Materi Kontruksi Bahan Tekstil

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 153

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun bahan ajar modul interaktif dan
modul manual. Adapun ​modul manual terdiri atas bidang-bidang dan
program-program keahlian kejuruan yang berkembang di dunia kerja baik instansi
maupun perusahaan. Tahun Anggaran 2005 telah dibuat sebanyak 300 modul
manual terdiri atas 9 (sembilan) bidang keahlian dan 32 (tiga puluh dua) program
keahlian yaitu: ​Bisnis dan Manajemen (Administrasi Perkantoran dan
Akuntansi), ​Pertanian (Agroindustri pangan dan nonpangan, Budidaya Tanaman,
Budidaya Ternak Ruminansia, Pengendalian Mutu), ​Seni Rupa dan Kriya (Kriya
Kayu, Kriya Keramik, Kriya Kulit, Kriya Logam Kriya Tekstil), ​Tata Busan​, ​Teknik
Bangunan (Gambar Bangunan, Teknik Konstruksi Baja dan Alumunium, Teknik
Konstruksi Batu Beton, Tekni Industri Kayu), ​Teknik Elektronika (Teknik Audio
Vidio, Teknik Elektronika Industri), ​Teknik Listrik (Pemanfaatan Energi Listrik,
Teknik Distribusi, Teknik Pembangkit Ketenagalistrik-kan), ​Teknik Mesin
(Mekanik Otomotif, Pengecoran Logam, Teknik Bodi Otomotif, Teknik Gambar
Mesin, Teknik Pembentukan, Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri, Teknik
Pemesinan), ​Teknologi Informasi dan Komunikasi (Multimedia, Rekayasa
Perangkat Lunak, Teknik Komputer dan Jaringan), dan program ​Normatif ​Bahasa
Indonesia.

Modul ini disusun mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI), Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi ​(Competency
Based Training/CBT)​. Diharapkan modul-modul ini digunakan sebagai sumber
belajar pokok peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Kejuruan khususnya SMK
dalam mencapai ​standar kompetensi kerja​ yang diharapkan dunia kerja.

Penyusunan modul dilakukan oleh para tenaga ahli kejuruan dibidangnya terdiri
atas para Guru SMK, para Widyaiswara Pusat Pengembangan Penataran Guru
(PPPG) lingkup Kejuruan dengan para nara sumber dari berbagai perguruan
Tinggi, para praktisi Balai Latihan dan Pengembangan Teknologi (BLPT) dan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 1

unsure dunia usaha dan industri (DU/DI), dan berbagai sumber referensi yang
digunakan baik dari dalam dan luar negri. Modul dilakukan melalui beberapa tahap
pengerjaan termasuk validasi dan uji coba kepada para peserta Diklat/Siswa di
beberapa SMK.

Sesuai perkembangan paradigma yang selalu terjadi, Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah beserta para penulis dan unsure terlibat, menerima masukan-masukan
konstruktif dari berbagai pihak khususnya para ​praktisi dunia usaha dan
industri, para ​akademis​, dan para ​psikologis untuk dihasilkannya Sumber Daya
Manusia (SDM) tingkat menengah yang handal. Pada kesempatan baik ini kami
sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak terutama tim penyusun modul, para nara sumber dan fasilitator,
serta para editor atas dedikasi dan pengorbanan waktu, tenaga, dan pemikiran
untuk dihasilkannya modul ini.

Semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya peserta Diklat SMK
atau praktisi yang sedang mengembangkan bahan ajar modul SMK.

Jakarta, Desember 2005

a.n. Direktur Jenderal Manajemen


Pendidikan
Dasar dan Menengah
Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan

Dr. Joko Sutrisno, MM


NIP 131415680

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 2

DAFTAR ISI

Halaman
● KATA PENGANTAR i
● DAFTAR ISI iii
● DAFTAR GAMBAR vi
● DAFTAR TABEL viii
● DAFTAR BAGAN/SKEMA ix
● PETA KEDUDUKAN MODUL x
● KETERANGAN PETA KEDUDUKAN MODUL xi
● MEKANISME PEMELAJARAN xv
● GLOSARY xvi

BAB. I PENDAHULUAN
A. Deskripsi 1
B. Prasyarat 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul 2
D. Tujuan Akhir 4
E. Kompetensi 5
F. Cek Kemampuan 11

BAB. II PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta Diklat 13
B. Kegiatan Belajar 16
Kegiatan Pemelajaran 1. 16
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 16
b. Uraian Materi 16
c. Rangkuman 59
d. Tugas 59
e. Tes Formatif 59

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 3
f. Kunci Jawaban 61
g. Lembar Kerja 63

Kegiatan Pemelajaran 2. 65
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran 65
b. Uraian Materi 65
c. Rangkuman 90
d. Tugas 90
e. Tes Formatif 91
f. Kunci Jawaban 91
g. Lembar Kerja 92

Kegiatan Pemelajaran 3. 94
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran
...…………………………….. 94
b. Uraian Materi
........................................................... 94
c. Rangkuman 107
d. Tugas
107
e. Tes Formatif 107
f. Kunci Jawaban 108
g. Lembar Kerja 110

Kegiatan Pemelajaran 4. 111


a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ...................................
111
b. Uraian Materi ........................................................... 111
c. Rangkuman ............................................................ 113
d. Tugas ......................................................................
114

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 4
e. Tes Formatif ............................................................
114
f. Kunci Jawaban ......................................................... 114
g. Lembar Kerja ........................................................... 116

BAB. III EVALUASI DAN FORMAT PENILAIAN


A. Evaluasi
118
1. Soal 118
a. Soal Pilihan Ganda 118
b. Soal Isian Jawaban Singkat 121
c. Soal Praktik 122
2. Kunci Jawaban 122
a. Pilihan Ganda 122
b. Isian Jawaban Singkat 122
c. Praktik 126
B. Format Penilaian 126

BAB. IV PENUTUP 133

DAFTAR PUSTAKA 134

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 5
DAFTAR GAMBAR

NO. HAL KETERANGAN GAMBAR

II.1 15 Gambar Konstruksi Silang Polos dan hasilnya


II.2 16 Gambar Konstruksi Silang Kipar dan hasilnya
II.3 16 Gambar Konstruksi Silang Satin dan hasilnya
Gambar Konstruksi Kain Rajut Rata/Polos dan
II.4 18
hasilnya
II.5 18 Gambar Konstruksi Kain Rajut Trikot dan hasilnya
II.6 19 Gambar Konstruksi Kain Rajut Double
II.7 19 Gambar Anyaman
II.8 20 Gambar Contoh Hasil Buhul/Makrame
II.9 22 Gambar Kaitan Biasa
II.10 22 Gambar Kaitan Motif Tunisia
II.11 23 Gambar Kaitan Irish
II.12 23 Gambar Kaitan Amerika
II.13 24 Gambar Kaitan Renda Jepitan Rambut
II.14 25 Gambar Kain Renda ( Laci )
II.15 26 Gambar Renda Frivolite
II.16 28 Gambar Macam Kain Berdasarkan Berat Kain
II.17 47 Gambar Motif Searah
II.18 48 Gambar Motif Dua Arah
II.19 51 Gambar Desain Sama Bahan Berbeda Beratnya
II.20 53 Gambar Bentuk Tubuh Tinggi Kurus
II.21 53 Gambar Bentuk Tubuh Pendek Kurus
II.22 54 Gambar Bentuk Tubuh Tinggi Besar
II.23 55 Gambar Bentuk Tubuh Pendek Gemuk

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 6
NO. HAL KETERANGAN GAMBAR

II.24 57 Gambar Desain yang sesuai untuk bahan Katun


II.25 58 Gambar Desain yang sesuai untuk bahan Linen
II.26 59 Gambar Desain yang sesuai untuk bahan Wol
II.27 60 Gambar Desain yang sesuai untuk bahan Sutra
II.28 61 Gambar Desain yang sesuai untuk bahan Rajut
Gambar Desain yang sesuai untuk bahan
II.29 62
Manik-manik
II.30 73 Gambar Simbol Pencucian
II.31 73 Gambar Simbol Penyetrikan
II.32 74 Gambar Simbol Dry Cleaning
II.33 74 Gambar Simbol Pengeringan
II.34 75 Gambar Simbol Obat Pemutih

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 7
DAFTAR TABEL

NO. HAL KETERANGAN

1. ix Tabel Glosary
2. x Keterangan Peta Kedudukan Modul
3. 4 Tabel Kompetensi
4. 8 Tabel Cek Kemampuan
5. 9 Tabel Rencana Kegiatan Belajar Peserta Diklat
6. 27 Tabel Kain Berdasarkan Berat Kain
7. 56 Tabel Nama Tekstik Untuk Pembuatan Busana dan
Denah Rumah Tangga
8. 63 Tabel Isian Tugas
9. 66 Tabel Cara Pemeliharaan Bahan Tekstil
Berdasarkan Asal Serat
10. 70 Tabel Bahan Pembersih Noda dan Cara
Mempergunakannya
11. 88 Tabel Tugas

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 8
DAFTAR BAGAN/SKEMA

NO. HAL KETERANGAN

1. x Bagan Peta Kedudukan Modul

2. xv Skema Mekanisme Pemelajaran

3. 19 Bagan Penggolongan Serat Tekstil

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 9
PETA KEDUDUKAN MODUL

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 10
KETERANGAN PETA
KEDUDUKAN MODUL

MATA
NO. KODE MODUL JUDUL MODUL
DIKLAT/KOMPETENSI
Memberikan
Memberikan Pelayanan
39.BUS.C-m.CC.01. pelayanan secara
1. Secara Prima Kepada
A.001 prima kepada
Pelanggan
pelanggan
Melakukan
Melakukan Pekerjaan
39.BUS.C-m.CC.02. Pekerjaan Dalam
2. Dalam Lingkungan Sosial
A.001 Lingkungan Sosial
yang Beragam
yang Beragam
Mengikuti Prosedur Mengikuti prosedur
Kesehatan, Keselamatan, 39.BUS.C-m.CC.03. K3 di bidang
3.
dan Keamanan dalam A.001 busana
Bekerja
39.BUS.C-m.FDR.0 Dasar-dasar
4. Menggambar Busana
4.A.001 menggambar
Dasar-dasar
39.BUS.C-m.FDR.0
Menggambar
4.A.002
Busana
39.BUS.C-m.FRES. Teknik
5. Melakukan pengepresan
13.A.001 Pengepresan
39.BUS.C-m.SEW.1 Pengoperasian Alat
6. Menjahit dengan mesin 4.A.001 Menjahit

MATA
NO. KODE MODUL JUDUL MODUL
DIKLAT/KOMPETENSI

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
11
39.BUS.C-m.SEW.1
Teknologi Menjahit
4.A.002
39.BUS.C-m.SEW.1 Teknik Menjahit
4.A.003 Busana Anak
39.BUS.C-m.SEW.1 Teknik Menjahit
4.A.004 Busana Wanita
39.BUS.C-m.SEW.1 Teknik Menjahit
4.A.005 Busana Pria
39.BUS.C-m.SEW.1 Teknik Menjahit
4.A.006 Busana Tailoring
39.BUS.C-m.MR.19 Pemeliharaan Alat
7. Memelihara alat jahit
.A.001 Menjahit
39.BUS.C-m.SEW.1 Teknik
Menyelesaikan busana
8. 5.A.001 Penyelesaian
dengan jahitan tangan
Busana
Membuat Hiasan pada 39.BUS.C-m.SEW.1 Desain Hiasan
9.
busana 6.A.001 Busana
39.BUS.C-m.SEW.1 Dasar Menghias
6.A.002 Kain
39.BUS.C-m.SEW.1
Teknik Dasar Bordir
6.A.003
39.BUS.C-m.SEW.1
Lekapan Benang
6.A.004
39.BUS.C-m.SEW.1
6.A.005 Sulaman Putih

MATA
NO. KODE MODUL JUDUL MODUL
DIKLAT/KOMPETENSI
39.BUS.C-m.SEW.1
Lekapan Burci
6.A.006

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
12
39.BUS.C-m.SEW.1
Sulaman Fantasi
6.A.007
39.BUS.C-m.SEW.1
Variasi Bordir
6.A.008
Melakukan penyelesaian 39.BUS.C-m.FNS.1 Pelabelan
10.
akhir busana 7.A.001
39.BUS.C-m.FNS.1
Pengemasan
7.A.002
Memilih/membeli 39.BUS.C-m.MAT Pengetahuan
11.
Bahan baku busana .11.A.001 Bahan Tekstil
39.BUS.C-m.MAT.1 Pengetahuan
1.A.002 Bahan Pelapis
39.BUS.C-m.MAT.1 Pengetahuan
1.A.003 bahan Pelengkap
39.BUS.C-m.MAT.1 Teknik Merancang
1.A.004 Bahan
39.BUS.C-m.CUT.1 Teknik Memotong
12. Memotong bahan
2.A.001 (Cutting)
Mengukur tubuh Teknik Mengambil
39.BUS.C-m.PAT.0
13. pelanggan sesuai desain Ukuran Badan
6.A.001

Pola Dasar
Membuat Pola busana 39.BUS.C-m.PAT.0
14. Konstruksi
dengan teknik konstruksi 7.A.001

MATA
NO. KODE MODUL JUDUL MODUL
DIKLAT/KOMPETENSI
39.BUS.C-m.PAT.0 Pecah Pola Busana
7.A.002 Anak
39.BUS.C-m.PAT.0 Pecah Pola Busana
7.A.003 Wanita

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
13
39.BUS.C-m.PAT.0 Pecah Pola Busana
7.A.004 Pria
Membuat pola busana 39.BUS.C-m.PAT.0 Pola Celana di Atas
15.
konstruksi di atas kain 8.A.001 kain
39.BUS.C-m.PAT.0 Pola Kemeja di
8.A.002 Atas Kain
Membuat Pola busana 39.BUS.C-m.PAT.0 Pola Kombinasi
16.
teknik kombinasi 9.A.001
Membuat pola dasar 39.BUS.C-m.PAT.1 Pola Dasar Secara
17.
dengan teknik d
​ rapping 0.A.001 Drapping

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
14
MEKANISME PEMELAJARAN

Untuk mencapai penguasaan modul ini dilakukan melalui alur mekanisme


pemelajaran sebagai berikut:

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
15
GLOSARY

ISTILAH KETERANGAN
Barang Nyamu Lenan rumah tangga barang-barang yang dibuat dari
kain dan keperluan rumah tangga. Misalnya: taplak
meja, sapu tangan, seprei, dan lain-lain
Benang lusi Benang yang direntangkan sejajar dengan tepi kain
Benang pakan Benang yang melintang mengisi rentangan benang lusi
Body (​size​) Ukuran-ukuran yang mengikuti ukuran tubuh
Bonding Proses menggabungkan dua atau lebih bahan dengan
menggunakan bahan rajutan atau bahan tenunan
longgar dilatarbelakangi bahan pelapis yang ringan
Casual Pakaian sehari-hari
Course Satu deretan sengkelit rajut ke arah lebar kain
Crochet Salah satu teknik membuat kain dengan cara mengait
benang
Drape Jatuhnya bahan/kain ketika bahan dibentang/digantung
Fashion fabric Bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan
busana dan lenan rumah tangga
Felting Suatu proses dimana kelembapan panas dan tekanan
diterapkan pada serat pendek
Fusing Serupa felting tapi menggunakan suatu campuran
perekat untuk menahan serat
Grain line Arah serat pada pola yang berfungsi untuk meletakkan
bahan searah dengan serat bahan
Kain Pleat Semacam hiasan pakaian yang berupa lipit-lipit yang
sama besar dengan jarak yang sama dan searah.
Knitted Proses pemuatan kain dengan cara dirajut

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
16
Laken Salah satu bahan tekstil yang dihasilkan dari teknik
kempa
Lingerie Pakaian dalam (pattycoat, camisol, underyork)
Lining Bahan pelapis terakhir yang langsung bersentuhan
dengan kulit
Non woven Bahan tekstil yang proses pembuatannya tidak dengan
cara ditenun
Patchwork Teknik menambal perca menjadi selembar kain
Pintal Penggabungan antara serat yang satu dengan serat
yang lain dengan cara dipilin
Press body Pakaian yang dibuat mengikuti bentuk tubuh tanpa
terganggu gerakan tubuh
Tekstil Adalah bahan baku busana yang dibuat dari berbagai
macam serat baik yang ditenun (​Woven​) maupun
bukan tenun (​Non Woven​)

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001
17
BAB. I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Modul pengetahuan bahan tekstil ini merupakan salah satu modul


dasar penunjang dalam mempelajari mata diklat memilih/membeli
bahan busana sesuai desain (​material​) pada sub kompetensi satu dan
dua, yaitu merencanakan persiapan dan waktu pemilihan/pembelian
bahan baku dan mengidentifikasi jenis bahan utama (​fashion fabric​).
Tujuan diajarkannya modul ini, agar peserta diklat memiliki
wawasan dan ketrampilan dalam memilih dan membeli bahan baku
busana sesuai dengan desain. Agar tujuan pemelajaran tercapai, ada
beberapa materi yang harus dikuasai oleh peserta diklat melalui modul
ini, antara lain adalah:

− Pengetahuan bahan tekstil

− Pemilihan bahan tekstil

− Merencanakan persiapan dan pemilihan/pembelian bahan baku

busana

B. Prasyarat

Dalam mempelajari modul ini Anda harus sudah menguasai


dasar-dasar menggambar busana. Karena dalam memilih bahan tekstil
pengetahuan tentang dasar-dasar desain, faktor pemilihan desain
harus dipahami dengan benar agar tidak mengalami kesulitan ketika
mempelajari materi pemilihan bahan tekstil.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 1
C. Petunjuk Penggunaan Modul

Petunjuk Penggunaan Modul Untuk Peserta Diklat


a. Pelajari daftar isi serta peta kedudukan modul dengan cermat dan
teliti. Karena dalam peta kedudukan modul akan nampak
kedudukan modul yang sedang Anda pelajari dengan modul-modul
yang lain.
b. Kerjakan soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur sampai
sejauh mana pengetahuan yang telah Anda miliki.
c. Apabila dari soal dalam cek kemampuan telah Anda kerjakan
dan 70% terjawab dengan benar, maka Anda dapat langsung
menuju evaluasi untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Tetapi
apabila hasil jawaban Anda tidak sampai mencapai 70%, maka
Anda harus mengikuti kegiatan pemelajaran dalam modul ini.
d. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan
benar untuk mempermudah dalam memahami suatu proses
pengerjaan.
e. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam
penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti.
Kemudian kerjakan soal-soal evaluasi sebagai sarana latihan.
f. Untuk menjawab test formatif usahakan memberi jawaban yang
singkat, jelas dan kerjakan sesuai dengan kemampuan Anda
setelah mempelajari modul ini.
g. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik
dan bilamana perlu konsultasikan hasil tersebut pada
guru/instruktur.
h. Catatlah kesulitan yang Anda dapatkan dalam modul ini untuk
ditanyakan pada guru pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah
referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar
Anda mendapatkan tambahan pengetahuan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 2
i. Agar benar-benar mahir di dalam memilih bahan tekstil, Anda
perlu melakukan latihan secara berulang-ulang dengan
mencoba mencocokkan antara gambar desain dengan bahan
tekstil.
j. Perlengkapan yang perlu Anda persiapkan:
- Bermacam-macam bahan tekstil.
- Bermacam-macam perca bahan tekstil dengan ukuran
8 x 10 cm.
- Bermacam-macam gambar desain berdasarkan kesempatan
pemakaian.

