BAB IV & V Lanjut Ok (45-115)
BAB IV & V Lanjut Ok (45-115)
BAB IV & V Lanjut Ok (45-115)
45
+287.10
+282
46
4.2 Desain Mercu Bendung
Lebar bendung
Lebar bendung adalah jarak antara pangkal tembok yang satu dengan yang lainnya.
Lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yang dikurangi oleh tebal pilar dan
pintu penguras.
Lebar efektif adalah lebar sesungguhnya bendung yang telah diperhitungkan dengan
koefisien konstruksi dengan menggunakan rumus :
Be = Bn-2(nKp+Ka)H1
Bn = Bb-b-t
Dengan ;
n = jumlah pilar
47
Gambar 4.2 Sketsa lebar efektif bendung
Pada setiap bendung terdapat bangunan pembilas atau bangunan yang berfungsi
mengurangi banyaknya beban padat yang masuk ke pintu pengambilan, dan bangunan
penguras biasanya diletakkan pada sisi tegak lurus as bendung.Lebar bersih bangunan
penguras antara 1/6 – 1/10 kali lebar bendung. (Sumber: KP 02 hal. 113)
Bb ≤ 1.2B
48
maka :
Bb ≤1.2 B
Bb ≤1.2 ( 17 )
Bb ≤20.4
Mencari lebar pembilas + tebal pilar :
Lebar pembilas + lebar pilar = 1/6 x 20.4
= 3.4 m
Bn = Bb - ∑b - ∑t
= 20.4 – 3.4
= 17 m
Ka = 0.1 → Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 900 ke arah
aliran dengan 0.5 H1> r >0.15 H1
Be = Bn−2 × ( n × Kp+ Ka ) × H 1
= 17−2×(1 ×0.01+0.1) × H 1
= 17−0.22 H 1
dengan ;
Q = debit (m³/dt)
49
C d = koefisien debit (C d=C 0 C1 C2)
= dimisalkan C d=1.3
C 0 = fungsi H1/r
Gambar 4.3 Harga-Harga Koefisien C0 untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi
perbandingan H1/r (Sumber: KP 02 hal. 53)
50
C 1 = fungsi p/H1
Direncanakan dengan :
51
r = jari-jari mercu bendung, berkisar 0.1H1 - 0.7H1
Cd = koefisien debit,
Diketahui:
Q100 = 97 m3/det
Be = 17 – 0.22H1
Sehingga ;
2 2
97=1.3 × ×
3 3 √
× 9.8 ×(1 7 – 0.2 2 H 1)× H 1
Sehingga ;
Be=¿17 – 0.22H1
= 17 – 0,22(2.6679)
= 16.4131 m
Data teknis :
H1 = 2.6769 m
r = 0.5H1
52
= 0.5 x 2.6769
= 1.3385 m ≈ 1.34 m
53
Gambar 4.8 Grafik untuk mendapatkan nilai C2 (Sumber: KP 02 hal. 54)
Mencari nilai Y
Y = r sin 45
= 1.3385 sin 45
= 0.9465 m
Mencari nilai X
X = √ r 2+ Y 2
¿ √ 1.33852+ 0.94652
¿ 1.6369 m
Mencari nilai M
Kemiringan bendung adalah 1:1 sesuai dengan dengan KP-04
Maka :
Z = (P + 0.5) - (r - Y)
= (5.1 + 0.5) - (1.3385 – 1.6369)
= 5.8984 m
Karena kemiringan 1:1 maka M = Z
Yaitu sebesar 5.8984
54
Mencari lebar badan bendung (B)
B =( r+Y) + M
= (1.3385 + 0.9465) + 5.8984
= 8.1834 m ≈ 8.18 m
Q 97
q= B = 16.3575
e
¿ 5.93m³/dt
q
V 0= H 1−V 2 /2 g ¿¿+ p →kecepatan di hulu bendung
( 0 )
5.93
V 0=
¿¿
5.93
V 0=
(7.7769−V 20 /19.62)
V 0 ² 0.7655²
Ha= = =0.0299 m
2 g 2 × 9.81
Hd=H 1−Ha=2.6679−0.0299=2.638m
Kesimpulan
55
Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai Bb (lebar sungai bruto) adalah 1.2 dari
lebar sungai, dan didapat nilai Bb sebesar 20.4 m. Didapat lebar bendung netto 17 m
Dengan nilai Kp = 0,01 dikarenakan pilar ujung bulat dan Ka = 0,1 dangkal bendung
dengan R>0,5 H 1 dan α <45 ̊ maka nilai tersebut dapat digunakan pada persamaan
Be=Bn−2( n . Kp+ Ka) H 1 untuk Mencari lebar efektif mercu, setelah persmaan
didapatkan maka untuk mendapat nilai H1 persmaan Be dimasukan ke persamaan
Q=C d . 2/3 √ 2 /3 . g . Be H 3 ∕ 2 dengan trial dan error didapat H1 sebesar 2.6679 m .
Dengan nilai H1 yang sudah didapat maka nilai Be dapat ditentukan sebesar 16.4131
m. Setelah mendapatkan nilai H1 maka didapatkan nilai V0 kecepatan di hulu bendung
sebesar 0.7655 m/dt. Dari nilai V0 dengan menggunakan rumus V02/2g, didapatkan ha
seesar 0.0299 m, dari nilai ha dan H1 dengan menggunakan rumus H1-ha didpatkan hd
sebesar 2.6380 m.
