris, dan Jerman sejak zaman penjajahan nya artefak peninggalan masa sebelum abad
Belanda pada awal abad ke-17, salah satunya ke-18 Masehi di tanah Jawa. Artefak ini beru-
dr. Carl Waitz. Ia akhirnya menerbitkan buku pa lumpang, alu, dan pipisan yang terbuat dari
berjudul “Practical Observations on a Num- batu yang menunjukkan bahwa penggunaan
ber of Javanese Medications” pada 1829 yang ramuan untuk kesehatan telah dimulai sejak
menjelaskan bahwa obat yang sering digu- zaman Mesoneolitikum. Penggunaan ramuan
nakan di Eropa dapat digantikan oleh herbal/ untuk pengobatan tercantum pada prasas-
tanaman (jamu) Indonesia. Misal, rebusan sirih ti sejak abad 5 Masehi juga tercantum pada
(Piper bettle) untuk obat batuk, rebusan kulit beberapa relief di Candi Borobudur, Candi
kayu manis (Cinnamomum) untuk mengatasi Prambanan, dan Candi Penataran pada abad
demam persisten, dan daun kayu manis un- 8-9 Masehi.
tuk mengatasi gangguan pencernaan. Hal ini
menunjukkan adanya praktik konsumsi jamu Uraian jamu secara lengkap tertulis pada Serat
pada tingkat internasional. Centini yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Adipa-
ti Anom Mangkunegoro III tahun 1810-1823.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Pada 1850, R. Atmasupana II menulis sekitar
Kesehatan Republik Indonesia (2018) tentang 1734 ramuan jamu. Djamoe merupakan sing-
pemanfaatan jamu oleh masyarakat Indonesia, katan dari djampi yang berarti doa atau obat
menemukan bahwa 59.12% masyarakat masih dan oesodo (husada) yang berarti kesehatan;
mengonsumsi jamu dan lebih dari 95.6% di dengan kata lain, djamoe berarti doa atau obat
antara pengguna itu mengakui manfaat jamu untuk meningkatkan kesehatan (Pringgouto-
bagi kesehatan. Hasil ini menunjukkan bah- mo 2007; Tilaar 2010)