1. Peran Fasilitator

a. Menginformasikan langkah-langkah belajar yang harus


dilakukan peserta diklat.
b. Memberikan penjelasan kepada peserta diklat bagian-bagian
modul yang belum dipahami oleh peserta diklat.
c. Mendemonstrasikan langkah-langkah yang disyaratkan dalam
kegiatan belajar.
d. Membimbing peserta untuk melaksanakan praktik.
Melakukan evaluasi secara komprehensif melalui proses dan produk
belajar yang dicapai oleh peserta diklat.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 3
D. Tujuan Akhir

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat:


● Mengenal bahan tekstil.
● Memahami penggolongan serat.
● Memahami konstruksi bahan tekstil.
● Memahami 3 macam kain berdasarkan beratnya.
● Memahami penyempurnaan bahan tekstil.
● Penyelidikan bahan tekstil.
● Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan
tekstil.
● Melakukan pemeliharaan bahan tekstil.
● Melakukan persiapan pemilihan dan waktu pemilihan/pembelian
bahan baku.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 4
E. Kompetensi

KOMPETENSI : Memilih/membeli bahan baku busana sesuai desain


KODE : 39.Bus.C-m.MAT.11.A
DURASI PEMELAJARAN : 60 jam @ 45 menit

A B C D E F G
LEVEL KOMPETENSI KUNCI
1 2 1 1 1 - -

1. Mampu memberikan saran/petunjuk dalam memilih membeli bahan yang cocok/sesuai dengan desain
pemesan
2. Mampu mengikuti perkembangan/kemajuan industri kecil.
3. Memiliki cita rasa yang tinggi dalam memilih bahan-bahan pelengkap yang sesuai dengan desain dan selera
pemesan.
KONDISI KERJA 4. Kemampuan menghitung jumlah bahan utama dan bahan pelengkap yang dibutuhkan.
5. Kemampuan membedakan efek kain seperti:
● Jenis serat kain (katun, wool, poliester)
● Konstruksi serat (tenunan, rajutan, hasil kempa dan lain-lain)
● Penyempurnaan (​finishing​) kilau, berbulu, licin, kaku
6. Pekerjaan dilakukan dengan mengikuti peraturan K3 No. 1 Th 1970

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 5
7. Bahan pelengkap mencakup: rits, kancing, bantal bahu, gesper, renda, mote, payet, bisban, aplikasi, vuring,
lapisan-lapisan kantong.
8. Pengadaan bahan dapat diperoleh dari pemesan itu sendiri atau disiapkan oleh pembuat busana.

SUB LINGKUP MATERI POKOK PEMELAJARAN


KRITERIA KINERJA
KOMPETENSI BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
1. Merencanakan ● Koordinasi ● Persiapan ● Persuasif dalam ● Menjelaskan ● Memilih bahan
persiapan dan dilaku-kan antara pembelian komunikasi untuk teknik yang sesuai
waktu pelanggan/ bahan baku pemilihan bahan komuni-kasi dengan desain
pemilihan/ pemesan dengan dalam penentuan
pembelian pembuat busana pemilihan bahan
bahan baku ● Kesepakatan
dilakukan dalam
hal pemilihan
jenis/corak/
tekstur bahan
sesuai desain
pesanan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 6
2. Mengidentifikasi ● Desain ● Identifikasi jenis ● Cermat dalam ● Menjelaskan cara ● Mengidentifikasi
jenis bahan diidentifi-kasi bahan utama memilih bahan mengidentifikasi bahan utama
utama (​fashion berdasarkan waktu utama sesuai jenis bahan sesuai desain
fabric​) pema-kaian, umur, desain utama
kesempatan,
postur tubuh si
pemakai/ pemesan
● Jenis kain dipilih
berdasarkan
desain busana dan
pesanan
● Corak dan efek
kain dipilih sesuai
kriteria
berdasarkan
desain dan
pesanan/
pelanggan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 7
3. Mengidentifikasi ● Jenis kain furing ● Identifikasi jenis ● Teliti dalam ● Menjelaskan cara ● Menentukan
jenis bahan (​lining​) dipilih bahan pelapis mennetukan mengidentifikasi bahan pelapis
pelapis sesuai jenis bahan bahan pelapis jenis bahan sesuai dengan
utama sesuai dengan pelapis bahan utama
● Warna kain furing desain
(​lining​) dipilih
sesuai jenis bahan
utama dan desain
● Kain pelapis
diperiksa apakah
layak ​(compatible)
untuk digunakan
sesuai desain
● Kondisi kain
diperiksa bila
terjadi cacat
dilakukan tindakan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 8
4. Menentukan ● Bahan pelengkap ● Penentuan ● Cermat dalam ● Menjelaskan cara ● Menentukan
bahan rits, kancing, bahan menyerasikan menentukan bahan pelengkap
pelengkap bantal bahu, pelengkap bahan pelengkap bahan pelengkap
benang dan dengan bahan
lain-lain dipilih utama sesuai
sesuai dengan desain
desain dan warna
bahan

● Jumlah bahan
pelengkap yang
diperlukan
disediakan sesuai
dengan kebutuhan

5. Menyusun ● Bahan baku utama ● Merancang ● Teliti dalam ● Menjelaskan cara ● Membuat
rencana belanja dirancang sesuai rencana belanja merencanakan menyusun rencana belanja
dengan kebutuhan harga/belanja rencana belanja
● Bahan pelengkap
dirancang sesuai
dengan kebutuhan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 9
● Daftar rencana
belanja dikoreksi
dan diparaf oleh
bagian yang
berwenang
● Daftar rencana
belanja diajukan
pada bagian
keuangan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 10
F. Cek Kemampuan

NO. Aspek yang dinilai Belum Sudah


1. Apakah Anda mampu menjelaskan apa
yang dimaksud dengan bahan tekstil?
2. Apakah Anda mengetahui penggolongan
serat tekstil berdasarkan asalnya?
3. Apakah Anda mampu membdakan bahan
tekstil berdasarkan konstruksi bahan
tekstil?
4. Apakah Anda mampu menggolongkan
bahan tekstil berdasarkan berat kain?
5. Apakah Anda mampu menjelaskan jenis
penyempurnaan yang dilakukan pada
bahan tekstil?
6. Apakah Anda sudah mampu melakukan
penyelidikan terhadap bahan tekstil?
7. Apakah Anda mampu menjelaskan 3 faktor
yang mempengaruhi pemilihan bahan
tekstil
8. Apakah Anda mampu melakukan
pemeliha-raan bahan tekstil dengan benar
berdasarkan asal serat?
9. Apaah Anda mampu melakukan peeiharaan
bahan tekstil dengan benar berdasarkan
asal serat ?
10. Apakah Anda mampu melakukan persiapan
pemilihan bahan tekstil yang sesuai
dengan desain?

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 11
11. Apakah Anda mampu membuat
kesekapatan dengan pelanggan untuk
bahan tekstil yang cocok?
12. Apakah Anda mampu melakukan
pembelian bahan baku sesuai dengan
desain dan pemesan?

Catatan Guru : 1.
2.
3.

Kesimpulan :

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 12
BAB. II
PEMELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Diklat

Kompetensi : Memilih/membeli bahan baku busana sesuai


desain (​material​)
Sub Kompetensi : 1. Mengidentifikasi jenis bahan utama (​fashion
fabric​)
2. Merencanakan persiapan dan waktu pemilihan/
pembelian bahan baku.
Alokasi Waktu : 24 jam x @ 45 menit

Tempat Alasan Ttd.


No. Jenis Kegiatan Tgl Waktu
Belajar Perubahan Guru
1. Pengenalan bahan 6 Lab.
tekstil Busana
1) Pengenalan bahan
tekstil
2) Penggolongan serat
3) Konstruksi bahan
tekstil
4) Penggolongan bahan
tekstil berdasarkan
berat kain
5) Penyempurnaan
bahan tekstil

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 13
2. 6) Penyelidikan bahan
tekstil

2 Lab.
Faktor-faktor yang Busana
mempe-ngaruhi
pemilihan bahan tekstil

1) Unsur-unsur Desain
Pada Bahan Tekstil
● Warna
● Corak 4 Lab.
● jatuhnya bahan Busana
● tekstur

2) Pemilihan Bahan
Tekstil
● Kegunaan
● Karakteristik 2 Lab.
Penanganan Busana
● model
● Lebar Kain
3) Kriteria Pemilihan
Bahan Tekstil
Dengan
Memper-hatikan
Faktor-faktor
Mendesain Busana
● Usia Lab.
3. ● kesempatan 2 Busana
pemakaian Lab.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 14
4. ● waktu pemakaian 6 Busana
● postur tubuh
● warna kulit
● dan kepribadian.

Pemeliharaan bahan
tekstil
Merencanakan persiapan
pemilihan atau
pembelian bahan baku
5. 1) Merencanakan 2 R. Teori
persiapan,
pemilihan/pembelian
bahan baku
2) Cara membeli bahan
tekstil
3) Membuat
kesepakatan dengan
pelanggan

Evaluasi

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 15
Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1.
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat:


1) Mengenal bahan tekstil.
2) Menggolongkan serat tekstil.
3) Menjelaskan metode konstruksi bahan tekstil.
4) Menggolongkan 3 macam kain berdasarkan berat kain.
5) Menjelaskan penyempurnaan bahan tekstil.
6) Penyelidikan bahan tekstil.

b. Uraian Materi

Memiliki pengetahuan tentang bahan tekstil merupakan satu modal


yang sangat besar bagi Anda yang bergerak di bidang busana.
Bagi konsumen tekstil, mengetahui bahan tekstil diperlukan
untuk pemilihan sesuai dengan gambar desain. Selain itu
pengetahuan bahan tekstil akan banyak membantu Anda dalam
mengenal jenis dan kualitas bahan yang dicantumkan dalam label
tekstil, sehingga dapat menghindari kesalahan pada waktu membeli
atau menghindari penipuan.
Pemilihan bahan yang baik berdasarkan kualitas kain yang
sangat dipengaruhi oleh asal serat, proses pembuatan benang,
proses pembuatan kain serta penyempurnaan bahan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 16
1) Pengenalan Bahan Tekstil

Setiap kali Anda melihat kain, Anda selalu ingat dengan


istilah bahan tekstil. Apa yang dimaksud dengan bahan tekstil?
Bahan tekstil adalah semua bahan yang berupa tenunan
(​woven​) dan bukan tenunan (​non woven​) yang digunakan untuk
membuat berbagai jenis busana dan lenan rumah tangga.
Pada umumnya bahan tekstil dapat dikelompokkan dalam
2 kelompok besar berdasarkan fungsinya, yakni:

a) Bahan Utama

Bahan utama adalah bahan yang paling banyak digunakan


dalam pembuatan suatu busana atau lenan rumah tangga.
Bahan utama sangat berperan bagi penampilan dan mutu
suatu busana atau lenan rumah tangga.
Dalam dunia pertekstilan Anda mengenal beraneka ragam
bahan tekstil yang indah dan menarik. Bahan tekstil/kain ini
telah melalui suatu proses yang panjang hingga sampai ke
konsumen.

b) Bahan Pelengkap/Garnitur Busana

Bahan pelengkap/garnitur busana adalah semua jenis bahan


yang digunakan untuk melengkapi suatu busana atau lenan
rumah tangga. Menurut fungsinya bahan pelengkap dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Menyempurnakan​; sebagai bahan pelapis, pengisi, dan
pembentuk antara rambut kuda, spons, fliselin dan bantal
bahu.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 17
2) Melengkapi/Menghias​, antara lain;
(a) Macam-Macam Kancing
(b) Macam-Macam Pita
(c) Macam-Macam Renda
(d) Macam-Macam Benang
(e) Macam-Macam Bahan Aplikasi

2) Penggolongan Serat Tekstil

Serat tekstil digolongkan berdasarkan jenis serat, yaitu,


serat alam dan serat buatan. Serat alam telah lama dikenal,
sedangkan serat buatan dikenal pada permulaan abad ke-19.
Serat buatan mengalami perkembangan pesat dalam
pengolahan dan penyempurnaan dari masa ke masa.
Kebanyakan konsumen di Indonesia menggunakan bahan
tekstil dari serat campuran atau sintetis dengan alasan mudah
pemeliharaannya, ringan serta murah.
Menurut asalnya serat tekstil dapat dibagi sebagaimana
yang tersusun dalam bagan di bawah ini.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 18
Bagan Penggolongan Serat Tekstil

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 19
Konstruksi Bahan Tekstil

Konstruksi suatu bahan tekstil menentukan berat


jatuhnya bahan (​drape​), keawetan dan tekstur bahan. Ada
metode dasar konstruksi bahan, yaitu:
a) Tenunan (​woven​)
b) Rajutan (​knitted​)
c) Anyaman
d) Buhul
e) Kaitan
f) Renda
g) Kempa
h) Bahan tidak ditenun (​non woven​)

a) Tenunan (Woven)

Kalau Anda ​memperhatikan selembar kain, maka


Anda akan mengetahui arah panjang dan lebar kain, serta
pinggir kain atau tepi kain. Ketika Anda mengamati kain
dengan lebih teliti maka Anda bisa melihat kain dengan lebih
teliti maka Anda bisa melihat susunan benang-benang yang
sejajar dan searah dengan tepi kain dan benang-benang
yang melintang.
Benang-benang yang sejajar pinggir kain disebut
dengan ​Benang Lusi​. Sedangkan benang yang melintang
disebut dengan ​Benang Pakan​. Benang lusi dan benang
pakan saling menyilang satu sama lain.
Setiap bahan tenunan mempunyai pinggir atau tepi
kain (​selvage​) sepanjang kedua sisi kain dan biasanya dibuat
lebih tebal dengan cara memakai benang gintir atau
memperbanyak jumlah benang lusi dibandingkan pada

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 20
bagian tengah kain. Lebar pinggir kain bervariasi seAndar
0,5 cm sampai 1 cm. Hal ini bertujuan untuk menguatkan
kain dan melindungi benang-benang supaya tidak mudah
bertiras.
Selalu pastikan bahwa benang-benang pakan ada
pada sudut yang tepat pada tepi kain (​selvage​). Hal ini
menunjukkan bahwa bahan terletak pada lajurnya atau
sesuai dengan arah serat (​grain line​) suatu hal yang harus
dipertimbangkan ketika Anda memotong bahan.
Kekencangan dari suatu tenunan tergantung pada
jumlah benang-benang lusi dan benang-benang pakan
dalam setiap 1 cm​2​. Hal ini biasa disebut dengan ​Tetal Kain​.
Banyaknya benang lusi per 1 cm dan benang pakan per 1
cm masing-masing disebut dengan tetal lusi dan tetal pakan.
Konstruksi tenunan dibedakan berdasarkan silang
tenunan, yaitu silang dasar dan silang dasar yang divariasi.
Ada tiga macam silang dasar, yaitu s​ ilang polos​, ​silang
kepar​, dan ​silang satin​. Dalam perkembangannya ada
bermacam silang tenunan tetap pada dasarnya merupakan
variasi dari ketiga silang dasar tersebut, kecuali untuk
tenunan yang berpola (​patterned​).

