LP ANC + SC KABER (Minggku Ke 1)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTE NATAL CARE + SC

Oleh:

ZULKIFLI

202010461011034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
A. KONSEP DASAR PERIODE ANTENATAL
1. Pengertian Antenatal Care
 Antenatal care/ANC adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
berupa pengawasan yang diberikan kepada ibu hamil untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan janin, baik berupa kesehatan fisik maupun kesehatan mental
(Manuaba 2008).
 Antenatal care merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
masalah atau komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan agar dapat diatasi
dengan segera untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Handerson,
2006).
 Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan(Depkes RI, 2010).
Jadi antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang diberikan kepada ibu
hamil untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin serta untuk mengetahui masalah
atau komplikasi yang terjadi selama kehamilan.

Tujuan dilakukannya antenatalcareyaitu :


Tujuan umum antenatal care terpadu menurut Depkes (2010) untuk memenuhi hak
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang
sehat. Adapun tujuan khusus dari antenatal care adalah sebagai berikut :
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan ibu secara fisik dan mental dengan cara
memberikan pendidikan kesehatan dan memantau kondisi kehamilan secara
berkala.
b. Mendeteksi secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama proseskehamilan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu dan anak.
c. Memberikan penanganan yang tepat dan cepat jika terdapat ketidaknormalan atau
komplikasi selama masa kehamilan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat pada ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dapat berjalan nomal serta mampu
memberikan ASI eksklusif.
f. Memaksimalkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh dan berkembang secara normal(Manuaba, 2008).

2. Epidemiologi

Asuhan perawatan pada fase antenatal diupayakan untuk menurunkan angka


morbilitas dan mortalitas pada wanita hamil. Rasio kematian ibu di negara
berkembang ini ditemukan lebih tinggi daripada negara maju. SDKI tahun 2007,
angka kematian ibu saat hamil atau melahirkan adalah 228 per 100.000 kelahiran
hidup (Depkes RI, 2010).

3. Etiologi

Kehamilan dapat terjadi karena adanya sperma yang membuahi sel telur pada masa
ovulasi. Saat terjadi ejakulasi kurang lebih 3cc sperma dikeluarkan dari organ
reproduksi pria yang berisi kurang lebih 300 juta sel sperma. Setelah masuk ke organ
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan dan hanya satu
sperma yang mengalami proses kapitasi dan mampu melakukan penetrasi membran
sel ovum. Setelah itu akan terjadi proses nidasi, yaitu tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Setelah bernidasi selama kurang lebih 10 hari maka akan
dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin (Sarwono, 2009).

4. Patofisiologi
(terlampir)

5. Klasifikasi
a. Kehamilan normal
Tidak ada riwayat kelainan obsetri, ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan.
b. Kehamilan dengan masalah khusus
Masalah khusus yang dimaksud seperti masalah keluarga atau psikososial,
kekerasan dalam rumah tangga dan kebutuhan finansial.
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk
konsultasi atau kerjasama penanganan
Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, pertumbuhan janin terhambat,
infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dll
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan
Seperti perdarahan, eklamsia, ketuban pecah dini atau kondisi kegawatdaruratan
lain pada ibu dan bayi (Mitayani, 2009).

6. Gejala dan Tanda Kehamilan


Tanda – tanda kehamilan :
a. Tanda kehamilan presumptive
Perubahan yang dirasakan oleh wanita hamil itu sendiri dan masih bersifat tidak
pasti, seperti : amenorea, mual dan muntah, ngidam, syncope, payudara membesar
dan mengencang, sering miksi, konstipasi, pigmentasi kulit dan varises.
b. Tanda kehamilan probable
Tanda kehamilan yang masih bersifat mungkin, diketahui melalui hasil dari
pemeriksaan petugas kesehatan, seperti : pembesaran perut, tanda hegar, tanda
chadwicks, tanda piscaseck, tanda ballotement, kontraksi braxton hicks, dan
pemeriksaan tes biologis kehamilan (positif).
c. Tanda kehamilan positive
Tanda kehamilan pasti yang dinilai dari adanya gerakan janin dalam rahim, denyut
jantung janin dan teraba bagian – bagian janin (Lowdermilk, et al, 2006).