Berdasarkan bilangan froude tipe kolam olak dapat dikelompokkan menjadi 4. (Sumber:
KP 02)
1. Untuk Fr ≤ 1.7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian hilir
harus dilindungi dari bahaya erosi; saluran pasangan batu atau beton tidak
memerlukan lindungan khusus.
2. Bila 1.7< Fr ≤ 2.5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan
baik. Untuk penurunan muka air ∆Z < 1.5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.
57
3. Jika 2.5< Fr ≤ 4.5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam
olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Cara mengatasinya adalah
mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude ini mampu menimbulkan
olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok halangnya atau menambah intensitas
pusaran dengan pemasangan blok depan kolam. Blok ini harus berukuran besar
(USBR tipe IV). Tetapi pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan
kolam olak jika 2.5< Fr < 4.5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar
atau memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain.
Gambar 4.11 Desain kolam olak USBR tipe IV (Sumber: KP 04 hal. 154)
4. Kalau Fr ≥ 4.5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis. karena kolam olak
ini pendek. Tipe ini, termasuk kolam olak USBR tipe III yang dilengkapi dengan
blok depan dan blok halang. Kolam loncat air yang sarna dengan tangga di
bagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin harus digunakan dengan
pasangan batu.
58
Gambar 4.12 Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan Froude di
atas 4.5, Kolam USBR Tipe III menurut Bradley dan Peterka, 1957. (Sumber KP
02 hal. 69)
Untuk pemilihan tipenya digunakan bilangan Froude:
V
Fr=
√ gD
dimana:
Fr = Bilangan Froude
V = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
D = Kedalaman air (m)
Kedalaman aliran pada pelimpah seperti pada Gambar 4.10 diperoleh dengan menerapkan
persamaan energi sepanjang suatu garis arus diantara tinggi air maksimum di atas mercu
(titik A) dan titik B pada kaki bendung mercu. Persamaan energinya adalah:
V
12
P + H1=d1 + 2g
dimana:
P = Tinggi bendung (m)
H1 = Ketinggian air maksimum di atas mercu (m)
d1 = Kedalaman air pada kaki pelimpah (m)
59
d
V1= Kecepatan rata-rata pada kaki belakang pelimpah sat Q100 =
Ld1 (m/dt)
Kecepatan aliran di hulu bendung (V0)
Q
V 0=
A
V 02
(
A=Be × p+ H 1−
2∙ g )
97
V 0=
V 02
(
16.4131× 5.1+2.6679−
2× 9.8 )
V0 V 2
97 (
=16.4131× 7.7769− 0
19.6 )
Dengan trial and error diperoleh nilai V0 = 0.7655 m/dt
Sehingga,
V 02
Hd=H 1−
2g
0.76552
¿ 2.6679−
2 × 9.8
¿ 2.6380 m
Kecepatan air pada penampang I (V1)
Q 97 5.9300
V 1= = = m/dt
Be y1 16.4131× y 1 y1
Dari persamaan energi,
V 12
p+ H 1= y 1 +
2g
5.9300 2
5.1+2.6679= y1 +
2× 9.8 × y 12
5.93002
7.7769= y 1+
19.6 × y 12
Dengan coba-coba didapatkan tinggi air yang meluncur y 1=0.4964 m
Maka,
97
V 1= =11.9460 m/dt
16.4131× 0.4964
V 12 11.94602
= =7.2810 m
2g 2× 9.8
60
Menentukan angka Froude (Fr)
V1 11.9460
Fr= = =5.4162
√ g y1 √ 9.8× 0.4964
Karena Fr ≥ 4,5 maka digunakan kolam olak USBR tipe III.
