LP ANC + SC KABER (Minggku Ke 1)
LP ANC + SC KABER (Minggku Ke 1)
LP ANC + SC KABER (Minggku Ke 1)
Oleh:
ZULKIFLI
202010461011034
2020
A. KONSEP DASAR PERIODE ANTENATAL
1. Pengertian Antenatal Care
Antenatal care/ANC adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
berupa pengawasan yang diberikan kepada ibu hamil untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan janin, baik berupa kesehatan fisik maupun kesehatan mental
(Manuaba 2008).
Antenatal care merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
masalah atau komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan agar dapat diatasi
dengan segera untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Handerson,
2006).
Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan(Depkes RI, 2010).
Jadi antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang diberikan kepada ibu
hamil untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin serta untuk mengetahui masalah
atau komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Kehamilan dapat terjadi karena adanya sperma yang membuahi sel telur pada masa
ovulasi. Saat terjadi ejakulasi kurang lebih 3cc sperma dikeluarkan dari organ
reproduksi pria yang berisi kurang lebih 300 juta sel sperma. Setelah masuk ke organ
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan dan hanya satu
sperma yang mengalami proses kapitasi dan mampu melakukan penetrasi membran
sel ovum. Setelah itu akan terjadi proses nidasi, yaitu tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Setelah bernidasi selama kurang lebih 10 hari maka akan
dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan janin (Sarwono, 2009).
4. Patofisiologi
(terlampir)
5. Klasifikasi
a. Kehamilan normal
Tidak ada riwayat kelainan obsetri, ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan.
b. Kehamilan dengan masalah khusus
Masalah khusus yang dimaksud seperti masalah keluarga atau psikososial,
kekerasan dalam rumah tangga dan kebutuhan finansial.
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk
konsultasi atau kerjasama penanganan
Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, pertumbuhan janin terhambat,
infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dll
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan
Seperti perdarahan, eklamsia, ketuban pecah dini atau kondisi kegawatdaruratan
lain pada ibu dan bayi (Mitayani, 2009).
Leopold 1 :
Tujuan : untuk mengetahui bagian tubuh janin yang berada di bagian fundus.
Bila kepala : bulat, keras, dan dapat digerakkan (balotemen).
Bila bokong : lunak, bentuk tidak spesifik, tidak dapat digerakkan.
Bila letak lintang maka palpasi didaerah fundus akan teraba kosong.
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah denga meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian
atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut
dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Pemeriksaan usia kehamilan dan tinggi fundus :
- Sebelum bulan ketiga fundus uteri tidak dapat diraba
- (12 minggu) : tinggi fundus 1-2 jari diatas sympisis
- (16 minggu) : tinggi fundus pertengahan sympisis
- (20 minggu) : tinggi fundus 3 jari dibawah pusat
- (24 minggu) : tinggi fundus setinggi pusat
- (28 minggu) : tinggi fundus 3 jari diatas pusat
- (32 minggu) : tinggi fundus pertengahan prosesus xipoideus dan pusat
- (36 minggu) : tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus
- (40 minggu) : tinggi fundus pertengahan prosesus xipoideus dan pusat
Leopold 2 :
Tujuan : untuk menentukan letak punggung janin.
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).
Leopold 3 :
Tujuan : untuk menentukan bagian tubuh janin yang terdapat dibagian bawah,
apakah kepala janin sudah atau belum mencapai pintu atas panggul.
Pemeriksa tetap menghadap ke muka klien
Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin (kepala) dan
tentukan sudah terfiksir atau belum.
Leopold 4 :
Tujuan : untuk menentukan usia kehamilan dan sejauh mana kepala janin sudah
memasuki pintu atas panggul.
Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki klien
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari tangan
yang meraba dinding bawah uterus
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen atau
divergen).
2) Tinggi Badan :
- Gantungkan microtoise pada dinding dan lantai yang datar pada ketinggian
200 cm dari bawah lantai)
- Pastikan skala 0 (garis merah) berada pada tepat pada saat menyentuh
lantai
- Mintalah ibu hamil untuk berdiri membelakangi dinding, punggung dan
bokong menempel ke dinding, tangan tegak ke bawah, tanpa alas kaki
- Geser microtoise persis menempel diatas kepala responsden, baca skala
dan catat hasilnya.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA) :
- Pengukuran menggunakan pita, pita pengukur dilingkarkan ke lengan
subjek dan dibaca skalanya serta dicatat.
9. Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis kehamilan yang harus diperhatikan adalah tanda pasti
kehamilan :
a. Adanya DJJ
Terdeteksi umur kehamilan 10 minggu dengan doppler sedangkan dengan
funandoskop umur kehamilan 18-20 minggu. (DJJ rendah 110-120 kali permenit,
tinggi 150-160 kali permenit).
b. Fetal movement, dengan palpasi trimester ketiga
c. Gerakan janin ini lebih cepat diketahui dengan USG
10. Penanganan
Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 - 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah minggu 36).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil
atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm, dimungkinkan sang
ibu memiliki panggul sempit.
3. Berat Badan
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
5. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan
resiko dalam kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, tekanan darah
sistolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih
dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
b. Denyut Nadi
Denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
c. Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,50C dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
d. Respiration Rate
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau
kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.
7. Payudara
a. Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal
melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan
besar
b. Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c. Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
d. Retraksi akibat adanya lesi
8. Abdomen
a. Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
b. Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan
> 12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu
c. Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
d. Pemeriksaan Leopold:
Leopold I
- Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
- Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
- Konsistensi uterus
Leopold II
- Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
- Menentukan letak punggung janin
- Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
- Menentukan bagian terbawah janin
- Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
Leopold IV :
- Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
- Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP
9. Tangan dan kaki
a. Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
2. Dari ibu
a) Bising rahim
b) Bising aorta
c) Peristaltik usus
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah (Hb, Gol darah, glukosa, VDRL)
b. Urine (tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
Pengumpulan urin untuk pemeriksaan dilakukan dengan cara urine tengah.
Urin diperiksa utuk mendeteksi tanda infeksi saluran kemih dan zat yang
ada dalam urin yang menandakan masalah.
VIII. Diagnosa Medis
IX. Pengobatan
B. Diagnosa Keperawatan
a. Kesiapan peningkatkan proses kehamilan-melahirkan ditandai dengan menyatakan
keinginan untuk meningktkan persiapan bayi baru lahir, menyatakan keinginan
untuk meningkatkan pengetahuan tentang proses kehamilan-melahirkan,
menyatakan keinginan untuk meningkatkan penatalaksanaan gejala kehamilan
yang tidak nyaman, menyatakan keinginan untuk meningkatkn gaya hidup prental.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (janin mulai masuk PAP).
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas dinding dada
ditandai dengan dispnea.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis ditandai dengan klien mengeluh kurang minat terhadap makanan.
e. Risiko inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan kapasitas kandung
kemih kecil
C. Rencana Keperawatan
(Terlampir)
D. Implementasi
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M. dkk., (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Handerson, C. (2006).Buku ajar konsep kebidanan.EGC : Jakarta.
Manuaba, IBG (2008). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.EGC.Jakarta
Moorhead, S., et al. (2013).Nursing outcomes classification (NOC) 5th edition. USA: Mosby
Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC) 6th edition. USA: Mosby
A. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus.Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan
janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang
utuh(Tambunan, Oktarina, & Lindarsih, 2019) .
B. Etiologi
a. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi(Syahrul & Jasmine, 2019a).
b. Indikasi Janin
a) Kelainan Letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang
terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan
besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan
letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b) Gawat Janin
c) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat(Syahrul & Jasmine, 2019).
C. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio
caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan
hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga
dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati(Husnawati & Wandasari, 2016).
D. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut Doenges,antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b . Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c . Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h . Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan(Husnawati & Wandasari, 2016).
Husnawati, H., & Wandasari, F. (2016). Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah
Caesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Tahun 2014. Jurnal
Sains Farmasi & Klinis. https://doi.org/10.29208/jsfk.2016.2.2.74
Syahrul, M. Z., & Jasmine, N. (2019a). Tata Laksana Anestesi pada Sectio Caesar Pasien G4P3A0H3
gravid aterm 38-39 minggu dengan Hipertiroid. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v8i1.990
Syahrul, M. Z., & Jasmine, N. (2019b). Tata Laksana Anestesi pada Sectio Caesar Pasien G4P3A0H3
gravid aterm 38-39 minggu dengan Hipertiroid. Jurnal Kesehatan Andalas.
https://doi.org/10.25077/jka.v8.i1.p191-197.2019
Tambunan, L. N., Oktarina, L., & Lindarsih, N. K. (2019). Analisis Hubungan Paritas Dengan
Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria Tentang Mobilisasi Dini di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya. Proceeding Of Sari Mulia University Midwifery National Seminars.
https://doi.org/10.33859/psmumns.v0i1.37