2019 TA ARS 052001400142 Bab-4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN DAN RANCANGAN SKEMATIK

Berdasarkan hasil dari analisa menggunakan teori “HECTTEAS” dari Robert G.


Hershberger yaitu aspek Human, Environmental, Cultural, Technological.
Temporal, Economic, Aesthetic, dan Safety dipadupadankan dengan teori
Katharina H. Anthony yaitu Block Plan, Site Development, Functional
Planning, Spatial Quality, Building Form, Aesthetic Design, Structural System,
Materials, dan Environmental Control System. Hasil dari konsep programatik
menhasilkan konsep yang di transformasikan ke dalam rancangan skematik.

4.1 BLOCK PLAN


A. Building Massing & Composition on Site

KONSEP PROGRAMATIK DESAIN SKEMATIK


Building Massing
Peletakan massa dibuat memanjang menyesuaikan dengan bentuk
Massa bangunan majemuk sebagai tapak yang memanjang ke arah pantai.
pemisahan fungsi dari bangunan yang
menciptakan kesan bangunan yang saling
berkaitan.

GALERI
TEATER
Bentuk massa bangunan merupakan PANTAI
pengulangan dari bentuk dasar bangunan
disekitarnya yaitu berbentuk persegi
sebagai respons terhadap Museum GSP
Adityawarman yang terletak di seberang
tapak. Orientasi massa bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan
angin yaitu menghadap utara dan selatan untuk menghindari panas
matahari langsung.

Massa bangunan galeri, di letakan paling depan sebagai bangunan


paling panjang dengan orientasi menghadap jalan pancasila yang
merupakan entrance menuju tapak.

Massa bangunan teater diletakan di bagian kanan bawah dengan


orientasi menghadap arah yang sama dengan bangunan galeri.

Massa bangunan diletakan 100 meter dari pantai dikarenakan


adanya garis sempadan pantai sesuai Perpes No. 51 Tahun 2016
tentang Batas Sempadan Pantai.
Bentuk Massa Museum
Aditiyawarman

75

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
Composition on Site

Zoning Tapak

PANTAI

2 2

3 Zoning pada tapak berdasarkan analisa terhadap fungsi serta


4 1 kegiatan yang berlangsung dalam maupun luar bangunan

a. Publik berupa open space, parkir, area kuliner, aphiteater, dll


1. Publik
b. Semi Publik berupa gedung teater, dan gedung galeri
2. Semi Publik
c. Privat berupa kantor pengelola
3. Privat
d. Area servis berupa loading dock, parkir, dll
4. Area servis

4.2 SITE DEVELOPMENT


A. Exterior Space

KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK


 Terdapat dua Open Space yang memiliki
fungsi berbeda yaitu sebagai area wisata,
dan sebagai plaza yang menghubungkan
kegiatan dalam bangunan dengan luar
bangunan yang bisa dialih fungsikan
sebagai area mitigasi.

 Pada open space area wisata diletakan


amphiteater dan area kuliner yang bisa
dinikmati sembari memandangi pantai
PANTAI
sebagai view yang indah

 Pada open space plaza merupakan tempat


berkegiatan kesenian outdoor seperti
melukis dan latihan menari. Selain itu bisa
dijadikan area mitigasi bencana gempa.

76

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
B. Easy Identification of Entry

KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK


 Entrance utama terletak di jalan Pancasila
yang hanya bisa diakses menggunakan
kendaraan mobil. Entrance untuk motor
terletak di jalan Diponegoro.

 Pada bangunan terdapat canopy yang


dijadikan sign untuk muka bangunan atau
pintu masuk utama bangunan.
PANTAI

 Entrance untuk mobil, motor, dan pejalan


kaki dipisah untuk menghindari crossing over

 Area service di pisahkan dari area publik dan


diberikan jalur khusus agar tidak = Entrance pejalan kaki = Entrance motor
mengganggu lalu di tutupi dengan vegetasi
= Pintu keluar dari tapak
= Entrance utama yg
= Bangunan utama pada tapak diakses dengan mobil

Pemberian kanopi pada muka bangunan


menggunakan atap yang berenciri khas atap Padang
yaitu atap gonjong

C. Autodriveways & Drop off


KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Drop off pada tapak berbentuk seperti
sebuah coakan yang memberikan ruang
agar tidak mengganggu mobil yang sedang
lewat. Contoh coakan
untuk drop off
 Jarak dari drop off hingga ke canopy 2
meter agar tidak mengganggu pejalan kaki
yang berada disekitar bangunan
Memberikan pembatas pembeda jalan mobil dan pejalan kaki
berupa trotoar dan vegetasi.