77
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

Penelitian terdahulu tentang jamu dan obat faat yang ingin dirasakan. Selain dikonsumsi
tradisional telah dilakukan, antara lain oleh sebagai obat, beberapa bahan obat tradisional
Sudirga (2012), Supardi dan Susyanty (2010), juga dikonsumsi dalam bentuk makanan dan mi-
dan Sari (2006). Penelitian Sudirga (2012) numan, misalnya jamu; sehingga penggunanya
yang membahas tentang pemanfaatan tum- tetap dapat merasakan khasiat dari bahan-bahan
buhan tradisional di Trunyan, Kecamatan tersebut.
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali;
sedangkan penelitian Supardi dan Susyanty Penelitian ini dilakukan di wilayah Pecinan Sema-
(2010) membahas faktor-faktor yang mem- rang, Kelurahan Kauman, Kecamatan Sema-
pengaruhi penggunaan obat tradisional pada rang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah.
pengobatan sendiri sekaligus analisis data Wilayah ini merupakan wilayah yang dihuni
SUSENAS 2007 tentang model pengobatan oleh mayoritas penduduk dengan etnis Cina
yang banyak digunakan di Indonesia. Se- peranakan. Daerah ini memiliki banyak jenis
lain itu, penelitian tentang penggunaan dan obat-obat tradisional atau jamu yang diracik
pemanfaatan obat tradisional juga pernah dan dijual. Salah satunya adalah jamu jun.
dilakukan oleh Sari (2006). Penelitian terse-
but menjelaskan faktor-faktor yang menentu- Jamu jun pertama kali ditemukan oleh orang
kan ketepatan penggunaan dan pemanfaatan Jawa. Jamu ini berasal dari Demak dan banyak
obat tradisional. dijual di Semarang hingga di Pecinan pada malam
hari di Pasar Semawis. Oleh karena itu jamu
Obat tradisional memang dikenal luas memiliki ini juga cukup terkenal di kalangan masyarakat
efek samping yang lebih rendah daripada obat Pecinan Semarang. Jamu Jun terbuat dari bahan
medis pada umumnya. Selain itu, bagi bebera- dasar tepung beras yang diberi campuran aneka
pa masyarakat awam obat tradisional dianggap rempah-rempah. Jamu ini dipercaya berkhasiat
tidak memiliki efek samping sama sekali dan menghangatkan tubuh dan mengobati masuk
lebih baik dalam pengobatan dibanding obat angin. Jamu Jun belum banyak dibahas secara
medis pada umumnya. Namun, sebenarnya ilmiah, terutama dari sudut pandang antro-
obat tradisional pun yang secara umum berasal pologi kesehatan.
dari alam tentu memiliki kandungan organik dan
kimia yang tidak bisa sembarangan dikonsum- Penelitian tentang jamu sudah banyak dilaku-
si. Obat tradisional dapat dirasakan manfaatnya kan. Namun, penelitian tentang pengetahuan
apabila dikonsumsi dengan tepat yaitu dengan dan praktik konsumsi jamu jun pada masyarakat
memperhatikan kebenaran bahan, ketepatan do- di daerah Pecinan, Semarang yang bahan-bahan-
sis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara nya berbeda dari minuman jamu pada umumnya
penggunaan, dan ketepatan telaah informasi. belum pernah dilakukan. Kurangnya informasi
mengenai jamu Jun, merupakan suatu tantangan
Berdasarkan literatur yang sudah dibahas se- bagi para akademisi untuk memperkaya infor-
belumnya, dapat disimpulkan bahwa bahan-ba- masi tentang jamu ini. Oleh karena itu, peneli-
han yang digunakan untuk dijadikan obat tra- tian ini bertujuan mendeskripsikan pengetahuan
disional pada umumnya berasal dari tumbuhan, dan praktik konsumsi jamu jun pada masyarakat
hewan, ataupun bahan organik lainnya. Selain Semarang untuk melengkapi kekurangan terse-
itu, penggunaan obat tradisional ditujukan un- but. Aspek pengetahuan yang akan dibahas me-
tuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, ser- liputi meliputi pengetahuan pada bahan, cara
ta mengobati penyakit-penyakit ringan hingga pengolahan, khasiat, dan efek samping.
mengobati penyakit kronis.
Kajian Pustaka
Pengetahuan lokal sebagai bagian dari kebu-
dayaan memiliki peran yang penting dalam Penelitian ini merujuk pada konsep etnome-
pemanfaatan bahan-bahan obat tradisional, disin dan teori Health Belief Model untuk
karena pengetahuan tersebut menjadi pe- melihat pengetahuan dan praktik konsumsi
doman sehingga penggunaan obat tradisional masyarakat pada jamu jun yang merupakan
tidak berlebihan dan disesuaikan dengan man- perwujudan dari persepsi masyarakat terha-