(1) Kain Tenun Dengan Silang Polos

Silang polos merupakan silang paling tua dan


paling banyak digunakan diantara persilangan yang lain.
Diperkirakan 80% dari semua silang tenunan adalah
silang polos dan turunannya. Silang polos merupakan
silang yang paling sederhana dengan permukaan yang
sama antara bagian baik dan bagian buruk kain.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 21
Karena persilangan antara benang-benang pakan
dan lusi pada silang polos paling banyak jika
dibandingkan dengan silang yang lain, maka silang polos
adalah tenunan paling kuat. Selain kuat anyaman polos
mudah diberi desain, misalnya permukaan dicap, dibatik,
disulam dan lain sebagainya. Beberapa tenunan dengan
anyaman polos yang terkenal adalah kain muslin, mori,
nansook, voile, organdi, blaco dan sebagainya.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.1 Konstruksi silang polos dan hasilnya

(2) Kain Tenun Dengan Silang Kepar (Twill)

Silang kepar adalah suatu persilangan yang


benang-benang lusinya menyilang di atas atau di bawah
dua benang pakan atau lebih, dengan silangan benang
lusi sebelah kiri atau kanan bergeser satu benang pakan
atau lebih untuk membentuk garis diagonal atau garis
kepar.
Kain dengan silang kepar jarang dicap karena
tekstur permukaannya sudah menarik dengan adanya
garis-garis kepar tersebut. Namun kain kepar yang
berasal dari serat sutera atau serat lain yan ringan sering

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 22
dicap. Kain kepar tidak mudah kotor karena kotoran
hanya cenderung menempel pada permukaan garis
kepar.
Beberapa tenunan dengan silang kepar antara lain
drill, jeans, denim, gabardin dan sebagainya.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.2 Konstruksi silang kepar dan hasilnya

(3) Kain Tenun Dengan Silang Satin

Efek yang panjang, baik arah lungsi maupun


kearah pakan menempati sebagian besar permukaan
kain, tidak ada titik silang, yang berimpit melainkan
tersebar merata. Pergeseran yang panjang-panjang
membuat efek kain yang lebih berkilau dibanding dengan
tekstil dengan efek pendek-pendek. Namun
kekurangannya adalah tenunan cenderung menjadi
kendor.
Satin biasanya dibuat dari benang-benang filamen
sutera maupun serat buatan seperti rayon, nilon dan
sebagainya. Satin dibuat dari benang kapas, kainnya
dimerser disebut s​ ateen ​atau ​satine​.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 23
Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.3 Konstruksi silang satin dan hasilnya

Karena sedikitnya jumlah silangan pada satin


menyebabkan benang-benang berimpit satu sama lain
dan menghasilkan sifat-sifat kain yang lebih halus,
berkilau, lembut dan melangsai. Satin terutama baik
dipakai sebagai kain lapis karena dengan banyaknya
jumlah lusi maka tenunan lebih kuat dan karena satin
licin, tidak menempel pada badan karena keringat.

b) Rajutan (​Knitted​)

Berbeda dengan kain tenun yang dibuat dengan


menyilangkan dua macam benang yaitu benang lusi dan
benang pakan, maka kain rajut pada dasarnya dibuat
dengan cara membentuk sengkelit-sengkelit. Dari satu
macam benang saja yang searah dengan lebar kain atau
yang searah dengan panjang kain.
Apabila Anda mengamati selembar kain rajut, Anda
akan melihat alur-alur pada kain itu baik ke arah panjang
kain maupun ke arah lebar kain. Alur-alur ini terbentuk oleh
rangkaian sengkelit. Menurut arah alur tersebut istilah baris
sengekelit (​wale​) dan deret jeratan (​course​), baris sengkelit

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 24
(​wale​) adalah satu deretan sengkelit ke arah panjang kain
yang dalam pembuatannya dibentuk oleh sebuah jarum.
Sedangkan deret sengkelit (​course​) adalah satu deretan
sengkelit rajut ke arah lebar kain.
Konstruksi kain rajut berbeda dengan kain tenun,
maka sifat-sifatnya pun berbeda pula. Kain rajut pada
umumnya mulur dan daya elastisitasnya lebih tinggi daripada
kain tenun, sehingga kain rajut cocok untuk pakaian-pakaian
yang berukuran tubuh (​body size​) dan mengikuti bentuk
tubuh tanpa mengganggu gerakan tubuh (​press body​). Hal
ini disebabkan karena adanya lengkungan sengkelit pada
kain rajut dapat mudah tertarik ke segala arah.
Kelemahan dari rajutan adalah apabila sehelai
benangnya putus maka akan mudah menjalar melepaskan
sengkelit lainnya, sehingga lubang kain menjadi bertambah
besar. Tetapi dengan perkembangan teknologi di bidang
rajut, telah banyak dibuat kain rajut yang kokoh seperti kain
tenun tanpa mengurangi elastisitasnya.
Konstruksi bahan rajutan bermacam, diantaranya
adalah sebagai berikut.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 25
(1) Kain Rajut Rata/Polos (Plain Single Jersey)

Adalah yang dikenal dengan pola-pola vertikal berbentuk


“V” pada permukaan bahan, dan deretan-deretan
horizontal dari setengah lingkaran pada bagian belakang.
Rajutan ini mulur (​stretch​) pada bagian horizontalnya.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.4 Konstruksi kain rajut rata dan hasilnya

(2) Kain Rajut Trikot (Triko)

Rajutan lusi termasuk rajutan triko dan rajutan raschel.


Triko mempunyai tekstur ​rib y​ ang halus serta ​drape
lembut dan seringkali digunakan untuk bahan pelapis
(​lining​), pakaian sehari-hari (​casual​) dan pakaian dalam
(​lingerie​).

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 26
Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.5 Konstruksi kain rajut trikot dan hasilnya

(3) Kain Rajut Double (Double Knits)

Dirajut dengan dua jarum dan dua benang secara


serentak sehingga seolah-olah dirajut. Bagian baik dan
bagian buruk bahan kelihatan sama. Rajutannya stabil
dan kuat, banyak memberikan keleluasaan dengan tidak
mulur maupun kendur.

Konstruksi Contoh Bahan

Gambar 2.6 Konstruksi kain rajut double dan hasilnya

c) Anyaman

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 27
Anyaman bukanlah suatu hasil tenunan, tetapi dibuat
dari satu susunan benang yang disilangkan miring dari kiri
ke kanan dan kembali lagi. Anyaman ini bisa dikerjakan
dengan tangan ataupun mesin.

Gambar 2.7 Hasil anyaman

Bahan anyaman bisa Anda buat dari beraneka bahan.


Asal bahan itu tidak mudah putus dan pipih serta lentur
maka bahan itu bisa dianyam, misalnya: kulit, benang,
plastik, rafia, bambu, rotan, dan bahan alami yang lain,
seperti rumput, rumputan, mendong, agel, enceng gondok
yang sudah dikeringkan, pelepah pisang, akar wangi dan
sebagainya.
Hasil dari anyaman bisa berupa tas dari kulit yang
dianyam, anyaman kain, plastik, sepatu, rompi, atau garnitur
busana dan pelengkap busana. Juga untuk lenan rumah
seperti taplak meja, alat rumah tangga misalnya alat dapur,
hiasan dinding, kerajinan tangan dan sebagainya.
Anyaman dapat dibuat dalam bentuk pipih atau bulat,
misalnya veterband, tali sepatu dan ikat pinggang.

d) Buhul

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 28
Salah satu teknik membuat kain adalah membuat
buhul atau simpul. Contoh dari buhul adalah macrame dan
filet. Teknik macrame berasal dari Arab. Pada mulanya
hanya berupa simpul-simpul yang sederhana, tetapi
kemudian berkembang dengan variasi antara simpul-simpul
tersebut dan menghasilkan motif yang bermacam-macam.
Buhul terdiri dari dua kali simpul, yang pertama disebut
setengah buhul. Kedua, setengah buhul lagi yang
menguatkan ikatan setengah buhul pertama sehingga tidak
terlepas. Motif buhul bisa merupakan garis-garis horisontal,
vertikal dan diagonal. Dari rangkaian buhul tersebut dapat
dihasilkan bermacam-macam barang kerajinan dan aksesori
busana, seperti tas, ikat pinggang, rompi (​vest​),
syal/selendang dan sebagainya.

Gambar 2.8 Contoh hasil buhul/makrame

e) Kaitan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 29
Teknik membuat kain yang lain adalah mengait dan
hasilnya dinamakan c​ rochet (kaitan). Kaitan dibuat dari
benang kait, misalnya benang wol, benang akrilik, benang
katun, benang nilon maupun jerami (​raffia​) dan lainnya.
Mengait menggunakan jarum kait (​haak-pen​/Belanda,
Crochet n
​ eedle​/Inggris) dari ukuran kecil sampai besar,
disesuaikan dengan benang yang dipergunakan. Jarum kait
yang kecil (jarum bernomor kecil) dipakai benang yang kecil
(halus). Benang yang besar menggunakan jarum kait yang
besar (jarum bernomor besar).
Nomor jarum kait ukuran standar internasional adalah
dari 0.60 sampai dengan 7.00. Contoh hasil kaitan ialah blus,
vest ​(rompi), selendang, taplak meja, seprei, tas, topi, dan
lainnya.
Ada bermacam-macam kaitan antara lain:
● Kaitan Biasa
● Kaitan Tunisia
● Kaitan Irish
● Kaitan Amerika
● Kaitan Renda

(1) Kaitan Biasa

Mula-mula dibuat sengkelit, kemudian dibuat kaitan yang


merupakan rangkaian tusuk rantai. Ada berbagai macam
setik kaitan, yaitu tusuk setengah erat (kaitan tunggal),
tusuk erat (kaitan rangkap), tusuk setengah tangkai,
tusuk tangkai, tusuk tangkai ganda, tusuk tangkai lipat
tiga. Berbagai macam tusuk kaitan ini dirangkaikan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 30
sehingga merupakan suatu rangkaian kaitan yang
dibentuk menjadi benda kaitan, seperti taplak meja,
selendang, dan lainnya.

Gambar 2.9 Kaitan Biasa

(2) ​Kaitan Motif Tunisia

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 31
Kaitan Tunisia atau kaitan ​afghan biasanya menggunakan
benang yang kasar dan memakai jarum yang besar,
panjang, dan rata. Kaitan Tunisia menghasilkan kaitan
yang rata, padat, dan bertepi. Bahan yang dihasilkan
oleh kaitan Tunisia kelihatan agak seperti rajutan (​knit​),
jika Anda kurang teliti kadangkala susah membedakan
antara hasil rajutan atau kaitan ​(crochet).

Kaitan Triko Kaitan Renda Aghan

Gambar 2.10 Kaitan Motif Tunisia

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 32
(3) ​Kaitan Irish

Kaitan Irish merupakan kaitan yang berbentuk


bunga-bunga. Kaitan ini dapat dihubungkan satu dengan
lainnya, sehingga merupakan rangkaian kaitan untuk tas,
taplak meja, penutup seprai tempat tidur (​bed-cover​),
dan sebagainya.

Gambar 2.11 Kaitan Irish

(4) ​Kaitan Amerika

Kaitan Amerika hampir sama dengan kaitan irish.


Bedanya, motif pada kaitan amerika merupakan motif
bunga yang rata/datar, sedangkan pada kaitan irish
bermotif bunga timbul. Dari kaitan yang rata tersebut
dirangkaikan menjadi satu, sehingga merupakan suatu
patchwork (tambal) yang dipergunakan untuk penutup
seprei tempat tidur (​bed cover​)​, tas, taplak meja, ​vest
(rompi), dan lainnya.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 33
Gambar 2.12 Kaitan Amerika
(5) ​Kaitan Renda Jepitan Rambut (Hair-pin Crochet)

Tipe kaitan ini biasanya dipergunakan untuk


menghasilkan potongan renda panjang ​(strip), ​yang
dapat dipakai untuk hiasan-hiasan pinggir ataupun
sisipan. Kadangkala potongan strip renda digabungkan
bersama untuk membentuk "ban" lebar sebagai hiasan
kelim rok bawah ​(skirt), stola (selendang panjang dan
lebar), ataupun taplak meja. Alat yang dipakai ialah
jarum kait dan pen khusus berbentuk “​U”.
Setelah benang dikaitkan pada pen, kemudian dirajut dan
dilepaskan setelah selesai pengerjaannya, baru dibentuk
dan digabungkan sesuai desain dan kebutuhan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 34
Gambar 2.13 Kaitan Renda Jepitan Rambut (Hair-pin Crochet)

f) Renda

Yang dimaksud dengan renda di sini adalah kain


renda ​(lace), yang dibuat dengan tangan ataupun dengan
mesin. Dalam rumah tangga dipergunakan untuk taplak
meja, tirai jendela, sebagai pakaian (dress/gaun), pakaian
dalam ​(lingerie), dan saputangan. Corak kain renda dapat
terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang merupakan dasar
dan bagian lainnya merupakan sekelompok motif-motif
tertentu, misalnya motif bunga. Benang linen biasanya dapat
dibuat renda yang nyata (dengan benang besar), yang
dikerjakan dengan tangan atau mesin. Tetapi, benang
kapas, rayon, nilon, atau sutra dibuat dengan mesin. Ada
beberapa macam renda, yaitu ​filet, renda simpul (​ frivolite),
dan tula ​(tulle).

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 35
Gambar 2.14 Kain renda (​lace​)

Gambar 2.15 Renda Frivolite

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 36
g) Kempa

Biasanya dibuat langsung dari serat wol. Bulu-bulu


pada permukaan tenunan, ikatannya kurang kuat, sehingga
dapat bebas bergerak pada bulu benang sebelah dalam.
Serat wol akan menggelembung dalam air dan saling
mengait/menjerat satu sama lainnya dan akan tetap dalam
keadaan demikian ketika dikempa.
Karena obat kempa dan proses kempa, bulu wol akan
menyusut, sehingga tenunan menjadi padat. Padat eratnya
tenunan dipengaruhi oleh obat kempa, juga oleh
kelembaban dan kenaikan suhu (panas) yang dipergunakan
dalam proses kempa.
Contoh kain yang dikempa adalah l​ aken ​sedangkan
serabut yang dikempa ialah f​ elt.

h) Bahan Tidak Ditenun (​Non Woven​)

Ada beberapa konstruksi bahan atau proses yang


tidak dapat diklasifikasikan sebagai rajutan ataupun tenunan.
Non-woven dibentuk dari serat-serat yang dilumatkan,
direkatkan atau dicampurkan bersamaan dengan bahan
kimia, uap pemanasan (​ thermal) atau dengan cara mekanis.
Dengan demikian meniadakan pintalan, tenunan, ataupun
rajutan. Penggunaan praktisnya terutama untuk f​ ashion
terbatas, disebabkan kurang jatuh ​(drape), kurang kuat, dan
biasanya terlalu tebal untuk pakaian. Tetapi masing-masing
mempunyai makna yang perlu diperhatikan. Sebuah contoh
adalah, f​ elting yaitu salah satu metode tertua di dunia dari
pembuatan bahan, mungkin telah mendahului tenunan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 37
Netting dan b
​ raiding adalah teknik-teknik lama,
kedua-duanya dipergunakan dalam pembuatan renda (​lace​).
Fusing, bonding, laminating adalah pengembangan
secara modern yang menggunakan ​Adhesives ​(perekat)
untuk saling mengisi serat-serat yang pendek atau bahan
yang direkatkan/dilem bersamaan.

3) Macam Kain Berdasarkan Berat Kain

Selain Anda mengetahui persilangan pada tenunan yang


menghasilkan kekuatan serta efek yang dihasilkan, Anda juga
harus mengetahui penggolongan kain berdasarkan beratnya.
Berdasarkan berat kain digolongkan menjadi 4 yaitu:
(a) Kain ringan dengan berat 60 gr/m​2
(b) Kain menengah dengan berat 60-140 gr/m​2 /medium

(c) Kain setengah berat dengan berat 140-250 gr/m​2


(d) Kain berat > 250 gr/m​2

Dengan Anda mengetahui berat kain, maka Anda dapat memilih


bahan menurut jatuhnya bahan sesuai dengan desain.

Contoh jenis kain berdasarkan beratnya.

No. Berat Nama Kain Contoh Bahan


1. Ringan Kain Batiste
Kain Lawn
Kain Nainsook
Kain Voile
Kain Organdy
Kain Dimity
Kain sutra (silk)

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 38
2. Menengah Kain Cambridge
(medium) Kain Mori
Kain Gingham
Kain Chambray
Kain Blacu
Kain Tetoron
Satin
Kain Arrow
Gishkin

3. Kain Kain Celana


Setengah
Berat

4. Kain Berat Kain Tweed


Kain Kanvas

Gambar 2.16 Contoh Bahan berdasarkan berat kain

4) Penyempurnaan Bahan Tekstil

Proses penyempurnaan (​finishing​) dapat didefinisikan


sebagai pengerjaan serat, benang, atau kain yang ditujukan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 39
untuk mengubah penampilan, pegangan, dan daya guna/fungsi
dari bahan-bahan tersebut.
a. Penyempurnaan penampilan bahan dapat berupa pewarnaan
yang sama dan merata pada seluruh permukaan bahan
(pencelupan), atau pewarnaan satu warna atau lebih pada
tempat-tempat tertentu pada permukaan bahan (pencapan).
Permukaan bisa menjadi mengkilap, berkerut-kerut, atau
lainnya.
b. Penyempurnaan pada pegangan bahan dapat berupa
pegangannya menjadi lemas, penuh, kaku, atau lainnya.
c. Penyempurnaan daya guna bahan berupa beberapa sifat
khusus, misalnya bahan menjadi tidak kusut, tidak tembus
air, tidak tembus udara, tahan api, dan sebagainya.
Hasil dari proses penyempurnaan tekstil ada yang
bersifat sementara, artinya dengan sekali atau dua kali
pencucian akan hilang, dan ada yang bersifat permanen artinya
baru hilang setelah berkali-kali dicuci.

a) Proses Penyempurnaan Pembuatan Bahan Tekstil

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bulu-bulu


yang berupa ujung-ujung serat yang menonjol/keluar dari
permukaan benang atau kain. Bulu-bulu serat hanya
terdapat pada benang staple. Bulu-bulu serat akan
mengurangi kilap bahan, kelicinan permukaan bahan, dan
akan menahan kotoran sehingga bahan cepat kotor. Bahan
tekstil yang harus dibakar bulunya yaitu yang menghendaki
permukaan licin dan mengkilap, corak permukaan kelihatan,
kotoran yang menempel mudah dihilangkan pada waktu
pencucian, tidak gatal waktu dipakai dan sebagainya.
Misalnya kain sapu tangan, kain serbet, kain yang akan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 40
di-merser, benang jahit, bahan pelapis (​ lining/voering), dan
sebagainya.

(1) Menghilangkan Kanji

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kanji atau zat


penguat yang diberikan pada benang lusi yang akan
ditenun. Adanya kanji atau zat penguat akan
mengganggu pengerjaan penyempurnaan selanjutnya
yang berakibat hasil prosesnya kurang/tidak sempurna.
Zat-zat penghilang kanji tersebut dapat berupa asam
sulfat atau enzim yang mampu melarutkan kanji
sehingga untuk selanjutnya mudah dihilangkan dengan
pencucian.

(2) Menghilangkan Lemak

Proses ini bertujuan melepaskan zat perekat alam serisin


dari filamen serat sutra. Penghilangan tersebut terdiri
atas pemanasan dalam larutan alkalin atau larutan
sabun. Proses ini juga digunakan untuk menghilangkan
minyak-minyak yang terdapat pada serat-serat buatan.
Proses pemasakan bertujuan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dan zat-zat yang terdapat pada bahan
tekstil, yang dapat mengganggu/menghambat
proses-proses penyempurnaan selanjutnya.

(3) Mengelantang (Bleaching)

Pengelantangan merupakan proses penghilangan atau


perusakan secara kimia zat warna atau pigmen alam

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 41
yang terkandung dalam serat, sehingga bahan menjadi
putih bersih. Proses pengelantangan dilakukan apabila:
● Bahan yang dikehendaki berwarna putih bersih,
misalnya kain putih, pakaian putih, kain seprai,
sarung bantal, dan sebagainya.

● Bahan akan dicelup atau dicap dengan warna-warna


muda dan cerah, misalnya merah, kuning, orange,
dan sebagainya. Proses pengelantangan yang
dilakukan untuk tujuan ini bersifat setengah putih,
terutama dilakukan pada bahan yang terbuat dari
serat alam atau campuran.

b) Penyempurnaan Tambahan

Penyempurnaan tambahan dilakukan untuk


mempe-roleh tekstur (lembut, kaku), kilau, pola timbul, serta
sifat tahan gesekan pada kain. Pelaksanaannya dapat
dikerjakan secara mekanis atau kimiawi.

