Manajemen Peserta Didik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di lingkungan sekolah, peserta didik merupakan unsur inti kegiatan pendidikan.
Karena itu jika tidak ada peserta didik, tentunya tidak akan ada kegiatan pendidikan.
Lebih-lebih diera persaingan antara lembaga pendidikan yang begitu ketat seperti
sekarang, sekolah harus berjuang secara sungguh-sungguh. Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan. Secara sosiologis, peserta didik mempunyai
kesamaan-kesamaan. Kesamaan-kesamaan itu dapat ditangkap dari kenyataan bahwa
mereka sama-sama anak manusia, dan oleh karena itu mempunyai kesamaan-
kesamaan unsur kemanusian. Fakta menunjukkan bahwa tidak ada anak yang lebih
manusiawi dibandingkan dengan anak lainnya dan tidak ada anak yang kurang
manusiawi dibandingkan dengan anak lainnya. Adanya kesamaan-kesamaan yang
dipunyai anak inilah yang melahirkan konsekuiensisamanya hak-hak yang mereka
punyai. Diantara hak-hak tersebut, yang juga tidak kalah pentingnya adalah hak untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,
pada BAB V pasal 12 dijelaskan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak:
1. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama.
2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
3. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
4. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara.

1
5. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
Samanya hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian melahirkan
layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan (schooling). Dalam
sistem demikia, layanan yang diberikan diaksestuasikan kepada kesamaan-kesamaan
yang dipunyai oleh anak. Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya
lebih bersifat masal ketimbang bersifat individual. Keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki oleh sistem schooling memang lebih memberi porsi bagi layanan atas
kesamaan dibandingakan layanan atas perbedaan. Layanan yang lebih
diaksestuasikan kepada kesamaan anak ini, kemudian digugat.
Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan psikologis mengenai anak.
Anak-anak manusia tersebut diyakini mempunyai kesamaan-kesamaan, ternyata jika
dilihat lebih jauh sebenarnya berbeda. Pandangan ini kemudian menunjukkan bukti-
bukti yang meyakinkan, bahwa didunia ini tidak ada dua anak atau lebih yang benar-
benar sama. Dua anak atau lebih yang kelihatan samapun, misalnya saja sikembar,
pada hakikatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda maka mereka membutuhkan
layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas kesamaan yang dilakukan
oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian
diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Ada dua
tuntutan, yakni aksestuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak itulah, yang
melahirkan pemikiran pentingnya pengaturan. Manajemen peserta didik, adalah
kegiatan yang bermaksud untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam
layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang teraksentuasi pada
kesamaan maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta
didik berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Sebagai akibat
dari adanya perbedaan bawaan peserta didik, maka akan ada peserta didik yang
lambat dan ada peserta didik cepat perkembangannya.
Kompetisi yang sehat akan memungkinkan jika ada usaha dan kegiatan
manajemen, ialah manajemen peserta didik. Demikian juga peserta didik yang

2
bermasalah sebagai akibat dari adanya kompetisi akan dapat ditangani dengan baik
manakalah manajemen peserta didik-nya baik. Dalam upaya mengembangkan diri
tersebut ada banyak kebutuhan yang sering kali tarik-menarik dalam hal pemenuhan
pemrioritasnya. Disatu sisi, para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi
akademiknya, disisilain ia ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan sebayanya.
Bahkan tidak itu saja, dalam hal mengejar keduannya, ia ingin senantiasa berada
dalam keadaan sejahterah. Pilihan-pilihan yang tepat atas ketiga hal yang sama-sama
menarik tersebut, tidak jarang menimbulkan masalah bagi para peserta didik. Oleh
karena itu diperlukan layanan manajemen peserta didik yang dikelola dengan baik
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sehinggannya kami kelompok I melakukan
observasi lapangan mengenai Manajemen Peserta Didik di SDN 34 Kota Selatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah dalam perencanaan peserta didik di SDN 34 Kota
Selatan?
2. Bagaiman prosedur penerimaan peserta didik baru di SDN 34 Kota Selatan?
3. Bagaimana pengelompokan peserta didik di SDN 34 Kota Selatan?
4. Bagaimana mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di SDN 34 Kota
Selatan?
5. Bagaimana pembinaan disiplin peserta didik di SDN 34 Kota Selatan?
6. Bagaimana prosedur kenaikan kelas di SDN 34 Kota Selatan?
7. Bagaiman perpindahan peserta didik di SDN 34 Kota Selatan?
8. Bagaimana pemberdayaan terhadap alumni di SDN 34 Kota Selatan?
9. Bagaimana penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler sebagai layanan khusus di
SDN 34 Kota Selatan?

3
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari laporan ini
adalah:
1. Mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam perencanaan peserta didik di
SDN 34 Kota Selatan.
2. Mengetahui prosedur penerimaan peserta didik baru di SDN 34 Kota Selatan.
3. Mengetahui pengelompokan peserta didik di SDN 34 Kota Selatan.
4. Mengetahui mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di SDN 34 Kota
Selatan.
5. Mengetahui pembinaan disiplin peserta didik di SDN 34 Kota Selatan.
6. Mengetahui prosedur kenaikan kelas di SDN 34 Kota Selatan.
7. Mengetahui perpindahan peserta didik di SDN 34 Kota Selatan.
8. Mengetahui pemberdayaan terhadap alumni di SDN 34 Kota Selatan.
9. Mengetahui penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler sebagai layanan khusus di
SDN 34 Kota Selatan.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi Manejemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga
pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses
transformasi ilmu dan ketrampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan
akan sangat bergantung dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.Manajemen peserta didik merupakan
penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yangberkaitan dengan peserta didik,
mulai dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu sekolah. Manajemen
peserta didik tidak semata pencatatan data peserta didik kan tetapi meliputi aspek
yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses
pendidikan di sekolah.
Menurut Suharsimi Arikunto (1986:12) bahwa peserta didik adalah siapa saja
yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Menurut UU
Sisdiknas bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Jadi bisa diartikan bahwa peserta didik
adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis lembaga
pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi dirinya baik pada
aspek akademik maupun non akademik melalui proses pembelajaran yang
diselenggarakan. Manajemen peserta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan
teratur. Beberapa ahli berpendapat bahwa tujuan manajemen peserta didik adalah
untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa dapat
belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.

5
B. Perencanaan Peserta Didik
Perencanaan atau planning adalah proses pengambilan keputusan yang
menyangkut apa yang akan dilakukan dimasa mendatang, kapan, bagaimana dan
siapa yang akan melakukannya.
Secara garis besar terdapat empat langkah dasar perencanaan yang dapat
dipakai untuk semua kegiatan perencanaan pada semua jenjang organisasi. langkah
tersebut adalah:
1. Menetapkan sasaran, kegiatan perencanaan dimulai dengan memutuskan apa yang
ingn dicapai organisasi. tanpa sasaran yag jelas, sumber-daya yang dimiliki
organisasiakan menyebar terlalu luas. Dengan menetapkan prioritas dan merinci
sasaran secara jelas, organisasi dapat mengarahkan sumber agar lebih efektif.
2. Merumuskan posisi organisasi pada saat ini, jika sasaran yang telah ditetapkan,
pimpinan harus mengetahui dimana saat ini organisasi berada dan untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan tersebut, sumber-daya apa yang dimiliki pada saat
ini. Rencana baru dapat disusun jika organisasi telah mengetahui posisinya pada
saat ini.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat menuju sasaran,
selanjutnya perlu diketahui faktor-faktor, baik internal maupun eksternal, yang
diperkirakan dapat membantu dan menghambat organisasi mencapai sasaran yang
telah ditetapkan menuyusun langkah-langkah untuk mencapai sasaran.
4. Langkah terakhir dalam kegiatan perencanaan adalah mengembangkan berbagai
kemungkinan alternatif atau langkah yang diambil mencapai sasaran yang telah
ditetapkan, mengevaluasi alternatif-alternatif ini, dan memilih mana yang
dianggap paling baik, cocok dan memuaskan.

C. Penerimaan Peserta Didik Baru


Penerimaan peserta didik baru sebenarnya adalah sala satu kegiatan
manajemen peserta didik yang sangat penting. Dikatakan demikian, oleh karena kalau

6
tidak ada peserta didik yang diterima di sekolah, berarti tidak ada yang harus
ditangani atau diatur.
1. Kebijakan penerimaan peserta didik
Kebijakan peneriman peserta didik baru sebenarnya menggunakan dasar-dasar
manajemen peserta didik bahwa agar seseorang diterima sebagai peserta didik suatu
lembaga pendidikan seperti sekolah, haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagaimana yang telah ditentukan. Kebijakan penerimaan peserta didik ini dibuat
berdasarkan petunjuk –petunjuk yang diberikan oleh dinas pendidikan
kabupaten/kota. Petunjuk demikian harus dipedomani, karena ia memang dibuat
dalam rangka mendapatkan calon peserta didik sebagaimana yang diinginkan atau
diidealkan.

2. Sistem penerimaan peserta didik


Sistem yang dimaksudkan disini lebih menunjuk kepada cara. Berarti, sistem
penerimaan peserta didik adalah cara penerimaan peserta didik baru. Ada dua macam
sistem penerimaan peserta didik baru. Pertama, dengan menggunakan sistem
promosi, sedangkan yang kedua dengan menggunakan sistem seleksi. Yang dimaksud
dengan sistem promosi adalah penerimaan peserta didik, yang sebelumnya tanpa
menggunakan seleksi. Mereka yang mendaftar sebagi peserta didik disuatu sekolah,
diterima semua begitu saja. Sehingga mereka yang mendaftar menjadi peserta didik,
tidak ada yang ditolak. Sistem promosi demikian, secara umum berlaku pada sekolah-
sekolah yang pendaftarannya kurang dari jatah atau daya tampung yang ditentukan.
Sistem seleksi ini dapat digolongkan menjadi tiga macam. Pertama, seleksi
berdasarkan daftar nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), yang kedua berdasarkan
penelusuran minat dan kemampuan (PMDK), sedangkan yang ketiga adalah seleksi
berdasarkan hasil tes masuk.

