BAB IV & V Lanjut Ok (45-115)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 73

BAB IV

PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

4.1 Tinggi Air di Atas Mercu Bendung

Elevasi mercu bendung ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :

 Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi


 Tinggi genangan
 Kehilangan tekanan pada bangunan tersier maupun di bangunan induk untuk
eksploitasi

Data yang ada :

 Elevasi sawah tertinggi = +286 m


 Elevasi dasar sungai = +282 m
 Kehilangan tekanan :
 Pada bangunan pelimpah = 0.20 m
 Dari saluran tersier ke sawah = 0.10 m
 Dari saluran induk tersier = 0.15 m
 Sepanjang saluran = 0.20 m
 Pada bangunan ukur = 0.10 m
 Pada bangunan pengambilan = 0.10 m
 Untuk eksploitasi = 0.10 m
Total = 0.95 m
 Tinggi genangan = 0.11 m
 Elevasi mercu bendung = elevasi sawah tertinggi + kehilangan tekanan +
tinggi genangan
= 286 + 0.95 + 0.11
= +287.10 m
 Ketinggian mercu bendung = elevasi mercu bendung – elevasi dasar sungai
= 287.10 - 282
= 5.1 m

45
+287.10

+282

Gambar 4.1 Sketsa tinggi mercu bendung

46
4.2 Desain Mercu Bendung

Lebar bendung

Lebar bendung adalah jarak antara pangkal tembok yang satu dengan yang lainnya.
Lebar bendung sebenarnya adalah lebar bendung total yang dikurangi oleh tebal pilar dan
pintu penguras.

Lebar efektif adalah lebar sesungguhnya bendung yang telah diperhitungkan dengan
koefisien konstruksi dengan menggunakan rumus :

Rumus pada KP 02 hal.37

 Be = Bn-2(nKp+Ka)H1
 Bn = Bb-b-t

Dengan ;

Be = lebar bendung efektif (m)

Bn = lebar bendung sebenarnya (m)

n = jumlah pilar

Kp = koefisien kontraksi pilar

Ka = koefisien kontraksi dinding samping

H1 = tinggi tekanan total diatas mercu (m)

Bb = lebar mercu bruto (m)

∑b = jumlah lebar pembilas (m)

∑t = jumlah lebar pilar – pilar pembilas (m)

B = lebar rata – rata sungai pada ruas sungai stabil (m)

47
Gambar 4.2 Sketsa lebar efektif bendung

(Sumber: KP 02 hal. 49)

Pada setiap bendung terdapat bangunan pembilas atau bangunan yang berfungsi
mengurangi banyaknya beban padat yang masuk ke pintu pengambilan, dan bangunan
penguras biasanya diletakkan pada sisi tegak lurus as bendung.Lebar bersih bangunan
penguras antara 1/6 – 1/10 kali lebar bendung. (Sumber: KP 02 hal. 113)

 Perhitungan lebar bendung


Lebar dasar sungai rata rata = 3.6 m
Lebar sungai = 16.972 m ≈ 17 m

Mencari lebar mercu bruto :

Bb ≤ 1.2B

48
maka :

Bb ≤1.2 B
Bb ≤1.2 ( 17 )
Bb ≤20.4
Mencari lebar pembilas + tebal pilar :
Lebar pembilas + lebar pilar = 1/6 x 20.4
= 3.4 m

Direncanakan dengan 1 pintu pembilas.

Mencari lebar bendung sebenarnya :

Bn = Bb - ∑b - ∑t

= 20.4 – 3.4

= 17 m

Harga Ka dan Kp berdasarkan KP 02 hal. 49:

Kp = 0.01→ pilar ujung bulat

Ka = 0.1 → Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 900 ke arah
aliran dengan 0.5 H1> r >0.15 H1

Mencari lebar efektif mercu :

Be = Bn−2 × ( n × Kp+ Ka ) × H 1

= 17−2×(1 ×0.01+0.1) × H 1

= 17−0.22 H 1

Mencari tinggi tekanan di atas mercu :

Q=C d 2/3 √ 2/3 g Be H 13 ∕ 2

dengan ;

Q = debit (m³/dt)

49
C d = koefisien debit (C d=C 0 C1 C2)

= dimisalkan C d=1.3

g = percepatan gravitasi (9.81 m/dt²)

b = lebar mercu (lebar efektif) (m)

H 1 = tinggi energi di atas mercu (m)

C 0 = fungsi H1/r

Gambar 4.3 Harga-Harga Koefisien C0 untuk bendung ambang bulat sebagai fungsi
perbandingan H1/r (Sumber: KP 02 hal. 53)

50
C 1 = fungsi p/H1

Gambar 4.4 Koefisien C1 sebagai Fungsi Perbandingan P/H1

(Sumber: KP 02 hal. 53)

C 2 = fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung

Gambar 4.5 Harga-Harga Koefisien C2

(Sumber: KP 02 hal. 54)

Direncanakan dengan :

51
r = jari-jari mercu bendung, berkisar 0.1H1 - 0.7H1

direncanakan dengan 0.5H1

Cd = koefisien debit,

Direncanakan dengan Cd= 1.3

g = percepatab gravitasi, g = 9.8 m/det2

Diketahui:
Q100 = 97 m3/det

Be = 17 – 0.22H1

Sehingga ;

Q=C d 2/3 √ 2/3 g Be H 13 ∕ 2

2 2
97=1.3 × ×
3 3 √
× 9.8 ×(1 7 – 0.2 2 H 1)× H 1

Dengan cara coba – coba diperoleh ; H 1=2.6679m

Sehingga ;

Be=¿17 – 0.22H1

= 17 – 0,22(2.6679)

= 16.4131 m

Pengecekan nilai Cd (Sumber: KP 02 hal. 42)


Cd =C0C1C2

Data teknis :

P = 0.5 x tinggi mercu bendung

= 0.5 x 5.1 = 2.55

H1 = 2.6769 m

r = 0.5H1
52
= 0.5 x 2.6769

= 1.3385 m ≈ 1.34 m

Gambar 4.6 Grafik untuk mendapatkan nilai C0 (Sumber: KP 02 hal. 53)

H1/r = 2.6679/1.3385 = 2 diperoleh nilai C0 = 1,35

Gambar 4.7 Grafik untuk mendapatkan nilai C1 (Sumber: KP 02 hal. 53)

P/H1 = 2.55/2.6769 = 0.95 diperoleh nilai C1 = 0.97

53
Gambar 4.8 Grafik untuk mendapatkan nilai C2 (Sumber: KP 02 hal. 54)

P/H1 = 2.55/2.6769 = 0.95 diperoleh nilai C2 = 0.999

Maka nilai Cd = C0C1C2

=1.35 x 0.97 x 0.999

=1.3082 ≈ 1.3 (Ok)

Perencanaan mercu tipe bulat

 Mencari nilai Y
Y = r sin 45
= 1.3385 sin 45
= 0.9465 m
 Mencari nilai X
X = √ r 2+ Y 2
¿ √ 1.33852+ 0.94652
¿ 1.6369 m
 Mencari nilai M
Kemiringan bendung adalah 1:1 sesuai dengan dengan KP-04
Maka :
Z = (P + 0.5) - (r - Y)
= (5.1 + 0.5) - (1.3385 – 1.6369)
= 5.8984 m
Karena kemiringan 1:1 maka M = Z
Yaitu sebesar 5.8984
54
 Mencari lebar badan bendung (B)
B =( r+Y) + M
= (1.3385 + 0.9465) + 5.8984
= 8.1834 m ≈ 8.18 m
Q 97
 q= B = 16.3575
e

¿ 5.93m³/dt

q
 V 0= H 1−V 2 /2 g ¿¿+ p →kecepatan di hulu bendung
( 0 )

5.93
V 0=
¿¿

5.93
V 0=
(7.7769−V 20 /19.62)

Dengan cara coba – coba diperoleh ; V 0=0.7655 m/dt

V 0 ² 0.7655²
 Ha= = =0.0299 m
2 g 2 × 9.81
 Hd=H 1−Ha=2.6679−0.0299=2.638m

Kesimpulan

55
Dari uraian di atas dapat disimpulkan nilai Bb (lebar sungai bruto) adalah 1.2 dari
lebar sungai, dan didapat nilai Bb sebesar 20.4 m. Didapat lebar bendung netto 17 m

Dengan nilai Kp = 0,01 dikarenakan pilar ujung bulat dan Ka = 0,1 dangkal bendung
dengan R>0,5 H 1 dan α <45 ̊ maka nilai tersebut dapat digunakan pada persamaan
Be=Bn−2( n . Kp+ Ka) H 1 untuk Mencari lebar efektif mercu, setelah persmaan
didapatkan maka untuk mendapat nilai H1 persmaan Be dimasukan ke persamaan
Q=C d . 2/3 √ 2 /3 . g . Be H 3 ∕ 2 dengan trial dan error didapat H1 sebesar 2.6679 m .