(1) Mengalander

Penyetrikaan (​calandering​) merupakan proses


penyem-purnaan mekanik yang dilakukan dengan
melewatkan bahan kain dalam kondisi terbentang
melalui suatu susunan rol logam yang dipanaskan dan
rol lunak, misalnya dari kertas wol dan lainnya.
Terdapat bermacam-macam cara penyetrikaan,
tergantung pada hasil akhir yang dikehendaki. Misalnya
penyetrikaan sederhana atau kilap biasa, kilap tinggi,
buram, m
​ oire ​(corak riak-air), Embosing (pahatan,

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 42
digunakan untuk menghasilkan corak pada permukaan
kain). Setiap jenis penyetrikaan akan memberikan hasil
yang berbeda.

(2) Memerser

Tujuan Proses merserisasi yaitu untuk mendapatkan


kilap yang tinggi dan permanen pada kapas. Proses ini
dilakukan dengan mengerjakan benang/kain kapas
dalam larutan kaustik soda atau alkali kuat lainnya,
kemudian diikuti dengan proses netralisasi dan
pencucian. Proses merserisasi selain memberikan kilap
lebih tinggi juga memberikan efek lainnya, yaitu:
● Bahan menyusut
● Kekuatan bahan bertambah tinggi
● Daya serap terhadap air meningkat
● Daya gabung terhadap zat warna bertambah tinggi
● Pegangan bahan menjadi lebih penuh.

(3) Menggaru Bulu

Penyempurnaan menggaru bulu bertujuan untuk


membuat agar permukaan kain berbulu, sehingga
menjadi hangat jika dipakai, karena kain berbulu akan
dapat menahan panas.
Penyempurnaan ini dilakukan secara mekanika, yaitu
dengan mesin penggaru bulu dimana serat-serat pada
permukaan kain ditusuk-tusuk dan dikait-kait oleh jarum
lurus dan jarum bengkok sehingga ujung-ujung serat
pada benang akan keluar dan menyerupai bulu pada
permukaan kain.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 43
Untuk membuat kain berbulu, diperlukan syarat-syarat
tertentu yang meliputi:
● Benang pakan dibuat dari serat panjang
● Antihan benang pakan sekecil mungkin
● Kain harus lunak
Proses menggaru bulu dilakukan dalam pembuatan kain
selimut, flanel, dan sebagainya.

(4) Mengeriting (Krep)

Penyempurnaan krep bertujuan untuk membuat


permukaan kain menjadi tidak rata atau berkerut. Ada
dua cara yaitu: a) cara mekanik, dan b) cara kimia.

● Penyempurnaan ​krep cara mekanik dilakukan dengan


mengerjakan kain pada mesin kalender Embossing, di
mana permukaan rol kerasnya bermotif kerut-kerut.
Tetapi penyempurnaan ini bersifat sementara, karena
akan hilang oleh pencucian berkali-kali dan oleh
penyetrikaan.
● Penyempurnaan ​krep cara kimia dilakukan dengan
mencapkan pasta cap yang mengandung kaustik
soda, asam sulfat, seng klorida, atau lainnya pada
permukaan kain kapas. Oleh zat-zat penggelembung
tersebut, serat kapas akan menyusut dalam
pencucian, sedangkan bagian yang tidak dicap akan
kusut sehingga menimbulkan efek kerut pada
permukaan kain yang disebut e
​ fek plise. Hasilnya
berupa bahan k​ rep seersucker, crinkle​ (kain kelobot).

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 44
(5) Mengempa

Suatu proses penyempurnaan dengan melewatkan kain


di bawah sebuah Roler yang terus menerus dikempa
untuk meratakan permukaannya. Hasilnya, kain menjadi
halus dan sempurna mengkilat. Namun sifatnya
sementara karena serat kain terbuka kembali selama
pencucian​.

(6) Menguatkan Tenunan

Proses penyempurnaan juga dapat digunakan untuk


menguatkan bahan/tenunan.

(a) Penyempurnaan tahan kusut (anti crease)

Tahan kusut adalah kombinasi antara ketahanan


(resistance) dari suatu bahan terhadap kekusutan
dan sekaligus kemampuan untuk kembali ​(recovery)
ke bentuk semula. Titik berat sifat tahan kusut ini
adalah kemampuan pengembalian ke bentuk semula.
Kain-kain yang bersifat tahan kusut misalnya: cuci
pakai (​wash and wear), kering diangin-anginkan (​drip
dry​), tanpa disetrika (​non-ironing​), anti kusut (​anti
crease​), dan sebagainya. Kain dari serat selulosa
mudah sekali kusut dalam pemakaian.
Penampilan-nya menjadi kurang menarik, sehingga
memerlukan penganjian dan penyetrikaan yang
sifatnya sementara, dan kusut kembali karena
pencucian. Untuk mendapatkan kain selulosa yang
bersifat anti kusut permanen, diperlukan proses

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 45
penyempurnaan dengan resin, juga untuk kain
campuran selulosa dengan serat buatan. Kain serat
sintetik tidak memerlukan penyempurnaan tahan
kusut karena sifat-sifat dari serat sintetik sudah anti
kusut.

(b) Penyempurnaan anti susut (anti-shrink/​ ​sanforized​)

Tujuan penyempurnaan anti susut, adalah membuat


kain mempunyai daya susut sekecil mungkin,
sehingga pada penggunaannya tidak berubah
walaupun dicuci berulang kali. ​Untuk penyempurnaan
anti susut ada beberapa cara yang dapat dilakukan,
yaitu sebagai berikut:
● Penyempurnaan cara mekanik, banyak dilakukan
pada kain kapas. Menyusutnya tidak lebih dari
1%, dapat diberi label ​Sanforized.​
● Penyempurnaan cara kimia, banyak dilakukan
pada kain rayon dan serat sintetik. Dikerjakan
dengan resin atau zat kimia lainnya yang dapat
menutupi sifat serat yang menarik air, sehingga
daya serap air terhadap serat menjadi kecil, yang
mengurangi sifat menyusutnya.
● Penyempurnaan cara mekanik-kimia, sering
dilakukan pada kain dari campuran serat selulosa
dan serat buatan, misalnya kain poliester/rayon,
poliester/ kapas, atau lainnya. Menyusutnya tidak
lebih dari 1%.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 46
(c) Penyempurnaan tahan air dan tolak air

Definisi tahan air (​water proof​) adalah suatu


permu-kaan yang dapat menahan air dan udara,
sedangkan tolak air (​water repellent​) adalah suatu
permukaan yang dapat menahan air, tetapi udara
masih mungkin dapat menembus.
Untuk kain yang tahan air (​water proof​)
penyempurnaan dilakukan dengan cara melapisi
permukaan dengan lapisan karet/lateks, seperti kain
untuk jas hujan (​rain coats​).
Untuk kain yang bersifat tolak air (​water repellent​),
dipergunakan zat-zat yang dapat menolak seperti
emulsi malam, sabun-sabun logam, dan zat aktif
permukaan, yang melapisi benang-benangnya saja
tetapi tidak menutupi pori-pori antar benang,
sehingga udara masih dapat menembus. Zat-zat
tersebut bersifat tidak permanen yang dapat hilang
dengan pencucian berkali-kali.

(d) Penyempurnaan tahan api

Penyempurnaan tahan api dimaksudkan untuk


melindungi tekstil yang mudah terbakar menjadi
sukar terbakar atau lambat terbakar. Serat-serat
mineral bersifat tidak dapat terbakar, misalnya serat
asbes. Serat-serat protein dan beberapa serat sintetik
yang termoplastik akan melelh sewaktu terbakar dan
melekat pada kulit, sehingga memungkinkan luka
bakar lebih dalam. Serat selulosa mudah sekali

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 47
terbakar dan memberikan letikan api setelah api
padam. Konstruksi kain yang tebal dengan
anyaman-anyaman terbuka akan terbakar dengan
cepat, sedangkan kain berbulu akan terbakar bulunya
terlebih dahulu, baru kainnya.
Penyempurnaan tahan api dilakukan dengan cara
merendam sambil diperas (​impregnasi​) dalam larutan
yang mengandung borak, natrium silikat, atau
lainnya. Zat-zat ini mempunyai titik leleh yang rendah
sehingga dengan adanya api, garam tersebut akan
segera meleleh dan menutupi kain sebagai suatu
lapisan seperti gelas yang tidak dapat terbakar
dengan segera, karena zat-zat tersebut menghasilkan
suatu gas yang tidak dapat terbakar sewaktu
pemanasan.

(7) Menstabilisasi

Proses penyempurnaan juga bertujuan untuk


menstabil-kan bahan.

(a) Penyempurnaan dengan proses stensering

Merupakan proses utama pada penyempurnaan kain,


yang dikerjakan pada mesin s​ tenter​, dengan tujuan
untuk membuat kain menjadi kering dan mengatur
supaya penampilannya menarik. Variasi suhu serta
penarikan yang diberikan menyebabkan kain lembut
atau keras, penuh atau tipis. Dalam proses ini, corak
kain yang berbentuk garis atau kotak-kotak yang
berubah oleh proses sebelumnya dapat dikembalikan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 48
ke bentuk semula. Adanya pengerjaan S
​ tentering
dapat diketahui dengan adanya bekas lubang-lubang
jarum atau bekas jepitan pada pinggir kain.
Kain yang mudah mulur, misalnya kain rajut (​knit​),
dengan permukaan berkerut-kerut seperti kain k​ rep
atau kain yang menghendaki pegangan lembut, pada
umumnya tidak dikeringkan dengan mesin ​stenter​,
tetapi dengan mesin pengering sengkelit (​lup​) untuk
menstabilkannya.

(b) Penyempurnaan Dekatis

Proses ini menghasilkan kain-kain terutama ​wool


worsted ​atau ​woolen b
​ ermuka halus, tahan terhadap
kekusutan dan pegangannya empuk. Proses dekatis
ini serupa dengan penyetrikaan dengan uap yang
memberikan sifat kain menjadi sangat berkilau
karena permukaan kain menjadi halus. Cara
pengerjaan: kain kering digulung dengan tegangan
pada silinder yang berlubang-lubang. Selanjutnya,
dialirkan uap air melalui silinder tersebut, dan akan
menerobos kainnya. Uap air dan panas menyebabkan
kain bersifat plastik sehingga tegangan yang terdapat
pada kain menjadi kendur dan kusut-kusutnya
menghilang. Selanjutnya, kain dikeringkan dengan
cara melewatkan udara dingin melalui kain tersebut,
yang berakibat serat-serat kain akan stabil.
Penyempurnaan dekatis sekarang banyak juga
dikerjakan pada kain campuran wol dengan serat
sintetis atau serat sintetis dengan kapas.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 49
5) Penyelidikan Bahan Tekstil

a) Pengamatan Secara Visual

Dengan memperhatikan, meraba, mengepal sehelai


kain saja mungkin belum dapat secara angsung diketahui
sifat-sifatnya, demikian juga dengan asal seratnya. Hal ini
disebabkan karena kemajuan teknik penyempurnaan bahan
tekstil, sehingga sering tidak dapat dibedakan antara kain
yang asli dengan yang tiruan.
Beberapa pengamatan secara visual tentang sifat
yang perlu diketahui untuk menentukan jenis serat adalah
sebagai berikut.

(1) Panjang serat

Untuk penelitian asal serat sehelai kain, perlu dicabut


sehelai benang untuk diperiksa kemungkinan golongan
seratnya.

(2) Kekuatan serat

Serat sutra adalah serat yang terkuat diantara


serat-serat lainnya seperti nilon, wol dan kapas. Dalam
keadaan basah, serat rayon berkurang kekuatannya,
sedangkan serat kapas akan lebih kuat daripada dalam
keadaan kering.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 50
(3) Kehalusan serat

Serat sutra adalah serat yang terhalus di antara


serat-serat asli yang lain seperti serat sintetis dan serat
rayon.

(4) Kilau serat

Serat kapas kurang berkilau kecuali dimerser. Serat linen


kilaunya bagus dan jelas, kilau serat sutra sangat bagus
dan lembut, serat rayon berkilau tajam seperti logam,
sedangkan serat wol tidak berkilau karena
bergelombang.
(5) Keriting serat

Serat wol adalah satu-satunya yang memiliki keriting asli,


ini menyebabkan kain wol berpori sehingga mempunyai
sifat penyekat panas.
(6) Daya lentur

Serat wol berdaya lentur besar, demikian pula serat


sintetis dan serat sutra. Serat selulosa tidak memiliki
daya lentur yang baik, tetapi dapat diproses sehingga
berdaya lentur yang besar, contohnya proses pembuatan
bahan mulur (​stretch​).

(7) Daya serap air dan udara

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 51
Serat wol berdaya serap sampai 40% tetapi belum terasa
basah, daya serap serat sutra sampai 30%, linen 20%
kapas 8,5%.
Bila usaha mencari asal serat tekstil belum ditemukan
dengan cara memerhatikan serat-seratnya, dapat
dilakukan dengan mempergunakan bantuan alat
mikroskop. Tiap-tiap serabut kalau diperbesar 100 x akan
menunjukkan bermacam-macam gambaran penampang
serat-seratnya baik gambar penampang melintang
ataupun membujur dari setiap serat tekstilnya.
● Cara memutuskan benang. Apabila berasal dari serat
kapas, benang mudah diputus karena berserat
pendek. Serat linen benangnya sukar diputus. Serat
wol bersifat lentur, bila diputus akan memanjang
dulu/elastis, ujung benang seperti spiral (berombak).
Serat sutra juga bersifat lentur, ujung benangnya
halus dan tidak berumbai. Serat rayon mudah putus,
dan ujung benang bercabang.
● Cara lain untuk mengetahui asal serat adalah dengan
menggunakan bahan kimia, yaitu sebagai berikut.

− Asam sulfat melarutkan serat yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan.

− Kaustik soda (soda api) melarutkan serat yang

berasal dari hewan, seperti wol dan sutra.

− Kupramonium melarutkan kapas.

− Aseton melarutkan kain asetat.

− Fenol 90% melarutkan nilon.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 52
b) Penyelidikan Dengan Uji Pembakaran

Uji pembakaran adalah untuk mengetahui secara pasti


serat-serat yang tidak dikenal. Percobaan dengan pengujian
yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan
pembakaran.
Prosedur ini memerlukan ketelitian dan secara singkat
menyalakan seberkas serat, atau potongan kecil bahan,
sambil mengamati proses pembakaran sebelum
memadam-kan apinya. Hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut.

(1) Serat-serat protein

Serat-serat seperti wol, rambut/bulu binatang lainnya


dan sutra akan segera mengeriting oleh api dengan
sedikit meleleh, terbakar dengan lambat, meninggalkan
butiran abu hitam yang lembut padat, bisa diremuk,
dengan berbau seperti rambut yang terbakar. Wol akan
padam segera setelah sumber apinya dialihkan.

(2) Serat-serat selulosa

Jenis serat ini yaitu katun, linen/flak dan rayon.


Pengapian dilakukan dengan segera hingga serat
terbakar dengan cepat, dan tercium bau seperti kertas
yang terbakar. Abu yang ditinggalkan lembut seperti
bedak. Rayon akan terbakar tanpa nyala atau meleleh
sehingga tidak meninggalkan butiran seperti plastik,
sisanya hanya bulu kapas ringan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 53
(3) Asetat dan sintetis

Bahan ini meleleh langsung dari api sebelum terbakar


dan meninggalkan butiran abu hitam, bentuknya tidak
rata dan rapuh, baunya seperti asam cuka. Poliester
mengerut dengan api, lelehannya akan meninggalkan
butiran bulat yang keras berwarna abu-abu atau coklat,
berbau kimiawi. Nilon seperti di atas meninggalkan
butiran abu-abu yang keras, susah diremuk, berbau
seperti daun seledri. Pengujian lain untuk asetat adalah
dengan menggunakan larutan aseton (cairan yang biasa
dipakai untuk menghilangkan cat kuku). Aseton
menghancurkan asetat dan melarutkan serat-serat bila
dikenakan pada bahan tekstil.
Serat-serat anorganik tidak terbakar. Walaupun begitu,
lapisan poliester yang dipergunakan di atas adalah
metalik yang akan terbakar.

c) Pengamatan Dengan Meraba

Permukaan bahan yang halus mencerminkan


permukaan yang lebih ringan daripada permukaan buram,
kusam, atau berbulu, sehingga pengamatan visual
dihubungkan dengan sesuatu yang dapat diraba ​(tactile).
Benda-benda yang "terasa" halus juga "kelihatan" halus.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 54
Pengamatan dengan meraba ada 2 macam, yaitu:

(1) Yang dapat diraba (tactile)

Perubahan-perubahan pada permukaan bahan-bahan


karena pengaturan dari benang-benang individual pada
tenunan atau rajutan dapat dirasakan di kulit. Dengan
rabaan dapat dirasakannya lembut, kasar, jatuhnya
bahan ​(drape),​ atau kaku dan berat.

(2) Yang dapat didengar (audible)

Gesekan dapat diciptakan oleh permukaan bahan dengan


saling menggosokkan sehingga dapat didengar, misalnya
gemersik dari sutra ​taffeta.

d) Penyelidikan Tentang Sifat-sifat Serat

Struktur fisika dan kimia sangat mempengaruhi


sifat-sifat serat yang meliputi daya kekuatan, kemuluran dan
elastisitas, daya serap, kelenturan, dan ketahanan terhadap
gosokan, zat kimia dan lainnya.

(1) Daya mulur

Daya mulur atau elastisitas adalah kemampuan serat


untuk kembali ke panjang semula setelah mengalami
tarikan. Kain yang dibuat dari serat yang mulur dan
elastisitasnya baik, stabilitas dimensinya juga baik dan
tahan kusut. Makin tinggi derajat penarikan, makin tinggi

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 55
kekuatan serat dan makin​ ​rendah mulurnya.
Cara mengetahui tingkat daya mulur (%) bahan tekstil
dengan menggunakan ujicoba sebagai berikut:

Keterangan:
k​1​ = Kain sebelum ditarik
k​2​ = Kain sesudah ditarik

Contoh:
Bahan ukur sebelum ditarik 5 cm dan sesudah ditarik
menjadi 8 cm. Berapakah daya mulurnya?

Rumus:

= 0,6%
Jadi daya mulur kain tersebut adalah 0,6%.