7
3. Kriteria penerimaan peserta didik baru
Yang dimaksud dengan kriteria adalah patokan-patokan yang menentukan
bisa tidaknya seseorang untuk diterima sebagi peserta didik atau tidak. Ada tiga
kriteria penerimaan peserta didik.
a. Kriteria acuan patokan (standard criterien referenced), yaitu status penerimaan
peserta didik yang didasarkan atas patoka-patokan yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu membuat patokan bagi calon
peserta didik dengan kemampuan minimal singkat mana yang dapat diterima di
sekolah tersebut. Sebagai konsekuensi dari penerimaan yang didasarkan atas
kriteria acuan patokan demikian, jika semua calon peserta didik yang mengekuti
seleksi memenuhi patokan minimal yang ditentukan, maka mereka harus diterima
semua; sebaliknya, jika calon peserta didik yang mendaftar kurang dari patokan
minimal yang telah ditentukan, haruslah ditolak atau tidak diterima.
b. Kriteria acuan norma (norma criterian referenced), yaitu status penerimaan calon
peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi peserta didik yang
mengikuti seleksi. Dalam hala ini sekolah menetapkan kriteria penerimaan
berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi peserta didik
dijumlah, kemudian dicari rat-ratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada
dan diatas rata-rat, digolongkan sebagai calon yang dapat diterima, sebagai calon
peserta didik. Sedangakan yang berada dibawah rata-rata termasuk peserta didik
yang tidak diterima.
c. Kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah, sekolah terlebih dahulu
menentukan berapa jumlah daya tampungnya, atau berapa calon peserta didik
baru yang akan diterima. Setelah sekolah menetukan, kemudian merengking
prestasi siswa mulai dari yang berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi
paling rendah. Penentuan peserta didik yang diterima dilakukan dengan cara
mengurut dari atas kebawah, sampai daya tampung dipenuhi. Jika diantara siswa
yang rengkingnya, sedangkan mereka sama-sama berada direngking kritis
penerimaan, sekolah dapat mengambil kebijaksanaan antara lain, melalui tes

8
ualang tas siswa-siawa yang rengkingnya sama tersebut. Atau, dapat pula memilih
diantara mereka degan mengamati prestasi lainnya. Bisa juga, menangguhkan
pemerimaan mereka dengan menempatatkan dalam cadangan, dengan catatan jika
sewaktu-waktu ada calon peserta didik yang rengkingnya berada diatasnya
mengundurkan diri, yang bersangkutan dipanggil untuk mengisi formulir tersebut.
Alternatif mana yang dipilih, tentulah harus disepakati bersama dengan tenaga
kependidikan di sekolah sejak awal-awal perencanaan. Sebab, dengan penetapan
terlebih dahulu demikian, telah terdapat kesepakatan bersama antara para personalia
sekolah yang lainnya. Disinilah pentingnya rapat penerimaan peserta didik baru.

4. Prosedur penerimaan peserta didik baru


Adapun prosedur penerimaan peserta didik baru sebagaimana pada diagram
dibawah ini.
Pembentukan Panitia Penerimaan

Pembuatan Pengumuman Peserta Didik Baru

Pemasangan/Pengiriman Pengumuman Peserta Didik Baru

Pendaftaran Peserta Didik Baru

Seleksi Peserta Didik Baru

Rapat Penentuan Peserta Didik Yang Diterima

Pengumuman Peserta Didik Yang di Terima

Pendaftaran Ulang Peserta Didik Baru

9
D. Pengelompokan Peserta Didik
Pengelompokan lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan
bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran
penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada,
pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok
yang berbeda.
Pengelompokan bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakan peserta didik,
meinkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal
mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah tidak tercapai, maka peserta
didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-golongkan. Dengan adanya
pengelompokan peserta didik juga mudah dikenali. Sebab, tidak jarang peserta didik
didalam kelas, berada dalam keadaan heterogen dan bukannya homogen. Tentu,
heterogenitas demikian seberapa dapat diketahuitingkatannya sangat bergantung
kemampuan deskriminan alat ukur yang digunakan untuk membedakan. Semakin
tinggi tinggi tingkat kemampuan membedakan menggunakan alat ukur yang
digunakan, semakin tingi pula tingkat heterogenitas peserta didik yang ada disekolah.
1. Jenis-jenis pengelompokan peserta didik
Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para
ahli. Mitchun (1960) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik:
a. Ability grouping, Ability groping adalah pengelompokan bedasarkan kemampuan
didalam setting sekolah.
b. Sub-grouping with in the class, Sub-grouping with in the class adalah
pengelompokan berdasarkan kemampuan dalam setting kelas.
Pengelompokan ini memberi kesempatan pada masing-masing individu untuk
masuk kedalam lebih dari satu kelompok. Ada beberapa macam kelompok kecil
didalam kelas, yaitu; interest grouping, special need-grouping, tutorial grouping, full-
class grouping, combined class grouping.
1. Pengelompokan berdasarkan karakteristik

10
a. Pengelompokan berdasarkan minat (interest grouping)
interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta
didik. Peserta didik yang berminat dipokok bahasan tertentu, pada kegiatan
tertentu, pada topik tertentu atau topik tertentu, membentuk kedalam suatu
kelompok.
b. Pengelompokan berdasarkan kebutuhan khusus (special need-grouping)
Special need-grouping, adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-
kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah
tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru
untuk belajara keterampilan khusus.
c. Pengelompokan beregu (team grouping)
Team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih
peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-
masalah khusus.
d. Pengelompokan tutorial (tutorial grouping)
tutorial grouping adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik bersama-
sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan
demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut,
telah disepakati terlebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa
berbeda kegiatannya, karena mereka mempunyai sama-sama otonomi untuk
menentukan kelompoknya masing-masing.
e. Pengelompokan penelitian (research grouping)
Researh grouping adalah suatu pengelompokan dimana dua atau lebih peserta
didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan didepan kelas.
Bagaiman cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan
bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.
f. Pengelompokan kelas utuh (full-class grouping)

11
full-class grouping adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik secara
bersama-sama mempelajari dan mencari pengalaman dibidang seni. Misalnya
saja kelimpok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.
g. Pengelompokan kombinasi (combined class grouping)
Combined class grouping adalah suatu pengelompokan dimana dua atau lebih
kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama
menyaksikan film, slide, tv dan media audio visual lainnya.
2. Penegelompokan berdasarkan realitas pendidikan sekolah
Menurut regan (1996), ada tujuh macam pengelompokan atau grouping.
Pengelompokan yang dikemukakan oleh regan tersebut didasarkan atas realitas
pendiidikan sekolah dasar. Ketujuh pengelompokan itu adalah:
a. SD Tanpa Tingkat (The non grade Elementary School)
The non grade Elementary School adalah sekolah dasar tanpa tingkat. Sekolah
dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu
peserta didiknya. Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang
mungkin sama dengan mereka yang angkatan masuknya tidak sama. Sistem sekolah
dasar tanpa tingkat ini, menggunakan sistem pengajaran secara kelompok, dimana
seorang melayani kelompok-kelompok yang anggota tersebut mempunyai kemajuan,
keinginan dan kebutuhan yang sama. Mereka mempunyai kesamaan demikian, tidak
saja yang berada satu angkatan melainkan dapat juga dari angkatan tahun yang
berbeda-beda.
b. Pengelompokan Kelas Rangkap (multi grade and multi age grouping)
Multi grade and multi age grouping adalah pengelompokan yang multi tingkat
dan multi usia. Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang
menggunakan sistem tingkat. Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda
usianya, dikelompokan dalam tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan berkerja
bersama-sama.

12
c. Pengelompokan Kemajuan Rangkap (the dual progres plan grouping)
The dual progres plan grouping adalah sistem pengelompokan kemajuan
rangkap. Sistem pengelompokan demikian dimaksudkan untuk mengatasi
perbedaan-perbedaan kemampuan individual setiap umur dan setiap tingkat. Masing-
masing peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas guru sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing.
d. Penempatan Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (self-contined class room)
Self-contined class room adalah penempatan kelompok peserta didik pada
guru sementara itu, sekelompok peserta didik yang lainnya ditempatkan pada guru
lainnya.
e. Pembelajaran Beregu (team teaching)
Team teaching adalah suatu pengelompokan yang didalamnya ada
sekelompok peserta didik dibelajarkan oleg guru secara tim. Dalam pembelajaran ini,
guru lebih membatasi diri pada kapasitas keahliannya, dan sama sekali tidak
mengajarkan apa yang ada diluar keahliannya.b hal demikian dapat terjadi, oleh
karena tidak jarang satu mata pelajaran atau bidang studi, membutuhkan keahliannya
yang bermacam-macam.
f. Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (ability grouping)
Ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan peserta
didik. Peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama ditempatkan
pada kelompok yang sama. Peserta didik yang sama-sama tinggi kemampuannya
ditempatkan pada kelompok yang kemampuannya tinggi, sedangkan peserta didik
yang kemampuannya rendah ditempatakan dalam kelompok peserta didik yang
berkemampuan yang rendah.

2. Dasar-dasar pengelompokan peserta didik.


Hendayat Soetopo (1982) memngemukakan empat dasar pengelompokan
peserta didik, yaitu;
a. Pengelompokan berdasarkan kesukaan memilih teman (frendship grouping).