Pada proses kehamilan terjadi beberapa perubahan pada tubuh wanita :


a. Uterus
 Uterus bertambah besar dengan panjang 32 cm, lebar 24 cm dan ukuran muka
belakang 22 cm. Uterus membesar maka peredaran darah ke rahim bertambah.
 Melunaknnya servik dan berwarna ungu kebiruan
“Godells sign” : keadaan servik yang lunak dan akibat dari peningkatan
vaskularisasi.
“Chadwiks sign” : keadaan kebiruan pada servik dan vagina juga diakibatkan
oleh peningkatan vaskularisasi.
“Hegars sign” : keadaan melunaknya bagian uterus bagian bawah. Terjadi pada
usia kehamilan 2-3 bulan.
“Uterine enlargement” : terjadi selama masa bertambahnya umur kehamilan.
b. Serviks
Terjadi hipervaskularisasi dan perlunakan pada serviks karena peningkatan
hormon estrogen dan progesteron.
c. Vagina
Vagina berwarna kebiruan, elastisitas vagina bertambah dan sekresi berwarna
putih dan bersifat sangat asam.
d. Ovarium
Ovulasi berhenti dan pada trimester pertama ditemukan corpus luteum graviditas.
e. Dinding perut
 Striae Gavidarum : garis –garis pada abdomen yang berwarna putih keabuan
terjadi akibat peregangan pada jaringan bawah kulit.
 Striae Lividae : garis - garis seperti strie gavidarum namun berwarna biru dan
sering terjadi pada primigravida.
 Striae Albicans : garis – garis serupa namun berwarna putih.
 Pembesaran abdomen
f. Payudara
Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon estrogen
dan progesteron. Selain itu terjadi peningkatan hormon somatomamotropin untuk
produksi ASI.
g. Berat badan
Peningkatan berat badan yang drastis disebabkan oleh berat janin, berat rahim,
penimpunan lemak di pantat atau payudara, edema kaki. Trimester pertam naik 1
kg, trimester kedua 5kg dan trimester ketiga kira kira naik 5.5kg.
h. Kardiovaskuler
 Tekanan darah
Tekanan darah sistolik umumnya tidak ada perubahan, tetapi akan cenderung
menurun pada usia kehamilan yang semakin tua. Tekanan darah diastolik
cenderung menurun mulai trimester pertama dan semakin menurun sampai usia
kehamilan 24 sampai 32 minggu, tetapi secara bertahap semakin meningkat
samapai aterm.
 Komposisi darah dan volume darah
Volume darah ibu cenderung meningkat samapai 40% - 45 % dari total volume
darah saat sebelum hamil. Sel darah merah (SDM) meningkat sekitar 20% -
30%, tetapi karena volume plasma meningkat melebihi peningkatan SDM, atau
terjadi hemodelusi, maka niali Hb akan cenderung lebih rendah serta nilai
hematokrit 37% - 47%. Sel darah putih, terutama granulosit, cenderung
meningkat mulai trimester kedua.
 Cardiac output
Cardiac output meningkat 30%-50% pada 32 minggu, dan peningkatannya
sekitar 20% pada usia kehamilan 40 miinggu.
i. Respiratory system
Respiratory rate biasanya tidak ada perubahan tetapi bisa sedikit meningkat
terutama pada usia kehamilan yang semakin tua. Pada usia kehamilan 10 minggu
PCO2 akan menurun.
j. Renal System
Frekuensi berkemih cenderung meningkat berkaitan dengan peningkatan desakan
pembesaran abdomen pada vesika urinary.
k. Integumentary System
Pada beberapa ibu hamil menungkinkan akan ada chloasma gravidarum
(hiperpigmentasi pada wajah dan leher). Hiperpigmentasi juga terjadi pada papila
dan areola mamae ibu. Line atau garis vertikal di tengah perut ibu juga mengalami
hiperpigmentasi atau disebut linea nigra. Pada kulit ibu juga bisa mengalami striae
gravidarum yaitu garis-garis seperti guratan pada kulit terutama pada perut, paha,
pantat atau mamae ibu yang dapat disebabkan oleh terlepasnya elastisitas kolagen
kulit yang dapat dipengaruhi oleh reaksi adrenocorticosteroid.
l. Musculoskeletal system
Pembesaran abdomen membuat tulang belakang melengkung dan semakin sulit
untuk berjalan.
m. Neurologic System
Dorsolumbar lordosis mungkin akan menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, edema
pada ekstremitas akan mungkin menimbulkan carpal tunnel syndrome pada
trimester 3.
n. Gastrointestinal System
Nafsu makan pada ibu hamil biasanya mengalami perubahan ynag fluktuatif.
Mulut biasanya akan mengalami kemerahan dan sedikit bengkak. Pada usia
kehamilan memasuki bulan ke 7 dan ke 8 bagian saluran pencernaan bagian atas
akan mengalami herniasi (hiatal hernia). Pada lambung terjadi relaksasi otot-otot
pencernaan sehingga bising usus menurun, dan pencernaan lebih lama sehingga
lebih mudah mengalami mual dan muntah. Kondisi liver umumnya tidak
mengalami perubahan, tetapi mungkin akan terjadi perubahan minimal.
o. Endocrine system
Selama proses kehamilan, hormon estrogen dan progesteron mengalami
peningkatan pada masa awal kehamilan sampai UK 14 minggu sebelum
digantikan fungsi hormon tersebut oleh placenta. Prolactin mulai diproduksi mulai
trimester pertama dan jumlahnya semakin meningkat sampai aterm. Produksi
oxytocin oleh pituitary posterior semakin meningkat seiring pertumbuhan dan
perkembangan fetus. Kelenjar tiroid sedikit membesar selama kehamilan karena
peningkatan fungsi kelenjar tersebut (Lowdermilk, et al, 2006).