77

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
D. Circulation & Parking
KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Terdapat 3 buah lokasi parkir untuk mobil  Lokasi parkir motor dan sepeda terletak di bawah bangunan
pribadi khusus pengunjung. 1 diluar teater agar ketika hujan kendaraan tersebut tidak basah
bangunan dan 2 terletak dibawah
bangunan teater dan galeri yang dapat Bangunan
menampung mobil dengan jumlah parkir
mencapai 200 mobil.

Bangunan

PANTAI

Bangunan yang pilotis 3 meter menjadikan


bagian bawah bangunan difungsikan sebagai
area parkir. Gempa pada tahun 2009 membuat
masyarakat Padang enggan untuk parkir di : Lokasi parkir mobil yang disediakan
basement

E. Service
KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Area service diletakan terpisah.
`
 Khusus Servis memiliki jalur keluar dan
masuk sendiri
 Pada area servis terdapat loading dock
untuk membongkar muatan untuk
properti pertunjukan dan galeri.

 Untuk sampah dikumpulkan dari Jalur servis ditutupi oleh


vegetasi agar tidak
pembuangan melalui jalur servis pada mengganggu visual pada tapak

bangunan lalu dikumpulkan pada satu


titik TPU di area service untuk kemudian
diangkut oleh truk sampah dinas yang
memiliki kantung parkir khusus sehingga
truk tidak perlu mengelilingi tapak.

78

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
F. Pedestrian Path
KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Karena menerapkan sistem yang walkable
pada tapak, jalur pejalan kaki dibuat Disekitar bangunan diberikan ruang
senyaman mungkin diberikan banyak untuk berduduk-duduk disekitar jalan
vegetasi agar tetap adem pada siang hari. pejalan kaki

 Disekitar tapak diberikan jalur khusus


pedestrian yang dibatasi oleh vegetasi
agar nyaman ketika berjalan

 Jalur pejalan kaki dilengkapi guiding


block bagi penyandang disabilitas

Tempat duduk-duduk
yang membentuk
seperti ornamen
rumah gadang

Jalur khusus penyandang


disabilitas berupa guiding
block

Vegetasi yang diletakan di pedestrian sebagai peneduh


yang dapat menurunkan suhu

4.3 FUNCTIONAL PLANNING


A. Circulation, Flow and Entry
KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Sirkulasi vertikal pada tapak terdapat
tangga dan ramp

 Sirkulasi vertikal dalam bangunan


terdapat tangga, dan lift

 Pola yang digunakan pada bangunan


Pusat Kebudayaan Seni ini adalah pola Ruang sekunder
linier dimana ruang utama berada
Ruang Utama
ditengah dan ruang sekunder
mengelilingi ruang utama namun tetap
sejajar dengan ruang ruang lainnya.
 Seluruh pintu masuk terhubung dengan

79

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
pedestrian

 Disediakan signage sebagai penanda


pintu masuk berupa canopy untuk
menunjukkan muka bangunan. Untuk
mempermudah, entrance tapak maupun
bangunan dibuat menarik dan informatif.

B. Organization, Activity Zone, and Level Changes


KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
Pola hubungan antar ruang di dalam bangunan serta alurnya.

Zona Kegiatan Utama


 Kegiatan utama, berupa kegiatan
pameran, pentas seni musik, pentas seni
tari, belajar seni, dan pasar seni.

Zona Kegiatan
Bangunan Galeri
 PenunjangKegiatan penunjang, berupa
kegiatan mengelola Gedung Budaya,
menyediakan wisma untuk penginapan
seniman, dll. Lobby Galeri Kantor Pengelola
R. ticketing pameran R. Serbaguna
Toilet Kelas Seni Perpustakaan
Zona Kegiatan Service Wisma Seniman

 Kegiatan Service, berupa kegiatan


pemeliharaan Gedung Budaya, kegiatan
pengelolaan Gedung, dll.
Lounge Kelas Seni
Lobby
R. Backstage Sanggar Tari
R. ticketing
R. Ganti R. Musik
Toilet R.Pengontrol
Area penunjang panggung
Dll

80

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
4.4 SPATIAL QUALITY

KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK


 Skala ruang museum harus dapat
menimbulkan suasana yang kondusif
untuk menikmati benda pamer.
Penaikkan atau Penurunan ketinggian
lantai atau plafond untuk memberikan
rasa dan kualitas ruang yang berbeda.
Massa utama
 Pada ruang teather, harus memiliki
Massa penunjang
ketinggian yang paling tinggi karena
fungsi dari kegiatannya membutuhkan
ruang yang terbuka plong.

