Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
Ucapan terima kasih juga penulis hanturkan kepada orang-orang yang telah
membantu penulis dalam menemukan berbagai sumber yang penulis gunakan didalam
membuat makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam. Mungkin kami sebagai penulis tidak dapat membuat makalah ini dengan
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman
mahasiswa, dan khususnya dari dosen pengampu mata kuliah Ilmu Peendidikan Islam .
Wa billahit taufiq wal hidayah Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
, Maret 2020
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar BelakangMasalah..........................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
A. Lembaga pendidikan di indonesia..........................................................................2
B. Macam-macam Lembaga pendidikan di Indonesia...............................................8
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
A. KESIMPULAN........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMasalah
Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan
proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur jalannya
pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan jika
tidak ada lembaganya.
Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran
proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam.
Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang
lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam.
B. Rumusan masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Persoalan pokok yang kita hadapi adalah bagaimana cara menyiapkan sumber daya
manusia yang modern dan relegius, yang mampu bersaing dan tidak tersesat dalam
menghadapi kehidupan yang diwarnai budaya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan islam sangat besar dan sangat berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan
bangsa untuk membangun paradigma baru profil pendidikan islam yang ideal di
Indonesia pada masa kini, perlu dilakukan analisis SWOT (Strenght, Weaknes,
Opportunity and Treath).1
Perkembangan ilmu pengetahuan Islam dapat kita simak dalam berbagai periode
dari masa Nabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dinasti Umayyah, sampai masa
keemasan dinasti Abbasiyah, sampai dengan abad ke 14 M. Dalam sejarah pendidikan
islam, sejak nabi melaksanakan tugas dakwah agama secara aktif, di kota Mekkah telah
didirikan lembaga di mana nabi memberikan pelajaran tentang agama Islam menyeluruh
di rumah-rumah dan masjid-masjid. Di dalam masjid berlangsung proses belajar dan
mengajar berkelompok dalam halaqah masing-masing gurunya terdiri dari paea sahabat
nabi.2
1
Rusmaini, Ilmu Pendidikan,(Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), hal. 155
2
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), hal. 38-39
2
umat Islam di Indonesia baru terjadi dengan pendirian pesantren lembaga ini diperkirakan
muncul pada abad ke 18, dan merupakan lembaga pendidkan Islam tertua di Indonesia. 3
Secara eksternal, sistem pendidikan nasional ketinggalan kereta api globalisasi, dan
secara internal, sistem pendidikan nasional berjalan semakin jauh menyimpang dari cita-
cita semula, yaitu mengembangkan sifat-sifat pendidikan yang nasional dan demokratis.
Sistem pendidikan Islam masih bersifat kenvensional, karena hanya mengandalkan sistem
pendidikan tradisional sistem tersebut tidak mampu menjawab tantangan agama yang
berasal dari konsep sekuler tidak mampu melestarikan konsep spiritual oleh karena itu
perlu adanya kesiapan lembaga pendidikan Islam dalam memasuki era globalisasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Malik Fadjar tentang beberapa kelemahan
pelaksanaan pendidikan agama islam:
Materi pendidikan agama yang bersumber dari ajaran islam dinilai hanya
menekankan pada demensi teologis dalam pengertian yang sempit dan ritual ajaran
agama. Kajian teologis berhentipada persoalan ketuhanan yang bersifat mistik-ontologis
yang tidak berhubungan sama sekali dengan realitas kemanusian, Pelaksanaan pendidikan
agama islam masih tradisional yaitu hanya menggunakan metode ceramah yang bersifat
monolog disisi lain Mochtar Buchori melihat kelemahan pendidikan di indonesia dewasa
ini pada “formasi guru dan kurikulum”merupakan dua masalah kritikal dalam upaya
reformasi dan modernisasi sistem pendidikan yang ada selama ini bahwa yang
menentukan dan membuat suatu sekolah benar-benar hidup atau mati adalah interaksi
antara guru dan kurikulum. Berdasarkan kenyataan tersebut maka dalam hal yang bersifat