13
Frendship grouping adalah pengelompokan peserta didik didasrkan atas kesukaan
memilih teman.masing-masing peserta didik diberi untuk memilih anggota
kelompoknya sendiri serta menetapkan orang-orang yang dijadikan sebagai
pemimpin kelompoknya.
b. Pengelompokan berdasarkan prestasi (achievement grouping).
Achievement grouping adalah suatu pengelompokan yang didasarkan atas prestasi
peserta didik. Secara jelas, pengelompokan demikian telah diuraikan.
c. Pengelompokan berdasarkan bakat (aptitude grouping).
Aptitude grouping adalah suatu penegelompokan peserta didik yang didasarkan
atas kemampuan dan bakat mereka.
d. Pengelompokan berdasarkan minat (attention or interest grouping).
Attention or interest grouping adalah pengelompokan peserta didik yang
didasarkan atas perhatian mereka atau minat mereka. Pengelompokan demikian
dan sekaligus juga meminatinya. Tidak semua peserta didik yang mampu sesuatu
sekaligus juga meminatinya.
e. Pengelompokan berdasarkan kecerdasan (intelegent grouping).
Intelegent grouping adalah pengelompokan yang didasrkan hasil tes kecerdasan
atau intelegensi.

E. Mengatur Kehadiran Dan Ketidakhadiran Peserta Didik


1. Batasan Kehadiran dan Ketidakhadiran
Kehadiran peserta didik disekolah (school attendance) adalah kehadiran
dan keikutsertaan peserta didik secara fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah
pada jam-jam efektif di sekolah-sekolah. Sedangkan ketidakhadiran adalah
ketiadaan partisipasi secara fisik peserta didik terhadap kegiatan-kegiatan
disekolah.
Pada jam-jam efektif sekolah, peserta didik memang harus berada di
sekolah, kalau tidak ada di sekolah, haruslah dapat memberikan keterangan yang
syah serta diketahui oleh orangtua atau walinya. Hal demikian sangat penting,

14
oleh karena ada insiden-insiden seperti: peserta didik menyatakan kepada
orangtua atau walinya bahwa ia berangkat kesekolah, tetapi ternyata tidak hadir di
sekolah. Carter V. Good (1981) memberi batasan.

2. Sebab-sebab Kehadiran Peserta Didik


Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah.
Pertama, ketidakhadiran yang bersumber dari lingkungan keluarga.
Ketidakhadiran yang disebabkan atau bersumber dari keluarga adalah sebagai
berikut:
1) Ada kegiatan keagamaan dirumah.
2) Ada persoalan dilingkungan keluarga.
3) Ada kegiatan darurat dirumah.
4) Adanya keluarga, family, dan atau handai taulan yang pindah rumah.
5) Adanya kematian didalam keluarga.
6) Letak rumah yang jauh dari sekolah.
7) Ada keluarga yang sakit.
8) Baju seragam yang tidak ada lagi.
9) Ikut orangtua berlibur.
10) Orangtua pindah tempat kerja.
Kedua, ketidakhadiran yang bersumber dari peserta didik itu sendiri.
Adapun ketidakhadiran yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah
sebagai berikut:
1) Lupa tidak bersekolah.
2) Moralnya tidak baik.
3) Terjadi perkelahian antar peserta didik.
4) Sakit yang tidak diketahui kapan sembuhnya.
5) Anggota kelompok peserta didik yang suka membolos.

15
Ketiga, ketidakhadiran yang bersumber dari sekolah. Adapun
penyebab sumber-sumber ketidakhadiran peserta didik di sekolah yang
bersumber dari lingkungan sekolah adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan.
2) Program sekolah yang tidak efektif.
3) Terlalu sedikit peserta didik yang masuk.
4) Biaya sekolah yang terlalu mahal.
5) Transformasi sekolah yang tidak memadai.
6) Kurangnya fasilitas sekolah.
7) Kurangnya bimbingan dari guru baik secara individual maupun secara
kelompok pada peserta didik.
8) Program yang ditawarkan sekolah kepada pserta didik tidak menarik.
9) Suasana sekolah yang tidak kondusif.
Keempat, ketidakhadiran yang bersumber dari faktor masyarakat:
1) Terjadinya peledakan penduduk.
2) Keadaan genting dimasyarakat.
3) Kemacetan jalan.
4) Adanya pemogokan masal.
5) Adanya peperangan.

3. Peserta Didik yang Membolos, Terlambat dan Meninggalkan Sekolah


Ada beberapa jenis ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Pertama,
ketidakhadiran tanpa memberi izin atau yang dikenal denga membolos (truency).
Kedua, ketidakhadiran beberapa jam pelajaran karena terlambat (tardiness).
Ketiga, ketidakhadiran dengan izin (permission). Jenis ketidakhadiran yang ketiga
ini, bisa karena sakit yang tidak memungkinkan untuk hadir, dan bisa juga ada
kepentingan keluarga.
Terhadap peserta didik yang membolos, sekolah dapat mengirim surat
kepada orangtua yang berisi; pemberitahuan bahwa anaknya tidak hadir di

16
sekolah, mempertanyakan mengapa peserta didik tersebut tidak hadir di sekolah,
mempertanyakan mengapa peserta didik tersebut tidak masuk sekolah, serta
berapa jumlah hari peserta didik tersebut tidak sekolah.
Terhadap keterlambatan peserta didik, sekolah juga perlu berkirim surat
kepada orang tua atau wali peserta didik. Dengan pemberitahuan demikian,
orangtua atau wali peserta didik akan semakin memperhatikan mengenai
kehadiran anaknya di sekolah dengan waktu yang tepat. Kontrak antara guru
dengan peserta didik mengenai sanksi atas mereka yang terlambat juga dapat
dibuat, agar mereka sama-sama menepati waktu yang telah dijadwalkan.

4. Pendekatan Peningkatan Kehadiran Peserta Didik


a) Perbaikan Lingkungan Rumah
Usaha-usaha yang dapat dilakukan berkaitan dengan perbaikan
lingkungan rumah dalam rangka meningkatkan kehadiran peserta didik di
sekolah adalah sebagai berikut:
a) Mengantarkan peserta didik tepat pada waktunya.
b) Peserta didik diberi pekerjaan tertentu dan memerintahkan dia
untuk mengumpulkannya ke sekolah.
c) Orangtua berusaha memantau waktu tidur anaknya agar yng
bersangkutan tidur tepat waktu sehingga dapat bangun tepat waktu.
d) Mngupayakan agar peserta didik memahami sedalam mungkin
mengenai tata tertib sekolah.

b) Perbaikan Kondisi Sekolah


a) Menggunakan tata tertib sekolah sebagai salah satu pendekatan
untuk meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah.
b) Memberikan pengertian kepada peserta didik akan arti pentingnya
kehadiran mereka.

17
c) Menjadikan kehadiran peserta didik di sekolah sebagai prasyarat
mengikuti ujian atau menjadikan kehadiran peserta didik sebagai
bagian dari perhitungan nilai ujian disekolah.
d) Memperbaiki kondisi sekolah agar dipersepsi oleh peserta didik
sangat menarik.
e) Melibatkan guru secara aktif dalam upaya peningkatan kehadiran
peserta didik.
f) Selalu mempersensi pserta didik pada saat awal masuk kelas, baik
pada saat jam-jam pertama maupun pada saat jam-jam setelah
istrahat atau pergantian jam.

c) Perbaikan Terhadap Peserta Didik Sendiri


Perbaikan terhadap peserta didik sendiri sangat penting, oleh karena
yang menentukan hadir tidaknya peserta didik adalah mereka sendiri dan
bukan orang lain. Usaha yang dilakukan preventif, kuratif, dan preservatif.
Yang melakukan tentu saja sekolah, keluarga dan masyarakat. Sebab, jika
ketiga wahana ini sama-sama berusaha dengan bahasa dan gerak langkah yang
sama, maka kehadiran peserta didik di sekolah dapat ditingkatkan. Demikian
juga ketidakhadiran peserta didik di sekolah dapat dikurangi.

d) Perbaikan Terhadap Kondisi Masyarakat


Perbaikan demikian akan dapat dilakukan, manakala ada kerjasama
yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Jika sekolah tersebut didirikan
untuk masyarakat, maka semestinyalah masyarakat juga mendukung terhadap
keberlangsungan sekolah. Dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
mendukung terhadap upaya sekolah untuk meningkatkan kehadiran peserta
didiknya di sekolah.

18
5. Catatan Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik di Sekolah
Peserta didik yang hadir disekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam
buku presensi. Sementara peserta didik yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam
buku absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar kehadiran peserta
didik, sementara absensi adalah buku daftar ketidakhadiran peserta didik.
Begitu jam pertama dinyatakan masuk, serta para peserta didik masuk
ke kelas, guru mempresensi peserta didiknya satu persatu. Selain agar mengenali
satu persatu peserta didiknya yang masuk sekolah dan yang tidak masuk sekolah.
Dengan demikian juga pada jam-jam berikutnya setelah istrahat, guru perlu
mempresensi kembali, barangkali ada peserta didiknya yang pulang sebelum
waktunya. Tidak jarang, peserta didik pulang sebelum waktunya, hanya karena
sudah dinyatakan masuk melalui presensi pada jam pertama.

F. Pembinaan Disiplin Peserta Didik


1. Pembinaan Disiplin Peserta Didik
a) Disiplin Kelas
Dalam pembicaraan disiplin, dikenal dua istilah yang pengertiannya
hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua
istilah itu adalah disiplin dan ketertiban. Diantara kedua istilah tersebut
terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian
disiplin. (Arikunto. S, 1993:114)
Disiplin kelas (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10) adalah
keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya tergabung guru dan
siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan. Satu keuntungan dari
adanya disiplin adalah siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang baik,
positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Menegakkan disiplin tidk bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan siswa akan tetapi sebaliknya ingin memberikan

19
kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas
kemampuannya.
Penanggulangan pelanggaran disiplin dapat dilakukan dengan:
1) Pengenalan siswa.
2) Do not bargain.
3) Gunakan kontrol kerja.
4) Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas.
5) Tindakan penyembuhan.
b) Tahapan untuk Membantu Mengembangkan Disiplin yang Baik
dalam Kelas
Ada beberapa langkah untuk membantu mengenbangkan disiplin yang
baik di kelas, yaitu sebagai berikut:
a) Perencanaan.
b) Mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan.
c) Merespon secara tepat dan kontruktif ketika masalah timbul
(seperti yang selalu guru lakukan).
c) Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara
penuh kehatihatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara penanggulangan
dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan
yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau
kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada
tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya
bukan pada pribadi peserta didik.
Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas,
yaitu:
a) Teknik inner control.
b) Teknik eternal control.
c) Teknik cooperative control.