Menentukan tinggi loncat air ( y 2)
y2 1 2
= ( √ 1+8 Fr −1 ) (KP. 02, hal 56)
y1 2
dimana:
y2 = Tinggi loncat air (m)
y1 = kedalaman air dibawah loncat air (m)
Fr = Angka Froude
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
y2 1 2
= ( √1+8 ×5.4162 −1 )
0.4964 2
y 2=3.5624 m
Maka tinggi loncat airnya adalah 3.5624 m
Kecepatan air pada penampang II (V2)
Q 97
V 2= = =1.6646 m/dt
Be y 2 16.4131× 3.5624
V 22 1.66462
= =0 . 1414 m
2 g 2 ×9.8
Dari persamaan energi,
V 22
p+ H 1= y 2 + +∆ Hf
2∙g
5.1+2.6679=3.5624 +0.1414+ ∆ H f
∆ H f =4.0731m
Elevasi dasar kolam olak
Berdasarkan keadaan topografinya direncanakan
V 22
Elevasi dasar kolam olak ¿ elv . mercu+ H 1−∆ H f − − y2
2g
= 287.06+2.6679−4.0731−0.1414−3.5624
= 281.96 m
61
Menghitung dimensi kolam olak
Perencanaan blok muka
y1 = 0.4964 m
y2 = 3.5624 m
Tinggi blok muka / pemecah aliran
= y1 = 0.4964 ≈ 0.5 m
= y1 =0.4964 ≈ 0.5 m
= y1 = 0.4964 ≈ 0.5 m
Jarak fraksi
= 0.5y1 = 0.5 x 0.5 = 0.25 m
Perencanaan blok halang
y 1 × ( 4 + Fr )
n 3=
6
0.4964 × ( 4+5.4162 )
¿ =0.7790
6
= n3 = 0.7790 ≈ 0.8 m
62
Jarak fraksi
y 1 × ( 18+ Fr )
n=
18
0.4964 × ( 18+5.4162 )
¿ =0.6458
18
= n = 0.6458 ≈ 0.7 m
63
Kesimpulan
Dengan nilai V0 sebesar 0.7655 m/dt dan H1 2.6769 m maka nilai Hd didapat
Q
sebesar 2.6470 m. dengan mengunakan persmaan V 1= dan memasukan
Be∙ y 1
V 12
persemaan tersebut dalam persmaan p+ H e = y 1 + maka didapat nilai y1 sebesar
2∙ g
0.4964 m dan nilai V1 sebesar 11.9460 m/dt . Dengan data-data yang sudah
V1
didapatkan maka dapat dihitung nilai Fr dengan persmaan Fr= dan didapat
√ g ∙ y1
sebesar 5.4162 maka Fr ≥ 4.5 dan termasuk kolam olak USBR tipe III yang dilengkapi
dengan blok depan dan blok halang. Selanjutnya menhitung y2 atau tinggi loncat air
y2 1 2
dengan = ( √ 1+8 Fr −1 ) dan didapat 3.5624 m dan nilai V2 didapat dari persmaan
y1 2
Q
=sebesar 1.6646 m/dt . Selanjutnya perhitungan dilanjutkan untuk menghitung
Be y 2
dimensi kolam olakan dan didapatkan tinggi balok muka/pemecah aliran sebesar 0.5
m, tinggi blok halang 0.8 m dan tinggi ambang ujung/end sill adalah 0.7 m. Panjang
kolam olak adalah 9.62 m. Untuk perencanaan blok, jumlah blok muka sebnyak 17
buah dan blok halang sebanyak 14 buah.
64
4.4 Desain Apron
Untuk memperkecil tekanan maka panjang penjalaran (creep line) harus diperbesar
dengan cara :
Teori yang cukup dikenal adalah teori Bligh dan Lane dengan weighted creep ratio ini
tergantung dari jenis tanahnya. Lokasi bendung pada soal ini ditentukan di bawah pondasi
didominasi oleh pasir kasar.
Panjang dan lebar apron di depan dan di belakang bendung direncanakan untuk
menahan gaya uplift pada kondisi hidrolik.Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
terhadap aliran 3 kali lebih kuat dari pada jalur horizontal 3Ʃv = Ʃh. Harga-harga
minimum angka rembesan Lane (CL) sebaiknya dipakai:
a. 100% jika tidak dipakai pembuang, tidak dibuat jaringan aliran dan
tidak dilakukan penyelidikan dengan model;
b. 80% kalau ada pembuangan air, tapi tidak ada penyelidikan maupun
jaringan aliran;
c. 70% bila semua bagian tercakup.
kondisi tanah
Berdasarkan KP.02 hal. 148, dengan kondisi tanah dasar pasir kasar dapat
diketahui angka rembesan Lane (CL), dapat di lihat di bawah
Harga minimum angka rembesan Lane (CL) untuk berbagai jenis kondisi tanah :
1
Lv+ ∙ Lh
3
CL=
∆H
dimana,
66
Gambar 4.14 Metode angka rembesan Lane (Sumber KP 02 hal. 147)
Diketahui panjang mercu bendung adalah 8.18 m dan panjang kolam olak adalah
9.62 m.
67
Tabel 4.1 Perhitungan Lh dan Lv
1
Lv+ ∙ Lh
3
CL=
ΔH
1
18.6+ ×24.4
3
¿
4.34
Catatan:
69
Pada bagian pertemuan tubuh bendung dengan apron dan kolam olak, karena pengecorannya
dilakuakan terpisah, besar kemungkinan dibagian tersebut akan terbentuk garis, dimana garis
tersebut nantinya bisa menjadi jalan merembesnya air yang akan menyebabkan kegagalan
struktur, untuk itu, dibagian tersebut harus dipasangkan water stop.
Kesimpulan
Dari perhitungan diatas diketahui elevasi air di hulu pada saat banjir adalah
+289.75 m dan Elevasi air di hilir pada saat banjir adalah + 285.66 m sehingga
ΔHbanjir = Elevasi air di hulu pada saat banjir - Elevasi air di hilir pada saat banjir dan
didapat sebesar 4.09 m sedangkan ΔHnormal = elevasi air normal – elevasi dasar
sungai dan didapat sebesar 4.09 m.
Diketahui panjang bendung adalah 8.18 m dan panjang kolam olak adalah 9.62
m sehinnga Lh adalah 24.4 m dan Lv adalah 18.6 m dengan nilai Cl minimum untuk
pasir kasar sebesar 5.0. Didapatkan nilai CL sebesar 6.15.98. Karena nilai CL lebih
besar dari 5.0 maka dapat disimpulkan bendung aman terhadap rembesan.