Dengan nilai H1 yang sudah didapat maka nilai Be dapat ditentukan sebesar 16.4131
m. Setelah mendapatkan nilai H1 maka didapatkan nilai V0 kecepatan di hulu bendung
sebesar 0.7655 m/dt. Dari nilai V0 dengan menggunakan rumus V02/2g, didapatkan ha
seesar 0.0299 m, dari nilai ha dan H1 dengan menggunakan rumus H1-ha didpatkan hd
sebesar 2.6380 m.

4.3 Desain Kolam Olak


56
Aliran air yang telah melewati mercu pelimpah mempunyai kecepatan yang sangat
tinggi dengan kondisi aliran sangat kritis. Dalam kondisi ini dapat menimbulkan
kerusakan berupa penggerusan pada bagian belakang pelimpah sehingga menyebabkan
terganggunya kestabilan bendung tersebut. Untuk menghindari hal ini perlu diubah
kondisi aliran superkritis menjadi aliran subkritis, yaitu dengan jalan meredam energi
aliran tersebut.

Gambar 4.10 Parameter-parameter loncat air. (Sumber: KP 02 hal. 67)

Adapun peredam energi aliran yang bisa digunakan:


1. Tipe Kolam Olak (Stilling Bazin Type)
2. Tipe Bak Pusaran (Roller Bazin Type)
Pada bendung ini direncanakan type “kolam olak”.

Berdasarkan bilangan froude tipe kolam olak dapat dikelompokkan menjadi 4. (Sumber:
KP 02)

1. Untuk Fr ≤ 1.7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian hilir
harus dilindungi dari bahaya erosi; saluran pasangan batu atau beton tidak
memerlukan lindungan khusus.
2. Bila 1.7< Fr ≤ 2.5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan
baik. Untuk penurunan muka air ∆Z < 1.5 m dapat dipakai bangunan terjun tegak.

57
3. Jika 2.5< Fr ≤ 4.5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam
olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Cara mengatasinya adalah
mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude ini mampu menimbulkan
olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok halangnya atau menambah intensitas
pusaran dengan pemasangan blok depan kolam. Blok ini harus berukuran besar
(USBR tipe IV). Tetapi pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan
kolam olak jika 2.5< Fr < 4.5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar
atau memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain.

Gambar 4.11 Desain kolam olak USBR tipe IV (Sumber: KP 04 hal. 154)
4. Kalau Fr ≥ 4.5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis. karena kolam olak
ini pendek. Tipe ini, termasuk kolam olak USBR tipe III yang dilengkapi dengan
blok depan dan blok halang. Kolam loncat air yang sarna dengan tangga di
bagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin harus digunakan dengan
pasangan batu.

58
Gambar 4.12 Karakteristik kolam olak untuk dipakai dengan bilangan Froude di
atas 4.5, Kolam USBR Tipe III menurut Bradley dan Peterka, 1957. (Sumber KP
02 hal. 69)
Untuk pemilihan tipenya digunakan bilangan Froude:
V
Fr=
√ gD
dimana:
Fr = Bilangan Froude
V = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2)
D = Kedalaman air (m)
Kedalaman aliran pada pelimpah seperti pada Gambar 4.10 diperoleh dengan menerapkan
persamaan energi sepanjang suatu garis arus diantara tinggi air maksimum di atas mercu
(titik A) dan titik B pada kaki bendung mercu. Persamaan energinya adalah:

V
12

P + H1=d1 + 2g
dimana:
P = Tinggi bendung (m)
H1 = Ketinggian air maksimum di atas mercu (m)
d1 = Kedalaman air pada kaki pelimpah (m)

59
d
V1= Kecepatan rata-rata pada kaki belakang pelimpah sat Q100 =
Ld1 (m/dt)
 Kecepatan aliran di hulu bendung (V0)
Q
V 0=
A
V 02
(
A=Be × p+ H 1−
2∙ g )
97
V 0=
V 02
(
16.4131× 5.1+2.6679−
2× 9.8 )
V0 V 2
97 (
=16.4131× 7.7769− 0
19.6 )
Dengan trial and error diperoleh nilai V0 = 0.7655 m/dt
Sehingga,
V 02
Hd=H 1−
2g
0.76552
¿ 2.6679−
2 × 9.8
¿ 2.6380 m
 Kecepatan air pada penampang I (V1)
Q 97 5.9300
V 1= = = m/dt
Be y1 16.4131× y 1 y1
Dari persamaan energi,
V 12
p+ H 1= y 1 +
2g
5.9300 2
5.1+2.6679= y1 +
2× 9.8 × y 12
5.93002
7.7769= y 1+
19.6 × y 12
Dengan coba-coba didapatkan tinggi air yang meluncur y 1=0.4964 m
Maka,
97
V 1= =11.9460 m/dt
16.4131× 0.4964
V 12 11.94602
= =7.2810 m
2g 2× 9.8
60
 Menentukan angka Froude (Fr)
V1 11.9460
Fr= = =5.4162
√ g y1 √ 9.8× 0.4964
Karena Fr ≥ 4,5 maka digunakan kolam olak USBR tipe III.
 Menentukan tinggi loncat air ( y 2)
y2 1 2
= ( √ 1+8 Fr −1 ) (KP. 02, hal 56)
y1 2
dimana:
y2 = Tinggi loncat air (m)
y1 = kedalaman air dibawah loncat air (m)
Fr = Angka Froude
V1 = Kecepatan awal loncatan (m/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
y2 1 2
= ( √1+8 ×5.4162 −1 )
0.4964 2
y 2=3.5624 m
Maka tinggi loncat airnya adalah 3.5624 m
 Kecepatan air pada penampang II (V2)
Q 97
V 2= = =1.6646 m/dt
Be y 2 16.4131× 3.5624

V 22 1.66462
= =0 . 1414 m
2 g 2 ×9.8
Dari persamaan energi,
V 22
p+ H 1= y 2 + +∆ Hf
2∙g
5.1+2.6679=3.5624 +0.1414+ ∆ H f
∆ H f =4.0731m
 Elevasi dasar kolam olak
Berdasarkan keadaan topografinya direncanakan
V 22
Elevasi dasar kolam olak ¿ elv . mercu+ H 1−∆ H f − − y2
2g
= 287.06+2.6679−4.0731−0.1414−3.5624
= 281.96 m

61
 Menghitung dimensi kolam olak
Perencanaan blok muka
y1 = 0.4964 m
y2 = 3.5624 m
Tinggi blok muka / pemecah aliran

= y1 = 0.4964 ≈ 0.5 m

Lebar blok muka / pemecah aliran

= y1 =0.4964 ≈ 0.5 m

Jarak antar blok muka / pemecah aliran

= y1 = 0.4964 ≈ 0.5 m
Jarak fraksi
= 0.5y1 = 0.5 x 0.5 = 0.25 m
Perencanaan blok halang
y 1 × ( 4 + Fr )
n 3=
6

0.4964 × ( 4+5.4162 )
¿ =0.7790
6

Tinggi blok halang

= n3 = 0.7790 ≈ 0.8 m

Lebar blok halang

= 0.75n3 = 0.75 x 0.7790 = 0.5843 ≈ 0.6 m

Panjan puncak blok halang

= 0.2n3 = 0.2 x 0.7790 = 0.1558 ≈ 0.2 m

Jarak antar blok halang

= 0.75n3 = 0.75 x 0.7790 = 0.5843 ≈ 0.6 m

62
Jarak fraksi

= 0.675n3 = 0.675 x 0.7790 = 0.5258 ≈ 0.53 m

Perencanaan ambang ujung

y 1 × ( 18+ Fr )
n=
18

0.4964 × ( 18+5.4162 )
¿ =0.6458
18

Tinggi ambang ujung

= n = 0.6458 ≈ 0.7 m

Jarak antar blok muka dengan blok halang

= 0.82y2 = 0.82 x 3.5624 = 2.9212 ≈ 3 m

Jarak antar blok mukan dengan ambang ujung

= 2.7y2 = 2.7 x 3.5624 = 9.6185 ≈ 9.62 m

Jumlah blok muka

= (Bn- 2 x 0.25) / (0.5 + 0.5) = (17 – 0.5) / 1 =16.5 ≈ 17 buah

Jumlah blok halang

= (Bn – 2 x 0.53) / (0.6 + 0.6) = (17 – 1.06) /1.2 =13.28 ≈ 14 buah

63
 Kesimpulan
Dengan nilai V0 sebesar 0.7655 m/dt dan H1 2.6769 m maka nilai Hd didapat
Q
sebesar 2.6470 m. dengan mengunakan persmaan V 1= dan memasukan
Be∙ y 1
V 12
persemaan tersebut dalam persmaan p+ H e = y 1 + maka didapat nilai y1 sebesar
2∙ g
0.4964 m dan nilai V1 sebesar 11.9460 m/dt . Dengan data-data yang sudah
V1
didapatkan maka dapat dihitung nilai Fr dengan persmaan Fr= dan didapat
√ g ∙ y1
sebesar 5.4162 maka Fr ≥ 4.5 dan termasuk kolam olak USBR tipe III yang dilengkapi
dengan blok depan dan blok halang. Selanjutnya menhitung y2 atau tinggi loncat air
y2 1 2
dengan = ( √ 1+8 Fr −1 ) dan didapat 3.5624 m dan nilai V2 didapat dari persmaan
y1 2
Q
=sebesar 1.6646 m/dt . Selanjutnya perhitungan dilanjutkan untuk menghitung
Be y 2
dimensi kolam olakan dan didapatkan tinggi balok muka/pemecah aliran sebesar 0.5
m, tinggi blok halang 0.8 m dan tinggi ambang ujung/end sill adalah 0.7 m. Panjang
kolam olak adalah 9.62 m. Untuk perencanaan blok, jumlah blok muka sebnyak 17
buah dan blok halang sebanyak 14 buah.