20
d) Membentuk Disiplin Sekolah
Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar siswa
dapat belajar ecara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin
di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat ditumbuhkan
jika iklim sekolah menunjukkan kedisiplinan. Kepala sekolah memegang
peran penting dalam membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang,
melaksanakan, dan menjaganya.

2. Problematika Hukuman
1. Macam Hukuman
a) Hukuman badan.
b) Penahanan dikelas.
c) Menulis sekian kali.
d) Menghilangkan hak tertentu (tidak boleh ikut ulangan, pelajaran).
e) Lain-lain seperti tatapan mata, teguran, ancaman, dsb.

Perlu diingat bahwa berdasarkan penelitian, pengaruh ganjaran atau


reinforcement lebih kuat dari pada hukuman, karena itu sebaiknya guru lebih banyak
memberi ganjaran atau reinforcement kepada siswa dari pada menghukumnya.
Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang perlu,
kendatipun kadang-kadang hukuman kurang efektif dari ganjaran yang perlu diambil.
Karena itu hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang melanggar peraturan
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip (Ornstein dan Eggen yang dikutip oleh
Maman Rahman: 1998) sebagai berikut.
1) Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan.
2) Berikan kejelasan/ alasan mengapa hukuman diberikan.
3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional.
4) Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir kejadian.

21
5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah atau fisik.
6) Jangan menghukum kelompok/ kelas apabila kesalahan dilakukan oleh
seseorang.
7) Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman.
8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.
9) Pelajari tipe hukuman yang diizinkan oleh sekolah.
10) Jangan menggunakan standar hukuman ganda.
11) Jangan memendam.
12) Konsisten dengan pemberian hukuman.
13) Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan.
14) Jangan memberi hukuman berdasarkan selera.

3. Kode Etik Peserta Didik


Kode etik (ethical code), adalah norma-norma yang mengatur tingkah
laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu, yang berisi
rumusan baik-buruk, boleh-jangan, terpuji-tidak terpuji, yang menjadi
pedoman dalam suatu lingkungan tertentu.
Kode etik peserta didik ada;ah aturan-aturan, norma-norma yang
dikenakan kepada peserta didik, berisi tentang hal yang boleh dilakukan dan
hal yang tidak boleh dilakukan, tentang baik dan buruk, tentang benar dan
tidak benar, layak dan tidak layak, aturan tersebut bisa dalam bentuk tulisan
yaitu peraturan yang berlaku, dan bisa juga dengan tidak tertulis yang
didalamnya terdiri dari tradisi atau budaya yang harus ditaati dalam dunia
pendidikan.
1. Tujuan Kode Etik
2. Isi yang Terkandung pada Kode Etik
3. Proses Penyusunan Kode Etik

22
4. Pengadilan Peserta Didik
Pengadilan peserta didik (student court’s) adalah suatu lembaga
pengadilan yang ada di sekolah yang bertugas mengadili peserta didik yang
mempunyai kesalahan atau tidak mentaati peraturan yang ada. Dimana dalam
persidangan tersebut diperlukan:
1. BAP yang bertugas untuk menulis berita acara pemeriksaan.
2. Penuntut peserta didik.
3. Hakim bagi peserta didik.
4. Saksi.
5. Pembela.
6. Pemeriksa/ hakim.
7. Tersangka.

5. Hukuman Peserta Didik


Hukuman adalah suatu sanksi yang diterima oleh peserta didik sebagai
akibat dari pelanggaran pada aturan-aturan yang telah ditentukan. Sanksi
tersebut dapat berupa material maupun non material.
Tujuan dari hukuman itu sendiri adalah sebagai alat pendidikan.
Intinya hukuman itu sendiri harus berhasil mendidik peserta didik untuk tidak
melakukan pelanggaran kembali, hukuman juga bisa menunjukkan bahwa
kode etik yang dibuat itu sungguh-sungguh dijalankan sesuai dengan
perencanaan semula.
Langeveld (1955) yang dikutip Ali Imron (2004: 133) memberikan
pedoman hukum sebagai berikut.
1. Punitur , qunnia no peccatum yang artinya adalah dihukum karena
memang peserta didik bersalah.
2. Punitur no peccatum, artinya adalah agar peserta didik tidak lagi
berbuat keresahan.

23
Ada beberapa macam hukuman, yaitu hukuman badan, penahanan
dikelas, dan menghilangkan privalage, denda dan sanksi tertentu.
Hukuman badan misalnya memukul, menjewer, menendang,
mencubit, menyepak, push up, lari, di jemur di matahari dsb, hukuman
demikian sebaiknya tidak dipergunakan karena hal itu terbukti tidak efektif
untuk mengubah perilaku peserta didik, disamping itu hukuman tersebut bisa
menyeret seorang tenaga pendidik ke pengadilan karena peserta didik tidak
terima perlakuan tersebut.
Hukuman lain yang biasa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan
menatap tajam siswa, memberikan teguran dengan tembusan kepada orangtua
wali, penyampaian secara lisan maupun tulisan.

G. Kenaikan Kelas
1. Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Evaluasi hasil belajar peserta didik perlu dilakukan dan diketahui untuk
melihat sejauh mana perkembangan peserta didik dalam kurun waktu tertentu/ dari
waktu ke waktu. Manfaat dari evaluasi ini adalah selain bagi peserta didik itu sendiri
untuk mengetahui seberapa besar perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor
selama mengikuti pendidikan.
Bagi lembaga/guru itu sendiri, evaluasi peserta didik merupakan data yang
menunjukkan sejauh mana kinerja yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran, apakah telah mencapai tujuan yang
ditentukan serta tujuan yang telah digemborkan? Atau memang harus mengadakan
perencanaan ulang karena setiap kelemahan dan kegagalan dalam perencanaan akan
menjadi cermin/revisi bagi perencanaan berikutnya.
Intinya evaluasi adalah penilaian kinerja lembaga pendidikan terhadap proses
pembelajaran yang diselenggarakan, dan bagi peserta didik itu sendiri dapat dijadikan
penilalian terhadap kemampuan diri dalam mengikuti proses pembelajaran dan
perbandingannya dengan peserta didik lainnya.

24
a) Batas Evaluasi
Sebelum dilakukan evaluasi maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran,
pengukuran (measurement) diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui
sesuatu sebagaimana adanya.
b) Tujuan dan Fungsi Evaluasi
a. Tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kemajuan peserta didik selama jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan yang dpergunakan selama
jangka waktu tertentu.
3. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja lembaga pendidikan dalam
penyelenggaraan proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
b. Fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
1. untuk memberikan motivasi terhadap hal belajar mengajar.
2. untuk melengkapi informasi mengenai kemajuan dan kemunduran belajar
peserta didik.
3. untuk bahan pertimbangan kenaikan kelas.
4. untuk memperoleh data bagi pekerjaan dan penyusunan.
5. untuk memberikan informasi tentang kemampuan siswa sehingga dapat
dikembangkan secara optimal.
6. untuk melihat kinerja guru.
7. untuk memberikan informasi kepada guru, murid dan orang tua tentang
apa dan sampai dimana perkembangan yang dicapai peserta didik.
Dengan demikian tujuan dan fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik menampilkan performansi sebagai mana yang diharapkan.
c) Teknik-teknik evaluasi
Teknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh seseorang dalam
mengadakan evaluasi. Secara garis besar teknik evaluasi dapat dilakukan dengan
melakukan test atau non-test.

25
d) Teknik Non Test
Suatu teknik evaluasi selain test seperti observasi, wawancara, angket,
sosiometri, anecdotal record dan skala penilaian.
e) Sosiometri
Sosiometri adalah suatu metode yang dimaksudkan untuk mengetahui
kedudukan responden di dalam kelomponya, maksudnya adalah untuk mengetahui
pola-pola hubungan yang dibangun oleh kelompok.
f) Catatan Berkala
Instrumen pengumpul data yang dapat melengkapi observasi tentang kejadian-
kejadian mengenai peserta didik secara insidental.
g) Skala Penilaian
Skala penilaian atau rating scale adalah suatu daftar pertanyaan yang
dpergunakan sebagai pelengkap observasi untuk menjelaskan, menggolongkan dan
menilai peserta didik dalam suatu situasi.
h) Kriteria Evaluasi Peserta Didik
Kriteria adalah acuan-acuan uang dijadikan pedoman dalam memberikan
penilaian terhadap peserta didik. Ada dua kriteria penilaian atau evaluasi yaitu acuan
patokan dan acuan norma.
i) Tindak Lanjut Evaluasi Peserta Didik
Tindak lanjut dari informasi evaluasi tersebut meliputi: mengadakan
pengayaan, mengadakan remidial secara kelompok atau perorangan, mengulangi
materi pelajaran, menentukan promosi atau kenaikkan, menentukan kelulusan,
bimbingan penyuluhan dan pelaporan.
j) Mengadakan Remidial
Remidial dilakukan kepada kelompok manakala kasusnya adalah kasus
kelompok, hal itu terdiri dari beberapa peserta didik yang memiliki kasus yang
tergolong sama, sedangkan remidial yang berbentuk individual, manakala kasusnya
satu dan lainnya berbeda.