(2) Daya serap

Jumlah uap air yang diserap oleh serat berbeda-beda,


tergantung dari kelembaban relatif, suhu udara, dan
seratnya. Beberapa jenis serat menyerap uap lebih
banyak daripada jenis serat lainnya, ditentukan oleh
struktur kimia dari seratnya. Misalnya, serat-serat
selulosa akan menyerap uap air lebih banyak sehingga
lebih enak dipakai, mudah menyerap keringat dan tidak
menimbulkan listrik statik, cocok dipakai pada udara
lembab dan panas.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 56
Cara mengetahui tingkat daya serap bahan tekstil adalah
dengan menggunakan ujicoba memasukkan kain ke
dalam air. Kemudian menggunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan:
s​3​ = volume air sebelum dimasuki kain
s​2​ = volume air sesudah kain diangkat dengan pinset

Contoh:
Bahan ukur dengan ukuran 30$cm x 20 cm dengan
berap kain$ringan dimasukkan dalam air (80 ml).
sewaktu diangkat dengan pinset tersisa075 ml.
Berapakah daya serapnya?

Rumus:

= 0,06%
Jadi daya serap kain tersebut adalah 0,06%.
(3) Daya`susut (sanforized)

Susutnya bahan pada waktu pencucian da`at disebabkan


karena regangan-regangan yang tidak dapat dihindarkan
pada waktu pembuatan kain tersebut sejak pembuatan
benang. Serat kain menyerap air sehingga diameter serat
menjadi bertambah besar dan panjangnya berkurang.
Cara mengetahui tingkat daya susut bahan tekstil adalah
dengan menggunakan ujicoba pada kain. Ambil ukuran
pada bagian tengah kain misalnya 5 x 5 cm. Selanjutnya

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 57
rendam kain tersebut didalam air sabun selama ​± 30
menit. Kemudian cek kembali ukuran Anda, jika tetap
berarti kain tidak susut. Jika ada perubahan, untuk
menghitung daya susutnya dapat mempergunakan
rumus sebagai berikut:

Keterangan:
t​1​ = panjang kain sebelum direndam
t​2​ = panjang kain sebelum direndam
(Rumus ini berlaku untuk ​panjang d
​ an ​lebar k​ ain).

(4) Daya luntur (fast colour)

Merupakan penyempurnaan yang dilakukan pada bahan


tekstil yang bertujuan untuk menguatkan warna dari
pudar. Berdasarkan sifat-sifat zat warna, biasanya zat
warna yang larut dalam air, ketahanan lunturnya kurang/
tidak baik. Zat pewarna yang tidak larut dalam air,
ketahanan lunturnya tinggi, misalnya zat warna bejana
untuk pencelupan serat selulosa dan wol, serta nilon. Zat
warna belerang digunakan untuk pencelupan serat
kapas, zat warna naftol untuk pencelupan serat selulosa,
batik, poliester, asetat, rayon dan sebagainya.
Adapun cara untuk mengetahui kuat tidaknya warna
pada suatu bahan tekstil dapat dilakukan hal sebagai
berikutt:
● Siapkan katun warna, 10 x 10 2 lb.
● Rendam bahan dalam air dengan detergent selama
30 menit.
● Angkat, keringkan dan setrika.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 58
● Bandingkan dengan yang sudah direncam dengan
bahan yang tidak direndam.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 59
c. Rangkuman

1. Menurut kegunaannya bahan tekstil dibedakan menjadi 2 yaitu


bahan utama dan bahan tambahan.
2. Penggolongan serat tekstil dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu serat alam dan serat buatan.
3. Proses pembuatan bahan tekstil menggunakan metode:
tenunan (​woven​), rajutan (​knitted​), anyaman, kaitan, buhul,
renda, dan bukan tenunan (​non woven​).
4. Penyempurnaan bahan dilakukan untuk meningkatkan kualitas
bahan dengan menyempurnakan penampilan, penyempurnaan
pada pegangan dan penyempurnaan daya guna bahan.
5. Penyelidikan bahan bisa dilakukan secara visual dan uji
pembakaran. Pengamatan secara visual yang bisa Anda amati
adalah: 1) panjang serat, 2) kekuatan serat, 3) kehalusan serat,
4) kilau serat, 5) keriting serat, 6) daya luntur, dan 7) daya
serap air dan udara. Sedangkan pengamatan melalui uji coba
pembakaran untuk mengetahui asal serat.

d. Tugas

1. Lakukan uji pembakaran pada 10 bahan tekstil yang berbeda!.


2. Lakukan dengan kelompok ujicoba penyelidikan bahan teksil
dengan cara
a. Secara visual
b. Uji pembakaran
c. Pengamatan dengan meraba

e. Test Formatif

1. Apakah tujuan Anda mempelajari pengetahuan bahan tekstil?

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 60
2. Apakah yang dimaksud dengan bahan utama?
3. Jelaskan penggolongan serat tekstil yang berasal dari alam!
4. Jelaskan istilah penyempurnaan di bawah ini!
d. Mercerized
e. Sanforized
f. Fast colour
5. Jelaskan ciri-ciri dari uji coba pembakaran serat yang berasal
dari:
a. Serat protein
b. Serat selulosa
c. Serat buatan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 61
f. Kunci Jawaban

1. Tujuan mempelajari bahan tekstil adalah supaya memiliki


wawasan dan keterampilan dalam memilih dan membeli bahan
baku busana sesuai desain busana.
2. Yang dimaksud dengan bahan utama adalah bahan yang paling
banyak digunakan dalam pembuatan suatu busana atau lenan
rumah tangga.
3. Penggolongan serat tekstil yang berasal dari alam adalah
sebagai berikut.

4. Berikut adalah definisi dari:

● Mercerized

Suatu proses untuk mendapatkan kilap yang tinggi dan


permanen pada kapas. Proses ini dilakukan dengan
mengerjakan benang/kain kapas dalam larutan kaustik soda
atau alkali kuat lainnya, kemudian diikuti dengan proses
netralisasi dan pencucian.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 62
● Sanforized

Tujuan penyempurnaan anti menyusut, adalah membuat


kain mempunyai daya susut sekecil mungkin, sehingga pada
penggunaannya tidak berubah walaupun dicuci berulang
kali.

● Fast colour

Merupakan penyempurnaan yang dilakukan pada bahan


tekstil yang bertujuan untuk menguatkan warna dari pudar

5. Ciri-ciri hasil uji pembakaran adalah:

● Serat-serat protein

Serat-serat seperti wol, rambut/bulu binatang lainnya dan


sutra akan segera mengeriting oleh api dengan sedikit
meleleh, terbakar dengan lambat, meninggalkan butiran abu
hitam yang lembut padat, bisa diremuk, dengan berbau
seperti rambut yang terbakar. Wol akan padam segera
setelah sumber apinya dialihkan.

● Serat-serat selulosa

Jenis serat ini yaitu katun, linen/flak dan rayon. Pengapian


dilakukan dengan segera hingga serat terbakar dengan
cepat, dan tercium bau seperti kertas yang terbakar. Abu
yang ditinggalkan lembut seperti bedak. Rayon akan
terbakar tanpa nyala atau meleleh sehingga tidak

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 63
meninggalkan butiran seperti plastik, sisanya hanya bulu
kapas ringan.
● Asetat dan sintetis

Bahan ini meleleh langsung dari api sebelum terbakar dan


meninggalkan butiran abu hitam, bentuknya tidak rata dan
rapuh, baunya seperti asam cuka. Poliester mengerut
dengan api, lelehannya akan meninggalkan butiran bulat
yang keras berwarna abu-abu atau coklat, berbau kimiawi.
Nilon seperti di atas meninggalkan butiran abu-abu yang
keras, susah diremuk, berbau seperti daun seledri.

g. Lembar Kerja

1) Alat
- Korek api
- Alat tulis
- Gelas ukur
- Pinset
- Lilin
- Macam-macam tekstil dengan berbagai asal serat
- Seterika

2) Bahan
- Perca kain
- Kertas
- Detergent
- Air
3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bebas dari bahan yang
mudah terbakar.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 64
b) Lebih aman jika Anda melakukan uji pembakaran di luar
ruangan.
c) Hati-hati dalam mengerjakan tugas.
d) Bersihkan kembali alat dan lingkungan kerja Anda.

4) Langkah kerja
a) Bagi secara kelompok menjadi lima kelompok.
b) Siapkan alat dan bahan untuk uji coba:

Uji pembakaran

Daya mulur

Daya serat

Daya susut

Daya luntur

c) Lakukan uji coba sesuai tugas pembagian kelompok.


d) Amati reaksi yang terjadi selama dan sesudah proses uji
pembakaran.
e) Tulis hasil pengamatan Anda.
f) Merapikan kembali alat dan bahan yang dipergunakan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 65
Kegiatan Belajar 2.

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, diharapkan Anda dapat


mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan
tekstil yang sesuai dengan desain dan keinginan konsumen.

b. Uraian Materi

S
etelah Anda mempelajari dan mengenal bahan tekstil, langkah
selanjutnya adalah menerapkan pengetahuan tersebut dalam
memilih bahan tekstil untuk membuat busana yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Agar dapat memilih bahan yang tepat perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut.
- Unsur-unsur desain pada bahan tekstil
- Pemilihan bahan tekstil (kegunaan, kesempatan, karakteristik
penanganan, model dan lebar kain)
- Kriteria pemilihan bahan tekstil dengan memperhatikan
faktor-faktor mendesain busana.

1) Unsur-unsur Desain Pada Bahan Tekstil

Unsur-unsur desain yang diperlukan dalam pemilihan bahan


tekstil adalah: warna, corak, jatuhnya bahan dan tekstur.

a) Warna

Seperti Anda ketahui warna mempengaruhi beberapa hal,


misalnya:

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 66
(1) Membuat lebih indah
(2) Mempunyai arti tertentu
(3) Mempengaruhi suasana/keadaan si pemakai

Lima hal yang disarankan dalam memilih warna bahan:

(1) Pilihlah warna yang sedang digemari

Apa warna yang sedang digemari dapat Anda lihat, jika


warna itu sering muncul di majalah, TV, film, pusat
pertokoan, toko-toko busana ataupun pada
peragaan-peragaan busana.

(2) Sesuaikan warna busana dengan tujuan dan kesempatan


pemakaian

Misalnya:
● Kesempatan belanja siang hari hindarilah warna yang
menyolok.
● Untuk busana tidur dan busana bayi pilihlah warna
yang lembut.
● Busana pesta malam sebaiknya berwarna menyolok,
cerah ataupun gelap.
● Suasana ke tempat duka sebaiknya pilih warna gelap.

(3) ​Sesuaikan warna busana dengan bentuk tubuh

● Orang yang tinggi kurus hindarilah busana yang


berwarna gelap dan menyolok.
● Orang yang gemuk hindarilah busana yang berwarna
muda atau putih.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 67
(4) ​Sesuaikan warna busana dengan warna kulit dan rambut

● Orang yang warna kulitnya gelap hindarilah warna


putih, karena akan kelihatan lebih gelap.
● Orang yang berwarna kulit terang/kuning langsat akan
kelihatan pucat kalau menggunakan busana berwarna
kuning.

(5) Sesuaikan warna busana dengan umur dan kepribadian


(karakter)

● Orang dewasa dan berusia lanjut sebaiknya memilih


warna-warna yang memberikan kesan tenang (bukan
warna-warna kontras).
● Remaja & anak umumnya sesuai dengan semangat
dan gairahnya mereka akan memilih busana berwarna
cerah atau menyolok.

(1) Corak

Pada umumnya bahan tekstil bercorak searah dan dua arah.


Untuk bahan polos sama dengan corak dua arah, kecuali
bahan-bahan yang berkilau (seperti: satin) dan bahan
berbulu (seperti: beledu dan cordoroy). Bahan-bahan
berkilau dan berbulu harus cermat penanganannya.
Terutama ketika akan meletakkan bahan (layout) semua pola
harus terletak pada satu arah, ke atas atau ke bawah saja.
Sehingga hasil akhirnya motif/corak berkesinambungan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 68
(1) Searah

Corak bahan mengarah hanya pada satu sisi. Sangat erat


kaitannya dengan cara meletakkan bahan. Motif pola
searah diantaranya: garis-garis, kotak-kotak,
anyaman-anyaman dan motif alam yang mengarah ke
satu sisi.

Dalam pembuatan busana, jika menggunakan pola


searah membutuhkan bahan yang lebih karena harus
memperhatikan kesinambungan motif bahan. Akan
sangat tidak serasi jika bagian-bagian busana arah motif
berbeda antara satu dengan yang lain.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 69
Gambar 2.17 Pola-pola motif searah
(2) Corak dua arah

Corak bahan mengarah pada semua sisi, lebih mudah


dalam meletakkan pola pada bahan. Pada waktu
meletakkan pola di atas bahan Anda hanya
memperhatikan arah serat (​grain line​) dan efisiensi
penggunaan bahan.

Gambar 2.18 Pola-pola motif dua arah

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 70
Jatuhnya Bahan

Jatuhnya bahan pada saat dipakai mempunyai


pengaruh besar pada hasil akhir penampilan si pemakai.
Efek dari jatuhnya bahan dikelompokkan dalam kaku,
berpegang teguh, lembut, melangsai dan ringan/melayang.

(1) Kaku

Bahan ketika dibentang jatuhnya langsung dan tidak


bergerak, seperti bahan yang dikanji.
Contoh: drill, twill, kanvas, dan lain-lain.

(2) Berpegang teguh

Bahan jika digantung jatuhnya lurus dan berat.


Contoh: gabardin

(3) Lembut

Ketika bahan diremas terasa lembut di tangan.


Contoh: sutera

(4) Melangsai

Bahan jika digantung lembut tetapi berat.


Contoh: satin

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 71
(5) Ringan/melayang

Bahan jika digantung lembut, ringan dan melayang.


Contoh: sifon.

(2) Tekstur Bahan

Tekstur bahan adalah sifat permukaan bahan yang


dapat diketahui secara visual maupun dengan meraba
permukaan. Dari kedua cara ini dapat diketahui:
1) Bagaimana jika bahan itu digantung (​hang​), apakah
bahan itu lemas, kaku, ringan melayang atau berat.
2) Bagaimana rupanya (​appeareance​), ketika bahan itu
dilihat apakah berkilau, kusam/buram, atau tembus
pandang.
3) Bagaimana bila diraba (​feel​), apakah bahan itu terasa
halus, kasar, gemeresik, lembut, licin atau berbulu.
Suatu jenis bahan tidak selalu memiliki suatu sifat tertentu,
namun untuk membedakan ciri bahan yang satu dengan
yang lain, sebaiknya dilihat cirinya yang paling menonjol.
Seperti:
a) Bahan beludru : sifatnya yang menonjol berbulu
b) Bahan lame : sifat yang menonjol
berkilau, tipis, gemeresik
c) Bahan tule : sifat yang menonjol tembus pandang

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 72
2) Pemilihan Bahan Tekstil (Kegunaan, Karakteristik
Penanganan, Desain dan Lebar Kain)

Memilih bahan untuk suatu busana atau lenan rumah


tangga perlu diperhatikan hal-hal berikut: a) Kegunaan,
b) Karakteristik Penanganan, c) Desain dan d) Lebar Kain.

a) Kegunaan

(1) Pakaian

Semua yang Anda pakai untuk menutupi bagian-bagian


tubuh atas dan bawah (terdiri dari rok, blus, celana,
kemeja)

(2) Pelengkap busana

Semua yang Anda dipakai mulai dari ujung rambut


sampai ujung kaki kecuali pakaian (topi, tas, sepatu,
asesoris dan lain-lain).

(3) Lenan rumah tangga

Semua alat rumah tangga yang terbuat dari kain


(gordyn, selimut, taplak meja, dan lain-lain)

b) Karakteristik Penanganan

(1) Karakteristik bahan pada waktu pengerjaan​. Apakah


bahan itu licin, mudah bertiras atau bergulung (​triko​).

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 73
(2) Karakteristik bahan waktu dipakai​. Apakah bahan cepat
kusut, mudah kena noda atau keringat, mudah terbakar.
(3) Karakteristik bahan waktu dicuci​. Apakah luntur, mudah
berubah bentuk, apakah bahan itu susut, apakah bahan
itu menjadi lemas setelah dicuci.
(4) Karakteristik bahan waktu disetrika​. Dilihat dari asal
bahan apakah bahan itu perlu disetrika dengan suhu
sedang atau panas, harus dipres atau harus pakai kain
pelapis.

c) Desain
Untuk memperoleh busana yang sesuai dengan
desain diperlukan pemilihan bahan tekstil yang tepat. Macam
desain busana yang terdapat dalam majalah mode dapat
dikelompokkan menjadi desain suai (lurus), berkerut,
berlipit, klok (lingkaran), draperi dan pias.
Untuk memperoleh hasil busana sesuai dengan desain
diperlukan pemilihan bahan tekstil yang tepat. Satu desain
busana dibuat dengan bahan yang berbeda, hasilnya pun
akan berbeda.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 74
Gambar 2.19 Busana desain sama dengan berat berbeda
Setelah jelas hal-hal yang perlu diperhatikan dari
suatu bahan, langkah selanjutnya adalah menerapkan dalam
pemilihan bahan.

d) Lebar Kain

Agar Anda hemat dalam pemakaian bahan, perlu


diketahui lebar kain yang akan dipergunakan, lebar kain
yang ada di pasaran antara lain:
1) Lebar sampai dengan 100 cm (tenunan tradisional)
2) Lebar 110 cm s/d 150 cm (banyak dipergunakan untuk
busana wanita)
3) Lebar di atas 150 cm (banyak dipergunakan untuk
busana bagian bawah, misal: celana, rok dan lain-lain)

3) Kriteria Pemilihan Bahan Tekstil Dengan Memperhatikan


Faktor-faktor Mendesain Busana

Seorang desainer untuk menentukan suatu desain


busana bagi seorang pelanggan akan berpatokan pada usia,
kesempatan pemakaian, waktu pemakaian, postur tubuh, warna
kulit, dan kepribadian.

a) Usia

Dalam tumbuh kembangnya usia manusia dibedakan


menjadi:
- Bayi (di bawah 1 tahun)
- Balita ( 1 s/d 5 tahun)
- Anak-anak (di bawah 12 tahun)

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 75
- Remaja (13-17 tahun)
- Dewasa atau tua (di atas 17 tahun)

b) Kesempatan Pemakaian

Memilih bahan tekstil perlu Disesuaikan dengan acara dan


temperatur udara, apakah di daerah panas (daerah pantai),
daerah dingin (pegunungan, ruang ber-AC) dan waktu
pemakaian.
- Di rumah (aktivitas di lingkungan rumah)
- Bekerja (di dalam ruangan atau luar ruangan)
- Rekreasi (didaerah dingin-panas/tempat-tempat wisata)
- Olah raga (indoor/outdoor)
- Pesta (resmi/setengah resmi)
- Kesempatan khusus (berkabung)

c) Waktu Pemakaian

- Pagi (gunakan bahan dengan warna cerah)


- Siang/sore (hindari warna-warna mencolok)
- Malam hari (gunakan warna cerah atau gelap)

d) Postur Tubuh

Tidak semua wanita lahir dengan tubuh seperti super model


dunia yang memiliki dada, pinggang dan pinggul ideal.
Justru banyak wanita lahir dengan bentuk tubuh yang
memiliki kekurangan di sana sini. Jadi diantara bentuk tubuh
ini, Anda termasuk yang mana?.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tujuan berbusana
adalah untuk menutupi kekurangan yang diakibatkan bentuk

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 76
tubuh yang tidak ideal, maka memilih bahan tekstil harus
disesuaikan dengan postur atau bentuk tubuh. Apakah tinggi
kurus, pendek kurus, tinggi besar, atau pendek gemuk.
(1) ​Bentuk badan tinggi kurus

● Pilihlah bahan-bahan dengan garis horisontal dan


desainnya pada bagian depan jangan dibuat rata.
● Bahan bermotif/berkotak memberi efek kelihatan
gemuk.
● Bahan dengan tekstur kaku dan tebal akan memberi
kesan ukuran badan menjadi besar.
● Hindari bahan dengan warna gelap dan menyolok,
demikian pula warna-warna muda dan putih, jadi
sebaiknya memilih warna-warna cerah dan tidak
menyolok.