7. Prosedur Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Periode Antenatal


a. Pemeriksaan Leopold
1) Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak
akan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan
2) Persilahkan ibu untuk berbaring
3) Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh perut ibu tampak jelas sampai batas
dibawah proc. Xypoideus, kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua telapak
kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha (coxae) dan
lutut (genu), untuk mengurangi ketegangan dinding perut
4) Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
5) Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian
keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk
6) Pemeriksa berada disisi kanan ibu mengahadap bagian lateral kanan
7) Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan

Leopold 1 :
 Tujuan : untuk mengetahui bagian tubuh janin yang berada di bagian fundus.
Bila kepala : bulat, keras, dan dapat digerakkan (balotemen).
Bila bokong : lunak, bentuk tidak spesifik, tidak dapat digerakkan.
Bila letak lintang maka palpasi didaerah fundus akan teraba kosong.
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah denga meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian
atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut
dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
 Pemeriksaan usia kehamilan dan tinggi fundus :
- Sebelum bulan ketiga fundus uteri tidak dapat diraba
- (12 minggu) : tinggi fundus 1-2 jari diatas sympisis
- (16 minggu) : tinggi fundus pertengahan sympisis
- (20 minggu) : tinggi fundus 3 jari dibawah pusat
- (24 minggu) : tinggi fundus setinggi pusat
- (28 minggu) : tinggi fundus 3 jari diatas pusat
- (32 minggu) : tinggi fundus pertengahan prosesus xipoideus dan pusat
- (36 minggu) : tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus
- (40 minggu) : tinggi fundus pertengahan prosesus xipoideus dan pusat

Usia kehamilan (bulan) = Tinggi fundus (cm)/ 3.5 cm


Keterangan :
Tinggi Fundus (cm) Usia Kehamilan (bulan)
20 5
23 6
27 7
30 8
33 9

Leopold 2 :
 Tujuan : untuk menentukan letak punggung janin.
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).