26
k) Mengulangi Pelajaran
Pengulangan pelajaran dilakukan jika peserta didik sebagian besar belum
paham betdasarkan evaluasi, hal itu dikhawatirkan menyulitkan peserta didik.
l) Mengadakan Promosi, Kenaikkan dan Kelulusan
Salah satu tindak lanjut yang penting adalah mengadakan promosi, kenaikan
dan kelulusan, dimana setelah evaluasi maka dapat diketahui mana peserta didik yang
layak dipromosikan, dinaikkan, diluluskan, begitu juga sebaliknya, siapa yang tidak
dipromosikan, tidak dinaikkan dan tidak diluluskan.

m) Pelaporan
Pelaporan hasil evaluasi dilakukan oleh guru kepada peserta didik sendiri,
kepada kepala sekolah dan kepada orang tua, hal itu ditunjukan agar adanya umpan
balik.

2. Kenaikan Kelas
Kenaikan kelas merupakan cermin akhir evaluasi untuk menentukan
keberhasilan siswa/siswi dalam Proses Belajar Mengajar selama satu tahun
sebelumnya, dengan tujuan untuk menduduki/ mengikuti pelajaran pada satu tingkat
kelas diatasnya.
a. Macam-macam Kenaikan Kelas
1) Naik Kelas.
2) Naik Kelas Bersyarat.
3) Tidak Naik Kelas
b. Kriteria/ Norma Kenaikan Kelas
1) Naik Kelas
2) Naik Kelas Bersyarat
3) Tidak Naik Kelas.

27
H. Perpindahan Peserta Didik
1. Pengertian peserta didik
Perpindahan peserta didik adalah proses perpindahan tempat pendidikan dari
suatu institusi sekolah yang satu ke institusi sekolah yang lainnya di wilayah RI.
Mutasi adalah peserta didik dari kelas satu ke kelas yang lain yang sejajar, dan atau
perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar.
Perpindahan peserta didik antar sekolah dalam satu kota, antar kabupaten/
kota dalam satu provinsi dilaksanakan atas dasar persetujuan kepala sekolah asal dan
kepala sekolah yang disetujui serta dilaporkan kepada dinas pendidikan/ kepala
departemen agama sesuai dengan kewarganegaraannya perpindahan peserta didik
hanya dalam hal sebagai berikut:
a. Siswa merupakan anak dari PNS/TNI/POLRI yang dimutasikan dan menunjukan
surat keterangan pindah tugas dari orangtua siswa tersebut.
b. Siswa yang bukan anak dar PNS/TNI/POLRI harus melengkapi photocopy KTP
orangtua atau surat keterangan pindah dari lurah stetmpat yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan telah berdomisili di wilyah yang baru.
c. Perpindahan peserta didik dari sekolah diluar negeri harus dilampiri hasil
penilaian kesetaraan yang ditetapkan oleh dirjen manajemen pendidikan dasar dan
menengah.
d. Perpindahan peserta didik dengan mempertimbangkan fleksibilitas pilihan an
waktu penyelesaian program lintas suatuan dan jalur pendidikan.
e. Perpindahan kelas 1 dengan alas an mengikuti perpindahan tugas orangtua
pelaksanaanya setelah semester 1,
2. Syarat-syarat perpindahan peserta didik
a. Siswa tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah
b. Mempunyai nilai yang memuaskan atau dinyatakan naik kelas
c. Apabila nilainya jelek, maka siswa tersebut tetap bersekolah di tempat yang
lama
d. Perpindahan siswa harus mendapat persetujuan tertulis dari institusi pengirim

28
3. Mekanisme perpindahan peserta didik
a. Perpindahan siswa diperkenakan tanpa melihat starata akreditas status sekolah
tersebut
b. Kelengkapan dan prosedur perpindahan diatur dalam peraturan sendiri.
4. Macam-macam perpindahan peserta didik
Ada beberapa macam perpindahan peserta didik. Pertama, adalah
perpindahan peserta didik atau mutasi intern. Yang dimaksud dengan mutasi intern
adalah mutas yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu sendiri.
Kedua, adalah perpindahan peserta didik atau mutasi ekstern. Yang dimaksud dengan
mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain
dalam satu jenis, dan dalam satu tingkatan.
5. Sebab-sebab peserta didik mutasi
a. Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:
1. Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah tersebut
2. Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak cocok
3. Malas
4. Ketinggalan dalam pelajaran
5. Bosan dengan sekolahnya
b. Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:
1. Mengikuti orangtua pindah kerja
2. Dititipkan oleh orangtuanya di tempat nenek atau kakeknya, karena
ditinggal tugas belajar ke luar negeri
3. Mengikuti orangtuanya
4. Disuruh oleh orangtuanya pindah
5. Mengikuti orangtua pindah rumah
c. Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:
1. Lingkungan sekolah yang tidak menarik
2. Fasilitas sekolah yang tidak lengkap
3. Guru disekolah tersebut sering kosong

29
4. Adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh peserta
didik
5. Sulitnya sekolah tersebut dijangkau, termasuk oleh transportasi yang ada
d. Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya adalah
a. Bertengkar dengan teman
b. Merasa diancam oleh teman
c. Tidak cocok dengan teman
d. Merasa terlalu tua sendiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya
e. Semua teman yang ada disekolah tersebut, berlainan jenis dengan dirinya,
sehingga merasa sendirian.
6. Alternatif pencegahan, pengurangan dan pemecahan mutasi
Dalam banyak hal, mutasi perlu dicegah, agar terdapat kesinambungan
pengetahuan peserta didk yang diterima sebelumnya dengan kelanjutannya. Oleh
karena itu, pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu bergantung kepada
macam sumber faktor penyebabnya. Jika sumber mutasi berasal dari diri peserta
didik itu sendiri, maka langkah-langkah preventif yang harus dilakukan adalah
memberikan semacam jaminan kepada peserta didik, bahwa kalau dapat
menyelesaikan studi di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan mempunyai
prospek tertentu sebagaimana lulusan-lulusan lain dari dari sekolah tersebut.
Peserta didik juga perlu bimbingan yang baik disekolah tersebut, agar dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Dengan demikian, ia tak punya alasan untuk pindah sekolah lain. Disamping itu,
peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan belajarnya, dan
diupayalan konsistendengan rencana yang ia buat. Oleh karena itu, dorongan atau
motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk
giat belajar dan tidak malas. Jika sumber penyebab mutasi berasal dari sekolah,
tak ada alternatif lain kecuali memperbaiki kondisi sekolah. Yang diperbaiki tentu
saja tidak tidak saja saran dan prasarana fisik sekolah, melainkan sekaligus
kondisi sekolah secara keseluruhan. Jika sumber penyebab mutasi berasal dari

30
lingkunga keluarga, maka jalinan kerja sama antara sekolah dengan keluarga
memang perlu ditingkatkan. Jangan sampai hanya karena persoalan sepele saja
kemudian anak tidak sekolah atau mutasi ke sekolah lain.
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi hendaknya
juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima.
Jangan sampai sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah
kacau hanya karena ada seoang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk
itulah, sekolah harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi
akademiknya, jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang bersangkutan
mutasi.
7. Perpindahan peserta didik akibat Drop Out
Yang dimaksud dengan drop out adalah keluar dari sekolah sebelum
waktunya, atau sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena
hal demikian sepandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur
dikeluarkan untuknya. Penanganan drop out tentu tidak bisa dilaksanakan oleh
sekolah sendiri, melainkan haruslah terpadu dan bersama-sama dengan
lingkungan lain: kelurarga dan masyarakat. Pemerintah juga perlu mengupayakan
bagaimana agar drop out ini tetap ditekan.
8. Sebab-sebab perpindahan peserta didik akibat drop out
Ada banyak sebab mengapa peserta didik drop out drop out dan tidak
menyelesaikan pendidikannya. Rendahnya kemampuan yang dimiliki ini,
mnejadikan penyebab peserta didik merasa berat untuk menyelesaikan
pendidikannya. Oleh karena itu, peserta didik dengan kemampuan rendah
demikian, perlu mendapatkan perlakuan khusus yang berbeda dengan peserta
didik.
Kedua, karena tidak punya biaya untuk sekolah. Ini terutama banyak terjadi di
daerah-daerah pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Padahal haruslah
disadari, bahwa semakin tinggi tingakatan dan jenjang pendidikan yang akan

31
ditempuh oleh peserta didik, semakin banyak pula biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan.
Ketiga, karena sakit yang tidak tau kapan sembuhnya. Ini menjadi penyebab
siswa tidak sekolah samai dengan batas waktu yang sendiri tidak tahu.
Keemapt, karena bekerja pekerja anak-anak, pada negara-negara sedang
berkembang sangat banyak jumlahnya. Tidak jarang, anak-anak ini juga bekerja
pada sektor formal yang terakait oleh waktu dan aturan.
Kelima, harus membantu orangtua di ladang. Di daerah agraris dan kantong-
kantong kemiskinan, putra laki-laki dipandang sebagai pembantu terpenting
ayahnya untuk bekerja diladang.
Keenam, karena drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang
bersangkutan memang sudah tidak mungkin dapat dididik lagi. Tidak dapat
dididik lagi ini, bisa disebabkan karena kemampuannya rendah, atau dapat juga
karena yang bersangkutan memang tidak mau belajar.
Ketujuh, karena peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak mau
sekolah. Pada peserta didik demikian, memang tidak dapat dipaksa untuk
bersekolah, termasuk oleh orangtuanya sendiri.
Kedelapan, terkena kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti.
Pidana yang diaalmi oleh peserta didik untuk beberapa tahun, bia dijadikan yang
bersangkutan akan drop out dari sekolah.
Kesembilan, karena sekolah dianggap tidak menarik lagi bagi peserta didik.
Karena tidak menarik, mereka memandang lebih baik tidak sekolah saja. Kasus-
kasus drop out demikian,memang tidak selamanya dapat dipecahkan. Dalam
pengertian, ada beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat dicegah dan
yang tak dapat dicegah.