78
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

dap jamu jun. seorang individu mengetahui tentang keadaan


sehat dirinya, dan bagaimana perilaku sehat
Etnomedisin tersebut ditunjukkan secara sadar dan ber-
dasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Etnomedisin atau pengobatan tradisional ada-
lah salah satu kajian ilmu antropologi. Etno- Teori Health Belief Model dalam konteks pe-
medisin dipandang sebagai suatu kepercayaan nelitian ini digunakan untuk melihat bagaima-
dan pengetahuan masyarakat tradisional yang na masyarakat membuat keputusan hidup
merupakan bagian dari unsur kebudayaan. sehat dengan memilih jamu jun sebagai minu-
Etnomedisin menjadi salah satu fokus para man berkhasiat. Penelitian ini menggunakan
antropolog pada awal perkembangan ilmu an- konsep tahapan dimensi dalam HBM yaitu:
tropologi. Rasa ingin tahu para antropolog ke- (a) perceived susceptibility yaitu pandangan
pada kepercayaan dan pelaksanaan medis di subjektif seseorang terkait kerentanan kondi-
masyarakat tradisional menjadi “akar” tertua si kesehatannya; (b) perceived severity yaitu
dari antropologi kesehatan (Foster dan Ander- keseriusan dalam menghadapi penyakit, misal
son, 1986). mencari informasi tentang suatu penyakit; (c)
perceived benefitsm, yaitu manfaat yang dira-
Etnomedisin juga merupakan studi tentang
sakan dari keseriusan tindakan dalam meng-
persepsi dan konsepsi masyarakat lokal da-
hadapi penyakit; (d) perceived barriers yaitu
lam memahami kesehatan atau studi yang
hambatan yang dirasakan ketika individu ingin
mempelajari sistem medis etnis tradisional
berubah atau mengambil tindakan terhadap
(Bhasin, 2007). Salah satu ciri etnomedisin
suatu penyakit; (e) health motivation yai-
adalah penggunaan obat dari bahan alam yang
tu motivasi individu untuk terus hidup sehat
terdapat di masyarakat penganut etnomedisin
yang dicerminkan melalui aksi dan keputusan
tersebut. Contoh kasus dari etnomedisin ada-
yang diambil; (f) cues to action, yaitu per-
lah jamu yang dipandang sebagai obat bagi
ilaku yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa memili-
(eksternal dan internal). Secara praktis, teori
ki pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman
health belief model digunakan agar individu
herbal baik yang dapat digunakan sebagai
membuat keputusan hidup sehat yang baik
jamu maupun tidak. Berdasarkan etnomedisin
bagi dirinya (Sinambela, Mahdiyah, dan Hel-
jamu tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat
miah, 2016).
pengetahuan lokal tentang tumbuhan (etno-
botani) yang menjadi salah satu unsur kebu- Secara umum, teori HBM melihat bahwa tin-
dayaan dari masyarakat Jawa. dakan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu persepsi terancam oleh penya-
Jamu jun termasuk ke dalam kategori etnome-
kit, persepsi manfaat dari tindakan keseha-
disin karena pembuatan jamu jun juga berkai-
tan, persepsi kerentanan terhadap penyakit,
tan dengan pengetahuan dan kepercayaan suatu
pengisyarat/penguat tindakan, dan faktor
masyarakat tentang sistem pengobatan. Jamu
karakteristik individu seperti umur, suku,
jun sebagai salah satu minuman yang dibuat
jenis kelamin, kepribadian, sosial ekonomi
untuk mencegah dan mengobati beberapa geja-
dan pengetahuan (Handayani dan Kristia-
la penyakit ringan, berasal dari pengetahuan dan
na, 2012). Pengetahuan dan praktik kon-
kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat
sumsi jamu jun menjadi suatu faktor dari
pesisir utara Jawa Tengah.
tindakan seseorang dalam kepercayaannya
Health Belief Model tentang perilaku sehat. Pengetahuan yang
didapat dari kepercayaan tersebut memben-
Health Belief Model (HBM) adalah teori tuk persepsi baru tentang konsep sehat.
yang menjelaskan alasan yang mendorong
keinginan atau ketidakinginan individu untuk Teori health belief model menjelaskan bahwa
melakukan perilaku sehat (Janz dan Becker, seseorang yang memiliki persepsi serius terh-
1984). Secara praktis, Health Belief Model adap kondisi kesehatan dirinya cenderung ber-
dipandang sebagai suatu konsep bagaimana tindak untuk menjaga kesehatannya (Widiarti,

