Makalah Pra Analitik - Natasha Safitri (1913353006)
Makalah Pra Analitik - Natasha Safitri (1913353006)
Makalah Pra Analitik - Natasha Safitri (1913353006)
Disusun Oleh :
NATASHA SAFITRI (1913353006)
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………...…1
KATA PENGANTANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang............................................................................................4
1.2. Rumusan
Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan................................................................................................
..........4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati
posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting
mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis,
pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit.
Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang
teliti, cepat dan tepat.
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang
sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca
analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra
analitik kurang mendapat perhatian.
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian
spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan,
pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit
dikendalikan, contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit
mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti tentang
proses pra analitik, mengerti tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan laboratorium, dan kesalahan apa saja yang bisa terjadi di pra analitik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
Pemeriksaan laboratorium yang diminta
Jenis spesimen
Lokasi pengambilan spesimen
Volume spesimen
Transpor media/pengawet yang digunakan
Nama pengambil spesimen
Inform concern
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil kelaboratorium harus
memuat :
Tanggal pengambilan spesimen
Nama dan nomor pasien
Jenis spesimen
Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat yang
diberikan secara intramuskuler dapat menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim
pada otot akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi
pemeriksaan seperti Creatinin Kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH)
6
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan:
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Perubahan kadar substrat dan ezim, seperti konsentrasi gas darah, kadar
asam urat, kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.
Demam
Pada waktu demam akan:
a) Terjadi peningkatan gula darah akibat meningkatnya pelepasan insulin.
b) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigiserida pada awal demam
karena meningkatnya metabolisme lemak. Pada demam yang sudah lama terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak
yang meningkat.
c) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
d) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer widal.
Trauma
Trauma dengan luka perdarahan menyebabkan penurunan kadar substrat maupun
aktivitas enzim, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi
karena pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga darah
menjadi encer. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin
serta enzim-enzim dalam otot.
Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu
yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:
a) Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi
hari.
b) Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga bila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi
daripada bila dilakukan pada pagi hari.
c) Aktivitas enzim sering berfluktuasi, disebabkan kadar hormon yang
berbeda dari waktu ke waktu.
7
d) Jumlah sel eosinofil lebih rendah pada malam sampai pagi hari,
dibandingkan pada siang hari (Depkes, 2008).
8
b) Volume spesimen
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
9
• Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena
pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (aktinis).
• Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
• Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang
bermulut lebar (Depkes, 2008).
10
Wadah penampung sempel dahak/sputum
11
Pengambilan dahak/ sputum ini dilakukan oleh pasien yang didampingi oleh
petugas Laboratorium/Analis Laboratorium. Pasien diberi penjelasan mengenai
pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak
dengan ludah. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam
hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat
(GG) 200 mg.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan
air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya di lepas.
2) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
3) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan
napas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.
5) Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental
purulen dengan volume cukup (3-5ml).
6) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium
12
2) Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine 10% di atas abses
atau bagian yang akan ditusuk/diinsisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan
kapas alkohol 70%.
3) Tususkkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat atau pus.
4) Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril.
5) Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril.
6) Kapas lidi dapat langsung diinokulasi pada agar, atau dapat pula
dimasukkan ke dalam media transpor. Sisa eksudat/pus pada semprit dapat
dimasukkan dalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium.
7) Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam larutan Natrium
Hipoklorit 0,1% selama 30 menit lalu diautoklaf.
8) Dapat juga dilakukan incisi pada abses dan dengan kapas lidi steril
usapkan bagian dasar abses.
9) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula
dimasukkan dalam media transpor.
13
Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan :
▪ Pasien dalam posisi menungging
▪ Petugas mengenakan sarung tangan
▪ Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam saluran anal, putar beberapa
detik untuk mendapatkan sekret dari crypta didalam lingkaran anal
b. Serum
1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30
menit, kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik)
c. Plasma
1) Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pelan
2) Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen
3) Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik)
d. Urine
Untuk uji carik celup, urine tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum satu jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara :
1) Wadah urine digiyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
(homogen)
14
2) Masukkan ± 15 ml urine kedalam tabung sentrifus
3) Putar urine selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
4) Buang supernatanya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
5) Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
e. Dahak
1) Masukkan dahak ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama
banyak
2) Kocok dengan baik
3) Inkubasi pada suhu kamar (250-300C) selama 15-20 menit dengan
pengocokan teratur tiap 5 menit.
4) Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
5) Buang supernatan ke dalam larutan lysol. 6) Ambil endapannya untuk
dilakukan pemeriksaan.
15
2.7. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaannya. Persyaratan penyimpanan macam-macam
spesimen, harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan, wadah serta
stabilitasnya (lihat tabel). Beberapa cara penyimpanan spesimen:
1) Disimpan pada suhu kamar
2) Disimpan dalam lemari es dengan suhu 20-80C.
3) Dibekukan suhu - 200C, - 700C atau - 1200C (tidak boleh terjadi beku
ulang).
4) Dapat diberikan bahan pengawet
5) Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.
16
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relatif stabil. Beberapa persyaratan pengiriman spesimen,
yaitu:
1) Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
2) Tidak terkena sinar matahari langsung
3) Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan pemeriksaan infeksius” atau “Bahan
pemeriksaan berbahaya”.
4) Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5) Penggunaan media transport yang tepat untuk pemeriksaan mikrobiologi.
6) Untuk pengiriman spesimen ke laboratorium yang jauh dapat
menggunakan dry ice atau cooling box.
17
data tidak lengkap (misalnya tidak ada nama pasien, umur, jenis kelamin
atau nomor rekam medis),
tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis.
Kadang-kadang tulisan tidak dapat dibaca sehingga mempersulit petugas.
18
2. TES HEMOGLOBIN CARA SAHLI
Pra Analitik
- Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
- Persiapan sampel: darah kapiler, EDTA, Oksalat
- Prinsip tes: hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang
terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu
- Alat dan bahan:
1. Hemolet/lanset
2. Hemoglobinometer (hemometer):
- tabung pengencer
- pipet Hb
- pipet tetes
- selang pengisap
- batang pengaduk
3. HCl 0.1 N
4. Aquades
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
19
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian
spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan,
pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit
dikendaliksan, contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit
mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
20
Bakta. 2006. Hematologi klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
D’Hiru. 2013. Live Blood Analysis. Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Depkes RI. 2007. Pedoman pengambilan, penyimpanan, pengemasan dan
pengiriman spesimen darah.
Eroschenko PV. 2012. Atlas Histologi. Alih bahasa Brahm. Edisi 11.
Jakarta;EGC.
Ganong F, William. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa Brahm.
Edisi 22. Jakarta;EGC.
Mengko R. 2013. Instrumen Laboratorium klinik. ITB. Bandung.
https://slideplayer.info/slide/15737286/
https://www.academia.edu/20035093/TEKNIK_PENGAMBILAN_SAMPEL_FE
SES
https://www.alodokter.com/infeksi-luka-operasi
https://www.kompasiana.com/nofindruru/5cb570983ba7f705f30e5762/lawan-
kanker-nasofaring-ep-1?page=all
21