64
4.4 Desain Apron

Untuk memperkecil tekanan maka panjang penjalaran (creep line) harus diperbesar
dengan cara :

a. Memperpanjang lantai muka


b. Memberi sheep pile pada pondasi

Teori yang cukup dikenal adalah teori Bligh dan Lane dengan weighted creep ratio ini
tergantung dari jenis tanahnya. Lokasi bendung pada soal ini ditentukan di bawah pondasi
didominasi oleh pasir kasar.

Panjang dan lebar apron di depan dan di belakang bendung direncanakan untuk
menahan gaya uplift pada kondisi hidrolik.Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
terhadap aliran 3 kali lebih kuat dari pada jalur horizontal 3Ʃv = Ʃh. Harga-harga
minimum angka rembesan Lane (CL) sebaiknya dipakai:

a. 100% jika tidak dipakai pembuang, tidak dibuat jaringan aliran dan
tidak dilakukan penyelidikan dengan model;
b. 80% kalau ada pembuangan air, tapi tidak ada penyelidikan maupun
jaringan aliran;
c. 70% bila semua bagian tercakup.
 kondisi tanah

Berdasarkan KP.02 hal. 148, dengan kondisi tanah dasar pasir kasar dapat
diketahui angka rembesan Lane (CL), dapat di lihat di bawah

Harga minimum angka rembesan Lane (CL) untuk berbagai jenis kondisi tanah :

- Pasir sangat halus/lanau = 8.5


- Pasir halus = 7.0
- Pasir sedang = 6.0
- Pasir kasar = 5.0
- Kerikil halus = 4.0
- Kerikil sedang = 3.5
65
- Kerikil kasar termasuk berangka = 3.0
- Bongkah dengan sedikit berangka dan kerikil = 2.5
- Lempung lunak = 2.0
- Lempung sedang = 3.0
- Lempung keras = 1.8
- Lempung sangat halus = 1.6

1
Lv+ ∙ Lh
3
CL=
∆H

dimana,

CL = angka rembesan Lane

Lv = jumlah panjang vertikal (m)

Lh = jumlah panjang horizontal (m)

∆H = beda tinggi muka air (m)

66
Gambar 4.14 Metode angka rembesan Lane (Sumber KP 02 hal. 147)

Direncanakan seperti gambar 4.15.

 ∆ H =elevasi mercu bendung−elevasi blok halang


¿ 287.10−282.76
¿ 4.34m
 Panjang creep line

Diketahui panjang mercu bendung adalah 8.18 m dan panjang kolam olak adalah
9.62 m.

Perhitungan Lh dan Lv ditabelkan.

67
Tabel 4.1 Perhitungan Lh dan Lv

Notasi Lh (m) Lv (m)


A-B   1
B-C   0.5
C-D 1  
D-E   0.5
E-F 1.5  
F-G   0.5
G-H 1  
H-I   0.5
I-J 1.5  
J-K   2
K-L 1.5  
68
L-M   2
M-N 3.68  
N-O   1.25
O-P 1.5  
P-Q   1.25
Q-R 1.5  
R-S   2.4
S-T 1.5  
T-U   0.5
U-V 1  
V-W   0.5
W-X 1.5  
X-Y   0.5
Y-Z 1  
Z-AA   0.5
AA-BA 1.5  
BA-CA   0.5
CA-DA 1  
DA-EA   0.5
EA-FA 2.72  
FA-GA   0.7
GA-HA 1  
HA-IA   1
IA-JA   1
JA-KA   1
Total 24.4 18.6

 Angka rembesan Lane

Angka rembesan minimum untuk pasir kasar adalah 5.0

1
Lv+ ∙ Lh
3
CL=
ΔH

1
18.6+ ×24.4
3
¿
4.34

¿ 6.1598 ≥5.0 … … … … … … … … … … … … .(OK )

Catatan:

69
Pada bagian pertemuan tubuh bendung dengan apron dan kolam olak, karena pengecorannya
dilakuakan terpisah, besar kemungkinan dibagian tersebut akan terbentuk garis, dimana garis
tersebut nantinya bisa menjadi jalan merembesnya air yang akan menyebabkan kegagalan
struktur, untuk itu, dibagian tersebut harus dipasangkan water stop.

 Kesimpulan
Dari perhitungan diatas diketahui elevasi air di hulu pada saat banjir adalah
+289.75 m dan Elevasi air di hilir pada saat banjir adalah + 285.66 m sehingga
ΔHbanjir = Elevasi air di hulu pada saat banjir - Elevasi air di hilir pada saat banjir dan
didapat sebesar 4.09 m sedangkan ΔHnormal = elevasi air normal – elevasi dasar
sungai dan didapat sebesar 4.09 m.
Diketahui panjang bendung adalah 8.18 m dan panjang kolam olak adalah 9.62
m sehinnga Lh adalah 24.4 m dan Lv adalah 18.6 m dengan nilai Cl minimum untuk
pasir kasar sebesar 5.0. Didapatkan nilai CL sebesar 6.15.98. Karena nilai CL lebih
besar dari 5.0 maka dapat disimpulkan bendung aman terhadap rembesan.

70
4.5 Desain Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah atau bendung direncanakan untuk menghindari
adanya limpasan ombak maupun benda-benda padat yang terapung pada aliran. Tinggi
jagaan adalah jarak vertical dari muka air sampai keujung dinding. Perhitungan untuk
memperoleh tinggi jagaan digunakan rumus:
1
3
F b=0.6+ 0.0037 ×V ×d
dimana:
Fb =tinggi jagaan (m)

V = kecepatan aliran (m/dt)

d = kedalaman air (m)


71
 Tinggi jagaan pada upstream bendung
Dengan d = Hd = 2.6470 m dan V = V0 = 0.7655 m/dt
maka,
1
3
F b=0.6+ 0.0037 ×V ×d
1
3
¿ 0.6+ 0.0037× 0.7655 ×2.6470
¿ 0.6039 m≈ 0.61 m
 Tinggi jagaan pada penampang I
Dengan d = y1 = 0.4964 m dan V = V1 = 11.9460 m/dt
1
3
F b=0.6+ 0.0037 ×11.9460 ×0.4964
¿ 0.6350 m≈ 0.64 m
 Tinggi jagaan pada kolam olak
Dengan d = y2 = 3.5624 m dan V = V2 = 1.6646 m/dt
1
3
F b=0.6+ 0.0037 ×1.6646 ×3.5624
¿ 0.6094 m ≈ 0.61 m

 Kesimpulan
1
Tinggi jagaan di dapat dengan persamaan F =0,6+ 0,0037 ×V ×d 3 dengan
b

nilai tinggi jagaan pada upstream bendung dengan d = Hd = 2.6470 m dan V = V0 =


0.7655 m/dt didapat tinggi jagaan sebesar 0.61 m, tinggi jagaan pada penampang I
dengan V = V1 = 11.9460 m/dt dan d = y1 = 0.4964 m Sehingga didapat nilai Fb sebes
0.64 m dan tinggi jagaan pada kolam olakdengan V = V2 = 1.6646 m/dt dan d = y2 =
3.5624 m didapat tinggi jagaan sebesar 0.61 m.