79
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

et.al, 2016). Misal, memanfaatkan jamu untuk Tionghoa. Wilayah Pecinan selalu ada di seti-
pencegahan penyakit. Di dalam kasus penggu- ap kota, termasuk di Kota Semarang. Wilayah
naan obat tradisional atau minuman tradisional pecinan di Semarang berada di Kelurahan
berkhasiat seperti jamu, seseorang memiliki Kauman, Kecamatan Semarang Tengah, Kota
pandangan bahwa jamu adalah asupan yang Semarang, Jawa Tengah.
bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan-
nya. Hal ini menunjukkan perilaku sehat yaitu Di wilayah pecinan di Semarang, terdapat
melalui konsumsi jamu sebagai minuman tra- warung-warung obat tradisional etnis Tiong-
disional yang berkhasiat. hoa. Obat-obatan tersebut diracik oleh mereka
secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Di dalam konteks penelitian ini, Health Belief Begitu pun makanan ekstrim yang dianggap
Model memiliki kaitan dengan pengetahuan sebagai obat adalah makanan yang bumbu dan
dan praktik konsumsi jamu jun karena tinda- obatnya diracik oleh pendahulu mereka.
kan mengonsumsi jamu jun dilandasi keper-
cayaan dan persepsi bahwa jamu jun memiliki Pada setiap Jumat hinggu Minggu dari pukul
manfaat untuk mencegah dan mengobati be- 18:00 WIB hingga 22:00 WIB, di wilayah
berapa penyakit ringan. pecinan Semarang beroperasi pasar yang
dikenal dengan sebutan Pasar Semawis. Pasar
Metode ini menjadi salah satu ikon pariwisata di kota
Semarang. Di pasar ini, terdapat aneka ragam
Penelitian ini menggunakan desain kualita- makanan dan minuman yang dijajakan. Model
tif dengan model etnografi. Etnografi pada pasar ini adalah pasar kaget dengan menggu-
dasarnya bersandar pada observasi partisipan. nakan tenda temporer yang dominan berwarna
Hal ini terbukti dari cara pengumpulan data kuning dan putih sebagai lapak para penjual.
empiris yang relatif tidak terstruktur, sejum-
lah kecil kasus, pelaporan, dan teknik analisis Salah satu jenis dagangan yang disajikan di pasar
yang lebih bersifat interpretif dengan merang- Semawis adalah jamu jun. Jamu ini berasal dari
kum berbagai deskripsi fenomena (Hammer- Demak tetapi juga dikenal luas di seluruh wilayah
sley, 1992). Pada penelitian ini, data primer pantai utara Jawa Tengah. Jamu jun terbuat dari
dikumpulkan melalui wawancara mendalam bahan dasar tepung beras dan dicampur dengan
dengan pedagang dan konsumen jamu jun aneka jenis rempah. Bentuk jamu ini serupa
di Pasar Semawis, Semarang. Data primer bubur dan saat dijual disimpan dalam gentong
dianalisis mengikuti prinsip dasar olah data tanah liat yang disebut dengan jun, sehingga
kualitatif, yaitu penyusunan transkrip wawan- jamu ini dikenal dengan nama jamu jun (jamu
cara, pengkodingan transkrip, dan penyusunan gentong). Jamu Jun disajikan dalam mangkuk
matriks temuan tematik. saji kecil (lihat gambar 1). Jamu ini termasuk
jenis kuliner obat yang mulai samar di mas-
Pasar Semawis yang berada di kawasan Peci- yarakat dan hampir punah.
nan Semarang dipilih sebagai lokasi pene-
litian dengan pertimbangan bahwa pasar ini
menjajakan banyak panganan termasuk jamu.
Selain itu, pasar ini merupakan salah satu ikon
kuliner kota Semarang yang banyak dikunjun-
gi masyarakat terutama masyarakat Semarang
di akhir pekan. Populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat Semarang yang berkun-
jung ke pasar Semawis.