Leopold 3 :
 Tujuan : untuk menentukan bagian tubuh janin yang terdapat dibagian bawah,
apakah kepala janin sudah atau belum mencapai pintu atas panggul.
 Pemeriksa tetap menghadap ke muka klien
 Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
 Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin (kepala) dan
tentukan sudah terfiksir atau belum.

Leopold 4 :
 Tujuan : untuk menentukan usia kehamilan dan sejauh mana kepala janin sudah
memasuki pintu atas panggul.
 Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki klien
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari tangan
yang meraba dinding bawah uterus
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen atau
divergen).

b. Pengukuram Denyut Jantung Janin (DJJ)


DJJ dapat dipantau dengan stetoskop Laenec atau Doppler.DJJ dihitung secara
penuh dalam 1 menit dengan memperhatikan keteraturan serta
frekuensinya(Baety, 2012).Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
 Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
 Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan *
 Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin *
 Funandoskop diletakkan secara tegak lurus terhadap dinding perut
 Raba nadi ibu pada pergelangan tangan
 Pastikan DJJ dengan cara membedakan bunyi yang didengar dengan nadi ibu
 Hitung jumlah DJJ permenit dengan benar (hitung DJJ selama 5 detik, istirahat
5 detik lakukan sampai 3 kali dan hasilnya dijumlah dan dikalikan 4). DJJ yang
normal kurang lebih 120-140 permenit.
 Beri penjelasan pada klien hasil pemeriksaan detak jantung janin

c. Penentuan Taksiran Berat Janin


Taksiran berat janin melalui pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan
menggunakan rumus Niswander yaitu :
Taksiran Berat Badan Janin (TBJ) = 1,12 (TFU – 7,7) x 100 gr (Bobak, 2005).

d. Penentuan Taksiran Usia Kehamilan


Untuk dapat menghitung usia kehamilan anda berdasar HPHT hanya dapat
dilakukan oleh ibu hamil yang memiliki siklus haid normal dan teratur (28-30
hari). Untuk taksiran usia kehamilan berdasar HPHT dapat menggunakan rumus
Neagele, selain dapat menghitung usia kehamilan, rumus ini juga dapat digunakan
untuk menghitung hari perkiraan lahir (HPL). Penggunaan rumus ini adalah
dengan menambahkan 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir, kemudian
mengurangi bulan dengan 3 dan menambahkan 1 pada tahunnnya, sedangkan
untuk bulan yang tidak bisa dikurangi 3, misalnya Januari, Februari, dan Maret,
maka bulannya ditambah 9, tapi tahunnya tetap tidak ditambah atau dikurangi.

e. Pemeriksaan Antropometri pada Ibu Hamil


Menurut Shoutheast Asian Food and Agricultural Science and Technology, IPB
menjelaskan pemeriksaan antropometri meliputi:
1) Berat Badan :
- Tempatkan timbangan berskala pada permukaan lantai yang datar
- Pastikan skala timbangan berada pada jangka nol (0,0) sebelum
penimbangan dimulai
- Responden diminta untuk berdiri diatas timbangan dengan posisi badan
tegak dan pandangan mata lurus ke depan
- Baca skala
- Catat hasil pengukuran

2) Tinggi Badan :
- Gantungkan microtoise pada dinding dan lantai yang datar pada ketinggian
200 cm dari bawah lantai)
- Pastikan skala 0 (garis merah) berada pada tepat pada saat menyentuh
lantai
- Mintalah ibu hamil untuk berdiri membelakangi dinding, punggung dan
bokong menempel ke dinding, tangan tegak ke bawah, tanpa alas kaki
- Geser microtoise persis menempel diatas kepala responsden, baca skala
dan catat hasilnya.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA) :
- Pengukuran menggunakan pita, pita pengukur dilingkarkan ke lengan
subjek dan dibaca skalanya serta dicatat.

f. Mengukur tekanan darah


Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara teratur untuk melakukan deteksi
dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Tekanan darah tinggi, protein urin
positif, pandangan kabur atau oedema pada ekstremitas. Apabila tekanan darah
mengalami kenaikan 15 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak 1 jam
atau tekanan darah > 140/90 mmHg, maka ibu hamil mengalami preeklamsi.
(Mufdillah, 2009).

g. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap


Antigen Interval Lama Perlindungan % Perlindungan
TT1 Pada Kunjungan - -
antenatal pertama
TT2 4 minggu setalah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99

h. Pemberian tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan


Pemberian tablet penambah darah dimulai setelah rasa mual hilang satu tablet
setiap hari, minimal 90 tablet. Tiap tablet mengandung FeSO4 30mg dan asam
folat 500. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh atau kopi,
karena dapat mengganggu penyerapan (Sarwono, 2006).
Standar Pelayanan Minimal Antenatal Care “7T” yaitu :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
 Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-
ringannya
 Peningkatan berat badan pada masa kehamilan sangat penting,. Setidak-tidaknya
antara 9-11 kg sampai menjelang bayi lahir
 Berat badang < 45 kg pada trimester II atau di bawah kurva pada KMS ibu
hamil menunjukkan ibu kurus, besar kemungkinan ibu akan melahirkan bayi
dengan BBLR.
 Bila berat badan ibu jauh diatas kurva pada KMS ibu hamil, perlu dicurigai
adanya kemungkinan melahirkan bayi besar dan menimbulkan gangguan dalam
persalinan
b. Ukur Tekanan Darah
 Tekanan darah normal adalah 110/80-140/90 mmHg. Bila > 140/90 mmHg hati-
hati adanya preeklamsia
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri
 Tinggi fundus uteri ditentukan dalam sentimeter (cm), yaitu jarak antara
symphisis pubis dengan puncak tinggi fundus uteri
 Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk memeriksa kehamilan,
menentukan letak janin dalam kandungan normal atau tidak, memperkirakan
berat badan janin dan dapat menentukan detak jantung janin
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap
 Bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum. Imunisasi pertama diberikan
mulai hamil 3 bulan dan imunisasi kedua diberikan minimal 1,5 bulan sesudah
imunisasi pertama
e. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan
 Ibu hamil harus minum tablet zat besi satu tablet sehari atau paling sedikit 90
tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2006).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin mencangkup pemeriksaan hemoglobin, protein
urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah
prevalensi tinggi atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria,
tuberkolosis, cacingan dan thalasemia (Mitayani, 2009).
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG untuk melihat jenis kelamin, tafsiran kehamilan, tafsiran berat
janin dan jumlah cairan amnion (Mitayani, 2009).

9. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis kehamilan yang harus diperhatikan adalah tanda pasti
kehamilan :
a. Adanya DJJ
Terdeteksi umur kehamilan 10 minggu dengan doppler sedangkan dengan
funandoskop umur kehamilan 18-20 minggu. (DJJ rendah 110-120 kali permenit,
tinggi 150-160 kali permenit).
b. Fetal movement, dengan palpasi trimester ketiga
c. Gerakan janin ini lebih cepat diketahui dengan USG

10. Penanganan
Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 - 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah minggu 36).

Kunjungan Waktu Infomasi penting


Trimester I sebelum 14  Membangun hubungan saling percaya antara petugas
minggu kesehatan dengan ibu hamil
 Mendeteksi masalah dan menanganinya
 Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatus, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan
 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat, dsb.)
Trimester II 14 - 28minggu  Sama seperti di atas , ditambah kewaspadaan khusus
mengenai pre-eklamsia (tanya ibu tentang gejala-
gejala pre-eklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)
Trimester III 28 - 36 minggu  Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah kehamilan ganda
Trimester IV sesudah minggu  Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi tidak
36 normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran
di rumah sakit