Gambar 2.20 Bentuk tubuh tinggi kurus

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 77
(2) ​Bentuk badan pendek kurus

Agar badan kelihatan lebih tinggi dan gemuk


● Pilih bahan dengan motif yang kecil-kecil atau sedang.
● Gunakan bahan-bahan yang lembut dan agak tipis.
● Hindari warna-warna gelap dan tua.

Gambar 2.21 Bentuk tubuh pendek kurus

(3)​ Bentuk badan tinggi besar

● Pilih bahan yang lunak dan kusam. Dalam penglihatan


akan memperkecil dan memberi kesan figur lebih
kecil.
● Pilih bahan dengan garis-garis yang vertikal dan
berbidang sempit.
● Hindari warna-warna menyala, karena warna-warna
ini akan memberi kesan membesarkan bentuk badan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 78
Gambar 2.22 Bentuk Tubuh Tinggi Besar
(4)​ Bentuk badan pendek gemuk

● Hindari motif dengan garis horisontal, sebaiknya


pilih bahan dengan garis vertikal.
● Hati-hati menggunakan corak kotak-kotak sedang
atau besar, karena akan kelihatan bertambah lebar.
● Bahan dengan corak lingkaran besar dan sedang
membuat si pemakai kelihatan gemuk.
● Pilihlah bahan berbintik kecil agar penampilan anda
lebih manis.
● Hindari bahan yang kaku dan melangsai atau bahan
yang tebal.
● Hindari bahan bercorak besar yang dikombinasikan
dengan bercorak pula, karena hal ini akan membuat
si pemakai kelihatan besar.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 79
Gambar 2.23 Bentuk tubuh pendek gemuk

e) Warna Kulit

(1) Untuk yang berwarna kulit gelap, hindari warna putih,


karena akan kelihatan lebih gelap.
(2) Yang mempunyai kulit terang/kuning akan kelihatan
pucat bila menggunakan warna muda, terutama warna
kuning muda.
(3) Pada prinsipnya pilihlah warna-warna yang tidak terlalu
kontras warnanya dengan warna kulit.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 80
f) Kepribadian

(1) Orang yang sifatnya lincah akan lebih serasi jika memilih
bahan tekstil dengan warna-warna yang terang/
menyala.
(2) Orang yang pendiam, kalem, tenang akan lebih sesuai
dengan warna-warna yang redup/gelap.

Dengan Anda mengetahui semua aspek-aspek dalam


pemilihan bahan tekstil maka Anda tidak akan bingung,
tidak keliru untuk membeli bahan tekstil yang sesuai dengan
kebutuhan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 81
Contoh Nama Bahan Tekstil untuk Pembuatan Busana dan Lenan
Rumah Tangga

No. Nama Bahan Kegunaan

1. Poplin Busana kerja dan busana anak


2. Chiffon Busana pesta dan scarf
3. Organza Busana pesta, busana adat
4. Shantung Busana resmi
5. Nansook Busana dalam dan busana bayi
6. Georgette (zorzet) Busana pesta sore hari
7. Voile (voal) Busana pesta siang (blus, gaun) dan kebaya
8. Batish Blus, busana dalam, bahan pelapis
9. Tafetta Bahan pelapis dan busana pesta malam
10. Lenan Busana kerja
11. Lame (lamay) Busana adat, pesta malam, lenan Rumah
Tangga
12. Organdi Blus, gaun
13. Drill Busana pria, rok, busana anak, slack
14. Gabardin Slack, celana pria, busana OR
15. Denim Busana​ ​pria, wanita, jeans, jaket, rok
16. Sharskin Busana tenis (cocok untuk busana yang
dipleats)
17. Saten Blus dan gaun, bahan pelapis, lenan RT
18. Satin Busana pengantin, pesta malam
19. Crepe Busana pesta (bahan rok)
20. Corduray Slack, busana anak, jaket
21. Beledu Busana adat, busana pesta malam
22. Velvetten Rok, celana, busana anak, jaket

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 82
23. Flanelette Busana bayi
24. Bordir Blus, bebe dan kebaya
25. Brocade Kebaya, busana pesta
26. Kanstof Kebaya, busana pesta
27. Lace (Renda) Kebaya, busana pesta
28. Trico Busana santai, busana OR

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 83
Contoh-contoh Pemilihan Bahan Sesuai Dengan Desain

(1) Bahan Katun

Katun adalah suatu bahan yang selalu berubah-ubah atau tidak tetap,
sehingga sifat penampilannya pun susah untuk diketahui, tetapi katun
tenunan memperlihatkan sifat sebagai:
● suatu bahan yang kaku
● suatu bahan yang bertekstur kusam
● suatu bahan yang terasa kuat
Katun adalah
bahan yang paling
ekonomis dari
segala bahan
alami, sehingga
kebanyakan tipe
katun pada
kenyataannya
100% memiliki
serat katun. Ada
suatu ​trend yang
populer bagi
pabrik-pabrik
tekstil untuk
mencampur bahan
katun dengan
poliester, hal ini
akan memberikan
suatu bahan yang
berpenampilan
serupa katun

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 84
dengan perbaikan
daya lentingnya.
Oleh karena ada komponen sintetisnya, maka akan berpengaruh juga
terhadap pemilihan jenis benang jahit, serta temperatur setrika, dan
tentu saja cara pemeliharaan atau pencu-ciannya.

Kemungkinan Penggunaannya

Penggunaan bahan katun kebanyakan untuk busana harian dan


santai, khususnya koleksi musim panas, contoh: celana pendek
(shorts), kemeja, Jeans, celana Tailored, gaun dari bahan sejuk,
busana anak-anak, busana bayi, dan busana tidur. Bahan
campuran merupakan pilihan yang tepat untuk kemeja bisnis dan
seragam sekolah.
(2) Bahan Linen

Penampilan fisik bahan linen antara lain sebagai berikut:


● terasa kuat dan gemersik
● lembut cemerlang
● terkesan ada benang kotornya

Banyak tipe bahan linen yang sesungguhnya dibuat dari serat-serat


lainnya. Pabrik-pabrik tekstil kebanyakan mempergunakan campuran
seperti poliester dan viskose yang memberikan daya lenting yang tidak
terdapat pada linen asli, sehingga bisa menekan harga dan lebih
terjangkau. Campuran serat sintetis terasa kurang sejuk dibandingkan
dengan serat alami, tetapi merupakan suatu pilihan yang meyakinkan
untuk membuat busana eksklusif dan gagah, serta mudah
pemeliharaannya. Itulah yang diutamakan. Campuran antara bahan
linen dan bahan katun juga populer di masyarakat umum.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 85
Gambar 2.25 Desain yang sesuai untuk bahan linen

Kemungkinan Penggunaannya

Tipe bahan linen yang gemersik akan menarik bagi para perancang
busana untuk mendapatkan setelan t​ ailored, celana ​(pant), rok bawah
(skirt), celana pendek ​(shorts). Sedangkan bahan linen yang lebih
halus cocok untuk atasan (blus) dan gaun ​(dress)​ yang anggun.

(3) Bahan Wol

Bahan wol memiliki sifat:


● hangat dan berbulu
● bertekstur kusam
● memiliki ketebalan dan berbentuk besar

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 86
Tipe bahan wol jarang yang
mengandung 100% wol, karena
harganya yang tinggi. Pembeli
mengagumi kehangatan yang
luar biasa dan kecantikan dari
bahan wol tersebut, tetapi
beberapa orang bisa menjadi
alergi pada tekturnya yang
berbulu.
Campuran bahan pada pabrik
tekstil telah sukses membuat
bahan wol tiruan dengan biaya
produk yang sedikit sehingga
diperoleh permintaan yang lebih
besar.

Kemungkinan Penggunaannya

Tipe bahan wol yang berat baik


untuk mantel luar (​coat​,
overcoat), blazer, setelan ​(suits), rompi (​ vest), dan
celana t​ ailored. Sedangkan bahan wol yang agak ringan
biasanya dipilih untuk desain busana yang halus, seperti
blus, rok bawah (​ skirt), g
​ aun ​(dress), dan bahkan untuk
dasi.
Gambar 2.26 Desain yang sesuai
untuk bahan wol

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 87
(4) ​Bahan Sutera

Bahan-bahan sutra untuk pakaian yang populer biasanya bersifat:


● halus dan anggun
● Drape​ (sampiran) yang bagus jatuhnya.
● bertekstur mewah.

Beberapa tipe bahan


sutra terbukti
me-ngandung 100%
sutra asli, sedangkan
sutra tiruan
memper-gunakan
serat-serat buatan
pabrik, seperti poliester
dan rayon.
Sutra sintetis berdaya
lenting sangat tinggi
serta mudah
pemeli-haraannya, tetapi
kurang menyerap air dan
kurang nyaman seperti
yang terdapat pada sutra
asli. Bahan sutra rayon
menawarkan d
​ rape yang
sangat bagus tetapi daya
lenting-nya terbatas.

Gambar 2.27 Desain yang sesuai untuk bahan sutera

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 88
Kemungkinan Penggunaannya

Tipe bahan sutra yang lembut dan halus sering kali dipilih oleh para
perancang untuk gaun-gaun, blus, kemeja, busana malam (​ evening
dress), busana-busana anggun, bahkan juga busana tidur yang
mewah.
Tipe bahan sutra mentah/kasar jika dibuat busana ​tailored harian akan
kelihatan sangat bagus sekali karena memiliki kilapan yang lebih
buram daripada bahan sutra yang halus.
Tipe bahan sutra ​brocade dianjurkan penggunaannya untuk rompi
(vest),​ jas malam, dan kemeja pesta.

(5) ​Bahan Rajut

Kebanyakan bahan rajut memperlihatkan kualitas sebagai berikut:


● mempunyai regangan/tarikan mendatar maksimum,
● mudah kembali pada bentuk
semula,
● membalik kembali secara
baik/melenting.

Kemungkinan Penggunaannya

Para perancang menyukai tipe


bahan rajut i​ nterlock (​tenunannya
halus) untuk segala jenis pakaian
santai dan Sport. Perlu diketahui
bahwa bahan rajut itu kurang
awet dan lebih cepat aus dari
bahan tenunan lainnya.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 89
● Bahan rajut yang lebih kuat dan berat diperuntukkan bagi
model-model yang lebih ​tailored. Bahkan, rajutan yang dinamakan
ribbing mempunyai kapasitas daya lekat lebih besar, yang cocok
dan bagus untuk gaun-gaun ketat, bando penutup kepala
(bandana), celana ketat melekat, dan rok mini.
● Bahan rajut s​ uper stretch seperti bahan ​lycra a
​ dalah suatu pilihan
yang nyata untuk pakaian renang ​(swim-wear) dan pakaian
aerobic.
● Bahan rajut f​ leecy knits yang berbulu kapas bagus untuk setelan
pakaian joging dan kemeja sweter.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 90
(5) Bahan Manik-manik (Beaded), Palyet (Pailette/Sequin) atau Bahan
Metalik

Bahan-bahan dengan penanganan khusus seperti ini pada umumnya


harganya mahal dan susah dalam penanganan. Apabila ingin
menghemat, penggunaan bahan ini sebaiknya tidak keseluruhan pada
desain busana tetapi hanya dipergunakan sebagai center piece.
Contohnya Y
​ oke ​(panel, dada atau pinggul), ​midriff (​ ban
lambung/​magstuk​), bolero, ikat pinggang, krah, dan kelepak jaket
(​lapels​), manset lengan baju (​cuffs​). Supaya tidak salah dalam
penanganan adakan ujicoba dengan mencoba pada perca kain untuk
mencoba teknik jahit dan setrika agar Anda bisa memastikan cara
penanganan yang terbaik.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 91
Gambar 2.29 Desain yang sesuai untuk bahan manik-manik

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 92
c. Rangkuman

Untuk memilih bahan tekstil yang sesuai dengan desain, Anda


harus memperhatikan faktor-faktor berikut: warna, corak, jatuhnya
bahan, dan serta tekstur. Selain itu juga memperhatikan faktor
kegunaan, kesempatan, karakteristik penanganan, desain serta
lebar bahan. Di samping itu pemilihan bahan tekstil juga
berdasarkan unsur-unsur mendesain.

d. Tugas

1. Carilah 10 gambar desain yang ada di majalah, tabloid dan


carilah bahan tekstil yang sesuai dengan desain tersebut.
Lengkapi kolom ini dengan keterangan yang benar.

Bentuk
Gambar Tubuh & Jenis Bahan
No. Kesempatan
Desain Warna Kulit yang Sesuai
Pemakai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 93
e. Test Formatif

1. Agar busana Anda menarik, faktor apa yang perlu Anda


diperhatikan dalam pemilihan bahan tekstil.
2. Bagaimana saran Anda dalam memilih bahan tekstil bagi orang:
● Pendek kurus
● Pendek gemuk
3. Bagaimana cara menangani bahan beledu ketika akan
menggunting bahan sesuai pola?

f. Kunci Jawaban

1. Untuk memilih bahan tekstil yang sesuai dengan desain, Anda


harus memperhatikan faktor-faktor berikut: warna, corak,
jatuhnya bahan, dan serta tekstur. Selain itu juga
memperhatikan faktor kegunaan, kesempatan, karakteristik
penanganan, model serta lebar bahan. Di samping itu pemilihan
bahan tekstil juga berdasarkan unsur-unsur mendesain, yaitu:
usia, kesempatan pemakaian, waktu pemakaian, postur tubuh,
warna kulit, dan kepribadian.
2. Dalam memilih bahan tekstil bagi orang:
● Pendek-kurus

Pilih bahan dengan motif yang kecil-kecil atau sedang.

Gunakan bahan-bahan yang lembut dan agak tipis.

Hindari warna-warna gelap dan tua.

● Pendek gemuk

Hindari motif dengan garis horisontal, sebaiknya pilih

bahan dengan garis vertikal.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 94
Hati-hati menggunakan corak kotak-kotak sedang atau

besar, karena akan kelihatan bertambah lebar.

Bahan dengan corak lingkaran besar dan sedang

membuat si pemakai kelihatan gemuk.

Pilihlah bahan berbintik kecil agar penampilan Anda lebih

manis.

Hindari bahan yang kaku dan melangsai atau bahan yang

tebal.

Hindari bahan bercorak besar yang dikombinasikan

dengan bercorak pula, karena hal ini akan membuat si


pemakai kelihatan besar.

3. Bahan-bahan berkilau dan berbulu harus cermat


penanganan-nya. Terutama ketika akan meletakkan bahan
(layout) semua pola harus terletak pada satu arah, ke atas atau
ke bawah saja. Sehingga hasil akhirnya motif/corak
berkesinambungan

g. Lembar Kerja

1) Alat
- Penggaris
- Penggunting kain
- Alat-alat tulis

2) Bahan
- Gambar desain dari majalah atau tabloid
- Kertas HVS 80 gram

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 95
- Lem putih (untuk kertas dan kain)

3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bebas dari bahan yang
mudah tergunting.
b) Hati-hati dalam melaksanakan setiap langkah kerja.
c) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

4) Langkah kerja
a) Pilihlah gambar desain yang Anda kehendaki.
b) Ukur dan gunting sesuai dengan ukuran yang Anda
kehendaki.
c) Ukur dan gunting perca bahan yang sesuai.
d) Susunlah gambar Anda dengan penataan yang baik
sehingga mudah untuk dipahami.
e) Bersihkan kembali dari setiap sisa bahan.
f) Merapikan kembali alat dan bahan yang dipergunakan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 96
Kegiatan Belajar 3.

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, diharapkan Anda dapat


memelihara bahan tekstil dengan cara yang benar.

b. Uraian Materi

Bahan tekstil dengan segala jenis asal serat, motif dan


penyempurnaan agar mendapatkan hasil yang terbaik sesuai
dengan desain sudah dilakukan. Namun itu semua tidak akan
berguna jika Anda salah dalam melakukan perawatan bahan tekstil.
Agar terjaga keindahannya Anda harus mengetahui cara
pemeliharaan busana dan lenan rumah tangga.

1) Cara Pemeliharaan Bahan Tekstil Berdasarkan Asal


Serat

No. Jenis/Bahan Sifat Perawatan

I. A. Selulosa Alam - Sangat - Jika kena noda


1. Biji higroskopis harus cepat
- Katun twill (mudah dihilangkan
- Belacu menyerap air) sebelum meresap.
- Poplin - Terasa dingin - Bisa dicuci dengan
- Tobralko bila dipakai menggunakan air
- Tetra - Mudah kusut hangat, jika kotor
- Reform - Tahan panas, sekali bisa direbus
- Paris tahan ngengat
- Voile

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 97
- Batist - Tidak tahan - Jemurlah dengan
- Organdi jamur bagian buruk
- Drill - Mudah terbakar berada di luar
- Denim - Jangan
- Osford menyimpan kain
- Pique dalam keadaan
- Corduroy lembab
- Yoryu
- Krep
- Dsb.