Hasil dan Pembahasan


Gambar 1.Jamu Jun (dokumentasi peneliti)
Pecinan atau Kampung Cina merujuk pada
wilayah yang mayoritas penduduknya beretnis Jamu jun adalah minuman yang berbahan

80
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

dasar tepung beras dan diberikan campuran marani, 2009). Selain itu, bahan-bahan lain
rempah-rempah dan disajikan dengan bubuk yang terkandung di dalam jamu jun seperti
merica sebagai pelengkap. Nama “jamu jun” kapulaga juga mempunyai khasiat yaitu untuk
dibuat karena ciri minuman tradisional ini meredakan radang lambung (gastritis), mual,
awalnya dijajakan keliling dan ditempatkan muntah, muntah, perut sebah, dan kembung
atau disimpan di suatu wadah yang disebut (Jumarani, 2009).
sebagai jun. Jamu jun saat ini sulit ditemukan
di daerah Demak dan Jepara, namun masih 2) Mengobati demam atau influenza
dapat ditemui di wilayah Semarang walaupun
Jamu jun dapat membantu mengobati demam
penjual aslinya sudah sangat jarang.
atau influenza karena kandungan kayu manis
Pengetahuan mengenai Jamu Jun di dalamnya. Kayu manis biasanya digunakan
pada pengobatan tradisional Cina untuk mengo-
Jamu jun adalah minuman yang unik karena bati orang yang mengalami demam atau influ-
disajikan seperti minuman kolak pisang. Ba- enza.
han-bahan yang digunakan untuk membuat
jamu tersebut antara lain tepung beras, tepung 3) Melegakan tenggorokan
beras ketan putih, gula jawa, lada bubuk,
rempah-rempah (adas manis, bunga lawang, Jamu jun dapat melegakan tenggorokan kare-
batang sereh, ruas ibu jari jahe ujuran, dan na kandungan merica bubuk. Merica bubuk
ruas kayu manis), santan, daun pandan, dan memiliki sensasi rasa pedas sehingga teng-
garam. gorokan menjadi terasa lebih segar. Selain itu,
terdapat juga kandungan sereh yang berfungsi
Jamu jun disajikan secara tradisional. Lang- untuk melegakan tenggorokan. Selain itu, be-
kah-langkah untuk membuat jamu jun adalah berapa manfaat lain dari jamu jun adalah dapat
1) sangrai bahan rempah hingga aroma keluar, mengobati batuk, mengobati masuk angin, dan
lalu beri air sedikit saja yaitu sekitar 250 ml; meningkatkan sistem kekebalan tubuh
2) setelah air mendidih saring rempah-rempah
kecuali jahe, lalu gula jawa dimasukkan hing- Ibu Lies, salah seorang penjual jamu jun di
ga larut; 3) campurkan tepung-tepung ke da- pasar Semawis menyatakan bahwa resep asli
lam 250 ml air, beri lada dan masak hingga jamu ini meliputi 21 macam rempah. Namun,
meletup, kemudian angkat; 4) masak santan jamu jun yang ia jual di pasar Semawis hanya
dan daun pandan, beri garam secukupnya, memakai 12 macam rempah saja. Penggunaan
kemudian aduk hingga air sedikit meletup; 5) rempah yang lebih sedikit ini dilakukan kare-
jamu jun sudah siap untuk dinikmati. na kelangkaan bahan rempah tersebut. Jumlah
rempah yang lebih sedikit menurutnya akan
Berdasarkan sejarahnya, jamu jun dibuat mengurangi khasiat dan rasa dari jamu jun itu
dengan bahan-bahan yang mudah ditemui di sendiri.
Demak. Jamu ini berfungsi sebagai obat dan
dibuat untuk menyembuhkan penyakit pada “Bahan-bahannya (sekarang) susah
masa yang lalu. Hal ini menjadikan jamu jun dicari, jadi cuman pakai beberapa
sesuai dengan penjelasan Permenkes No.003 rempah saja. Kalau nambah (rempah)
tahun 2010. Manfaat jamu jun antara lain lagi kan harganya jadi lebih ma-
adalah sebagai berikut: hal mas, pembeli jadi tambah sepi.”
(Wawancara bersama Ibu Lies)
1) Menghangatkan tubuh
Dua belas jenis rempah yang digunakan oleh
Jamu jun dapat menghangatkan tubuh karena Ibu Lies dalam jamu yang dijualnya adalah:
kandungan jahe di dalamnya. Selain itu, jahe cabe puyang (Piper retrofractum Vahl,) jahe
juga berfungsi sebagai obat untuk beberapa (Zingiber officinale), bunga lawang (Illicium
gangguan perut seperti mulas dan kembung. verum), kayu manis (Cinnamomum verum),
Menurut literatur, jahe sangat bermanfaat un- kapulaga (Amomum compactum), daun jeruk
tuk menghangatkan kulit maupun tubuh (Ju- (Citrus hystrix), kayu mesoy (Cryptocarya