70
4.5 Desain Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah atau bendung direncanakan untuk menghindari
adanya limpasan ombak maupun benda-benda padat yang terapung pada aliran. Tinggi
jagaan adalah jarak vertical dari muka air sampai keujung dinding. Perhitungan untuk
memperoleh tinggi jagaan digunakan rumus:
1
3
F b=0.6+ 0.0037 ×V ×d
dimana:
Fb =tinggi jagaan (m)
Kesimpulan
1
Tinggi jagaan di dapat dengan persamaan F =0,6+ 0,0037 ×V ×d 3 dengan
b
72
4.6 Desain Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan kesaluran primer.
Ukuran dari pintu harus sesuai dengan debit rencana untuk saluran irigasi
73
Gambar 4.17 Tipe pintu pengambilan. (Sumber: KP 02 hal. 111)
Q=A . v
=μ . b . a √ 2 . g . z
dimana :
Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m diatas muka kantong lumpur dalam
keadaan penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen didasar pengambilan itu
sendiri. (Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Irigasi, Hal.77)
Data – data :
74
- Luas daerah irigasi (A) = 1050 Ha
- Direncanakan dengan pintu pengambilan menggunakan pintu radial, dengan
keuntungan tidak ada gesekan yang harus diperhitungkan, sehingga μ = 0.8
- Berdasarkan petunjuk teknis perencanaan irigasi hal 77. Bahwa elevasi dasar
bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m di atas muka kantong lumpur dalam keadaan
penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri
sehingga kehilangan tinggi energi (z) diambil 0.2 m.
- Direncanakan dengan menggunakan 2 pintu dan lebar masing- masing pintu
direncanakan 1.5 m, karena dibuat 2 pintu maka harus ada pilar pemisah ditengahnya,
dan tebal pilar di rencanakan 1 m, maka :
Lebar bukaan = 1.5 + 1.5 = 3 m
Lebar total pengambilan = 3+1 = 4 m
NFR × A
Qkebutuhan =
effisiensi
(effisiensi irigasi total = 65 % = 0.65)
1.25× 1050
¿
0.65
= 2019.2308 lt/dt
= 2.0192 m3/dt
= 2.0192 x 120%
= 2.4230 m3/det
2.4230
a ¿
0.8× 1.5 × √ 2× 9.8 ×0.2
= 1.0198 m ¿ 1.1 m
2.4230
a ¿
0.8× 3 × √ 2× 9.8 ×0.2
= 0.5099 m ¿ 0.51 m
Kesimpulan
Dengan kebutuhan air tanam (NFR) sebesar 1.25 lt/dt/Ha dan luas daerah irigasi
seluas 1050 Ha. Direncanakan pintu pengambilan dengan pintu radial, dengan
keuntungan tidak ada gesekan yang harus diperhitungkan, sehingga = 0,8.
Direcanakan dengan menggunakan 2 pintu dan lebar 1 pintu direncanakan 1.5 m, maka
76
didapat debit yang dibutuhkan sebesar 2.0192 m3 / dt dan dimana Qp = Qkebutuhan x
120 % sehingga didapatkan 2.4230 m3 / dt, dengan persamaan Q p=μ ∙ b ∙ a ∙ √ 2 ∙ g ∙ z
maka dapat dihitung tingggi bersih bukaan sebesar 0.5 m.
Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bending banyak mengandung
sedimen. Agar sedimen tidak masuk ke saluran intake maka perlu diadakan pembilas atau
pengontrolan isi sedimen yang mengendap dibuang ke sungai utama.
77
Untuk melaksanakan pembilas ini diperlukan bangunan pembilas. Beberapa pedoman
untuk menentukan lebar pembilas antara lain:
~ Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sama dengan 1/6 – 1/10 lebar bersih bending
(jarak antar pangkal-pangkalnya).
~ Lebar pembilas diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-pilarnya.
Kecepatan kritis
V c = √ g ∙ hc
Kedalaman kritis
78
q2
h c=
g√
3
denganq=Q/ L
dimana:
Untuk mempertahankan agar Vkritis tetap mempunyai nilai sebesar x (hasil perhitungan)
m/dt, maka kemiringan lantai penguras harus dihitung. Perhitungan dapat menggunakan
rumus Manning.
V =1 /n∙ R2 /3 ∙ I 1/ 2
Dengan:
Kaca = 0.010
79
Saluran beton = 0.013
Data perencanaan
Q = 97 m3 /dt
L pengambilan =4m
Bb = 20.4 m
g = 9.8 m / dt2
80
q2 3 40.41672
hc=
g
=
√ √
3
9.8
=5.5034 m
Kecepatan kritis
2
7.3440
I= ( 1/0.025 ×5.5034 2/ 3 )
I =0.0035
Kesimpulan
Dengan lebar pintu pembilas yang direncanakan yaitu2.4 m. Desain pintu
pembilas dan debit rencana tiap meter lebar dengan lebar pintu penguras yaitu 2.4 m
81
sebesar 40.4167 m3 / dt / m dan kedalaman kritis didapat sebesar 5.5034 m, dengan
nilai hc dapat dihitung nilai kecepatan keritis dan didapat kecepatan kritis sebesar
7.3440 m/ dt selanjutnya dilakukan kontrol terhadap Vc dengan ketentuan Vc >
Vrencana 7.3440 m/dt > 3 m/dt. Karena kecepatan kritis lebih besar dari kecepatan
rencana pembilas, maka digunakan kecepatan kritis. Dengan nilai Vc yang sudah
didapat maka dapat dihitung Kemiringan lantai pembilas dengan persamaan (V=1/n
R2/3 I1/2 ) secara trail dan error didapat kemiringan lantai pembilas sebesar 0.0035.