2. Serat Batang - Terasa dingin Perawatan sama


- Linen jika dipakai seperti serat biji
- Lebih kuat dari
serat kapas
- Kurang elastis
dan agak kaku
- Cepat menghisap
air dan cepat
kering
- Tidak tahan
pemutih

3. Serat daun - Agak keras, kuat, - Menyimpan serat


- S. Nanas tidak tahan nanas hendaknya
tekukan dengan cara
- Tahan terhadap digulung.
garam

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 98
4. Serat buah - Lembut, licin, Perawatan sama
- Kapuk tidak elastis seperti serat biji
- Tidak higroskopis
tapi bersifat
higinis
- Mudah terbakar

B. Selulosa Buatan - Higroskopis - Tidak mudah


1. Rayon - Licin dan terkena kotoran
- R.Georgette berkilau - Kalau sudah kotor
- R. Ripple - Terasa dingin harus segera
- Rayon Krep bila dipakai dicuci
- Tidak tahan - Sebaiknya dicuci
panas, cepat dalam air hangat
kusut - Jangan dipiuh
- Tidak tahan - Jangan disetrika
asam, jamur dan terlalu panas
ngengat -

II. Protein - Jika dipakai - Harus dicuci


A. Protein Alam terasa dingin dengan cepat dan
1. Sutera dan dapat hati-hati, memakai
- Taffeta menyesuaikan sabun lunak di air
- Fuji silk dengan dingin. Untuk
- Figured temperatur sutera yang
satin sehingga baik berwarna warni,
- Habutae untuk daerah cuci dengan air
- Moire tropis dan dingin yang
- Satin dingin dibubuhi garam
- Sangat dan jemur dengan
higroskopis, cara dibentangkan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 99
kurang kuat di atas kain putih
dalam keadaan supaya cepat
basah kering.
- Halus dan - Bilas dan
lembut digantung di
- Tidak tahan tempat yang
asam pekat, teduh
panas tinggi dan - Disetrika dengan
obat kelantang temperatur hangat
chlor
- Tahan ngengat
sehingga mudah
dalam
penyimpanan

2. Wol - Tidak mudah - Wol dicuci dengan


- Jersey kusut sabun lama dalam
- Cashmere - Sangat air hangat (​±
- Twill higroskopis, 39​o​C) diremas lalu
Prancis lambat basah digantung di
- Loop tapi lambat tempat teduh
Tweed kering - Diseterika dengan
- Fancy - Tidak tahan temperatur hangat
Tweed ngengat di bawah kain
lembab

A. Protein Buatan - Berkilau keras


1. Wol susu - Lentur
- Lanital - Kuat tetapi
lembut

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 100


2. Vikara - Lebih tahan
alkali daripada
wol, tahan
jamur dan
ngengat

3. Thermoplastik - Kuat dan tahan - Mudah dalam


- Nilon gesekan pemeliharaan
- Dakron - Kenyal, pegas - Jangan diseterika
- Terilene dan tahan dengan panas
- Trevira regangan tinggi
- Tetoron - Tidak - Mudah dalam
- Tetrex hidroskopis menyimpan
- Shantung - Peka terhadap
- Organdi panas
- Orlon - Tahan alkali,
- Cashmilon ngengat, jamur,
serangga
4. Mineral - Tidak dapat
- Asbes terbakar
- Benang - Sangat kuat dan
logam awet
- Tahan asam
- Tahan
cendawan
- Tidak
menghisap air
dan bau

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 101


- Tidak menyusut
dan mengkerut
- Tidak tahan
alkali

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 102


Bahan Pembersih Noda dan Cara Mempergunakannya

No Macam Kain, Kapas, Lenan Rayon Sutera Sintetis Wol & Kain Tak
. Noda Tahan/

Dapat dicuci
1 Balpoint Noda ditaburi garam, dituangi air Seperti Seperti Seperti rayon Kain perca dicelupkan
mendidih. Setelah noda hilang direndam kapas, rayon dalam larutan borax (1
dala larutan borax dan air panas (1 sdm tetapi sdm dalam ¼ l air),
borax + ¼ l air) selama 30 menit. dituangi diperas, digosokkan
Dicuci dan dibilas air pada noda beberapa
hangat, kali, kemudian
bukan air dikeringkan
mendidih
2 Buah-buah Noda direndam dalam larutan borax dan Seperti Seperti Seperti rayon Noda dilumuri gliserin
an air suam (1/2 sdt borax + 2 l air) kapas kapas dibiarkan. Sisa gliserin
selama ½ - 1 jam atau dalam bongo, dibersihkan dengan
kemu-dian dicuci tetra, dibiarkan kering.
3 Cat Noda dikikis dengan kerta tebal atau Seperti Seperti Seperti kapas Seperti kapas tanpa
bambu. Sisa noda dibersihkan denan kapas kapas jangan dibilas
perca/kapas yang dibasahi dengan memper-gunaka
Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 103
bensin, terpentin atau minyak tanah. n bensin tetapi
Diulangi beberapa kali sampai bersih, minyak
kemudian dicuci tanah/terpentin
4 Cat bibir Noda digosok dengan gliserin atau Seperti Seperti Seperti kapas Seperti kapas tidak
Ready go, kemudian dicuci kapas kapas dicuci
5 Kelunturan ● Noda direncam dalam campuran air Seperti Seperti Seperti kapas Diseka dengan kain
warna panas + spiritus dan beberapa tetes kapas kapas perca/kapas yang
amonia (1 l air panas 1 l spiritus + dibasahi dengan jellow
beberapa tetes amonia) + 30 menit. go atau Color goi.
Kemudian noda dicuci Diseka dengan lap
● Noda digosok dengan kapas yang basan dan dikeringkan
dipakai dengan Color go atau jellow
go, kemudian cicuci
6 Tinta Rendam noda dengan air cuka sampai Seperti Seperti Seperti kapas Seperti kapas, tidak
bersih baru dicuci. Dapat juga noda kapas kapas dicuci biarkan spiritus
digosok dengan kapas yang dibasahi menguap.
dengan tar go sampai bersih. Kain
dicuci. Bila terjadi noda karat.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 104


2) Cara Pemeliharaan Busana Dinyatakan Dalam Simbol/
Gambar

Ada 5 simbol dasar pemeliharaan busana yang merupakan


simbol internasional, yaitu:

Simbol Pengertian
- Sebelum melakukan pencucian perhatikan gambar
ini. Angka-angka yang tertera misal: 60°C, 30°C,
menunjukkan suhu air. Artinya cucian bisa dicuci
menggunakan air dengan suhu 60°C, 30°C.
Contoh:
● Pada label menunjukkan angka 100°C, artinya
pakaian boleh dicuci dengan tangan atau mesin
dengan suhu tersebut untuk menghilang-kan
kotoran yang sangat melekat (misal: baju
bengkel/pakaian rumah petugas rumah
sakit-​antiseptik​)
Tanda pencucian yang disilang memberi tanda
kepada Anda bahwa busana atau lenan rumah
tangga tersebut tidak bisa dicuci menggunakan
air, berarti harus dibersihkan dengan cara yang
lain, misalnya di-​dry cleaning​.

- Dalam pencucian bahan-bahan yang berwarna


bermotif Anda harus memperhatikan tanda ini.
Tanda yang disilang berarti bahan/busana
tersebut tidak boleh diberi obat pemutih, karena
bisa berakibat warna/motif luntur atau pudar.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 105


- Tanda penyetrikaan memberi petunjuk kepada
Anda apakah busana tersebut boleh disetrika atau
tidak. Banyaknya tanda ​·​/·​ ·​/​···​/ menandakan suhu
yang bisa dipergunakan. Misalnya ​··· pada label
memberi petunjuk bahwa busana bisa disetrika
pada suhu atau panas tinggi. Tanda pada label
juga ada pada seterika listrik. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi kesalahan penyetrikaan.

- Tanda bujursangkar merupakan tanda dari


pengeringan. Apakah busana itu boleh
dikeringkan dengan mesin atau tidak, boleh
digantung atau tidak, boleh diperas atau tidak
atau apakah busana harus dijemur dengan cara
dibentang. Bahan dari rajut harus dibentang agar
tidak berubah bentuk.
- Tanda lingkaran merupakan tanda dari pencucian
kering. Berarti pakaian itu tidak boleh dicuci
menggunakan air, tetapi menggunakan obat
khusus. Pelarut kimia yang biasa dipergunakan
adalah solvent.

Dalam hal pencucian sering ditemukan angka-angka yang


menunjukkan suhu air yang digunakan.

Air Mendidih (100°C)

Air Sangat Panas (95°C)

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 106


Air Panas (60°C)

Air Hangat (50°C)

Air Suam-Suam Kuku (40°C)

Air Dingin (30°C)

Tidak boleh dicuci dengan mesin atau dicuci


dengan tangan
Tidak boleh dicuci dengan air

Gambar 2.30 Gambar simbol pencucian

Penyetrikaan

Disetrika dengan temperatur rendah (120°C)

Disetrika dengan temperatur sedang (160°C)

Disetrika dengan temperatur tinggi (160°C)

Tidak boleh disetrika

Gambar 2.31 Gambar simbol penyetrikan

Dry Cleaning

Dry cleaning dengan semua jenis solvent


(solvent = sebagai pelarut zat kimia)

Dry cleaning dengan solvent perchloroethilene,


spiritus putih solvent 113, dan solvent 11

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 107


Dry cleaning dengan cara khusus

Tidak boleh dry cleaning


Gambar 2.32 Gambar simbol Dry Cleaning

Pengeringan

Dikeringkan dengan mesin pengering

Dijemur dengan cara digantung

Dijemur tanpa dipiuh (diperas)

Dijemur dengan cara terbentang

Gambar 2.33 Gambar simbol pengeringan

Obat Pemutih

Dapat diberi obat pemutih chlorine

Tidak boleh diberi obat pemutih

Disetrika uap

Tahan cuci

Tahan air
Tidak boleh dipiuh (diperas)

Gambar 2.34 Gambar simbol pemeliharaan busana

c. Rangkuman

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 108


Agar bahan tekstil yang telah Anda pilih awet keindahannya, Anda
harus tepat dalam memeliharanya. Dalam memelihara bahan
tekstil harus mengetahui cara pemeliharaan dan bahan yang
dipergunakan harus sesuai dengan asal serat.

d. Tugas

1. Kumpulkan label bahan tekstil dan label pakaian jadi


masing-masing minimal 10 macam. Jelaskan masing-masing
keterangan yang ada di label tersebut.

e. Test Formatif

1. Jelaskan hal-hal yang harus Anda perhatikan dalam memelihara


pakaian yang berasal dari serat selulosa alam dan wol!.

2. Apa yang harus Anda lakukan ketika baju seragam Anda


terkena noda tinta?

3. Gambarlah dengan simbol untuk pemeliharaan:


● Dapat diberi obat pemutih
● Tidak dapat diberi obat pemutih
● Disetrika uap
● Tahan cuci
● Tahan air
● Tidak boleh dipiuh

4. Jelaskan gambar di bawah ini

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 109


f. Kunci Jawaban

1. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara bahan:


● Selulosa Alam

Jika kena noda harus cepat dihilangkan sebelum

meresap.

Bisa dicuci dengan menggunakan air hangat, jika kotor

sekali bisa direbus

Jemurlah dengan bagian buruk berada di luar

Jangan menyimpan kain dalam keadaan lembab

● Wol

Wol dicuci dengan sabun lama dalam air hangat (​±​ 39​o​C)

diremas lalu digantung di tempat teduh

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 110


Diseterika dengan temperatur hangat di bawah kain

lembab
2. Yang harus dilakukan adalah:
Rendam noda dengan air cuka sampai bersih baru dicuci. Dapat
juga noda digosok dengan kapas yang dibasahi dengan tar go
sampai bersih. Kain dicuci.

3. Simbol Pemeliharaan

Dapat diberi obat pemutih chlorine

Tidak boleh diberi obat pemutih

Disetrika uap

Tahan cuci

Tahan air

Tidak boleh dipiuh (diperas)

4. Keterangan simbol adalah:

Dry cleaning dengan semua jenis solvent


(solvent = sebagai pelarut zat kimia)

Dry cleaning dengan solvent perchloroethilene,


spiritus putih solvent 113, dan solvent 11

Dry cleaning dengan cara khusus

Tidak boleh dry cleaning

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 111


g. Lembar Kerja

1) Alat
- Penggaris
- Alat-alat tulis

2) Bahan
- Label bahan dan label pakaian jadi
- Kertas HVS 80 gram
- Lem putih (untuk kertas dan kain)

3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bersih/bebas dari kotor.
b) Hati-hati dalam melaksanakan setiap langkah kerja.
c) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

4) Langkah kerja
a) Buat tabel berdasarkan jenis label.
b) Tempelkan label sesuai dengan jenisnya.
c) Jelaskan arti pada masing-masing label pada bagian
keterangan.
d) Kemasi kembali alat yang sudah Anda gunakan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 112


Kegiatan Belajar 4.

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 4, diharapkan Anda dapat


merencanakan persiapan, pemilihan/pembelian bahan baku.
1) Merencanakan Persiapan, Pemilihan/Pembelian Bahan Baku
2) Cara membeli bahan tekstil
3) Membuat kesepakatan dengan pelanggan

b. Uraian Materi

1) Cara Membeli Bahan Tekstil

Untuk membeli bahan tekstil, sebaiknya Anda


memperhatikan hal-hal di bawah ini:
a. Waktu berbelanja yang paling baik adalah siang hari. Terang
darDi cahaya matahari akan memberikan warna yang sesuai
dengan aslinya. Sinar lampu neon dengan cahaya kuning
dapat mempengaruhi warna bahan tekstil.
b. Kalau berbelanja untuk beberapa busana, sebaiknya dibawa
serta desain busana dan rancangan jenis dan jumlah bahan,
agar tidak ada bahan yang terlupakan.
c. Perhatikan label bahan
Label perlu Anda perhatikan karena didalam label
menerang-kan tentang:
1) Jumlah bahan (dalam yard atau meter dalam 1 piece)
2) Asal bahan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 113


3) Konstruksi kain
4) Penyempurnaan kain
d. Cara membeli, memilih bahan tekstil
1. Peganglah bahan tekstil, beberkan dari gulungannya
sebanyak yang dibutuhkan dan lihatlah warna, corak,
rupa dan tekstur bahan.
2. Untuk menyesuaikan warna bahan dengan warna kulit,
lampirkan di bawah dagu atau dekat leher di depan
cermin, apakah warna kulit akan menjadi cerah atau
gelap. Pilihlah warna yang membuat sipemakai lebih
cerah dan menarik.
3. Lampirkan pada badan sesuai dengan kegunaannya,
misalnya: untuk blus, lampirkan pada badan atas. Untuk
rok, dan slack (celana) lampirkan pada badan bawah,
lihat efeknya, corak dan jatuhnya bahan.
4. Busana dengan desain kerutan, draperi atau lipit, buatlah
kerutan, draperi atau lipit dari bahan yang Anda pegang
dan lihat bagaimana jatuhnya bahan itu, apakah sesuai
dengan desain busananya (siluet).
5. Remaslah sebagian bahan agar mengetahui apakah
bahan itu cepat kusut atau tidak.
6. Perhatikan tepi bahan, apakah mudah bertiras atau tidak.
7. Untuk mengecek warna bahan, luntur atau tidak, dapat
diteliti dengan:
● mencium baunya, kalau menusuk hidung – tajam
berbau asam berarti luntur
● ambilah benang dari tepi kain dibasahi dan ditekan
sambil benang ditarik pada kain putih atau sapu
tangan yang basah. Jika ada sisa warna pada bahan
tersebut berarti bahan itu luntur.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 114


8. Waktu membeli bahan polos, perhatikanlah apakah
warnanya merata atau tidak.
9. Perhatikan silang tenunan, arah benang pakan dan
lungsin agar jangan terlalu miring, karena akan sulit
dalam meluruskan bahan tersebut.
10. Untuk rajutan perhatikan arah mulur bahan, dan tariklah
rajutan tersebut untuk mengetahui besar daya mulurnya.
11. Ambillah lebar bahan yang sesuai, sehingga tidak terjadi
pemborosan dan akan menghemat jumlah bahan.

2) Membuat Kesepakatan Dengan Pelanggan

Agar mencapai hasil yang maksimal dan tepat pada


waktunya, Anda perlu merencanakan dengan cermat semua 5
langkah yang akan Anda lakukan. Adakan kesepakatan dengan
pelanggan mengenai:
waktu (terbagi menjadi 3 termin)

− Termin 1. Kesepakatan bertemu

dengan pelanggan untuk membicarakan


masalah desain, bahan utama dan tambahan,
pemeliharaan pakaian serta harga yang
disepakati oleh kedua belah pihak .