72
4.6 Desain Pintu Pengambilan

Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan kesaluran primer.
Ukuran dari pintu harus sesuai dengan debit rencana untuk saluran irigasi

73
Gambar 4.17 Tipe pintu pengambilan. (Sumber: KP 02 hal. 111)

Berdasarkan KP 02, diketahui persamaan :

Q=A . v
=μ . b . a √ 2 . g . z
dimana :

Q = Debit rencana yang masuk untuk saluran irigasi (m3/dt)

μ = Koefisien debit (diambil 0,8)

b = Lebar bukaan (m)

a = Tinggi bukaan (m)

g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/dt2

z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan diambil 0,2 m

Elevasi dasar bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m diatas muka kantong lumpur dalam
keadaan penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen didasar pengambilan itu
sendiri. (Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Irigasi, Hal.77)

Data – data :

- Kebutuhan air tanaman (NFR) = 1.25 lt/dt/Ha

74
- Luas daerah irigasi (A) = 1050 Ha
- Direncanakan dengan pintu pengambilan menggunakan pintu radial, dengan
keuntungan tidak ada gesekan yang harus diperhitungkan, sehingga μ = 0.8
- Berdasarkan petunjuk teknis perencanaan irigasi hal 77. Bahwa elevasi dasar
bangunan pengambilan sebaiknya 0.2 m di atas muka kantong lumpur dalam keadaan
penuh guna mencegah pengendapan partikel sedimen di dasar pengambilan itu sendiri
sehingga kehilangan tinggi energi (z) diambil 0.2 m.
- Direncanakan dengan menggunakan 2 pintu dan lebar masing- masing pintu
direncanakan 1.5 m, karena dibuat 2 pintu maka harus ada pilar pemisah ditengahnya,
dan tebal pilar di rencanakan 1 m, maka :
Lebar bukaan = 1.5 + 1.5 = 3 m
Lebar total pengambilan = 3+1 = 4 m

Maka debit yang dibutuhkan :

NFR × A
Qkebutuhan =
effisiensi
(effisiensi irigasi total = 65 % = 0.65)

1.25× 1050
¿
0.65

= 2019.2308 lt/dt

= 2.0192 m3/dt

Berdasarkan KP 02 hal. 110

Kapasitas pengambilan sekurang- kurangnya 120 % dari kebutuhan pengambilan guna


menambah fleksibilitas agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
proyek.

Maka : Qp = Qkebutuhan x 120 %

= 2.0192 x 120%

= 2.4230 m3/det

Tinggi Bukaan Pada Pintu Pengambilan


75
Qp = μ ba √ 2. g. z
Qp
a ¿
μb √2 gz

Untuk satu pintu dibuka:

2.4230
a ¿
0.8× 1.5 × √ 2× 9.8 ×0.2

= 1.0198 m ¿ 1.1 m

Untuk kedua pintu dibuka:

2.4230
a ¿
0.8× 3 × √ 2× 9.8 ×0.2

= 0.5099 m ¿ 0.51 m

 Kesimpulan
Dengan kebutuhan air tanam (NFR) sebesar 1.25 lt/dt/Ha dan luas daerah irigasi
seluas 1050 Ha. Direncanakan pintu pengambilan dengan pintu radial, dengan
keuntungan tidak ada gesekan yang harus diperhitungkan, sehingga  = 0,8.
Direcanakan dengan menggunakan 2 pintu dan lebar 1 pintu direncanakan 1.5 m, maka

76
didapat debit yang dibutuhkan sebesar 2.0192 m3 / dt dan dimana Qp = Qkebutuhan x
120 % sehingga didapatkan 2.4230 m3 / dt, dengan persamaan Q p=μ ∙ b ∙ a ∙ √ 2 ∙ g ∙ z
maka dapat dihitung tingggi bersih bukaan sebesar 0.5 m.

4.7 Desain Pintu Pembilas

Air yang mengalir pada sungai yang akan dibangun bending banyak mengandung
sedimen. Agar sedimen tidak masuk ke saluran intake maka perlu diadakan pembilas atau
pengontrolan isi sedimen yang mengendap dibuang ke sungai utama.

77
Untuk melaksanakan pembilas ini diperlukan bangunan pembilas. Beberapa pedoman
untuk menentukan lebar pembilas antara lain:

~ Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sama dengan 1/6 – 1/10 lebar bersih bending
(jarak antar pangkal-pangkalnya).
~ Lebar pembilas diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-pilarnya.

Gambar 4.19 Geometrik pembilas. (Sumber: KP 02 hal. 114)


Kecepatan pembilas

Kecepatan rencana yang diperlukan selama pembilasan dapat diambil sebesar


Vrencana = 3 m/dt (Sumber: KP - 04). Makin tinggi kecepatan selama pembilasan, operasi
menjadi semakin cepat. Besarnya kecepatan pembilasan hendaknya selalu dibawah
kecepatan kritis, karena superkritis akan mengurangi efektifitas proses pembilasan
(Sumber: KP-02).

Kecepatan kritis dan kedalaman kritis

 Kecepatan kritis
V c = √ g ∙ hc
 Kedalaman kritis

78
q2
h c=
g√
3

denganq=Q/ L
dimana:

Q = Debit banjir rencana yang masuk untuk saluran irigasi (m3/dt)

q = Debit rencana parameter lebar (m3/dt/m)

L = Lebar pintu penguras (m)

Vc = Kecepatan kritis (m/dt)

hc = Kedalaman kritis (m)

g = Percepatan gravitasi (m/dt2)

Kemiringan lantai pembilas

Untuk mempertahankan agar Vkritis tetap mempunyai nilai sebesar x (hasil perhitungan)
m/dt, maka kemiringan lantai penguras harus dihitung. Perhitungan dapat menggunakan
rumus Manning.

V =1 /n∙ R2 /3 ∙ I 1/ 2

Dengan:

n = koefisien kekasaran Manning

V = Kecepatan saat pembilasan (m3 / dt)

R = Jari-jari hidraulis (m)

I = Kemiriangan dasar saluran

Berikut ini harga-harga koefisien kekasaran Manning

Besi tuang dilapis = 0.014

Kaca = 0.010

79
Saluran beton = 0.013

Bata dilapisi mortar = 0.015

Pasangan batu disemen = 0.025

Saluran tanah bersih = 0.022

Saluran tanah = 0.030

Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput = 0.040

Saluran pada galian batu padas = 0.040

 Data perencanaan
Q = 97 m3 /dt
L pengambilan =4m
Bb = 20.4 m
g = 9.8 m / dt2

direncanakan bahan dinding saluran dari pasangan batu, dengan koefisien


kekasaran Manning (n) adalah 0.025

 Desain pintu pembilas


Lebar pembilas + pilar = 1/6 x Bb = 1/6 x 20.4 = 3.4 m
Lebar pembilas = 0.6 x L pengambilan = 0.6 x 4 = 2.4 m
Jumlah tebal pilar = 3.4 – 2.4 =1 m
Direncanakan dengan 1 pintu pembilas
Lebar pintu pembilas = 2.4 m
Jumlah pilar = 1
Tebal pilar = 1 m

 Debit rencana tiap meter lebar


q = Q / Lebar pembilas = 97 / 2.4 = 40. 4167 m3 / dt / m
 Kedalaman kritis

80
q2 3 40.41672
hc=
g
=
√ √
3

9.8
=5.5034 m

 Kecepatan kritis

Vc=√ g × hc=√ 9.8 ×5.5034=7.3440 m/dt > 3 m/dt………….(OK)

 Kemiringan lantai pembilas


V =1 /n× R2/ 3 × I 1 /2

Pada saat R = hc = 5.5034 m, maka V = Vc = 7.3440 m/dt

7.3440=1 /0.025× 5.50342 /3 × I 1 /2

2
7.3440
I= ( 1/0.025 ×5.5034 2/ 3 )
I =0.0035

 Kesimpulan
Dengan lebar pintu pembilas yang direncanakan yaitu2.4 m. Desain pintu
pembilas dan debit rencana tiap meter lebar dengan lebar pintu penguras yaitu 2.4 m

81
sebesar 40.4167 m3 / dt / m dan kedalaman kritis didapat sebesar 5.5034 m, dengan
nilai hc dapat dihitung nilai kecepatan keritis dan didapat kecepatan kritis sebesar
7.3440 m/ dt selanjutnya dilakukan kontrol terhadap Vc dengan ketentuan Vc >
Vrencana 7.3440 m/dt > 3 m/dt. Karena kecepatan kritis lebih besar dari kecepatan
rencana pembilas, maka digunakan kecepatan kritis. Dengan nilai Vc yang sudah
didapat maka dapat dihitung Kemiringan lantai pembilas dengan persamaan (V=1/n
R2/3 I1/2 ) secara trail dan error didapat kemiringan lantai pembilas sebesar 0.0035.

4.8 Desain Kantong Lumpur

82
Kantong Lumpur adalah suatu bangunan pelengkap yang mempunyai fungsi untuk
mengendapkan lumpur yang masuk ke saluran.Kantong Lumpur ditempatkan dibelakang
pintu intake kemudian hasil pembilas lumpur dibuang melalui saluran buang.