11. Komplikasi Kehamilan


Jika tidak melaksanakan ANC sesuai dengan aturan maka dikhawtirkan akan terjadi
komplikasi selama kehamilan.
a. Komplikasi obstetrik langsung
 Perdarahan
 Preeklamsia / eklampsia
 Kelainan letak
 Hidramnion
 Ketuban pecah dini
b. Komplikasi obstetrik tidak langsung
 Anemia
 Malaria
c. Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik
Kecelakaan, keracunan, kebakaran.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN ANC
I. Identitas Pasien
Anamnesa identitas istri dan suami, kaji identitas pasien dan suami secara
umum meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status, agama, suku, alamat,
nomer cm, tanggal mrs, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.
II. Alasan kunjungan, keluhan-keluhan
Mengkaji alasan pasien melakukan kunjungan ke poli apakah untuk
pemeriksaan rutin atau keluhan patologis lain.
III. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
 Riwayat menstruasi
Kaji kapan atau umur berapa klien menarch, jumlah serta lamanya
menstruasi, keluhan-keluhan saat menstruasi dan hpht.
 Riwayat pernikahan
Kaji berapa kali pasien menikah dan lamanya menikah
 Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
 Riwayat kehamilan saat ini
Kaji status obstetrikus gravida partus dan abortus, taksiran persalinan, usia
kehamilan dan ANC kehamilan saat ini.
 Riwayat keluarga berencana
Kaji jenis KB yang digunakan pasien sebelumnya serta lamnya
penggunaan. Kaji pula keluhan selama penggunaan jenis KB tersebut.
 Riwayat penyakit klien dan keluarga
Kaji riwayat penyakit keturunan atau menular pasien dan keluarga
IV. Pola Fungsi Kesehatan
 Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Menguraikan tentang status kesehatan secara keseluruhan, pandangan klien
terhadap kesehatan serta cara mengatasi masalah kesehatannya
 Nutrisi/metabolik
Menguraikan tentang nutrisi dan proses metabolik yang dialami oleh klien
sebelum dan setelah masuk rumah sakit
 Pola eliminasi
Menjelaskan pola BAB dan BAK klien sebelum dan setelah masuk rumah
sakit serta apakah ada alat bantu yang digunakan dalam pola eliminasinya
 Pola aktivitas dan latihan
Menjelaskan pengaruh penyakit yang dialami klien terhadap aktivitas sehari
harinya dibanding dengan saat sehat
 Oksigenasi
Kaji riwayat airway dan breathing klien, kaji respiration rate apakah klien
sesak atau tidak.
 Pola tidur dan istirahat
Menjelaskan mengenai pengaruh penyakit terhadap pola tidur dan istirahat
klien dibandingkan dengan sebelum masuk rumah sakit
 Pola perseptual
Menguraikan pengetahuan klien mengenai kondisi kehamilannya dan
pandangannya terhadap kehamilannya. Serta kedaan indra dan orientasi
klien saat ini.
 Pola persepsi diri
Menguraikan perasaan klien ketika mengalami kehamilan. Tanyakan pada
klien apakah klien mampu menerima dan menyesuaikan diri dengan
kehamilannya.
 Pola seksual dan reproduksi
Menguraikan apakah kehamilan klien mempengaruhi pola seksual dan
reproduksi klien serta apakah terdapat gangguan hormon yang berkaitan
dengan reproduksi.
 Pola peran – hubungan
Menjelaskan dampak dan pengaruh kondisi klien terhdap perannya
dimasyarakat dan keluarga serta hubungannya dengan orang lain
 Pola manajemen koping stress
Menanyakan apakah klien stress ketika mengetahui penyakitnya saat
kehamilan serta perasaan emosional yang dialami klien. Menguraikan pola
pertahanan yang dilakukan oleh klien.
 Sistem nilai dan keyakinan
Menguraikan aktivitas keagamaan klien serta menanyakan apakah klien
pernah melakukan pengobatan-pengobatan non medis dan tradisional.
V. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan
panggul.Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila jalan
lahir tidak normal, misalnya karena adanya kelainan panggul (kifosis,
skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).

2. Tinggi Badan

Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil
atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm, dimungkinkan sang
ibu memiliki panggul sempit.

3. Berat Badan

Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu.


Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil
muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah
5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12
kg.Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko
bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.

4. Lingkar Lengan Atas (LILA)

LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.

5. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan
resiko dalam kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, tekanan darah
sistolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih
dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
b. Denyut Nadi
Denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
c. Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.

d. Respiration Rate
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.