32
I. Kelulusan Dan Alumni
1. Kelulusan
a. Kelulusan terhadap peserta didik
Ujian Nasional 2007 sudah diambang pintu. Berbagai persiapan tengah
dilakukan oleh peserta didik (siswa) satuan pendidikan (sekolah) dan pemerintah
(Depdikana). Peserta didik menambah porsi belajar, satuan pendidikan meningkatkan
program pemantapan, dan pemerintah menyiapkan peraturan dan perundang-
undangan, prosedur operasional standar, juklak, dan juknis.
Menguti peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, Baba X, Pasal 20 ayat 1
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah:
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran apabila:
1. Memperoleh nilai minimal baik pada akhir untuk seluruh mata pelajaran,
kelompok mata pelajaran agama dan ahklak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarga negaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
2. Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi.
3. Lulus Ujian Nasional.

b. Standar kelulusan
Dalam UU Sisdiknas Bab V tentang Standar Kopetensi Lulusan pasal 25
disebutkan:
1. Standar kopetensi kelulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
2. Standar kopetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kopetensi
untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran atau mata kuliah atau
kelompok mata kuliah.

33
3. Kopetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan
membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
4. Kopetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Dari pasal tersebut diketahui bahwa kopetensi kelulusan harus mencakup
sikap (efektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik). Standar
kopetensi ini harus menjadi acuan pada pemerintah dalam menetapkan standar
kelulusan.

2. Alumni
Alumni sebagai warga istimewa dan memiliki ikatan batin yang kuat dengan
sekolah, diharapkan peran sertanya dalam meningkatkan mutu pensisikan di sekolah
dimana mereka dahulu telah merasakan layanan jasa pendidikannya.
Ada berbagai cara yang dapat diberikan oleh alumni, misalnya sumbangan
pemikiran untuk mencari konsep dan cara kerja meningkatkan mutu layanan
pendidikan, memberikan sumbangan pelatihan atau informasi yang dibutuhkan oleh
warga sekolah, mendukung secara moral dan finansial kebutuhan dan upaya sekolah
dalam peningkatan mutu, memberikan beasiswa kepada anak-anak berprestasi tapi
tidak mampu secara ekonomi, menghubungkan dengan pihak-pihak terkait yang
dapat memberikan kontribusi apapun terhadap almamater .
Alumni sebagai salah satu petaruh atau stakeholders sekolah tentu saja
diharapak memiliki peran dan memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap
sekolah.

3. Peningkatan mutu sekolah dengan manajemen berbasis sekolah melalui


peran serta alumni
Pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input
pendidikan tetapi harus juga lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input
yang baik tidak otomatis menjadi jaminan terjadinya peningkatan mutu. Bahkan

34
selain input dan proses masih juga memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi
lingkungan dan peran serta masyarakat (termasuk alumnus).
Pendekatan baru yang dipertimbangkan lebih cocok untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah pendekatan yang berbasis pada sekolah masing-masing.
Pendekatan ini dikenal dengan “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis
Sekolah”. Konsep ini menawarkan kerja sama yang erat antara sekolah (yayasan),
masyarakat (masyarakat setempat, masyarakat pengguna, masyarakat “peduli” dan
alumnus) dan pemerintah (dinas pendidikan dan pemerintah setempat) dengan peran
dan tanggung jawabnya masing-masing. Sekolah harus kreatif dan dinamis dalam
mengusahakan peningkatan mutu dengan peningkatan kemandirian sekaligus masih
dalam kerangka acuan kebijakan pendidikan yayasan, nasional dan daerah.
Sistem rekrutmen kejenjang perguruan tinggi yang sekarang berlaku
menafikan angka kelulusan. Mengapa? Karena siswa yang telah lulus ujian akhir
nasional tidak memperoleh jaminan apa-apa untuk diterima di universitas atau
akademi. Mereka harus diuji lagi oleh lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan
tinggi. Kalau ujian nasional SLTA begitu penting dan bermutu, seharusnya perguruan
tinggi tidak lagi melakukan seleksi ulang. Yang dilakukan Cuma memberikan batas
nilai terendah dari angka kelulusan untuk menjaga citra dan mutu universitas yang
bersangkutan. Misalnya, sebuah universitas menetapkan hanya menerima mahasiswa
baru yang angka kelulusannya delapan keatas. Dengan demikian sisw-siswa yang
lulus UN dengan angka delapan ke atas otomatis diterima diperguruan tersebut. Bagi
siswa dengan angka kelulusan dibawah delapan, mereka juga berhak masuk ke
universitas yang mengakomodasi standar nilai seperti itu.

35
J. Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler sebagai program layanan khusus
dalam pendidikan di sekolah
1. Program ekstrakurikuler
Pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler antara satu sekolah dengan sekolah yang
lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa
dan kemampuan sekolah.
a. Pengertian program ekstrakurikuler
Menurut arikunto. S (1981;1), yang dimaksud dengan program ialah sederetan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan
kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada
umumnya merupakan kegiatan pilihan. (1988 ; 57).

b. Tujuan dan ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler


Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler disekolah Menurut Direktorat
Pendidikan Menengeh Kejuruan (1987;9) adalah :
1. Kegiatan ekstrakulikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek
kognitif, efektif dan psikomotor.
2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju
pembinaan manusya seutuhnya yang positif.
3. Dapat menegetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan suatu pelajar
dengan mata pelajaran lainnya.
Lebih lanjut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1987;12),
menegaskan bahwa ruang lingkup kegiatan ekstrakulikuler harus berpangkal pada
kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakulikuler dan
program kulikuler.

c. Jenis kegiatan ekstrakurikuler


Menurut Hadari Nawawi (1985;177-178) jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler,
yaitu;

36
1. Pramuka sekolah
2. Olehraga dan kesenian
3. Kebersihan dan keamanan sekolah
4. Tabungan pelajar dan pramuka (Tapelpram)
5. Majalah sekolah
6. Warung/kantin sekolah
7. Usaha kesehatan sekolah

d. Prinsip-prinsip program ekstrakurikuler


Dengan berpedoman kepada tujuan dan maksud pada kegiatan serta kurikuler
disekolah dapat ditetapkan prinsip-prinsip progran ekstrakurikuler. Menurut Oteng
Sutisna Prinsip program ektrakurikuler adalah (1985;58):
1. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha
meningkatkan program.
2. Kerjasama dalam tim adalah fundamental.
3. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindari.
4. Prosesnya adalah lebih penting daripada hasil.
5. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi
kebutuhan dan minat semua siswa.
6. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah.
7. Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada nilai-nilai pendidikan
disekolah dan efisiensi pelaksanaannya.
8. Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya bagi
pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menyediakan
sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid.

e. Partisipasi siswa dalam kegiatan ektrakurikuler


1. Pengertian partisipasi

37
Pertisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” yang berarti
pengambilan bagian atau pengikutsertaan (john F. Echols, 1988;419). Menurut The
Liang Gie, yaitu partisipasi meliputi:
a. Satu aktivitas untuk membangkitkan perasaan diikutsertakan dalam organisasi,
b. Ikutsertanya bawahan dalam kegiatan organisasi. (1968;168).
2. Manfaat Partisipasi
Keit Davis mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi yaitu:
a. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar,
b. Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya.
c. Dapat mengendalikan nialai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun
kepentingan bersama.
d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.
e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan-perubahan. (1985;186).
3. Tingkatan partisipasi
Menurut Jumrowi yang dikutib oleh Sabandiyah bahwa dilihat dari segi
tingkatnya partisipasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu;
a. Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain.
b. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
c. Partisipasi dalam pelaksanaan.
4. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya partisipasi siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuhnya partisipasi anggota suatu
kelompok atau organisasi. Dikemukakan Noeng Moehajir, bahwa tumbuhnya
partisipasi dapat dilihat dari derajat partisipasinya, yaitu:
a. Partisipasi tanpa mengenal objek partisipasi yang berpartisipasi karena
diperintahkan untuk ikut.
b. Berpartisipasi karena yang bersangkutan telah mengenal ide baru tersebut, ada
daya tarik dari objekdan ada minat dari subjek.

38
c. Berpartisipasi karena yang bersangkutan telah meyakini bahwa ide tersebut
memang baik.
d. Berpartisipasi karena yang bersangkutan telah melihat lebih detail tentang
alternatif pelaksanaan dan penerapan ide tersebut.
e. Berpartisipasi karena yang bersangkutan langsung memanfaat ide dan usaha
pembangunan tersebut untuk dirinya, keluarganya dan masyarakat. (1980;135).
f. Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler
Pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dapat berbeda-beda antara satu sekolah
dengan sekolah yang lain. Sehubungan dengan itu, Amir Daien (1988;125) hal-hal
yang perlu diketahui oleh pembina ekstrakurikuler:
a. Kegiatan harus dapat meningkatkan pengayaan siswa yang beraspek kognitif,
efektif and psikomotor.
b. Memberikan tempat serta penyaluran bakat dan minat sehingga siswa akan
terbiasa dengan kesibukan-kesibukan yang bermakna.
c. Adanya perencanaan dan persiapan serta pembinaan yang telah diperhitungkan
masak-masak sehingga program ekstrakurikuler mencapai tujuan.
d. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler oleh semua atau sebagian siswa.

g. Tersedianya sarana
Yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak
agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar teratur, efektif dan
efisien. (Depdikbud, 1988).
Lebih luas fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha dapatberupa benda-benda
maupun uang. Dalam hal ini fasilitas disamakan dengan sarana. Fasilitas atau sarana
menurut Suharsimi AK, dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dapat dibendakan
yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan suatu usaha.

39
b. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan
sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

h. Tersedianya dana
Tersedianya dan ekstrakurikuler diartikan sebagai besarnya dana yang
disediakan oleh sekolah guna memberi kemudahan kepada peserta dalam mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.

i. Keberadaan jadwal kegiatan ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan pada wakti dimana para siswa
mendapatkan waktu terluang, pada soreh hari bagi sekolah yang belajar dipagi hari
dan dan pagi hari bagi sekolah yang masuk pada sore hari, ataupun pada waktu-waktu
libur. Jadwal ekstrakurikuler akan menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan
tugas pembina, bagi siswa menjadi pedoman dalam merencanakan dan mengikuti
program ektrakurikuler, bagi administrator mempermudah dalam memberikan
dukungan sarana dan prasarana yang diperlukan dan bagi kepala sekolah
mempermudah dalam mengadakan suverpisi.