Gambar 4.21 Tata letak kantong lumpur. (Sumber: KP 02 hal 162)

Langkah-langkah perencanaan berdasarkan “Petunjuk Perencanaan Irigasi” hal 60


adalah sebagai berikut:
1) Menentukan ukuran partikel,
2) Menentukan volume kantong lumpur yang diperlukan,
3) Membuat perkiraan awal luas rata-rata permukaan kantong lumpur
dengan rumus :
Q
LB=
W

dimana:

L = Panjanng kantong Lumpur (m)

B = Lebar rata-rata profil pembawa (m)

Q = Debit pengambilan rencana (m3/dt)

W = Kecepatan endap pertikel rencana (m/dt)

83
4) Menentukan kemiringan energi dikantong lumpur selama eksploitasi
normal, untuk itu digunakan rumus Strickler berikut:
2 1
3 2
V n=1 /n∙ Rn ∙ I n

Qn=V n ∙ A n

dimana:

Vn = Kecepatan rata-rata selama eksploitasi normal (m/dt)

n = Koefisien kekasaran Menning

Rn = Jari-jari hidrolis selama eksploitasi normal (m)

In = Kemiringan energi selama eksploitasi normal

An = Luas penampang basah eksploitasi normal (m2)

Qn = Kebutuhan pengambilan rencana (m3/dt)

5) Menentukan kemiringan energi selama pembilasan dengan kolam


dalam keadaan kosong dengan rumus Strickler:
2 1
V s =1/n ∙ R s 3 ∙ I s 2
Q s =V s ∙ A s
dimana:

Vs = Kecepatan rata-rata selama pembilasan (m/dt)

n = Koefisien kekasaran Manning

Rs = Jari-jari hidrolis (m)

Is = Kemiringan energi

An = Luas penampang basah (m2)

Qs = Debit untuk membilas (m3/dt)

As = Luas penampang basah (m2)

84
6) Menentukan dimensi kantong lumpur
Perencanaan sebagai berikut:

 Ukuran partikel rencana, diketahui sample yang diambil pada kali sedimen rata-
rata berukuran 8.8x10-6. Sedimen itu terangkut oleh aliran sungai sebagai sedimen
layang.
 Diasumsikan bahwa air yang dielakkan mengandung 0,5% sedimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur (KP.02 hal 136).
 Volume kantong lumpur V bergantung pada jarak waktu pembilasan. Jarak waktu
pembilasan atau pembersihan biasanya diambil jarak waktu 1 atau 2 minggu
(KP.02 hal 145)
V =0.0005∙ Q n ∙T
dimana:
Qn = Kebutuhan pengambilan rencana sebesar 2.4230 m3 / dt
T = Waktu pembilasan, direncanakan pembilasan dilakukan 1 minggu sekali
Maka :
V = 0.0005 x 2.4230 x (7 x 24 x 3600)
= 732.7152 m3
 Luasan rata – rata permukaan kantong lumpur
Q
LB=
W
Dari grafik hubungan antara kecepatan W dengan diameter partikel d maka
kecepatan endap bisa diketahui (KP. 02 hal 143). Dimensi kantong sebaiknya juga
sesuai dengan kaidah bahwa L/B > 8, untuk mencegah agar aliran tidak “meander”
di dalam kantong.
Apabila :
Diameter partikel (d) = 0.07 mm (KP. 02 hal 161). dan partikel berupa pasir
alamiah, sehingga faktor bentuk (fb) = 0.7 mm.

85
Gambar 4.22 Grafik hubungan antara diameter saringan
dan kecepatan endap untuk air tenang. (Sumber KP 02 hal. 166)
Maka dari gambar 4.22 diperoleh kecepatan endap pertikel sebesar 0.004 mm/dt

Maka,
Q 2.4230
LB= = =605.75 m 2
W 0.004
karena L/B> 8 , maka L/B=10 → L = 10B
Maka,
LB ¿ 605.75
10 B B ¿ 605.75
86
B2=60.5750
B=7.7830 m ≈7.78 m
L=10 × B
¿ 10 ×7.78=77.8 m
 Menentukan kemiringan energi selam eksploitasi normal (In)
Kecepatan aliran (Vn) tidak boleh kurang dari 0.30 m/dt, guna mencegah
tumbuhnya vegetasi / sedimentasi (pengendapan) (KP. 02 hal. 165). Digunakan Vn
= 0.40 m/dt.
~ Luas penampang basah
Q = Vn . An
Q
An =
Vn
2.4230
An = =6.0575m 2
0.40
~ Dengan harga B = 7.78 m, maka kedalaman air (hn) adalah:
A n 6.0575
h n= = =0.7786 m
B 7.78
~ Direncanakan kemiringan talud 1 : 2, maka lebar dasar saluran (bn) adalah
b n=B−2 ( hn ∙ m )
¿ 7.78−2 ( 0.7786 ×2 )
¿ 4.6656 m
~ Keliling basah
Pn=bn +2∙ h n √ ( 1+m2 )

¿ 4.6656+ 2× 0.7786 × √ ( 1+22 )


¿ 8.1476 m
~ Jari – jari hidraulis
A n 6.0575
Rn = = =0.7435m
Pn 8.1476
~ Jadi kemiringan energ In, jika saluran terbuat dari batu kali
V n=1 / n∙ R2 /3 ∙ I n1/ 2
2 2
Vn 0.40
I n=
( 1/0.025 ∙ R
2
3 )( =
40× 0.7435
2
3 ) =0.000148

87
 Menentukan kemiringan energi selama pembilasan (Is)
Penentuan Is pada saat pengambilan, kantong lumpur dalam keadaan kosong
kecepatan rata-rata yang diperlukan selama pembilasan untuk pasir kasar Vs = 1,5
m/dt (KP. 02 hal 169).

~ Maka debit untuk pembilas


Qs =1.2× Q n
¿ 1.2× 2.4230
¿ 2.9076 m3 /dt
~ Luas penampang basah pada saat pembilas
Q 2.9076
A s= = =1.9384 m 2
Vs 1.5
~ Lebar dasar kolam (bs) = bn = 4.6656
~ Kedalaman dasar
A s=b s ∙ h s
A s 1.9384
h s= = =0.4155m
bs 4.6656
~ Keliling basah pada saat pembilasan
Ps =b s+2 ∙ hs
¿ 4.6656+ 2× 0.4155
¿ 5.4966 m
~ Jari-jari hidraulis
A s 1.9384
R s= = =0.3527 m
Ps 5.4966
~ kemiringan saluran pada saat pembilasan adalah:
2 2
Vs 1.5
I s=
( 1/n∙ Rs
2
3 )( =
40 × 0.3527
2
3 ) =0.00564

~ Pada saat pembilasan harus diusahakan kecepatan alirannya dalam sub kritis
(Fr < 1), hal ini untuk menghindari tergerusnya saluran akibat kecepatan air.
1 1
F r= = =0.583< 1… … … … ….(OK )
√ g ∙ h s √ 9,81 ×0.3
 Panjang kantong lumpur
Volume kantong Lumpur yang diperlukan
88
V = 0.0005 x 2.4230 x (7 x 24 x 3600) = 732.7152 m3
~ Rumus volume kantong lumpur
1
V = ( hs ∙ bn ∙ L ) + ∙ ( I s−I n ) L2 ∙ bn
2
1
732.7152=( 0.4155 × 4.6656 × L ) + ( 0.00564−0.000148 ) L2 × 4.6656
2

732.7152 = 2.3328 L + 0.0128 L2

Dengan cara coba-coba didapatkan L = 164.90 m

 Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur


Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur biasanya sekitar 1,0 m untuk
jaringan kecil (sampai 10 m3/dt), hingga 2,50 m untuk saluran yang sangat besar
(100 m3/dt). (KP 02 hal. 168)
Is = Δh / L
Δh = h – hs = h – 0.4155
0.00564 = (h – 0.4155) / 164.90
h = (0.00564 x 164.90 + 0.4155
= 1.3455 m ≈ 1.35 m

89
 Kesimpulan
Dari uaraian diatas dikatakan diameter partikel (d) = 0,07 mm dan partikel
berupa pasir alamiah, sehingga faktor bentuk (fb) = 0.7 mm, dan berdasarkan gambar
4.16 (KP.02 hal. 143) diperoleh kecepatan endap partikel sebesar
W =4 mm/ dt=0,004 m/dt sehingga nilai LB sebesar 605.75 m 2 karena L/B >8
(diambil L/B = 10) dan didapat B sebesar 7.78 m sehingga L sebesar 77.8 m
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk Menentukan kemiringan energi (In)
Dimana Kecepatan aliran (Vn) tidak boleh kurang dari 0.30 m/dt, guna mencegah
tumbuhnya vegetasi maka digunakan Vn = 0.4 m/dt sehingga didapat In sebesar
0.000148. Langkah selanjutnya yaitu Menentukan kemiringan energi selama
pembilasan (Is) dengan Penentuan Is pada saat pengambilan, kantong lumpur dalam
keadaan kosong kecepatan rata-rata yang diperlukan selama pembilasan untuk pasir
kasar Vs = 1.5 m/dt dan didapat Is sebesar 0.00564
Dengan diketahuinya volume kantong lumpur sebesar 732.7152 m3 maka

1 2
dengan persmaan V = ( 0.5 ×b n × L ) + × ( I s−I n ) L ×b n dengan cara trail dan error
2
didapat Nilai L ( panjang kantong lumpur) sebesar 164.90 m.