normatif-filosofis, rcoricntasi dilakukan dengan cara menguji ulang terhadap nuktah-
nuktah Ilahiyah dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah pendidikan seperti
tentang manusia, ilmu, nilai yang berhubungan dengan tujuan pendidikan, dan lain
sebagainya. Dan pendidikan Islam dituntut melakukan fungsi yang bersifat reflektif yaitu
harus mampu menggambarkan corak dan arus kebudayaan yang sedang berlangsung dan
juga harus bersifat progresif yaitu pendidikan islam dituntut mampu memperbaharui dan
mengembanggakan kebudayaan agar tercapainya kemajuan. 5
Berbagai pendapat antara pro kontra dan kontra terhadap sistem pendidikan
nasional dan sistem pendidikan Islam terus berlangsung dalam perkembangan pendidikan
di indonesia sebagai bagian dari proses pencarian rumusan system pendidikan nasional
3
Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1997), hal. 144
4
Moeslim Abdurahman, Islam Transformatif...., hal. 145
5
Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), hal. 51-53
3
yang lebih utuh, pertentangan pendapat tersebut secara bertahap menghasilkan kesatuan
pendapat yang cukup signifikan. Melalui proses yang panjang dan terjadinya ketegangan
politik antara eksponen yang berbeda pandangan, kecendrungan untuk menyatukan dua
kutub pendidikan Islam semakin terbukti ketika prses perumusan dan penetapan undang-
undang tentang sistem pendidikan nasional baik Undang-undang No. 2/1989 maupun
Undang-Undang No. 20/2003. Sistem pendidikan Islam Indonesia mampu menjadi sub
sistem pendidikan nasional, dan mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan
diri.6
Perlu disadari bahwa pendidikan tidak berdiri sendiri tanpa upaya bidang-bidang
lain yang secara sistematis harus bergerak harmonis menuju tujuan yang sama yaitu cita-
cita nasional maka kearifan dan keahlian dalam bekerja sama dengan berbagai pakar dari
berbagai disiplin ilmu dan aliran sangat diperlukan. Masa reformasi merupakan suatu
kesempatan yang amat tepat bagi kelompok mayoritas (sumber daya umat manusia)
untuk mengisi dan mengembangkan sistem pendidikan Islam, adanya sumber daya yang
kreatif dalam meningkatkan eksistensi pendidikan Islam di Indonesia sangat dibutuhkan
“Political wil” dari pemerintah terhadap perkembangan lembaga pendidikan islam
merupakan satu sisi yang dapat dijadikan peluang dan dicermati oleh para pakar
pendidikan Islam untuk mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. 8
Abad ke-21 merupakan abad kompetitif, Indonesia yang merupakan satu kesatuan
bangsa dan tanah air akan menghadapi kompetisi yang ketat di dunia internasional dalam
banyak hal yang menyangkut kehidupan manusia. Untuk itu bangsa ini secara intern perlu
mempersiapkan diri menjadi bangsa yang kokoh dan kuat kokoh aqidahnya dan kuat
fisiknya dalam segalah bidang kehidupan yang menjadi problematika dan tantangan
pendidikan Islam dewasa ini antara lain; globalisasi, meningkat ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengaruh informasi yang menguat serta vitalitas agama dalam kehidupan
manusia.
6
Malik Fajar, Reorientasi...., hal. 54
7
Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Sinar,1999), hal. 26
8
Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan...., hal. 27
4
Globalisasi yang dimaksud adalah kecendrungan perilaku hidup dan kehidupan
manusia untuk saling terkait, baik antara individu maupun antar bangsa yang
dihubungkan oleh sarana dan prasarana yang semakin canggih perkembangan
kecendrungan itu begitu pesat, dan itu disebabkan oleh dorongan kemajuan iptek dan
sarana-sarana komunikasi serta transportasi antar benua dan antar bangsa. Persoalan
pokok dalam menghadapi hal tersebut adalah “bagaimana cara menyiapkan sumber daya
manusia yang modern dan religius yang mampu bersaing dan tidak tersesat dalam
menghadapi kehidupan yang diwarnai budaya iptek”. Jika dikaitkan dengan pendidikan
Islam timbul suatu pertanyaan, apakah sistem pendidikan Islam yang ada sekarang masih
akomodatif terhadap tantangan itu? Pembicaraan tentang pengembangan sumber daya
manusia sebagai suatu investasi tidak bisa dilepaskan dengan pendidikan. 9
Secara teoritik dan empirik pendidikan telah diakui menjadi kekuatan institusional
bagi suatu bangsa dalam mencapai kemajuan, Chirstoper J. Lucas menyimpulkan
sebagaimana yang dikutip oleh Malik Fadjar bahwa ”pendidikan mengandung
siknifikansi bagi kehidupan manusia dan masyarakat karena pertama pendidikan
menyediakan wahana yang telah terpuji untuk mengimpletasikan nilai-nilai dan hasyat
masyarakat yang berubah, kedua pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi masalah