81
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

massoia), merica hitam (Piper nigrum), mer- jun” yang membuatnya penasaran dan ingin
ica putih (Piper nigrum), batang sereh (Cym- tahu lebih dalam tentang jamu jun.
bopogon citratus), dan lada bubuk (Piper
nigrum) (lihat gambar 2). Bahan lain yang “Pertama saya membaca tulisan “jamu
digunakan adalah gula jawa dan santan. Seti- jun” di sebuah gerobak kecil pada
ap rempah, menurut penjual, memiliki khasiat malam hari di suatu jalan di Sema-
masing-masing. rang, saya lupa (nama jalannya).”
(Wawancara dengan Hirzan, pembeli
jamu jun)
Ia menuturkan bahwa ia sudah mengonsumsi
jamu jun cukup lama. Ia mengetahui bahwa
jamu jun memiliki khasiat, dan khasiat itu su-
dah terbukti kepada tubuhnya. Selain itu, ia
memiliki pengetahuan bahwa khasiat jamu
jun sudah terbukti secara ilmiah sehingga ia
merasa lebih yakin lagi untuk mengonsumsi
jamu ini.

Keberadaan jamu jun saat ini sudah mulai ja-


rang ditemui, khususnya di Semarang. Penjual
Gambar 2: Bahan Rempah dalam pembuatan Jamu yang semakin sedikit menyebabkan minuman
Jun. Sumber:Dokumentasi Peneliti ini sudah jarang dikenal oleh masyarakat. Ha-
nya sebagian orang saja yang masih mengon-
Menurut Ibu Lies, kata “jun” berarti “kendi” sumsi minuman ini, khususnya kalangan orang
atau “gentong gerabah berleher sempit”. Jamu dewasa yang berumur 40 tahun ke atas. Alasan
ini disimpan di dalam kendi untuk menjaga beberapa orang yang mengonsumsi jamu jun
suhunya agar tetap hangat. Dahulu kala, jamu hingga saat ini adalah karena masih memper-
ini dijajakan keliling seperti halnya jamu gen- cayai khasiat dari jamu jun, dan alasan yang
dong. paling utama adalah karena penasaran dan ingin
mencoba jamu jun.
Pengetahuan Ibu Lies mengenai jamu jun
didapatkan dari pengalamannya ketika ia rema- Sebagian orang meyakini manfaat atau khasi-
ja. Pada saat itu, ia membantu orangtuanya at dari jamu jun karena bahan-bahan yang ter-
yang bekerja sebagai penjual jamu. Jamu yang kandung di dalamnya memiliki khasiat. Kha-
dijual tak hanya jamu jun saja, melainkan je- siat-khasiat tersebut dipercayai karena sudah
nis-jenis jamu yang lainnya seperti beras ken- dirasakan oleh informan dan terbukti secara
cur, kunyit asam, dan kunci sirih. ilmiah.