90
BAB V
STABILITAS BENDUNG
5.1 Langkah-Langkah Perhitungan

Untuk mengetahui keamanan dari tubuh bendung, maka harus diadakan analisa
stabilitasnya. Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi (Sumber KP-02 hal. 143),
yaitu:

1. Guling
2. Geser
3. Erosi bawah tanah (piping).

Analisa stabilitas bendung ini ditentukan oleh gaya-gaya yang bekerja di bendung
meliputi :

1. Tekanan air (w)


2. Beban mati / berat bangunan (G)
3. Tekanan lumpur / sedimen (PL)
4. Tekanan tanah (P)
5. Tekanan up lift (U)
Dalam perhitungannya, ditinjau dengan 2 keadaan, yaitu :

1. Keadaan normal
2. Keadaan ekstrem
Rumus-rumus dalam analisa stabilitas :

1. Stabilitas terhadap guling


Berdasarkan KP.02, hal 122 :
a. Untuk keadaan normal

Σ MT
SF= > 1.5
Σ Mg

b. Untuk keadaan ekstrim

Σ MT
SF= > 1. 25
Σ Mg 91
dimana :

SF = Angka keamanan

∑MT = Jumlah momen penahann (ton m)

∑Mg = Jumlah momen guling (ton m)

2. Stabilitas tehadap gesar

f.ΣV
SF=
ΣH

- keadaan normal : SF > 2.00

- Keadaan ekstrim : SF > 1.25

dimana :

SF = Angka keamanan

f = Koefisien geser

∑V = Jumlah gaya vertical (ton)

∑H = Jumlah gaya horizontal (ton)

Dasar Perhitungan pembebanan dapat diuraikan sbb:

1. Tekanan air (P)

Gambar 5.1 Sketsa tekanan air

92
a. Tekanan air statis
1
Y = H
3

dimana :

Pw = Tekanan air statis (ton)

w = Berat jenis air (ton/m3)


H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak pusat tekanan dari dasar (m)
b. Tekanan air dinamis
2
Y = H
5

dimana :

Pd = Tekanan air dinamis (ton)

w = Berat jenis air (ton/m3)


Kh = Koefisien gempa horizontal (0.25)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan (Pd) dari dasar (m)
c. Berat air sendiri :
W=γ w . V

dimana :

W = Berat air (ton)

w = Berat jenis air (ton/m3)


V = Volume air (m3)
2. Berat sedimen (PL) :
1
Ps= [ γ sat − γw ] Cs . H 2
2
dimana :

Ps = Tekanan sedimen (ton)

93
Cs = Koefisien tekanan tanah
H = Tinggi sedimen (m)

sat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m3)

w = Berat jenis air (ton/m3)

3. Berat Sendiri Bangunan (G)

Gambar 5.2 Sketsa berat sendiri bangunan

Gn = b V

G total = G1+G2+G3+………+Gn

dimana :

V = Volume bangunan (m3)

b = Berat jenis bahan bangunan (ton/m3)

Gn = Berat sendiri bangunan (ton)

94
4. Perhitungan Tekanan Tanah

Gambar 5.3 Sketsa tekanan tanah

1
P= . γt . H 2 . K
2

dimana :

P = Tekanan tanah (ton)

H = Tinggi tanah (m)

t = Berat jenis tanah (ton/m3)

K = Koefisien tekanan tanah

5. Tekanan Up Lift
Px=¿) ɣw

dimana,
Px = Tekanan up lift pada tiap titik yang ditinjau (ton/m2)
Hx = jarak titik A sampai atas permukaan mercu (m)
Lx = panjang yang di tinjau terhadap titik O (m)
∑L = panjang total (m)
ΔH = Beda tinggi energi (m)

5.2 Data-data Perencanaan


95
Data-data perencanaan yang sudah diketahui adalah sebagai berikut:
 Rembesan Lane (CL) : 5.0 (pasir kasar, KP 02 hal. 148)
 Sudut geser dalam (θ) : 350 (pasir padat, KP 02 hal. 133)
 Kohesi (C) : 0 t/m3 (pasir padat, KP 02 hal. 133)
 Berat jenis batu kali : 2.2 t/m3
 Koefesien geser (f) : 0.75 (batu keras, KP 02 hal. 144)
 daya dukung ijin) : 7 N/mm2 (pasangan batu, KP 06 hal. 73)
 Koefisien gempa : 0.15 (Untuk wilayah gempa 3)
 Berat volume tanah jenuh (γsat): 1.8 t/m3
 Berat Volume tanah (γt) : 1 t/m3
 Berat volume air (γw) : 0.981 t/m3
 Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung adalah :
~ Tekanan Air ( W )
~ Beban Mati ( G )
~ Tekanan Sedimen ( Ps )
~ Tekanan Air Dinamis ( Pd )
~ Tekanan Air Statis ( Pw )
~ Tekanan Up Lift ( U )
~ Tekanan Tanah Aktif ( Pa )
~ Tekanan Tanah Pasif ( Pp )

 Keadaan horizontal yang bekerja pada bendung dengan


1−sin ∅ 1−sin 35
Ka= = =0.2710
1+sin ∅ 1+sin 35

1+sin ∅ 1+sin 35
Kp= = =3.6902
1−sin ∅ 1−sin 35

96
5.3 Perhitungan Berat Sendiri Bendung dan Momen yang Diakibatkannya

A. Berat sendiri bendung


Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.4
Bahan yang digunakan batu kali dengan γ = 2.2 ton/m³
G 1= A × γ ×1 meter panjangG 1
G1= A × γ ×1 meter panjang
¿ 0.255 ×2.2 ×1

¿ 0.561 ton

Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan

Tabel 5.1 Gaya akibat berat sendiri bendung

Berat jenis Luas Permete


Gaya
Notasi bahan penampan r
(ton)
(ton/m^3) g (m^2) panjang
G1 2.2 0.2550 1 0.5610
G2 2.2 0.2550 1 0.5610
G3 2.2 0.5620 1 1.2364
G4 2.2 1.7800 1 3.9160
G5 2.2 0.2680 1 0.5896
28.703
G6 2.2 13.0472 1
8
19.480
G7 2.2 8.8548 1
6
11.550
G8 2.2 5.2500 1
0
G9 2.2 3.3750 1 7.4250
G10 2.2 3.6800 1 8.0960
G11 2.2 4.5000 1 9.9000
G12 2.2 0.5000 1 1.1000
11.000
G13 2.2 5.0000 1
0
G14 2.2 0.5000 1 1.1000

B. Momen akibat berat sendiri bendung


Perhitungan dilakuakan berdasarkan Gambar 5.4

Momen = gaya x lengan

Lengan = jarak dari titik berat Gi ke titik O


97
Jadi ;

MG 1=GAYA × LENGAN

¿ 0.5610 ×7.2000

¿ 4.0392 tonm

Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Tabel 5.2 Momen akibat berat sendiri bendung

Gaya Lengan Momen


Notasi
(ton) (m) (ton.m)

G1 0.5610 7.1997 4.0390


G2 0.5610 6.4902 3.6410
G3 1.2364 5.5035 6.8045
G4 3.9160 6.8449 26.8046
G5 0.5896 7.9304 4.6758
185.082
G6 28.7038 6.4480
4
G7 19.4806 3.1415 61.1982
G8 11.5500 0.7500 8.6625
G9 7.4250 2.2500 16.7063
G10 8.0960 4.8417 39.1984
G11 9.9000 7.4334 73.5907
G12 1.1000 10.1834 11.2017
117.517
G13 11.0000 10.6834
4
G14 1.1000 12.6834 13.9517

98
5.4 Perhitungan Gaya Up Lift dan Momen yang Diakibatkannya
A. Tekanan up lift di setiap titik
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.5

Lx
Px=(Hx− × ΔH )× ɣw
∑L
13.18
PA=(6.6− × 4.0731)×0.981
13.18

= 2.4789 ton/m2

Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Table 5.3 Tekanan up lift disetiap titik


ɣw Px
Notasi Hx (m) Lx (m) ∑L (m) ΔH (m) (ton/m^3 (ton/m^2
) )
A 6.60 13.18 13.18 4.0731 0.981 2.4789
B 6.60 12.18 13.18 4.0731 0.981 2.7821
C 6.10 12.18 13.18 4.0731 0.981 2.2916
D 6.10 10.68 13.18 4.0731 0.981 2.7463
E 6.60 10.68 13.18 4.0731 0.981 3.2368
F 6.60 9.68 13.18 4.0731 0.981 3.5400
G 6.10 9.68 13.18 4.0731 0.981 3.0495
H 6.10 8.18 13.18 4.0731 0.981 3.5042
I 8.10 8.18 13.18 4.0731 0.981 5.4662
J 8.10 6.68 13.18 4.0731 0.981 5.9210
K 6.10 6.68 13.18 4.0731 0.981 3.9590
L 6.10 3.00 13.18 4.0731 0.981 5.0746
M 7.35 3.00 13.18 4.0731 0.981 6.3009
N 7.35 1.50 13.18 4.0731 0.981 6.7556
O 8.60 1.50 13.18 4.0731 0.981 7.9819
P 8.60 0.00 13.18 4.0731 0.981 8.4366