− Termin 2. Melakukan

pengepasan (​fitting​)

− Termin 3. Menyerahkan hasil jadi

kepada pelanggan dengan hasil yang baik


dan tepat waktu, dikemas dengan baik dan
pelanggan merasa puas.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 115


c. Rangkuman

Supaya tidak keliru dalam pembelian bahan tekstil, hal-hal yang


harus diperhatikan:
1) Upayakan belanja bahan di siang hari.
2) Buatlah daftar barang yang hendak Anda beli.
3) Perhatikan label bahan.
4) Lakukan cara memilih bahan dengan memperhatikan cara-cara
pembelian bahan tekstil.
Buat kesepakatan dengan pelanggan untuk memilih bahan tekstil
yang sesuai antara pembuat, konsumen, dan desain busana.

d. Tugas

Bentuklah satu kelompok dengan teman-teman Anda untuk


membuat satu sosiodrama dengan rincian tugas sebagai: seorang
desainer, sebagai pelanggan atau konsumen yang bertemu untuk
berkonsultasi dan mencapai satu kesepakatan dalam hal pemilihan
bahan baku yang sesuai dengan pelanggan dan desain busana.

e. Test Formatif

Jelaskan langkah-langkah dalam memilih bahan tekstil sesuai


dengan desain

f. Kunci Jawaban

Langkah dalam memilih/membeli bahan tekstil :


a. Waktu berbelanja yang paling baik adalah siang hari. Terang
dari cahaya matahari akan memberikan warna yang sesuai

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 116


dengan aslinya. Sinar lampu neon dengan cahaya kuning dapat
mempengaruhi warna bahan tekstil.
b. Kalau berbelanja untuk beberapa busana, sebaiknya dibawa
serta desain busana dan rancangan jenis dan jumlah bahan,
agar tidak ada bahan yang terlupakan.
c. Perhatikan label bahan
Label perlu Anda perhatikan karena didalam label menerangkan
tentang:
1) Jumlah kain (dalam yard atau meter dalam 1 piece)
2) Asal bahan
3) Konstruksi bahan
4) Penyempurnaan bahan
d. Cara membeli, memilih bahan tekstil
1. Peganglah kain, beberkan dari gulungannya sebanyak yang
dibutuhkan dan lihatlah warna, corak, rupa dan tekstur
bahan.
2. Untuk menyesuaikan warna bahan dengan warna kulit,
lampirkan di bawah dagu atau dekat leher di depan cermin,
apakah warna kulit akan menjadi cerah atau gelap. Pilihlah
warna yang membuat si pemakai lebih cerah dan menarik.
3. Lampirkan pada badan sesuai dengan kegunaannya,
misalnya: untuk blus, lampirkan pada badan atas. Untuk rok,
dan slack (celana) lampirkan pada badan bawah, lihat
efeknya, corak dan jatuhnya bahan.
4. Kalau desain busana ada kerutan, draperi atau lipit, buatlah
kerutan, draperi atau lipit dari bahan yang anda pegang dan
lihat bagaimana jatuhnya kain itu, apakah sesuai dengan
desain busananya (siluet).
5. Remaslah sebagian bahan agar mengetahui apakah bahan
itu cepat kusut atau tidak.
6. Perhatikan tepi bahan, apakah mudah bertiras atau tidak.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 117


7. Untuk mengecek warna bahan, luntur atau tidak, dapat
diteliti dengan:
● mencium baunya, kalau menusuk hidung – tajam berbau
asam berarti luntur
● ambilah benang dari tepi kain dibasahi dan ditekan
sambil benang ditarik pada kain putih atau sapu tangan
yang basah. Jika ada sisa warna pada bahan tersebut
berarti bahan itu luntur.
8. Waktu membeli bahan polos, perhatikanlah apakah
warnanya merata atau tidak.
9. Perhatikan silang tenunan, arah benang pakan dan lungsin
agar jangan terlalu miring, karena akan sulit dalam
meluruskan bahan tersebut.
10. Untuk rajutan perhatikan arah mulur bahan, dan tariklah
rajutan tersebut untuk mengetahui besar daya mulurnya.
11. Ambillah lebar bahan yang sesuai, sehingga tidak terjadi
pemborosan dan akan menghemat jumlah bahan.

g. Lembar Kerja

1) Alat
- Alat-alat tulis
- Alat mendesain
- Buku mode blad

2) Bahan
- Contoh bahan-bahan tekstil
- Kertas HVS 80 gram

3) Keselamatan kerja
a) Pastikan lingkungan kerja Anda bersih.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 118


b) Hati-hati dalam melaksanakan setiap langkah kerja.
c) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya.

4) Langkah kerja
a) Susun skenario dan pilih pelaku yang sesuai.
b) Susun ruangan sesuai skrip.
c) Lakukan sosiodrama di depan teman-teman Anda.
d) Kemasi dan kembalikan semua alat yang sudah Anda
pergunakan.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 119


BAB. III
EVALUASI

A. Evaluasi

1. Soal

a. Soal Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan di


bawah ini, yang anda anggap benar.

1. Apa yang dimaksud dengan bahan tekstil?


b. bahan tenunan yang berasal dari serat alam maupun
buatan.
c. bahan tenunan yang dibuat untuk pakaian.
d. bahan tenunan yang diperlukan untuk membuat lenan
rumah tangga.
e. bahan untuk pembuatan busana dan perlengkapannya.
f. bahan yang berupa tenunan dan bukan tenunan yang
dipergunakan untuk busana dan lenan rumah tangga.

2. Menurut fungsinya bahan tekstil Anda kelompokkan


menjadi...
a. 2 kelompok
b. 3 kelompok
c. 4 kelompok
d. 5 kelompok
e. 6 kelompok

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 120


3. Bahan yang berperan pada penampilan dan mutu bsana
atau lenan rumah tangga...
a. bahan pembantu
b. bahan tambahan
c. bahan pelengkap
d. bahan utama
e. bahan inti

4. Untuk membuat dari serat menjadi bahan, maka proses


yang dilalui adalah...
a. serat ​ ​ benang ​ ​ kain
b. serat ​ ​ benang ​ ​ penyempurnaan ​ ​ kain
c. serat ​ ​ penyempurnaan ​ ​ benang ​ ​ kain
d. serat ​ ​ benang ​ ​ kain ​ ​ penyempurnaan
e. serat ​ ​ kain ​ ​ benang ​ ​ penyempurnaan
5. Yang termasuk bahan pelengkap di bawah ini adalah:
a. macam-macam bahan
b. macam-macam rajutan
c. macam-macam asesoris
d. macam-macam konstruksi bahan
e. macam-macam kancing

6. Dilihat dari asal serat bisa digolongkan menjadi....golongan


besar
a. 2 golongan
b. 3 golongan
c. 4 golongan
d. 5 golongan
e. 6 golongan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 121


7. Kapas digolongkan dalam serat
a. selulosa
b. lenan
c. buatan
d. protein
e. thermoplastik

8. Yang termasuk serat protein alam di bawah ini adalah...


a. wol
b. wol susu
c. sutera
d. rambut kuda
e. kulit binatang

9. Proses pembuatan kain salah satunya adalah kempa, yaitu


a. bertemunya benang pakan dan lungsin
b. perslingangan benang pakan dan lungsin
c. susunan benang yang saling bertumpu
d. tenunan yang digaru bulu
e. kain yang dibuat dari susunan serat yang ditekan
sehingga bulunya tidak terpisah lagi.

10. Salah satu bahan di bawah ini berasal dari serat daun, yaitu:
a. blacu
b. baris
c. oxford
d. serat nanas
e. conduray

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 122


b. Soal Isian Jawaban Singkat

Kerjakan soal-soal di bawah ini pada lembar jawaban


yang telah disediakan!

1. Sebutkan 5 nama bahan di pasaran yang berasal dari serat


protein!
2. Untuk keperluan pakaian bagi pemadam kebakaran, bahan
apa yang anda sarankan? Mengapa?
3. Di dalam pemilihan bahan tekstil salah satu faktor yang
harus diperhatikan adalah warna. Hal apa yang harus kamu
perhatikan dalam pemilihan warna? Jelaskan!
4. Jelaskan apa kelebihan dan kekurangan motif searah
maupun 2 arah!
5. Dalam tekstur meliputi 9 hal, apa saja dan jelaskan!
6. Jika anda mempunyai busana pesta dari bahan sutera,
bagaimana langkah pemeliharaannya?
7. Klien anda bertubuh tinggi besar untuk keperluan kerja saran
bahan yang bagaimana yang akan anda berikan?
8. Jelaskan keterangan yang biasa ada pada label bahan!
9. Berikan 3 saran yang tepat untuk cara praktis berbelanja
bahan!
10. Klien anda sepakat untuk bertemu dengan anda yang
pertama kali. Langkah dan persiapan apa yang akan anda
lakukan?

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 123


c. Soal Praktik

Disiapkan 10 gambar desain yang berbeda, buatlah analisa dan


tentukan:
1. untuk siapa desain dibuat
2. untuk kesempatan apa
3. pilihlah bahan yang cocok

2. Kunci Jawaban

a. Pilihan Ganda

1. E 6. C
2. A 7. A
3. D 8. A
4. D 9. E
5. E 10. D

b. Isian Jawaban Singkat

1. Nama bahan tekstil yang berasal dari serat protein


a. Taffeta
b. Fuji silk
c. Habutae
d. Jersey
e. Chasmere

2. Untuk busana petugas pemadam kebakaran, diperlukan


bahan yang berasal dari serat asbes karena serat asbes
bersifat:

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 124


− Tidak dapat terbakar

− Sangat kuat dan awet

− Tidak menghisap air dan bau

3. Dalam pemilihan warna, yang harus diperhatikan


a. Warna yang sedang digemari / sedang in
b. Warna sesuai dengan tujuan pemakaian
c. Warna sesuai dengan bentuk tubuh
d. Warna sesuai dengan warna kulit dan rambut si pemakai
e. Warna sesuai dengan umur dan kepribadian si pemakai

4. Kelebihan dan kekurangan motif searah maupun 2 arah.

Kelebihan Kekurangan

I. Motif Searah
1. Busana nampak 2. Boros dalam penggunaan
menarik, karena motif bahan karena tidak bisa
tertentu bisa dibolak-balik teknik
memberikan efek meletakannya.
tertentu yang sesuai
dengan yang
dikehendaki
II. Motif Dua Arah
1. Irit dalam 2. Kesan yang ditimbulkan
penggunaan bahan karena motif, tidak
memberikan kesan yang
istimewa

5. Di dalam tekstur ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu:

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 125


a. hang (​ Bagaimana jika digantung) jatuhnya bahan
- berat dan kaku
- ringan melayang
- melangsai
b. feel (​ Bagaimana jika diraba permukaannya)
- lembut
- berbuku
- bergelombang
c. appearance​ (Bagaimana rupa permukaan bahan)
- berkilau
- kusam

6. Langkah pemeliharaan bahan sutera


a. cuci dengan sabun yang lembut
b. gunakan air hangat
c. jangan dipiuk apalagi dicuci menggunakan mesin cuci
d. jemur dengan cukup diangin-anginkan
e. setrika dengan cara di alas menggunakan lap setrika

7. Untuk tubuh tinggi besar sebaiknya :


- pilihlah bahan yang lunak dan kusam
- pilihlah bahan dengan garis-garis yang vertikal dan
berbidang sempit
- hindari warna-warna menyala, karena warna-warna ini
akan memberi kesan membesarkan bentuk badan.

8. Keterangan yang biasa pada label bahan tekstil adalah ….


a. komposisi bahan/asal bahan
b. jumlah kain
c. konstruksi bahan
d. penyempurnaan bahan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 126


e. nama pabrik
f. negara penghasil
9. Cara praktis dalam berbelanja bahan
a. waktu berbelanja sebaiknya siang hari, agar tidak
terpengaruh oleh cahaya lampu.
b. perhatikan label bahan
c. jangan lupa membawa desain, rancangan bahan.

10. Hal-hal yang harus disiapkan ketika bertemu dengan klien


yang pertama kali
a. siapkan gambar-gambar desain busana
b. siapkan alat mendesain
c. siapkan contoh-contoh bahan yang sesuai dengan gambar
desain

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 127


b. Praktik

Disediakan 10 gambar desain yang ada di majalah, tabloid dan


carilah bahan tekstil yang sesuai dengan desain tersebut.
Lengkapi kolom ini dengan keterangan yang benar.

Bentuk Jenis
Gambar Tubuh dan Bahan
No. Kesempatan
Desain Warna yang
Kulit Cocok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

B. Format Penilaian

Fokus penilaian terhadap kemampuan peserta diklat dalam


menyelesaian kegiatan pemelajaran ada beberapa aspek yang
dievaluasi, antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk aspek kognitif, alat ukur penilaian dilakukan melalui tes
tertulis terhadap seluruh materi yang telah disajikan di dalam modul
dengan pola pilihan ganda dan jawaban singkat. Sedangkan penilaian

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 128


aspek afektif dan psikomotor, dapat dilihat melalui hasil dari jawaban
dan keterampilan dalam soal praktik yang dilakukan oleh peserta
diklat.
Pada penilaian akhir ini skor tertinggi yang dapat dicapai adalah
100 dengan rincian sebagai berikut :
1. Untuk evaluasi bagian I, terdiri dari 10 butir pertanyaan. Setiap
butir pertanyaan yang dijawab benar mendapatkan skor satu.
Sehingga skor tertinggi untuk evaluasi bagian I adalah 10.
2. Untuk evaluasi bagian II, terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap nomor
yang dijawab dengan sempurna akan mendapatkan skor 4,
sehingga skor tertinggi untuk bagian II adalah 40.
3. Soal praktik skor tertinggi nilai 10

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 129


Lembar Penilaian Test Praktik

Nama peserta : …………………………………………………….


No. Induk : ……………………………………………………
Program keahlian : ……………………………………………………
Nama jenis pekerjaan : ……………………………………………………

PEDOMAN PENILAIAN
Skor Skor
No. Aspek Penilaian Keterangan
Maksimal Perolehan
1 2 3 4 5
I. Perencanaan
Persiapan alat 5
Persiapan desain, 5
bahan utama.
Sub total 10
II. Membuat Rencana
Kerja
Persiapan desain 5
dan bahan utama
Macam-macam 5
bentuk tubuh
Sub total 10
III. Proses (Sistematika
dan Cara Kerja)
Cara membuat 10
koleksi
Cara menentukan 10
tata letak
Kelengkapan bahan 10
desain dan bahan
utama
Sub total 30
IV. Kualitas Produk Kerja
Pelengkap
4.1 Kebutuhan bahan 10
sesuai bahan utama
4.2 Hasil koleksi
memenuhi unsur 10
estetika

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 130


4.3 Pekerjaan 10
diselesaikan dengan
waktu yang telah
ditentukan
Sub total 30
V. Sikap/Etos Kerja
Tanggung jawab
Ketelitian 10
Inisiatif 10
Kemandirian 10
Sub total 30
VI. Laporan 10
6.1 Sistematika unsur 10
laporan
6.2 Kelengkapan bukti 5
fisik
Sub total 10
Total 100

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 131


KRITERIA PENILAIAN

No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian Skor


I. Perencanaan ● Alat dan bahan disiapkan 5
1.1 Persiapan alat dan sesuai kebutuhan
bahan ● Alat dan bahan disiapkan
tidak sesuai kebutuhan 1
● Mempersiapkan desain
dan bahan utama
● Tidak mempersiapkan 5
1.2 Persiapan bahan utama desain dan bahan utama
dan desain
1
II. Membuat Rencana Kerja ● Keanekaragaman desain 5
2.1 Persiapan desain dan dan bahan utama
bahan utama disiapkan sesuai
kebutuhan
● Keanekaragaman dan 1
bahan utama tidak sesuai
kebutuhan
● Penentuan bentuk tubuh 5
2.2 Menentukan disiapkan sesuai desain
bentuk-bentuk tubuh dan bahan utama
yang sesuai ● Penentuan bentuk tubuh 1
tidak disiapkan sesuai
desain dan bahan utama
III. Proses (Sistematika dan ● Proses dasar bekerja 10
Cara Kerja) sesuai langkah kerja
3.1 Cara membuat koleksi ● Proses dasar bekerja tida 1
sesuai langkah kerja

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 132


3.2 Cara menetukan letak ● Tata letak memenuhi 10
koleksi dasar-dasar estetika
● Tata letak tidak 1
memenuhi dasar-dasar
3.3 Cara memilih bahan estetika 10
utama sesuai dengan ● Desain dan bahan utama
desain dan bentuk sesuai dengan bentuk
tubuh tubuh 1
● Desain dan bahan utama
tidak sesuai dengan
bentuk tubuh
VI. Kualitas Produk Kerja ● Bahan utama dipilih 10
4.1 Rencana kerja sesuai sesuai dengan desain
desain dan bahan dan bentuk tubuh
utama ● Bahan utama dipilih tidak 1
sesuai dengan desain
dan bentuk tubuh
4.2 Hasil koleksi memenuhi ● Hasil koleksi menerapkan 10
estetika unsur estetika
● Hasil koleksi tidak 1
menerapkan unsur
4.3 Pekerjaan diselesaikan estetika 10
dengan waktu yang ● Menyelesaikan pekerjaan
telah ditentukan lebih cepat dari waktu
yang ditentukan 10
● Menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu 1
● Menyelesaikan pekerjaan
melebihi waktu yang
ditentukan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 133


V. Sikap/Etos Kerja ● Membereskan kembali 2
Tanggung jawab alat dan bahan yang
dipergunakan
● Tidak membereskan 1
kembali alat dan bahan
yang dipergunakan
Ketelitian ● Tidak banyak melakukan 3
kesalahan kerja
● Banyak melakukan 1
kesalahan kerja
Inisiatif ● Memiliki inisiati bekerja 3
● Kurang/tidak memiliki 1
inisiati bekerja
Kemandirian ● Bekerja tanpa banyak 2
diperintah
● Bekerja dengan banyak 1
diperintah
VI. Laporan ● Laporan disusun sesuai 5
6.1 Sistematika sistematika yang telah
penyusunan laporan ditentukan
● Laporan disusun tanpa 1
sistematika yang telah
ditentukan
6.2 Kelengkapan bukti fisik ● Melampirkan bukti fisik 5
hasil penyusunan
● Tidak melampirkan bukti 1
fisik hasil penyusunan

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 134


BAB. IV
PENUTUP

Modul pengetahuan bahan tekstil ini berisi tentang pengetahuan bahan


tekstil, pemilihan bahan tekstil, merencanakan persiapan pembelian
bahan baku. Dengan menguasai dengan benar ke-3 materi pokok ini,
peserta diklat sudah bisa membeli bahan baku sesuai dengan gambar
desain yang sesuai dengan si pemakai. Untuk menambah wawasan
tentang bahan tekstil, peserta diklat disarankan untuk sering melihat,
membaca dan mengikuti perkembangan bahan tekstil melalui media
massa baik audio maupun visual.
Setelah peserta diklat mengikuti rangkaian kegiatan pemelajaran dan
memiliki kemampuan memilih bahan baku pada pembuatan busana,
peserta diklat diharapkan mengikuti modul pengetahuan bahan pelapis
dan modul pengetahuan bahan pelengkap.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 135


DAFTAR PUSTAKA

Djumaeri, Wagimun, Jufri, Rasyid, dkk. 1977. P


​ engetahuan Barang
Tekstil​. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.

Jafar, Aisyah. P
​ emilihan Bahan Tekstil Untuk Pembuatan Busana​.
Jakarta: PPPGK.

Majalah Canting, Edisi November 2004.

Marfy, No. 73. 2001. Italy: Studio Stilistico

Nyo, Augustien. 1988. ​Pemilihan & Pembelian Bahan Tekstil​. Jakarta.

Poespo, Goet. 2000. T


​ eknik Menggambar Mode Busana​. Yogyakarta:
Kanisius.

Poespo, Goet. 2003. C


​ eria & Santun dengan Busana Muslim​.
Yogyakarta: Kanisius.

Poespo, Goet. 2003. S


​ emarak Busana Strapless Camisol​. Yogyakarta:
Kanisius.

Poespo, Goet. 2005. P


​ emilihan Bahan Tekstil​ .​ Yogyakarta: Kanisius.

Poespo, Sanny. 2003. ​Reka Busana Kerja​. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.
www.muarabagdja.com/isi/tipswani/busana/celana.htm​, diakses tanggal
30 Juli 2005.
Yayawati. 1993. M
​ emilih & Membeli Bahan Tekstil​. Jakarta: PPPGK.

Modul 39.BUS.C-m.MAT.11A.001 136

Anda mungkin juga menyukai