Pengalaman Ibu Lies membantu orangtuanya Praktik Konsumsi Jamu Jun


pada saat remaja menyebabkan ia mengetahui
banyak hal tentang jamu. Ibu Lies saat ini ha- Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu ber-
nya menjual jamu jun di Pasar Semawis karena pengaruh terhadap praktik atau tindakan orang
ia menganggap jamu jun sudah sangat langka. tersebut; di dalam konteks penelitian ini adalah
Selain itu, minat pelanggan terhadap jamu ini hubungan antara pengetahuan terhadap praktik
masih cukup tinggi; sehingga Ibu Lies dapat konsumsi jamu jun. Penulis mewawancarai dua
memenuhi kebutuhan ekonominya dengan ber- konsumen secara singkat mengenai jamu jun.
jualan jamu ini. Konsumen pertama adalah Reza, pengunjung
pasar Semawis, laki-laki berumur 38 tahun,
Pengetahuan salah satu pembeli mengenai etnis Jawa, tinggal di Ungaran, Jawa Tengah,
jamu jun didapatkan dari kunjungannya ke dekat dengan Kota Semarang dan hampir seti-
daerah Semarang. Kunjungan tersebut mem- ap minggu mengunjungi pasar ini. Konsumen
buatnya tidak sengaja melihat tulisan “jamu kedua adalah Hirzan, laki-laki dengan umur

82
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

45 tahun, etnis Cina Peranakan, tinggal di dari berbagai kontaminasi sehingga manfaat-
Kota Semarang, dan sering mengunjungi Pasar nya dapat terus dirasakan oleh konsumen jamu
Semawis minimal 1 kali dalam seminggu. jun.
Hirzan berpendapat bahwa jamu jun berkha- Simpulan
siat menghangatkan tubuh dan meningkat-
kan sistem kekebalan tubuh. Ia mengonsumsi Pengetahuan penjual dan konsumen di pasar
jamu tersebut pada malam hari. Ia sebenarnya Semawis tentang jamu jun (bahan dan khasi-
bukan konsumen yang mengonsumsi jamu atnya) secara umum sudah cukup memadai.
jun secara rutin, melainkan hanya mengon- Pengetahuan penjual diperoleh dari sosialisasi
sumsi jamu jun apabila dirinya menginginkan dari orangtuanya ketika ia remaja; sedangkan
saja. Walaupun demikian, konsumen ini su- konsumen secara umum mendapatkan penge-
dah cukup lama mengkonsumi jamu ini, tetapi tahuan tentang jamu jun dari penjual yang ber-
ia tidak memiliki jadwal tetap dalam mengon- jualan di pasar Semawis. Selain itu, jamu jun
sumsi jamu jun. Hal ini karena jamu jun sudah yang sudah mulai sulit ditemui menjadi daya
jarang dipasarkan atau dijual. tarik bagi konsumen untuk mencoba dan ber-
tanya tentang jamu jun. Pengetahuan tersebut
Berbeda dengan Hirzan, Reza mengatakan membuat konsumen lebih meyakini khasiat
bahwa ia mengonsumsi jamu jun hanya ketika yang ada pada jamu jun sehingga banyak dari
ia mengunjungi pasar Semawis saja. Artinya, mereka menyatakan ingin kembali mencoba
ia hanya mengonsumsi jamu jun pada malam jamu jun.
hari, 1 hingga 2 kali dalam seminggu. Prak-
tik konsumsi ini dipengaruhi oleh keberadaan Daftar Pustaka
jamu jun yang sudah sangat jarang sehingga ia
sulit mendapatkan jamu jun selain dari pasar Bhasin, V. (2007). Medical Anthropology: a Re-
Semawis. view. Ethno.Med., 1(1) 1-20.
Foster, G. M., dan Anderson, B. G. (1986). An-
Hirzan dan Reza memiliki cara penyajian dan tropologi Kesehatan. Penerbit Universitas
konsumsi jamu jun yang sama. Jamu ini disa- Indonesia (UI-Press).
jikan di dalam mangkuk kecil, dengan diberi Hammersley, M. (1992). What’s Wrong with Eth-
sendok untuk memakannya. Walaupun ber- nography. London: Routledge.
nama jamu yang identik dengan minuman, Handayani, L., dan Kristiana, L. (2012). Peman-
jamu jun secara fisik lebih mirip bubur, be- faatan Jamu Untuk Gangguan Kesehatan Re-
gitu juga cara mengonsumsinya. Konsumen produksi Perempuan, Analisis Lanjut Data
jamu jun di Pasar Semawis mengonsumsinya Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Bule-
seperti mengonsumsi bubur, secara perlahan tin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(3 Jul),
suap demi suap. Selain itu, penyajiannya yang 301–309.
diberi santan, ronde, dan merica sebagai top- Janz, N. K., dan Becker, M. H. (1984). The Health
Belief Model: A Dekade Later. Health Edu-
ping. Jamu jun harus diaduk terlebih dahulu
cation Quartely, Vol 11 (1), 1–47.
sebelum dikonsumsi agar topping dan jamu
Jumarani, L. (2009). The Essence Of Indonesian
bercampur dan menghasilkan rasa jamu jun
SPA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
yang asli. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Selain bahan-bahannya yang berkhasiat baik
Maharrani, A. (2018). Mempertahankan Eksisten-
bagi kesehatan, jamu jun juga diolah dengan
si Jamu. Retrieved from Beritagar.id web-
memperhatikan kebersihan. Kebersihan da- site: https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/
lam proses pengolahan jamu jun sangat di- mempertahankan-eksistensi-jamu
jaga. Hal ini terbukti dengan digunakannya Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang
plastik untuk menutupi mulut jun atau tempat RI No. 23 Tentang Kesehatan. , (1992).
penyimpanan jamu. Selain itu, plastik juga di- Pringgoutomo, S. (2007). Riwayat Perkembangan
gunakan untuk mengambil topping yang ada. Pengobatan dengan Tanaman Obat di Dunia
Hal ini bermaksud untuk melindungi jamu jun Timur dan Barat, Buku Ajar Kursus Herbal