6. Kepala dan Leher


a. Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
b. Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat,
berwarna kuning/jaundice pada sklera
c. Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi

d. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar


tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis

7. Payudara
a. Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal
melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan
besar
b. Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c. Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
d. Retraksi akibat adanya lesi

e. Masa atau pembesaran pembuluh limfe

8. Abdomen
a. Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
b. Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan
> 12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu
c. Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu

d. Pemeriksaan Leopold:

 Leopold I
- Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
- Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus

- Konsistensi uterus
 Leopold II
- Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
- Menentukan letak punggung janin
- Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
 Leopold III :
- Menentukan bagian terbawah janin
- Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
 Leopold IV :
- Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
- Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP
9. Tangan dan kaki
a. Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises

c. Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo


atau hiper

10. Pemeriksaan panggul


a. Panggul: genital luar
b. Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus
vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada
(warna, konsistensi, jumlah, bau)
c. Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan kista
d. Panggul: menggunakan spekulum
e. Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi,
apakah serviks sudah membuka atau belum
f. Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan luka
g. Panggul: pemeriksaan bimanual
h. Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan
(dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang)
i. Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di
dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi,
mobilitas, rasa nyeri, serta adanya masa.

VI. Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :


1. Dari Janin
a. DJJ pada bulan ke 4-5
b. Bising tali pusat

c. Gerakan dan tendangan janin

2. Dari ibu
a) Bising rahim
b) Bising aorta

c) Peristaltik usus

VII. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan rontgen dilakukan setelah bulan ke VI, karena sebelumnya


rangka janin belum tampak.

2. Pemeriksaan USG untuk menentukan :


a. Jenis kelamin
b. Tafsiran kelahiran, tafsiran berat janin (TBJ)

c. Jumlah cairan amnion

3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah (Hb, Gol darah, glukosa, VDRL)
b. Urine (tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
Pengumpulan urin untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah.
Urin diperiksa utuk mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang
ada dalam urin yang menandakan masalah.
VIII. Diagnosa Medis
IX. Pengobatan

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kesiapan peningkatkan proses kehamilan-melahirkan ditandai dengan menyatakan
keinginan untuk meningktkan persiapan bayi baru lahir, menyatakan keinginan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang proses kehamilan-melahirkan,
menyatakan keinginan untuk meningkatkan penatalaksanaan gejala kehamilan
yang tidak nyaman, menyatakan keinginan untuk meningkatkn gaya hidup prental.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (janin mulai masuk PAP).
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dinding dada
ditandai dengan dispnea.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis ditandai dengan klien mengeluh kurang minat terhadap makanan.
e. Risiko inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan kapasitas kandung
kemih kecil

C. Rencana Keperawatan
(Terlampir)
D. Implementasi
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M. dkk., (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Handerson, C. (2006).Buku ajar konsep kebidanan.EGC : Jakarta.

Manuaba, IBG (2008). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC.Jakarta

Mitayani. (2009).Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika.


Mufdillah. (2009).Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Prawirohardjo.
Sarwono. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Prawirohardjo.
Lowdermilk, Deitra Leonard & Perry, Shannon. (2006). Maternity Nursing. Seventh Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika.
Herdman, T. H. dan Kamitsuru, S. (Eds). (2015-2017). NANDA international nursing diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Moorhead, S., et al. (2013).Nursing outcomes classification (NOC) 5th edition. USA: Mosby

Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC) 6th edition. USA: Mosby
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus.Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan
janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh(Tambunan, Oktarina, & Lindarsih, 2019) .
B. Etiologi
a.       Indikasi Ibu
a)      Panggul sempit absolute
b)      Placenta previa
c)      Ruptura uteri mengancam
d)     Partus Lama
e)      Partus Tak Maju
f)       Pre eklampsia, dan Hipertensi(Syahrul & Jasmine, 2019a).
b.      Indikasi Janin
a)     Kelainan Letak
1.  Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan
besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan
letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2.  Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b)      Gawat Janin
c)      Janin Besar 
c.      Kontra Indikasi
a)      Janin Mati
b)      Syok, anemia berat.
c)      Kelainan congenital Berat(Syahrul & Jasmine, 2019).
C. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio
caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan
hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati(Husnawati & Wandasari, 2016).
D. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post  partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut Doenges,antara lain :
a.      Nyeri akibat ada luka pembedahan
b .   Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c .     Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d.     Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e.     Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f.     Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g.     Biasanya terpasang kateter urinarius
h .   Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i.   Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j.      Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k.    Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
l.     Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan(Husnawati & Wandasari, 2016).

E. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a.    Abdomen (SC Abdominalis)
a)     Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri
y a n g m e m p u n y a i k e l e b i h a n m e n g e l u a r k a n j a n i n l e b i h c e p a t , tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bias
diperpanjang proksimal  atau distal . Sedangkan kekurangan dari cara ini
adalahinfeksi mudah menyebar secara intra abdominal  karena tidak ada reperitonealisasi
yang baik danuntuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.
b)    Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah rahim dengan
kelebihan penjahitan luka lebih mudah,  penutupan luka dengan reperitonealisasi
yang baik, perdarahan kurang dan kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih
kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan
sehingga mengakibtakan pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih.
c)     Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b.    Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a)      Sayatan memanjang (longitudinal)
b)      Sayatan melintang (tranversal)
c)      Sayatan huruf T (T Insisian)
d.     Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
a)      Mengeluarkan janin lebih memanjang
b)      Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c)      Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat
terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya
baru terjadi dalam persalinan.
4. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat
istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup
luka rahim.
e. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm
Kelebihan :
a)      Penjahitan luka lebih mudah
b)      Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c)      Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
d)     Perdarahan kurang
e)      Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
a)      Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkanarteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
b)      Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi(Tambunan et al., 2019).
F. Komplikasi
a.       Infeksi Puerpuralis
a)      Ringan      : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b)      Sedang     : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
c)      Berat        : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b.      Pendarahan disebabkan karena :
a)      Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b)      Atonia Uteri
c)      Pendarahan pada placenta bled
c.     Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasiterlalu tinggi.
d.     Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik(Husnawati & Wandasari,
2016).
G.Patofisiologi
     Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
     Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri.
     Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi(Damayanti, 2014).
H. Pemeriksaan Penunjang
a.      Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b.     Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c.      Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d.     Urinalisis / kultur urine
e.     Pemeriksaan elektrolit(Syahrul & Jasmine, 2019).
I.  Penatalaksanaan
a.     Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b.     Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c.     Mobilisasi
a)      Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
b)      Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
c)      Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
d)    Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan dimintauntuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
e)     Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk(semifowler)
f)       Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai
hari ke5 pasca operasi.
d.      Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang
24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e.     Pemberian obat-obatan
a)      Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b)      Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1.      Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2.      Oral             : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3.      Injeksi         : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c)     Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
f.       Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti
g.      Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
h.      Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri(Syahrul & Jasmine, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, I. P. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyembuhan Luka Post Sectio
Caesarea di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Komunitas.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol2.iss5.75

Husnawati, H., & Wandasari, F. (2016). Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah
Caesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Tahun 2014. Jurnal
Sains Farmasi & Klinis. https://doi.org/10.29208/jsfk.2016.2.2.74

Syahrul, M. Z., & Jasmine, N. (2019a). Tata Laksana Anestesi pada Sectio Caesar Pasien G4P3A0H3
gravid aterm 38-39 minggu dengan Hipertiroid. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i1.990

Syahrul, M. Z., & Jasmine, N. (2019b). Tata Laksana Anestesi pada Sectio Caesar Pasien G4P3A0H3
gravid aterm 38-39 minggu dengan Hipertiroid. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v8.i1.p191-197.2019

Tambunan, L. N., Oktarina, L., & Lindarsih, N. K. (2019). Analisis Hubungan Paritas Dengan
Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria Tentang Mobilisasi Dini di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya. Proceeding Of Sari Mulia University Midwifery National Seminars.
https://doi.org/10.33859/psmumns.v0i1.37

Anda mungkin juga menyukai