82
Kantong Lumpur adalah suatu bangunan pelengkap yang mempunyai fungsi untuk
mengendapkan lumpur yang masuk ke saluran.Kantong Lumpur ditempatkan dibelakang
pintu intake kemudian hasil pembilas lumpur dibuang melalui saluran buang.
dimana:
83
4) Menentukan kemiringan energi dikantong lumpur selama eksploitasi
normal, untuk itu digunakan rumus Strickler berikut:
2 1
3 2
V n=1 /n∙ Rn ∙ I n
Qn=V n ∙ A n
dimana:
Is = Kemiringan energi
84
6) Menentukan dimensi kantong lumpur
Perencanaan sebagai berikut:
Ukuran partikel rencana, diketahui sample yang diambil pada kali sedimen rata-
rata berukuran 8.8x10-6. Sedimen itu terangkut oleh aliran sungai sebagai sedimen
layang.
Diasumsikan bahwa air yang dielakkan mengandung 0,5% sedimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur (KP.02 hal 136).
Volume kantong lumpur V bergantung pada jarak waktu pembilasan. Jarak waktu
pembilasan atau pembersihan biasanya diambil jarak waktu 1 atau 2 minggu
(KP.02 hal 145)
V =0.0005∙ Q n ∙T
dimana:
Qn = Kebutuhan pengambilan rencana sebesar 2.4230 m3 / dt
T = Waktu pembilasan, direncanakan pembilasan dilakukan 1 minggu sekali
Maka :
V = 0.0005 x 2.4230 x (7 x 24 x 3600)
= 732.7152 m3
Luasan rata – rata permukaan kantong lumpur
Q
LB=
W
Dari grafik hubungan antara kecepatan W dengan diameter partikel d maka
kecepatan endap bisa diketahui (KP. 02 hal 143). Dimensi kantong sebaiknya juga
sesuai dengan kaidah bahwa L/B > 8, untuk mencegah agar aliran tidak “meander”
di dalam kantong.
Apabila :
Diameter partikel (d) = 0.07 mm (KP. 02 hal 161). dan partikel berupa pasir
alamiah, sehingga faktor bentuk (fb) = 0.7 mm.
85
Gambar 4.22 Grafik hubungan antara diameter saringan
dan kecepatan endap untuk air tenang. (Sumber KP 02 hal. 166)
Maka dari gambar 4.22 diperoleh kecepatan endap pertikel sebesar 0.004 mm/dt
Maka,
Q 2.4230
LB= = =605.75 m 2
W 0.004
karena L/B> 8 , maka L/B=10 → L = 10B
Maka,
LB ¿ 605.75
10 B B ¿ 605.75
86
B2=60.5750
B=7.7830 m ≈7.78 m
L=10 × B
¿ 10 ×7.78=77.8 m
Menentukan kemiringan energi selam eksploitasi normal (In)
Kecepatan aliran (Vn) tidak boleh kurang dari 0.30 m/dt, guna mencegah
tumbuhnya vegetasi / sedimentasi (pengendapan) (KP. 02 hal. 165). Digunakan Vn
= 0.40 m/dt.
~ Luas penampang basah
Q = Vn . An
Q
An =
Vn
2.4230
An = =6.0575m 2
0.40
~ Dengan harga B = 7.78 m, maka kedalaman air (hn) adalah:
A n 6.0575
h n= = =0.7786 m
B 7.78
~ Direncanakan kemiringan talud 1 : 2, maka lebar dasar saluran (bn) adalah
b n=B−2 ( hn ∙ m )
¿ 7.78−2 ( 0.7786 ×2 )
¿ 4.6656 m
~ Keliling basah
Pn=bn +2∙ h n √ ( 1+m2 )
87
Menentukan kemiringan energi selama pembilasan (Is)
Penentuan Is pada saat pengambilan, kantong lumpur dalam keadaan kosong
kecepatan rata-rata yang diperlukan selama pembilasan untuk pasir kasar Vs = 1,5
m/dt (KP. 02 hal 169).
~ Pada saat pembilasan harus diusahakan kecepatan alirannya dalam sub kritis
(Fr < 1), hal ini untuk menghindari tergerusnya saluran akibat kecepatan air.