2. Pengertian kegiatan ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran
biasa dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik di sekolah maupun luar
sekolah, dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenal hubungan
antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan minat dan bakat serta melengkapi upaya
pembinaan manusia indonesia seutuhnya.
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan baik dan penting karena memberikan
nilai tambah bagi para siswa dan dapat menjadi barometer perkembangan/kemajuan
sekolah yang sering kali diamati oleh orang tua siswa ataupun masyarakat. Dengan
adanya kegiatan ekstra tersebut diharapkan susunan sekolah lebih hidup.

40
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan beberapa kegiatan yang diberikan kepada
peserta didik di lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menonjolkan potensi diri
yang belum terlihat diluar kegiatan belajar mengajar, memperkuat potensi yang telah
dimiliki pesrta didik. Biasanya lembaga pendidikan (sekolah) memiliki lebih dari 5
kegiatan ekstrakurikuler, agar peserta didik dapat memilih kegiatan yang diminatinya,
berikut ini beberapa contoh kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di lembaga
pendidikan:
a. Ekstra Bola Basket
Ini merupakan program khusus untuk mendalami bidang olahraga.
b. Ekstra Pramuka
Ekstra ini bertujuan agar peserta didik mandiri dan disiplin.
c. Ekstra Tari
Dalam ekstra ini tujuan utamanya dulu adalah agar siswa dan perilaku siswa
menjadi lebih baik dan tidak menjurus kasar, karena penari umumnya lemah
lembut khususnya untuk melestarikan budaya indonesia.
d. Ekstra Leeson
Ekstra ini dulu hanya berlaku untuk kelas 3 dalam menghadapi ujian akhir, tetapi
akhirnya berkembang sesuai keinginan wali murid, maka berlaku juga untuk kelas
1 dan 2. Namun sifatnya bagi yang berminat saja.
e. Ekstra Karate atau Perisai Diri
f. Ekstra Bola Volly
Ini merupakan program khusus untuk mendalami bidang olahrag.
g. Ekstra Komputer
Ini bisa dikatan sebagai muatan lokal dalam hal keahlian untuk
menjalankan komputer.

3. Sebagai ciri khas sekolah


Kegiatan ekstrakurikuler sekolah tidak hanya pelangkap suatu proses kegiatan
belajar mengajar, melainkan sarana agar siswa memiliki nilai plus selain pelajaran

41
akademis yang bermanfaat bagi kehidupannya bermasyarakat. Dalam praktiknya
pelajaran ekstrakurikuler ini seringkali menjadi ciri khas suatu sekolah.
Seoperti dikemukakan Direktur Umum Ma’had Izzuddin, Ir Salihul Fajri
Muchir sesuai karakter Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Izzuddin berbasis
keagamaan maka ekstrakurikuler di upayakan memiliki ciri ke-islaman dengan
berdasar Al-Qur’an dan Hadist. “seperti berenang pelajaran ini penting dan memang
ada hadist yang mengemukakan agar setiap anak diajari berenang”. Katanya ditemui
di SDIT Izzuddin, Jl Demang Lebar Daun.
Sejak tahun ajaran 2003-2004 menurutnya juga diselenggaran ekstrakurikuler
tahsin dan tahfis (pelajaran memperbaiki membaca Al-Qur’an dan menghafal Al-
Qur’an). Untuk dua ekstrakurikuler ini selain dibimbing guru, sejumlah sekolah
menurutnya juga dibimbing tenaga pelajar dari luar.

4. Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidikan diluar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
1. Fungsi kegiatan ekstrakurikuler
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan kreatifitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat
mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan
dan rasa tanggung jawab sosial peserta ddidik.
c. Kreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana
rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang
proses perkembangan.

42
d. Persiapan kerir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurukuler untuk mengembangkan
kesiapan kerir peserta didik.

2. Prinsip kegiatan ekstrakurikuler.


a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi,
bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan
diikuti secara sukarela peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut
keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang
disukai dan mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang mengembangkan semangat
peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan
untuk kepentingan masyarakat.

3. Jenis kegiatan ekstrakurikuler


a. Krida, meliputi kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan siswa (LDKS), palang
merah remaja (PMR), pasukan pengibar bendera pusaka (PASKIBRAKA).
b. Karya ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
ilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Letihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olahraga,
seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
d. Seminar, lokakarya dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir,
pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

43
4. Format kegiatan
a. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara
perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh kelompok-
kelompok peserta didik.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik dalam
satu kelas.
d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik antar
kelas/antar sekolah/madrasah.

5. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler


a. Kegiatan ekstrakulikuler yang bersufat rutin, spontan dan keteladanan
dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikandi
sekolah atau madrasah.
b. Kegiatan ekstrakulikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai sasaran,
substansi, jenis kegiatan, waktu tempat dan pelaksana sebagai mana telah
direncanakan.
Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui;
1. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaiyan pada akhir setiap jenis
layanan dan kegiatan pendudukung konseling untuk mengetahui perolehan
peserta didik yang dilayani.
2. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu
tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan
dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk
mengetahui dampak layanan / kegiatan terhadap peserta didik.
3. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), penilaiyan dalam waktu tertentu
(satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa
layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk

44
mengetahui lebih jauh dampak layanan atau kegiatan pendukung
konseling terhadap peserta didik.
4. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis
terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum didalam
SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan kegiatan.
5. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam
LAPEPROG. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan
dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif.

6. Ekstrakurikuler
Hasil dan proses kegiatan ekstra kurikuler dinilai secara kualitatif dan
dilaporkan kepada pinpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan
lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

45
BAB III
METODE OBSERVASI

Adapun metode yang penulis gunakan dalam melaksanakan kegiatan


observasi adalah metode wawancara dan metode dokumentasi.

A. Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik utama dalam metologi kualitatif, yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai (Djawali,
2013: 72). Digunakan wawancara karena menggunakan teknik percakapan degan
maksudd tertentu yang melibatkan dua belah pihak. Tahap pelaksanaan dengan teknik
wawancara meliputi: (1) menentukan siapa yang diwawancari, (2) mempersiapkan
wawancara, (3) melakukan wawancara baik lansung dengan informan dengan
mencatat hasil wawancara ataupun dengan menggunakan radio/video, (4) mengakhiri
wawancara dengan tetap memelihara suasana kondusif dan membuat hasil wawancara
(Djawali, 2013: 72-73). Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah
dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder,
kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali
dari responden.
Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon. Tetapi
penulis memilih melakukan wawancara dengan tatap muka atau langsung, hal ini
karena agar informasi yang kita dapat lebih jelas dan detail. Beberapa kelebihan
wawancara tatap muka antaralain:

46
1. Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden.
2. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan
baru.
3. Bisa membaca isyarat non verbal.
4. Bisa memperoleh data yang banyak
Sementara kekurangannya adalah:
1. Membutuhkan waktu yang lama.
2. Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah
terpisah.
3. Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan.
4. Pewawancara perlu dilatih.
5. Bisa menimbulkan bias pewawancara.
6. Responden bisa menghentikan wawancara kapanpun.

B. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (dalam Djawali, 2013: 74) dokumentasi yaitu mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi digunakan
untuk melengkapi dan menambah data yang diperoleh wawancara.

47
BAB IV
HASIL OBSERVASI

A. Penetapan Lokasi
Observasi ini dilaksanakan di SDN 34 Kota Selatan dengan Narasumber Bapak
Muh. Samsul Munir, M.Pd beliau selaku kepala sekolah di SDN 34 Kota Selatan.

B. Waktu Pelaksanaan Observasi


Kami telah melaksanakan observasi selama dua hari dengan waktu yang
digunakan yaitu :
a. Kamis, pukul 10. 00 WITA
1. Perkenalan dan meminta izin untuk melakukan observasi.
2. Menyerahkan surat pengantar kepada kepala sekolah di SDN 34 Kota
Selatan.
b. Jum’at, pukul 10.00 WITA
1. Melakukan serangkaian wawancara dengan narasumber bapak Muh. Samsul
Munir, M.P.
2. Mengambil dokumentasi dan hasil rekaman wawancara dengan Narasumber.
3. Melakukan observasi di dalam kelas mengenai kedisiplinan dalam proses
pembelajaran di SDN 34 Kota Selatan.

C. Hasil Observasi
Kegiatan observasi ini kami lakukan dengan metode wawancara yaitu dengan
mengumpulkan informasi dan memberikan daftar pertanyaan kepada Bapak Muh.
Samsul Munir, M.Pd beliau selaku kepala sekolah di SDN 34 Kota Selatan. Berikut
ini adalah hasil observasi kami dengan menggunakan metode wanwancara, antara
lain:
1. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam melakukan
perencanaan peserta didik?

48
Narasumber: pertama yaitu melakukan analisis kebutuhan peserta didik yaitu
penetapan siswa dimana merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima
dengan pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas yang tersedia, serta
pertimbangan rasio murid dan guru dan menyusun program kegiatan kesiswaan
yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, sarana dan prasarana yang ada,
anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia, kedua yaitu
melakukan rekrutmen pada pesrta didik, sebelum pelaksanaan rekrutmen, kita
mebentuk panita untuk kegiatan tersebut, ketiga melakukan seleksi pada peserta
didik, keempat yaitu melakukan orientasi peserta didik baru dimana kami
mengenalkan situasi dan kondisi sekolah. Tujuan dengan orientasi tersebut adalah
agar siswa mengerti dan mentaati peraturan yang berlaku di sekolah, peserta didik
dapat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah, dan siap menghadapi
lingkungan baru secara fisik, mental dan emosional, Kelima yaitu melakun
penempatan atau pembagian kelas pada peserta didik, keenam yaitu melakukan
pencatatan dan pelaporan peserta didik, dimulai sejak peserta didik diterima di
sekolah sampai dengan tamat atau meninggalkan sekolah. Tujuan pencatatan
tentang kondisi peserta didik dilakukan agar sekolah mampu melakukan
bimbingan yang optimal pada peserta didik. Sedangkan pelaporan dilakukan
sebagai bentuk tanggung jawab sekolah dalam perkembangan peserta didik.