99
B. Tekanan up lift di setiap bidang
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.5
Px = Luas bidang Px (m2)
Ui = ∑ Luas bidang Px (m2)
Untuk U1:
P1 = 2.4789 x 1.0000 = 2.4789 ton/m
P2 = 1/2 x 1.0000 x 0.3032 = 0.1516
U1 = P1 + P2 = 2.4789 + 0.1516 = 2.6305 ton/m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel 5.4 Tekanan up lift di setiap bidang
Notasi Tekanan Tekanan
Tekanan Bidang (ton/m) total (ton/m)
P1 2.4789
U1 A-B 2.6305
P2 0.1516
P3 3.4374
U2 C-D 3.7784
P4 0.341
P5 3.2368
U3 E-F 3.3884
P6 0.1516
P7 4.5743
U4 G-H 4.9153
P8 0.341
P9 8.1993
U5 I-J 8.5404
P10 0.3411
P11 14.5691
U6 K-L 16.6218
P12 2.0527
P13 9.4513
U7 M-N 9.7923
P14 0.341
P15 11.9728
U8 O-P 12.3138
P16 0.341

C. Momen akibat tekanan up lift disetiap bidang


Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.6
MPx = Px X Lengan
MUi = ∑MPx
Untuk MU1:
MP1= 2.4789 x 12.6834 = 31.4409 ton/m . m
MP2 = 0.1516 x 12.5167 =1.8975 ton/m . m

100
MU1 = MP1 + MP2 = 31.4409 + 1.8975 =33.3384 ton/m . m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel 5.5 Momen akibat tekanan up lift
Notasi Tekanan Lengan Momen Momen total
Tekanan Bidang (ton/m) (m) (ton/m . m) (ton/m . m)
P1 2.4789 12.6800 31.4325
U1 A-B 33.3295
P2 0.1516 12.5133 1.8970
P3 3.4374 11.4300 39.2895
U2 C-D 43.1019
P4 0.341 11.1800 3.8124
P5 3.2368 10.1753 32.9354
U3 E-F 34.4534
P6 0.1516 10.0133 1.5180
P7 4.5743 8.9300 40.8485
U4 G-H 43.8084
P8 0.341 8.6800 2.9599
P9 8.1993 7.4300 60.9208
U5 I-J 63.3699
P10 0.3411 7.1800 2.4491
P11 14.5691 4.8400 70.5144
U6 K-L 79.1906
P12 2.0527 4.2267 8.6761
P13 9.4513 2.2500 21.2654
U7 M-N 21.9474
P14 0.341 2.0000 0.6820
P15 11.9728 0.7500 8.9796
U8 O-P 9.1501
P16 0.341 0.5000 0.1705

101
5.5 Perhitungan Tekanan Tanah dan Momen yang Diakibatkannya
A. Tekanan tanah
Data yang sudah diketahui:
Ka = 0.2710
Kp = 3.6902
Berat volume tanah jenuh (γsat) : 1.8 ton/m3
Berat volume air (γw) : 0.981 ton/m3
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.7

Perhitungan untuk tanah aktif

Ha1=Ka x ( γ sat−γw ) x H
¿ 0.2710 x ( 1.8−0.981 ) x 1.5
¿ 0.3329 ton/m2
Pa1=Luas bidang Ha1
1
¿ x 0.3329 x 1.5
2
¿ 0.2497 ton/m
Perhitungan untuk tanah pasif

Hp1=Kp x ( γ sat−γw ) x H
¿ 3.6902 x ( 1.8−0.981 ) x 0.5
¿ 1.5111 ton/m2
Pp 1=Luas bidang Hp 1
1
¿ x 1.5111 x 0.5
2
¿ 0 . 3778ton/m
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.

102
Table 5.6 Tekanan untuk tanah aktif

ɣsat ɣw Ha
Tinggi Pa
No Ka (ton/m^3 (ton/m^3 (ton/m^2
tanah (m) (ton/m)
) ) )
1 0.2710 1.8 0.9810 1.5 0.3329 0.2497
2 0.2710 1.8 0.9810 0.5 0.1110 0.0277
3 0.2710 1.8 0.9810 2 0.4439 0.4439
4 0.2710 1.8 0.9810 1.25 0.2774 0.1734
5 0.2710 1.8 0.9810 1.25 0.2774 0.1734

Tabel 5.7 Tekanan untuk tanah pasif

ɣsat ɣw Hp
Tinggi Pp
No Kp (ton/m^3 (ton/m^3 (ton/m^2
tanah (m) (ton/m)
) ) )
1 3.6902 1.8 0.9810 0.5 1.5111 0.3778
2 3.6902 1.8 0.9810 0.5 1.5111 0.3778
3 3.6902 1.8 0.9810 2 6.0445 6.0445
18.511
4 3.6902 1.8 0.9810 3.5 10.5780
4

B. Momen akibat tekanan tanah


Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.7
Tanah aktif:
Mai = Pai x lengan
dimana:
Pai = Tekanan ke-i akibat tanah aktif permeter panjang (ton/m)
Lengan = Jarak vertikal Pai terhadap titik O (m)
Tanah pasif:
Mpi = Ppi x lengan
dimana:
Ppi = Tekanan ke-i akibat tanah pasif permeter panjang (ton/m)
lengan = Jarak vertical Ppi terhadap titik O (m)
Untuk Ma1
Ma1 = Pa1 x lengan = 0.2497 x 2.5 = 0.6242 ton/m m
Untuk Mp1
103
Mp1 = Pp1 x lengan = 0.3778 x 2.1667 = 0.8185 ton/m m
Perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Table 5.8 Momen akibat tekanan tanah aktif

Ma
Pa Lengan
No (ton/m
(ton/m) (m)
m)
1 0.2497 2.5000 0.6242
2 0.0277 2.1667 0.0601
3 0.4439 1.1667 0.5179
4 0.1734 1.6667 0.2890
5 0.1734 0.4167 0.0723

Tabel 5.9 Momen akibat tekanan tanah pasif

Mp
Pp Lengan
No (ton/m
(ton/m) (m)
m)
1 0.3778 2.1667 0.8185
2 0.3778 2.1667 0.8185
3 6.0445 1.1667 7.0522
4 18.5114 1.1667 21.5973

104
5.6 Perhitungan Stabilitas Bendung dalam Keadaan Normal
A. Tekanan Air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.8
~ Berat sendiri air
Wn1 = (γw) x Volume air tiap meter panjang
= 0.981 x panjang apron x tinggi mercu x 1
= 0.981 x 5 x 5.1 x 1
= 25.0155 ton
~ Tekanan air statis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
Pw1 = ½ x (γw) x H² x 1
= ½ x 0.981 x 5.1² x1
= 12.7579 ton
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
Pd1 = ½ x (γw) x H² x 1 x kh
= ½ x 0.981 x 5.1² x 1 x 0.25
= 3.1895 ton
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
Ps1 = ½ x ( γ sat−γ w ) x Cs x H²
= ½ x (1.8 – 0.981) x 1 x 5.1²
= 10.6511 ton
B. Momen akibat tekanan air
M = w x lengan
dimana,
Lengan = jarak titik w ke titik O
~ Berat sendiri air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.8
MWn1 = Wn1 x lengan
= 25.0155 x 10.6834
= 267.2506 ton m
105
~ Tekanan air statis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
MPw1 = Pw x lengan
= 12.7579 x 5.2
= 66.3411 ton m
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
MPd1= Pd x lengan
= 3.1895 x 5.54
= 17.6698 ton m
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.9
MPs1 = Ps x lengan
= 10.6511 x 5.2
= 55.3857 ton m

106
Table 5.10 Gaya-gaya yang bekerja pada kondis normal arah vertikal

Gaya Lengan Momen Notas Gaya Momen


Notasi Lengan (m)
(ton) (m) (ton.m) i (ton) (ton.m)

G1 0.5610 7.1997 4.0390 2.4789 12.6800 31.4325


U1
G2 0.5610 6.4902 3.6410 0.1516 12.5133 1.8970
G3 1.2364 5.5035 6.8045 3.4374 11.4300 39.2895
U2
G4 3.9160 6.8449 26.8046 0.3410 11.1800 3.8124
G5 0.5896 7.9304 4.6758 3.2368 10.1753 32.9354
185.082 U3
G6 28.7038 6.4480 0.1516 10.0133 1.5180
4
G7 19.4806 3.1415 61.1982 4.5743 8.9300 40.8485
U4
G8 11.5500 0.7500 8.6625 0.3410 8.6800 2.9599
G9 7.4250 2.2500 16.7063 8.1993 7.4300 60.9208
U5
G10 8.0960 4.8417 39.1984 0.3411 7.1800 2.4491
G11 9.9000 7.4334 73.5907 14.5691 4.8400 70.5144
U6
G12 1.1000 10.1834 11.2017 2.0527 4.2267 8.6761
117.517
G13 11.0000 10.6834 9.4513 2.2500 21.2654
4 U7
G14 1.1000 12.6834 13.9517 0.3410 2.0000 0.6820
267.250
Wn 25.0155 10.6834 11.9728 0.7500 8.9796
6 U8
0.3410 0.5000 0.1705
Total
Total 130.234 840.324 Total
momen Total 328.351
gaya (-) 9 8 gaya 61.9809
(-) momen (+) 1
(+)