sosial, ketiga pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk
menerima dan menimplemasikan nilai-nilai baru, keempat pendidikan merupakan cara
terbaik untuk membimbing perkembangan manusia”.10
yang dapat diukur dari besarnya jumlah lulusan lembaga pendidikan Islam dapat mandiri
dan terserap dalam dunia kerja.12
9
Mastuhu, Memperdayakan Sistem Pendidikan, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 41
10
Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam...., hal. 53
11
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 173
12
Abu Ahmadi dan Nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipata, 1991), hal. 171-
172
5
Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka harus dilakukan reorientasi dan
reformulasi pendidikan Islam di Indonesia. Saat ini penampilan ilmu pengetahuan dan
teknologi lebih didasari oleh kepentingan untuk memenuhi kebutuhan materil manusia
oleh karena itu pendidikan islam memiliki tantangan untuk mampu membudayakan
generasi muda yang relegius yang memiliki peradaban modern, sekaligus mampu
berperan sebagai penghasil iptek artinya paradigma sistem pendidikan Islam yang mampu
mengembangkan budaya iptek mampu mengaktualisasi nilai-nilai Islam yang akhirnya
mampu mewarnai profil peradaban manusia modern. 13
Masa depan pendidikan Islam di Indonesia ditentukan baik oleh faktor internal
maupun faktor eksternal secara internal dunia pendidikan Islam pada dasarnya masih
menghadapi problem pokok berupa rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelolah
pendidikan, secara eksternal masa depan pendidikan Islam di pengaruhi oleh tiga isu
besar yaitu globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi Islam. Sistem pendidikan Islam di
Indonesia harus melakukan perubahan dan pembaharuan pendidikan Islam harus lebih
antisipatoris lebih berorientasi kepada masa depan sebagaimana yang dikemukakan
Mochtar Buchori bahwa “Modernisasi suatu bangsa tidak cukup dengan modernisasi di
bidang-bidang lain/sistem ekonomi, peradilan, sistem pemerintahan dan perwakilan;
Persoalannya sekarang ialah bagaimana merancang modernisasi sistem pendidikan yang
mampu merangsang proses modernisasi dibidang-bidang lain. Inilah yang menjadi
tantangan bagi para pemikir pendidikan di Indonesia baik sekarang maupun di masa
mendatang”.14
Dalam mengatasi masalah tersebut, maka salah satu ciri pendidikan islam yang
dapat dijadikan sebagian visi pendidikan Islam adalah sistem pendidikan islam yang
bermutu sesuatu dikatakan bermutu jika terdapat kecocokkan antara syarat-syarat yang
13
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hal.
13
14
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia...., hal. 14
15
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Medan: IAIN Press,
2002), hal. 167
6
dimiliki oleh benda yang dikehendaki dengan maksud dari orang yang menghendakinya,
misalnya mutu proses belajar cocok dengan apa yang diharapkan mahasiswa makin jauh
melampaui apa yang diharapkan makin bermutu jika terjadi sebaliknya makin tidak
bermutu. Dalam lembaga pendidikan mutu dapat dilihat dari masukan, proses, dan hasil.
Masukan melewati siswa, tenaga pengajar, administrator, dana, prasarana, kurikulum,
buku-buku perpustakaan, alat-alat pembelajaran baik perangkat keras, dan laboratorium.
Proses meliputi pengelolaan lembaga, pengelolaan program studi, pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar, interaksi akademik, antara civitas akademika, seminar, dialog,
penelitian, wisata ilmiah, evaluasi, dan akreditasi. Hasil meliputi lulusan, penerbitan-
penerbitan, temuan-temuan ilmiah, dan hasil-hasil kinerja lainnya. 16
Dalam upaya mewujudkan pendidikan Islam yang bermutu sesuai dengan visi
pendidikan Islam, maka sebagai contoh dibentuk suatu Lembaga Pendidikan Islam
Terpadu mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, dalam satu komplek dibawah satu
wadah (yayasan). Sekolah atau madrasah dalam berbagai jenjang mulai dari TK sampai
SMA pada dasarnya mengandung potensi dan kekuatan yang berbeda-beda antara yang
sati dengan yang lainnya, sementara itu dalam waktu yang bersamaan tersedia peluang
dan tantangan yang menjanjikan selain masalah-masalah yang problematik. 17
Beban pendidikan antar jenjang dapat diukur sedemikian rupa dengan tetap tidak
mengurangi kandungan kurikulumnya, perwujudan lembaga pendidikan islam terpadu
menuntut adanya manajemen pada setiap jenjang yang solid, dan satu sama lain saling
mendukung dengan konsep lembaga pendidikan islam terpadu perencanaan kebutuhan
pendidikan dari berbagai jenjang dalam satu lokasi itu dapat dilakukan secara bersama.