1 1
F r= = =0.583< 1… … … … ….(OK )
√ g ∙ h s √ 9,81 ×0.3
Panjang kantong lumpur
Volume kantong Lumpur yang diperlukan
88
V = 0.0005 x 2.4230 x (7 x 24 x 3600) = 732.7152 m3
~ Rumus volume kantong lumpur
1
V = ( hs ∙ bn ∙ L ) + ∙ ( I s−I n ) L2 ∙ bn
2
1
732.7152=( 0.4155 × 4.6656 × L ) + ( 0.00564−0.000148 ) L2 × 4.6656
2
89
Kesimpulan
Dari uaraian diatas dikatakan diameter partikel (d) = 0,07 mm dan partikel
berupa pasir alamiah, sehingga faktor bentuk (fb) = 0.7 mm, dan berdasarkan gambar
4.16 (KP.02 hal. 143) diperoleh kecepatan endap partikel sebesar
W =4 mm/ dt=0,004 m/dt sehingga nilai LB sebesar 605.75 m 2 karena L/B >8
(diambil L/B = 10) dan didapat B sebesar 7.78 m sehingga L sebesar 77.8 m
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk Menentukan kemiringan energi (In)
Dimana Kecepatan aliran (Vn) tidak boleh kurang dari 0.30 m/dt, guna mencegah
tumbuhnya vegetasi maka digunakan Vn = 0.4 m/dt sehingga didapat In sebesar
0.000148. Langkah selanjutnya yaitu Menentukan kemiringan energi selama
pembilasan (Is) dengan Penentuan Is pada saat pengambilan, kantong lumpur dalam
keadaan kosong kecepatan rata-rata yang diperlukan selama pembilasan untuk pasir
kasar Vs = 1.5 m/dt dan didapat Is sebesar 0.00564
Dengan diketahuinya volume kantong lumpur sebesar 732.7152 m3 maka
1 2
dengan persmaan V = ( 0.5 ×b n × L ) + × ( I s−I n ) L ×b n dengan cara trail dan error
2
didapat Nilai L ( panjang kantong lumpur) sebesar 164.90 m.
90
BAB V
STABILITAS BENDUNG
5.1 Langkah-Langkah Perhitungan
Untuk mengetahui keamanan dari tubuh bendung, maka harus diadakan analisa
stabilitasnya. Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi (Sumber KP-02 hal. 143),
yaitu:
1. Guling
2. Geser
3. Erosi bawah tanah (piping).
Analisa stabilitas bendung ini ditentukan oleh gaya-gaya yang bekerja di bendung
meliputi :
1. Keadaan normal
2. Keadaan ekstrem
Rumus-rumus dalam analisa stabilitas :
Σ MT
SF= > 1.5
Σ Mg
Σ MT
SF= > 1. 25
Σ Mg 91
dimana :
SF = Angka keamanan
f.ΣV
SF=
ΣH
dimana :
SF = Angka keamanan
f = Koefisien geser
92
a. Tekanan air statis
1
Y = H
3
dimana :
dimana :
dimana :
93
Cs = Koefisien tekanan tanah
H = Tinggi sedimen (m)
Gn = b V
G total = G1+G2+G3+………+Gn
dimana :
94
4. Perhitungan Tekanan Tanah
1
P= . γt . H 2 . K
2
dimana :
5. Tekanan Up Lift
Px=¿) ɣw
dimana,
Px = Tekanan up lift pada tiap titik yang ditinjau (ton/m2)
Hx = jarak titik A sampai atas permukaan mercu (m)
Lx = panjang yang di tinjau terhadap titik O (m)
∑L = panjang total (m)
ΔH = Beda tinggi energi (m)
1+sin ∅ 1+sin 35
Kp= = =3.6902
1−sin ∅ 1−sin 35
96
5.3 Perhitungan Berat Sendiri Bendung dan Momen yang Diakibatkannya
¿ 0.561 ton
MG 1=GAYA × LENGAN
¿ 0.5610 ×7.2000
¿ 4.0392 tonm
98
5.4 Perhitungan Gaya Up Lift dan Momen yang Diakibatkannya
A. Tekanan up lift di setiap titik
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.5
Lx
Px=(Hx− × ΔH )× ɣw
∑L
13.18
PA=(6.6− × 4.0731)×0.981
13.18
= 2.4789 ton/m2
99
B. Tekanan up lift di setiap bidang
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.5
Px = Luas bidang Px (m2)
Ui = ∑ Luas bidang Px (m2)
Untuk U1:
P1 = 2.4789 x 1.0000 = 2.4789 ton/m
P2 = 1/2 x 1.0000 x 0.3032 = 0.1516
U1 = P1 + P2 = 2.4789 + 0.1516 = 2.6305 ton/m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel 5.4 Tekanan up lift di setiap bidang
Notasi Tekanan Tekanan
Tekanan Bidang (ton/m) total (ton/m)
P1 2.4789
U1 A-B 2.6305
P2 0.1516
P3 3.4374
U2 C-D 3.7784
P4 0.341
P5 3.2368
U3 E-F 3.3884
P6 0.1516
P7 4.5743
U4 G-H 4.9153
P8 0.341
P9 8.1993
U5 I-J 8.5404
P10 0.3411
P11 14.5691
U6 K-L 16.6218
P12 2.0527
P13 9.4513
U7 M-N 9.7923
P14 0.341
P15 11.9728