2. Bagaimana sistem pendaftaran di SDN 34 Kota Selatan?


Narasumber: Pendaftaran disekolah ini pada prinsipnya SDN 34 Kota Selatan
sama dengan sekolah-sekolah lain mulai dari tahun pelajaran 2014 itu sudah
melakukan sistem pendaftaran secara online jadi orang tua bisa mendaftarkan
anaknya itu secara inline itu melalui laman ppdb.kotagorontalo.com bisa login
melalui itu kemudian mendaftar secara mandiri melalui online dengan
mengapload berkas-berkas seperti kartu keluarga, kartu akta kelahiran, kartu
PKH, kartu sejahtera, KIP dan setelah itu pada tanggal tertentu itu dibuka laman
tersebut kemudian pada waktu pendaftaran ditutup laman tersebut tidak dapat

49
diakses. Setelah itu didalam laman itu sudah ada pilihan sekolah. Setiap anak itu
melakukan pilihan sekolah itu minimal 2 misalnya pilihan utama SDN 34 Kota
Selatan yang kedua misalkan SDN 34 Kota Selatan setelah itu semua berkas-
berkas itu diupload termasuk foto calon siswa, identitas keluarga calon siswa di
input semua. Pada waktu itu setelah pendaftaran ditutup tinggal menunggu
pengumuman SDN 34 Kota Selatan sebelum itu sudah memasuki kuota sebelum
pendaftaran dimulai kuota itu tergantung jumlah ruang kelas dan jumlah guru.
Jadi walaupun ada ruang kelas tapi gurunya tidak ada. Itu kita tidak bisa
mengajukan kuota. Kuota SD itu paling banyak satu kelas 28 orang. Setelah
pengumuman peserta didik itu mendaftar kembali secara manual berkas yang
sudah diupload itu kembali didaftarkan secara manual disekolah yang sudah calon
peserta didik dinyatakan lulus. Pengumuman dilihat di website ada juga
diumumkan diharian koran Gorontalo Post.
3. Bagaimana sistem seleksi penerimaan siswa baru di SDN 34 Kota Selatan?
Narasumber: Di SD faktor seleksinya ada dua yaitu: faktor umum dan faktor
sekolah sebelumnya. Jadi jika anak sudah masuk usia sekolah 7 tahun harus
masuk kelas 1. Jadi seleksi utamanya misalnya kuota kita hanya 28, jadi 28 itu
kita saring kembali. Misalnya ada anak umur 5 tahun itu belum bisa didaftarkan
dan tidak bisa diterima. Kemudian yang kedua itu adalah jenjang sekolah
sebelumnya. Jadi hanya itu alasannya.
4. Bagaimana sistem penempatan dan pengelompokkan peserta didik yang ada di
SDN 34 Kota Selatan?
Narasumber: Di SDN 34 Kota Selatan biasanya hanya satu sampai dua kelas
untuk satu tahun itu. Jadi untuk penempatannya kita melakukan pembagian
berdasarkan genre misalnya jumlah murid laki-laki 30 dan perempuan 26 maka
kita harus seimbangkan, misalnya laki-laki dikelas A 15 maka dikelas B juga
harus 15 begitu juga penempatan bagi perempuan. Dan kita misalnya kalau sudah
kelas 1 naik ke kelas 2 itu kita harus melakukan penempatan kembali dengan
pertimbangan-pertimbangan dari segi kemampuan intelektualnya, dari segi

50
partisipasinya dan lain sebagainya. Jadi harus kita seimbangkan, jangan sampai
ada penempatan berdasarkan kecerdasan seperti yang pintar di kumpulkan dalam
satu kelas A dan yang sedang-sedang di kelas B.
5. Tindakan apa yang dilakukan oleh pihak guru dalam mengatasi siswa-siswi yang
melanggar aturan sekolah?
Narasumber: Jadi banyak fariasi pelanggaran yang dilakukan anak-anak seperti
datang terlambat, pakaian yang tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan, pada
barisan upacara tidak tertib, atau pada saat diberikan tugas tidak dikerjakan dan
masih banyak lagi. Ada alternatif solusi mengantisipasi anak-anak seperti ini
adalah pertama kita mengundang orang tua untuk menyampaikan kondisi anak
yang sering melakukan pelanggaran. Agar orang tua bisa membantu memediasi
anak dirumah dengan memantau perkembangan anak. Untuk sanksinya seperti
pada saat upacara anak-anak yang terlambat, tidak memakai atribut seperti dasi
dan topi kita sendirikan dengan bebaris sendiri kemudian kita catat sudah berapa
kali melakukan pelanggaran. Karena didalam kurikulum ada tiga penilaian yaitu
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam penilaian sikap itu ada
dua: sikap sosial dan spiritual, dan itu sering dilakukan dengan cara dua penilaian
pengamatan dan pemantauan.
6. Bagaimana prosedur kenaikan kelas di SDN 34 Kota Selatan?
Narasumber: Setelah ujian dilaksanakan, kita melakukan rapat untuk
menentukan apakah pesrta didik naik kelas, naik kelas bersyarat, atau tidak naik
kelas berdasarkan hasil evaluasi dan pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Setelah itu pelaporan hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru (wali kelas) kepada
peserta didik dan kepada orang tua. Jika pelaporan hasil evaluasi telah selesai
maka akan dilaksanakan agenda kenaikan kelas.
7. Apakah disekolah ini pernah melakukan mutasi kepada peserta didik? Jika iya apa
penyebab peserta didik dimutasi.
Narasumber: Mutasi anak itu ada dua, ada mutasi masuk dan ada mutasi keluar.
Jadi mutasi masuk itu seperti dari sekolah lain masuk ke sekolah ini (SDN 34

51
Kota Selatan). Jika mutasi keluar seperti peserta didik yang dari sekolah ini
pindah kesekolah lain. Alasannya bermacam-macam yang paling banyak itu
adalah karena mengikuti orang tua yang pekerjaanya sebagai pegawai dan
mendapatkan surat pindah dinas.
8. Bagaimana pemberdayaan alumni di SDN 34 Kota Selatan?
Narasumber: Alumni itu di SD masih sangat minim sumbangsi mereka. Di SD
masih sangat kecil sekali yang paling berperan itu bukan alumni tapi orang tua
peserta didik.
9. Kegiatan ekstrakulikuler apa yang dilakukan sekolah, sehingga sekolah SDN 34
Kota Selatan memiliki cirri khas tersendiri sehingga berbeda dengan sekolah
dasar lainnya?
Narasumber: Dalam ekskul itu ada namanya ekskul wajib dan ada ekskul
pilihan. Ekskul wajib itu adalah pramuka dan itu wajib diikuti oleh seluruh siswa
kelas 1 sampai kelas 6. Sedangkan ekskul pilihan itu ekskul sesuai pilihan siswa
sendiri dengan mengambil vokalia, melukis, tarian, olahraga dan sebagainya.
Pelaksanaanya sudah terjadwal seperti sekarang di SDN 34 Kota Selatan sebagai
piloting sekolah penyelenggara PPK (Penguatan Pendidikan Karakter).
10. Persiapan apa yang dilakukan pihak sekolah terhadap peserta didik khusunya
kelas 6 dalam menghadapi ujian?
Narasumber: Jadi untuk kelas ujian itu 6 bulan sebelum pelaksanaan ujian kita
sudah melakukan persiapan dengan jam belajar tambahan. Ada namanya jam ke-0
dan ada juga namanya jam tambahan. Jam ke-0 itu jika jam masuk 07:30 maka
kita jam 06:30 sudah melakukan kegiatan belajar khusus kelas ujian. Dengan kita
melakukan pemantapan-pemantapan materi pelajaran yang diajarkan dikelas 4, 5,
6 itu direfresh atau diulangi kembali. Memantapkan kemudian juga ada pelatihan-
pelatihan mengisi LJK. Pada bulan pertama itu kita melakukan Try Out Sekolah
dengan memberikan soal-soal pelajaran kemudian kita melakukan penilaian
sejauh mana kemampuan peserta didik.

52
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen peserta didik keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan
karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan
ketrampilan. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung
dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik.Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan
terhadap kegiatan yangberkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk sampai
dengan keluar dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data
peserta didik kan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya
pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah. Hal-hal yang harus di kelolah
manajemen peserta didik yaitu perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik
baru, pengelompokan peserta didik, mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta
didik, pembinaan disiplin peserta didik, kenaikan kelas, perpindahan peserta didik,
kelulusan dan alumni, serta penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler sebagai
program layanan khusus dalam pendidikan di sekolah

B. Saran
Semoga laporan observasi lapangan tentang Manajemen Peserta Didik dapat
mengugah kesadaran kita sehingga kita dapat memahami arti manajemen peserta
didik seutuhnya dan kita dapat menerapakan secara merata dan penuh dengan
tanggung jawab. Lebih-lebih bagi para guru-guru, pemerintahan, dan masyarakat
pada umumnya dan kita sebagai mahasiswa yang akan akan menjadi generasi penerus
untuk mampu menciptakan inovasi-inovasi yang lebih baik lagi dan lebih kreatif lagi
dalam manajemen peserta didik.

53
DAFTAR PUSTAKA

Prihatian. 2014. Manajemen Peserta Didik. Alfabeta: Jakarta

Djwali. 2013. Tesis Pengelolaan Kurikulum Dan Pembelajaran Di SMA Negeri 1


Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Universitas Negeri
Gorontalo.

54

Anda mungkin juga menyukai