Dari perencanaan bersama ini dapat ditentukan prioritas yang disepakati bersama dengan
masing-masing pihak memenuhi bagian-bagian tertentu dan saling melengkapi, para
penyelenggaraan pendidikan dituntut memiliki visi, misi, tujuan, strategi, prinsip
engembangan sistem pendidikan yang releven dengan nilai-nilai islami.
16
Rusmaini, Ilmu Pendidikan...., hal. 163
17
Rusmaini, Ilmu Pendidikan...., hal. 165
7
mengaplikasikan ipteksi untuk mensejahterahkan umat di dunia dan akhirat. Upaya
pengembangan untuk dapat memperdayakan umat melalui proses pendidikan secara
berkesinambungan (lifelong education) melalui jalur-jalur informal, non formal, dan
formal.18
Masjid diartikan sebagai tempat sujud atau setiap tempat yang dipergunakan untuk
beribadah. Masjid sangat berperan penting dalam pendidikan Islam di Indonesia karena
masjid dianggap lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia sebelum adanya pesantren.
Masjid merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga. 19Oleh sebab itu implikasi
masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
Cara belajar di Masjid yaitu dengan cara mengelilingi gurunya yang berada
ditengah dengan duduk bersila tanpa mempergunakan meja atau bangku. Materi yang
diberikan sesuai dengan lkemampuan anak-anak. Dengan tahap awal belajar dsengan
mempelajari huruf hijaiyah setelah itu pendek baru diperkenankan untuk membaca al-
qur’an secara berturut-turut sampai khatam. Bukan dengan megaji saja tapi ada pula
diajarkan tentang cara berwudhu dan sholat secara langsung dilakukan peroraqngan dan
langsung dipraktikan pada waktu sholat.20
Fungsi masjid Masjid merupakan tempat khusus yang berfungsi ganda sejak
pertama kali keberadaannya. Secara garis besar masjid berfungsi sebagai tempat ibadah
dan pendidikan. Dari waktu ke waktu mengalami bentuk dan sifat fungsi masjid sangat
beragam dan bervariasi. Dalam hal ini fasilitas fungsi masjid akan lebih efektif bila di
dalamnya disediakan fasilitas proses ngajar-mengajar seperti perpustakaan dan ruang
diskusi.21
8
Pesantren merupakan bapak pendidikan islam di indonesia, didirikan dikarenakan
adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, dapat dilihat dari perjalanan sejarah, dimana bila
diingat kembali, sesungguhnya pesantren didirikan atas kesadaran kewajiban dakwah
islamiyah, sekaligus mencetak kader ulama-ulama atau da’i, dimana pesantren adalah
tempat belajar para santri. Pembangunan pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat
akan adanya lembaga pendidikan lanjut. Namun demikian, harus ada pengakuan
masyarakat tentang seorang guru atau kyai yang mengajar di pesantren tersebut. Guru
atau kyai harus mempunyai ilmu yang tinggi secara otomatis santri-santri dari luar daerah
akan berdatangan untuk belajar dengannya.22
1. Pesantren tradisional
Dengan cara bendungan atau halaqah, para santri duduk di sekitar kyai dengan
membentuk lingkaran, kyai hanya mengajarkan kitab tertentu kepada sekelompok santri.
Metode ini juga dikatakan sebagai proses beljar secara kolektif.
2. Pesantren modern
22
Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia...., hal. 39-40
23
A. Mujib, Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal. 1
24
A. Mujib, Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal.45
9
d) Memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum
e) Adanya sikap mental pada sementara golongan umat islam khususnya para
santri yang terpukau pada barat sebagai system pendidikan mereka
b. Berhitung/matematika
c. Ilmu bumi
bukan ini saja di madrasah juga diajarkan keterampilan sebagai bekal lulusannya
ketika terjun kemasyarakat.
Sejarah perguruan tinggi agama islam di indonesia bermula pada awal tahun 1945
ketika Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta.
Pada april 19456 Masyumi menyelenggarakan pertemuan di jakarta yang dihadiri oleh
organisasi-organisasi islam, kalangan intelektual dan ulama’ serta unsur pemerintah
(shumubu). Tokoh-tokoh yang hadir yaitu KH. Wahid Hasyim, KH.Abdul Wahab,
KH.Bisri Samsurim, KH.Mas Mansur, KH. A.Halim , KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh.