83
UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology Pratama, Nurhuda, Pengetahuan dan Praktik Konsumsi Jamu ...

Dasar untuk Dokter. Jakarta: Balai Penerbit


FKUI.
Sari, L. O. R. K. (2006). Pemanfaatan Obat Tra-
disional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan
Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian,
III(1), 1–7.
Sinambela, D. P., Mahdiyah, D., dan Helmiah, R.
(2016). Persepsi Remaja Putri Tentang Kon-
sumsi Jamu-Jamuan Untuk Mengatasi Nyeri
Haid Di Sman 8 Banjarmasin. Dinamika
Kesehatan, 7(2), 124–135.
Siswanto. (2012). Saintifikasi Jamu Sebagai Upaya
Terobosan Untuk Mendapatkan Bukti Ilmiah
Tentang Manfaat Dan Keamanan Jamu. Bule-
tin Penelitian Sistem Kesehatan, 203–211.
Sudirga, S. K. (2012). Pemanfaatan Tumbuhan
Sebagai Obat Tradisional Di Desa Trunyan
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.
Bumi Lestari Journal of Environment, 4(2).
Supardi, S., & Susyanty, A. L. (2010). Penggu-
naan Obat Tradisional dalam Upaya Pen-
gobatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data
SUSENAS Tahun 2007). Buletin Peneliti
Kesehatan, 38(2), 80–89.
Tilaar, M. (2010). Healthy Lifestyle With Jamu.
Jakarta: Dian Rakyat.
Waitz, F. A. C. (1829). Practical Observations on
a Number of Javanese Medications. Amster-
dam.
Widiarti, A., Bachri, A. A., dan Husaini, H. (2016).
Analisis Pengaruh Faktor Perilaku Terha-
dap Pemanfaatan Kearifan Lokal Sebagai
Obat Tradisional Oleh Masyarakat Di Kota
Palangka Raya. Jurnal Berkala Kesehatan,
2(1), 30.
Wijisekera, R. (1991). Plant-derived Medicines
And Their Role In Global Health. Florida:
CRC Press.
Winarmo, F. (1997). Naskah Akademis Keamanan
Pangan. Bogor: Insitut Pertanian Bogor.

84

Anda mungkin juga menyukai