U8 O-P 12.3138
P16 0.341
100
MU1 = MP1 + MP2 = 31.4409 + 1.8975 =33.3384 ton/m . m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel 5.5 Momen akibat tekanan up lift
Notasi Tekanan Lengan Momen Momen total
Tekanan Bidang (ton/m) (m) (ton/m . m) (ton/m . m)
P1 2.4789 12.6800 31.4325
U1 A-B 33.3295
P2 0.1516 12.5133 1.8970
P3 3.4374 11.4300 39.2895
U2 C-D 43.1019
P4 0.341 11.1800 3.8124
P5 3.2368 10.1753 32.9354
U3 E-F 34.4534
P6 0.1516 10.0133 1.5180
P7 4.5743 8.9300 40.8485
U4 G-H 43.8084
P8 0.341 8.6800 2.9599
P9 8.1993 7.4300 60.9208
U5 I-J 63.3699
P10 0.3411 7.1800 2.4491
P11 14.5691 4.8400 70.5144
U6 K-L 79.1906
P12 2.0527 4.2267 8.6761
P13 9.4513 2.2500 21.2654
U7 M-N 21.9474
P14 0.341 2.0000 0.6820
P15 11.9728 0.7500 8.9796
U8 O-P 9.1501
P16 0.341 0.5000 0.1705
101
5.5 Perhitungan Tekanan Tanah dan Momen yang Diakibatkannya
A. Tekanan tanah
Data yang sudah diketahui:
Ka = 0.2710
Kp = 3.6902
Berat volume tanah jenuh (γsat) : 1.8 ton/m3
Berat volume air (γw) : 0.981 ton/m3
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.7
Ha1=Ka x ( γ sat−γw ) x H
¿ 0.2710 x ( 1.8−0.981 ) x 1.5
¿ 0.3329 ton/m2
Pa1=Luas bidang Ha1
1
¿ x 0.3329 x 1.5
2
¿ 0.2497 ton/m
Perhitungan untuk tanah pasif
Hp1=Kp x ( γ sat−γw ) x H
¿ 3.6902 x ( 1.8−0.981 ) x 0.5
¿ 1.5111 ton/m2
Pp 1=Luas bidang Hp 1
1
¿ x 1.5111 x 0.5
2
¿ 0 . 3778ton/m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
102
Table 5.6 Tekanan untuk tanah aktif
ɣsat ɣw Ha
Tinggi Pa
No Ka (ton/m^3 (ton/m^3 (ton/m^2
tanah (m) (ton/m)
) ) )
1 0.2710 1.8 0.9810 1.5 0.3329 0.2497
2 0.2710 1.8 0.9810 0.5 0.1110 0.0277
3 0.2710 1.8 0.9810 2 0.4439 0.4439
4 0.2710 1.8 0.9810 1.25 0.2774 0.1734
5 0.2710 1.8 0.9810 1.25 0.2774 0.1734
ɣsat ɣw Hp
Tinggi Pp
No Kp (ton/m^3 (ton/m^3 (ton/m^2
tanah (m) (ton/m)
) ) )
1 3.6902 1.8 0.9810 0.5 1.5111 0.3778
2 3.6902 1.8 0.9810 0.5 1.5111 0.3778
3 3.6902 1.8 0.9810 2 6.0445 6.0445
18.511
4 3.6902 1.8 0.9810 3.5 10.5780
4
Ma
Pa Lengan
No (ton/m
(ton/m) (m)
m)
1 0.2497 2.5000 0.6242
2 0.0277 2.1667 0.0601
3 0.4439 1.1667 0.5179
4 0.1734 1.6667 0.2890
5 0.1734 0.4167 0.0723
Mp
Pp Lengan
No (ton/m
(ton/m) (m)
m)
1 0.3778 2.1667 0.8185
2 0.3778 2.1667 0.8185
3 6.0445 1.1667 7.0522
4 18.5114 1.1667 21.5973
104
5.6 Perhitungan Stabilitas Bendung dalam Keadaan Normal
A. Tekanan Air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.8
~ Berat sendiri air
Wn1 = (γw) x Volume air tiap meter panjang
= 0.981 x panjang apron x tinggi mercu x 1
= 0.981 x 5 x 5.1 x 1
= 25.0155 ton
~ Tekanan air statis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
Pw1 = ½ x (γw) x H² x 1
= ½ x 0.981 x 5.1² x1
= 12.7579 ton
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
Pd1 = ½ x (γw) x H² x 1 x kh
= ½ x 0.981 x 5.1² x 1 x 0.25
= 3.1895 ton
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
Ps1 = ½ x ( γ sat−γ w ) x Cs x H²
= ½ x (1.8 – 0.981) x 1 x 5.1²
= 10.6511 ton
B. Momen akibat tekanan air
M = w x lengan
dimana,
Lengan = jarak titik w ke titik O
~ Berat sendiri air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.8
MWn1 = Wn1 x lengan
= 25.0155 x 10.6834
= 267.2506 ton m
105
~ Tekanan air statis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
MPw1 = Pw x lengan
= 12.7579 x 5.2
= 66.3411 ton m
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
MPd1= Pd x lengan
= 3.1895 x 5.54
= 17.6698 ton m
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
MPs1 = Ps x lengan
= 10.6511 x 5.2
= 55.3857 ton m
106
Table 5.10 Gaya-gaya yang bekerja pada kondis normal arah vertikal
107
Tabel 5.11 Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi normal arah horizontal