107
Tabel 5.11 Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi normal arah horizontal

Gaya Lengan Momen


Notasi
(ton) (m) (ton.m)

Pp1 0.3778 2.1667 0.8185


Pp2 0.3778 2.1667 0.8185
Pp3 6.0445 1.1667 7.0522
18.511
Pp4 1.1667 21.5973
4
Total
Total 25.311
momen 30.2865
gaya (-) 5
(-)
Pa1 0.2497 2.5000 0.6242
Pa2 0.0277 2.1667 0.0601
Pa3 0.4439 1.1667 0.5179
Pa4 0.1734 1.6667 0.2890
Pa5 0.1734 0.4167 0.0723
12.757
Pw1 5.2000 66.3411
9
Pd1 3.1895 5.5400 17.6698
10.651
Ps1 5.2000 55.3857
1
Total Total
27.666 140.960
gaya momen
6 1
(+) (+)

108
C. Jumlah momen tahanan pada saat air normal
∑MT = 840.3248+ 30.2865 = 870.6113 ton m
D. Jumlah momen penggulingan saat air normal
∑MG = 328.3511 + 140.9601 = 469.3112 ton m
E. Kontrol stabilitas bendung pada saat air normal
Gaya-gaya yang bekerja:
∑RV = 130.2349 + 61.9809 = 192.2158 ton
∑RH = 25.3115 + 27.6666 = 52.9781 ton
Stabilitas guling
SF = ∑MT / ∑MG > 1.5
= 870.6113 / 469.3112 > 1.5
= 1.8551 > 1.5 ……………………………………………..(OK)
Stabilitas geser
SF = f . (∑RV/∑RH) > 2
= 0.75 (192.2158 /52.9781) > 2
= 2.7212> 2 ………………………………………………..(OK)

109
5.7 Perhitungan Stabilitas Bendung dalam Keadaan Ekstrim
1. Kondisi banjir
A. Berat air pada tubuh bendung akibat banjir
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.12
Wi = (γw) x Volume air tiap meter panjang

W1 = 0.981 x (2.6380 x 2.2844) x 1

= 5.9117 ton
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.
Tabel 5.12 Gaya akibat berat air pada tubuh bendung

Berat
Luas Permeter
volume Gaya
Notasi penampan panjang
air (ton)
g (m^2) (m)
(ton/m^3)
W1 0.981 6.0262 1 5.9117
W2 0.981 0.4088 1 0.4010
W3 0.981 0.0599 1 0.0588
W4 0.981 0.115 1 0.1128
W5 0.981 0.103 1 0.1010
W6 0.981 0.15307 1 0.1502
W7 0.981 0.128 1 0.1256
W8 0.981 3.7445 1 3.6734

B. Momen akibat berat air pada tubuh bendung


Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.12
M = Wi x lengan
dimana,
lengan = jarak titik W ke titik O
Untuk W1
MW1 = W1 x lengan
= 5.9117 x 7.0412
= 41.6255 ton m
110
Hasil perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Tabel 5.13 Momen akibat berat air pada tubuh bendung

Gaya Lengan Momen


Notasi
(ton) (m) (ton m)

W1 5.9117 7.0412 41.6255


W2 0.4010 5.7960 2.3244
W3 0.0588 5.7960 0.3406
W4 0.1128 6.1400 0.6927
W5 0.1010 7.5304 0.7609
W6 0.1502 7.9711 1.1970
W7 0.1256 8.0772 1.0142
W8 3.6734 2.7948 10.2664

111
C. Tekanan air
~ Berat sendiri air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.13
Wb = (γw) x Volume air tiap meter panjang
= 0.981 x panjang apron x (tinggi mercu+tinggi air saat banjir) x 1
= 0.981 x 5 x (5.1+2.6380) x 1
= 37.9549 ton
~ Tekanan air statis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
Pw2 = ½ x (γw) x H² x 1
= ½ x 0.981 x (5.1+2.6380)² x1
= 29.3695 ton
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
Pd 2 = ½ x (γw) x H² x 1 x kh
= ½ x 0.981 x (5.1+2.6380)² x 1 x 0.25
= 7.3423 ton
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
Ps2 = ½ x ( γ sat−γ w ) x Cs x H²
= ½ x (1.8 – 0.981) x 1 x (5.1+2.6380)²
= 24.5195 ton
D. Momen akibat tekanan air
M = W x lengan
dimana,
Lengan = jarak titik w ke titik O
~ Berat sendiri air
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.13

112
MWb = Wb x lengan
= 37.9549 x 10.6834
= 405.4874 ton m

~ Tekanan air statis


Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
MPw2 = Pw2 x lengan
= 29.3695 x 6.0793
= 178.5460 ton m
~ Tekanan air dinamis
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
MPd2 = Pd2 x lengan
= 7.3423 x 6.5952
= 48.4239 ton m
~ Tekanan sedimen
Perhitungan dilakukan berdasarkan Gambar 5.14
MPs2 = Ps2 x lengan
= 24.5195 x 6.0793
= 149.0614 ton m

113
Tabel 5.14 Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi banjir arah vertikal

Gaya Lengan Momen Gaya Lengan Momen


Notasi Notasi
(ton) (m) (ton.m) (ton) (m) (ton.m)

12.680
G1 0.5610 7.1997 4.0390 2.4789 31.4325
0
U1
12.513
G2 0.5610 6.4902 3.6410 0.1516 1.8970
3
11.430
G3 1.2364 5.5035 6.8045 3.4374 39.2895
0
U2
11.180
G4 3.9160 6.8449 26.8046 0.3410 3.8124
0
10.175
G5 0.5896 7.9304 4.6758 3.2368 32.9354
3
U3
10.013
G6 28.7038 6.4480 185.0824 0.1516 1.5180
3
G7 19.4806 3.1415 61.1982 4.5743 8.9300 40.8485
U4
G8 11.5500 0.7500 8.6625 0.3410 8.6800 2.9599
G9 7.4250 2.2500 16.7063 8.1993 7.4300 60.9208
U5
G10 8.0960 4.8417 39.1984 0.3411 7.1800 2.4491
14.569
G11 9.9000 7.4334 73.5907 4.8400 70.5144
U6 1
G12 1.1000 10.1834 11.2017 2.0527 4.2267 8.6761
G13 11.0000 10.6834 117.5174 9.4513 2.2500 21.2654
U7
G14 1.1000 12.6834 13.9517 0.3410 2.0000 0.6820
11.972
W1 5.9117 7.0412 41.6255 0.7500 8.9796
U8 8
W2 0.4010 5.7960 2.3244 0.3410 0.5000 0.1705
W3 0.0588 5.7960 0.3406 Total
Total 61.980 328.351
momen
W4 0.1128 6.1400 0.6927 gaya (+) 9 1
(+)
W5 0.1010 7.5304 0.7609
W6 0.1502 7.9711 1.1970
W7 0.1256 8.0772 1.0142
W8 3.6734 2.7948 10.2664
Wb 37.9549 10.6834 405.4874
Total
Total 153.708 1036.783
momen
gaya (-) 8 2
(-)

114
Tabel 5.15 Gaya-gaya yang bekerja pada kondisi banjir arah horizontal

Gaya Lengan Momen


Notasi
(ton) (m) (ton.m)

Pp1 0.3778 2.1667 0.8185


Pp2 0.3778 2.1667 0.8185
Pp3 6.0445 1.1667 7.0522
Pp4 18.5114 1.1667 21.5973
Total
Total
25.3115 momen 30.2865
gaya (-)
(-)
Pa1 0.2497 2.5000 0.6242
Pa2 0.0277 2.1667 0.0601
Pa3 0.4439 1.1667 0.5179
Pa4 0.1734 1.6667 0.2890
Pa5 0.1734 0.4167 0.0723
178.387
Pw2 29.3695 6.0739
4
Pd2 7.3423 6.5952 48.4239
148.929
Ps2 24.5195 6.0739
0
Total
Total 377.303
62.2994 momen
gaya (+) 8
(+)

115
E. Jumlah momen tahanan pada saat banjir
∑ MT =¿ 1036.7832+30.2865 ¿
¿ 1067.0697 tonm

F. Jumlah momen pengguling pada saat banjir

∑ MG=328.3511+¿ 377.3038 ¿
¿ 705.6549 ton m

G. Kontrol stabilitas bendung pada saat banjir


Gaya-gaya yang bekerja:
∑ RV =153.7088+61.9809=215.6897 ton
∑ RH =25.3115+62.2994=87.6109 ton
Stabilitas guling
Σ MT
SF= ≥ 1.25
Σ MG
1067.0697
¿ ≥ 1.25
705.6549

¿ 1.5122≥ 1.25…………………………………………………………...(OK)

Stabilitas geser
ΣV
SF=f ∙ >1.25
ΣH
215.6897
¿ 0.75 ∙ >1.25
87.6109
¿ 1.8464>1.25……………………………………………………….….(OK)

116
117

Anda mungkin juga menyukai