Rom. Rapat tersebut berhasil mewujudkan rencana mendidikan Sekolah Tinggi Islam
dibawah pimpinan Moh.Hatta. STI dibuka secara resmi pada tanggal 8 juliu 1945 di
jakarta.26
25
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT. Gema Windu Nanca
Perkasa, 2000), hal. 85
26
M. Ariefin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta: Golden Trayong Press,
1994), hal. 123
10
Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan pelajaran dan
pendidikan tinggi tentang ilmu-ilmu agama islam dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, agar
menjadi pesiar dan memberikan pengaruh islam di indonesia.
5. Majelis Ta’lim
Menurut akar katanya majelis ta’lim terdiri dari dua kata : majelis yang berarti
tempat dan ta’lim yang berarti pengajaran. Majelis ta’lim suatu lembaga pendidikan
agama nonformal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
swt dan akhlak mulia bagi jamaahnya.28
Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan islam yang merupakan salah satu wadah
berlangsungnya proses penyampaian dan peralihan ajaran-ajaran islam. tujuan majlis
ta’lim adalah untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi
antara manusia dan Allah, manusia dan sesamanya, dam manusia dan lingkungannya
dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah swt. Dan berfungsi
sebagai taman rekreasi rohaniah.
Dalam prakteknya majelis ta’lim tempat pengajaran atau pendidikan agama islam
yang bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau srata sosial dan jenis kelamin.
Waktu penyelenggaraanya tidak terikat, bisa pagi siang sore atau malam. Tempat
pengelenggaraanya pun bisa dilakukan dimasjid, gedung, rumah dan halaman.
27
A. Qadri Azizy, Pendidikan untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang : Aneka Cipta, 2001), hal.
56
28
Musthafa Kamal Pasha, Fiqih Islam, (Yogyakarta : Citra Kirana Mandiri, 2003), hal. 73.
29
Muhammad Ali al-Hasyimi, Muslim Ideal, (Jakarta: Pustaka Belajar, 2003), hal. 64
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
· Saat ini umat islam dihadapkan pada pola kehidupan yang selalu mengalami
perubahan akibat globalisasi dan arus informasi. Ada beberapa kecendrungan global yang
berkaitan dengan tantangan pendidikan di masa kini, yang perlu mendapat perhatian
serius. masalah pendididkan utama yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini ialah
bagaimana menyiapkan generasi mudanya, agar memiliki kemampuan untuk dapat
menjawab segala tantangan yang mereka hadapi dikemudian hari.
12
· Persoalan pokok yang kita hadapi adalah bagaimana cara menyiapkan
sumber daya manusia yang modern dan relegius, yang mampu bersaing dan tidak tersesat
dalam menghadapi kehidupan yang diwarnai budaya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk itu bangsa ini secara intern perlu mempersiapkan diri menjadi bangsa yang kokoh
dan kuat kokoh aqidahnya dan kuat fisiknya dalam segalah bidang kehidupan yang
menjadi problematika dan tantangan pendidikan Islam dewasa ini antara lain: globalisasi,
meningkat ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh informasi yang menguat serta
vitalitas agama dalam kehidupan manusia.
· Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan sebuah visi dan misi agar
terciptanya suatu generasi muda yang kedepannya yang bisa terus membangun sebuah
peradaban islam di dunia ini. Visi dan misi tersebut tentunya dilakukan dengan sebuah
proses. Proses tersebut dilakukan dengan cara membangun sebuah lembaga pendidikan
islam yang bertujuan agar terciptanya suatu tujaun dari pendidikan islam. Lembaga
pendidikan islam yang dimaksud diantaranya masjid, pondok pesantren, madrasah, PTAI,
dan majelis ta’lim. Dengan demikian lembaga pendidikan tersebut mampu menghasilkan
sumber daya umat islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT menguasai
ipteksi, mendesiminasi, mengembangkan dan menciptakan ipteksi melalui riset, dan
mengaplikasikan ipteksi untuk mensejahterahkan umat di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu dan Uhbiyati Nur. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipata.Al-
Hasyimi, Ali M. 2003. Muslim Ideal. Jakarta: Pustaka Belajar.
13
Ariefin, M. 1994. Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat.
Jakarta:Golden Trayong Press.
Arifin, M. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
berdasarkan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
Daulay, Putra Haidar. 2002. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Medan: IAIN Press.
Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Pasha, Kamal Musthafa. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta : Citra Kirana Mandiri.
Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Shaleh, Rachman Abdul. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta: PT.
Gema Windu Nanca Perkasa.
14