4.5 BUILDING FORM AND AESTHETIC DESIGN


KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
Warna
 Warna yang digunakan pada bangunan
Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau
menggunakan warna warna yang menjadi
warna khas Sumatera Barat yaitu warna
hitam, merah, dan kuning.
Penggunaan warna hitam dan kuning akan diaplikasikan pada
bagian eksterior sedangkan warna merah akan mendominasi
Fasad bagian interior namun tidak terlalu mencolok
 fasad bangunan Pusat Kebudayaan Seni
Minangkabau memaksimalkan bukaan-
yang besar namun tertata. Fasad juga
dibuat eye-cathing sehingga menarik
perhatian pengunjung dan disesuaikan
dengan skala jarak pandang manusia agar Fasad yang eye-catching dapat diaplikasikan menggunakan
menciptakan kenyamanan visual. ornament khas dari Sumatera Barat. juga dapat dilihat dari
bentuk atap yang tinggi menjulang atau begonjong
Ornament
 Ornamen khas dari Sumatera Barat yang
umumnya bermotif akar, bunga, daun
serta bidang persegi empat dan genjang
diletakan pada badan bangunan

81

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
4.6 STRUCTURAL SYSTEM
KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Pondasi yang akan diaplikasikan pada
Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau
adalah pondasi tiang pancang karena kuat
dan mampu bertahan pada kondisi tanah
di tapak yang berlokasi di dekat pantai.

 Pada bagian kolom akan menggunakan


kolom baja karena lebih ringan, kuat,
sehingga mampu menahan beban gempa.

 Struktur atap akan menggunakan atap


rumah gadang yang melengkung ke atas
membentuk tanduk banteng sebagai
respon keharmonisan dengan atap
bangunan disekitar tapak.

4.7 USE OF MATERIAL


KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
 Material untuk pedestrian akan
menggunakan batu batuan alam dan
rerumputan alami. bagi kaum difabel
diberikan material khusus pada pedestrian
sebagai petunjuk jalan.
 Material untuk dinding menggunakan
bata merah dengan finishing plester dan
chat. untuk beberapa ruang menggunakan
wallpaper
 Material kolom benggunakan kolom baja
bertulang yang ringan, kuat dan mampu
menahan gempa
 Plafond menggunakan gypsum. Atapnya
emnggunakan atap dag beton dan atap
pelupuh bambu yaitu bahan atap khas
Sumatera Barat

82

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
4.8 ENVIRONMENT CONTROL SYSTEM
KONSEP DESAIN DESAIN SKEMATIK
Elektrikal dan Solar Energy
Energi surya akan dimanfaatkan dengan solusi
keteknikan berupa panel surya (solar panel)
lalu energi tersebut akan disimpan pada baterai
lalu disalurkan. Penggunaan solar panel akan
diletakkan pada atap bangunan ataupun di
salah satu sudut tapak yang intensitas terkena
cahaya matahari nya tinggi.

Faktor Kebakaran Pasif


Menggunakan struktur dan material yang
tahan terhadap api terutama di jalur evakuasi
dan ruang audit. Menempatkan tangga darurat
yang dekat dan mudah diakses untuk keluar
bangunan.

Faktor Kebakaran Aktif


Menggunakan smoke detetctor. Menempatkan
fire extinguisher pada bangunan. Pada bagian
ruang museum diterapkan sistem sprinkler
yang tidak merusak karya seni dan artefak
pada saat terjadi kebakaran.

Faktor Criminal
Sistem pencegahan dari kehilangan atau
pencurian yang tidak diinginkan dapat
menggunakan alat-alat seperti CCTV yang
akan diletakkan disetiap sudut kecuali ruang
ganti dan kamar mandi. Meletakkan EAS
Scanner pada pintu masuk Pusat Kebudayaan
Seni dan Toko Souvenir.

Faktor Mekanikal
Sistem plumbing pada ruang mekanikal berupa
STP, WTP, dan GWT yang letaknya berda
diluar bangunan utama. Sistem penghawaan
buatan ini berupa sistem AC central untuk
auditorium dan ruang pameran

83

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.
84

Perancangan Pusat Kebudayaan Seni Minangkabau dengan Pendekatan Arsitektur


Kontekstual di Sumatera Barat_Izzatul Fajri, 2019.

Anda mungkin juga menyukai