108
C. Jumlah momen tahanan pada saat air normal
∑MT = 840.3248+ 30.2865 = 870.6113 ton m
D. Jumlah momen penggulingan saat air normal
∑MG = 328.3511 + 140.9601 = 469.3112 ton m
E. Kontrol stabilitas bendung pada saat air normal
Gaya-gaya yang bekerja:
∑RV = 130.2349 + 61.9809 = 192.2158 ton
∑RH = 25.3115 + 27.6666 = 52.9781 ton
Stabilitas guling
SF = ∑MT / ∑MG > 1.5
= 870.6113 / 469.3112 > 1.5
= 1.8551 > 1.5 ……………………………………………..(OK)
Stabilitas geser
SF = f . (∑RV/∑RH) > 2
= 0.75 (192.2158 /52.9781) > 2
= 2.7212> 2 ………………………………………………..(OK)
109
5.7 Perhitungan Stabilitas Bendung dalam Keadaan Ekstrim
1. Kondisi banjir
A. Berat air pada tubuh bendung akibat banjir
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.12
Wi = (γw) x Volume air tiap meter panjang
= 5.9117 ton
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel 5.12 Gaya akibat berat air pada tubuh bendung
Berat
Luas Permeter
volume Gaya
Notasi penampan panjang
air (ton)
g (m^2) (m)
(ton/m^3)
W1 0.981 6.0262 1 5.9117
W2 0.981 0.4088 1 0.4010
W3 0.981 0.0599 1 0.0588
W4 0.981 0.115 1 0.1128
W5 0.981 0.103 1 0.1010
W6 0.981 0.15307 1 0.1502
W7 0.981 0.128 1 0.1256
W8 0.981 3.7445 1 3.6734
111
C. Tekanan air
~ Berat sendiri air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.13
Wb = (γw) x Volume air tiap meter panjang
= 0.981 x panjang apron x (tinggi mercu+tinggi air saat banjir) x 1
= 0.981 x 5 x (5.1+2.6380) x 1
= 37.9549 ton
~ Tekanan air statis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
Pw2 = ½ x (γw) x H² x 1
= ½ x 0.981 x (5.1+2.6380)² x1
= 29.3695 ton
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
Pd 2 = ½ x (γw) x H² x 1 x kh
= ½ x 0.981 x (5.1+2.6380)² x 1 x 0.25
= 7.3423 ton
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
Ps2 = ½ x ( γ sat−γ w ) x Cs x H²
= ½ x (1.8 – 0.981) x 1 x (5.1+2.6380)²
= 24.5195 ton
D. Momen akibat tekanan air
M = W x lengan
dimana,
Lengan = jarak titik w ke titik O
~ Berat sendiri air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.13
112
MWb = Wb x lengan
= 37.9549 x 10.6834
= 405.4874 ton m
113
Tabel 5.14 Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi banjir arah vertikal
12.680
G1 0.5610 7.1997 4.0390 2.4789 31.4325
0
U1
12.513
G2 0.5610 6.4902 3.6410 0.1516 1.8970
3
11.430
G3 1.2364 5.5035 6.8045 3.4374 39.2895
0
U2
11.180
G4 3.9160 6.8449 26.8046 0.3410 3.8124
0
10.175
G5 0.5896 7.9304 4.6758 3.2368 32.9354
3
U3
10.013
G6 28.7038 6.4480 185.0824 0.1516 1.5180
3
G7 19.4806 3.1415 61.1982 4.5743 8.9300 40.8485
U4
G8 11.5500 0.7500 8.6625 0.3410 8.6800 2.9599
G9 7.4250 2.2500 16.7063 8.1993 7.4300 60.9208
U5
G10 8.0960 4.8417 39.1984 0.3411 7.1800 2.4491
14.569
G11 9.9000 7.4334 73.5907 4.8400 70.5144
U6 1
G12 1.1000 10.1834 11.2017 2.0527 4.2267 8.6761
G13 11.0000 10.6834 117.5174 9.4513 2.2500 21.2654
U7
G14 1.1000 12.6834 13.9517 0.3410 2.0000 0.6820
11.972
W1 5.9117 7.0412 41.6255 0.7500 8.9796
U8 8
W2 0.4010 5.7960 2.3244 0.3410 0.5000 0.1705
W3 0.0588 5.7960 0.3406 Total
Total 61.980 328.351
momen
W4 0.1128 6.1400 0.6927 gaya (+) 9 1
(+)
W5 0.1010 7.5304 0.7609
W6 0.1502 7.9711 1.1970
W7 0.1256 8.0772 1.0142
W8 3.6734 2.7948 10.2664
Wb 37.9549 10.6834 405.4874
Total
Total 153.708 1036.783
momen
gaya (-) 8 2
(-)
114
Tabel 5.15 Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi banjir arah horizontal
115
E. Jumlah momen tahanan pada saat banjir
∑ MT =¿ 1036.7832+30.2865 ¿
¿ 1067.0697 tonm
∑ MG=328.3511+¿ 377.3038 ¿
¿ 705.6549 ton m
¿ 1.5122≥ 1.25…………………………………………………………...(OK)
Stabilitas geser
ΣV
SF=f ∙ >1.25
ΣH
215.6897
¿ 0.75 ∙ >1.25
87.6109
¿ 1.8464>1.25……………………………………………………….….(OK)
116
117