Makalah Pra Analitik - Natasha Safitri (1913353006)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

QUALITY CONTROL dan VALIDASI

Kegiatan Laboratorium Pra Analitik


Dosen Pengampu : Hj. Maria Tuntun Siregar, S.Pd.,M.Biomed

Disusun Oleh :
NATASHA SAFITRI (1913353006)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI TLM PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Bandar Lampung, 2 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………...…1
KATA PENGANTANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang............................................................................................4
1.2. Rumusan
Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan................................................................................................
..........4

BAB II PEMBAHASAN KEGIATAN PRA ANALITIK


2.1. Identifikasi Pasien ................................................................................. 5
2.2. Persiapan pasien (Patient Preparation) ................................................ 6
2.3. Pengumpulan spesimen (Specimen Collection) .....................................8
2.4. Pengambilan Spesimen ......................................................................... 8
2.5. Penanganan Spesimen (Sampling Handling) ......................................... 13
2.6. Pengawet / Antikoagulan specimen....................................................... 15
2.7. Penyimpanan spesimen ........................................................................15
2.8. Pengiriman Spesimen............................................................................16
2.9. Cara Mengatasi Kesalahan...................................................................17
Contoh Tahap Pra Analitik pada pemeriksaan laboratorium...................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................19
3.2 Saran.........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati
posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting
mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis,
pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit.
Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang
teliti, cepat dan tepat.
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang
sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca
analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra
analitik kurang mendapat perhatian.
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian
spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan,
pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit
dikendalikan, contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit
mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan makalah ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan tahap kegiatan pra-analitik?
2. Bagaimana tahap pra-analitik pada laboratorium ?
3. Kesalahan apa saja yang ada di tahap pra-analitik?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti tentang
proses pra analitik, mengerti tahapan-tahapan yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan laboratorium, dan kesalahan apa saja yang bisa terjadi di pra analitik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN LABORATORIUM PRE-ANALITIK


Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan
spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium
merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya kesembuhan dan kesehatan pasien
sehingga keandalan dan kualitas hasil pengujiannya merupakan fokus yang utama.
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian
spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan,
pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit
dikendalikan, contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit
mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.

2.1. Identifikasi Pasien


Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting
pada formulir/blanko permintaan pemeriksaan, pendaftaran, penulisan label
wadah spesimen, dan pada formulir/blanko hasil pemeriksaan. Kesalahan dalam
ketatausahaan ini dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dapat
merugikan pasien.
Surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya
memuat secara lengkap :
 Tanggal permintaan
 Tanggal dan jam pengambilan spesimen
 Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik.
 Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telpon)
 Nomor laboratorium
 Diagnosis/keterangan klinik

5
 Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
 Pemeriksaan laboratorium yang diminta
 Jenis spesimen
 Lokasi pengambilan spesimen
 Volume spesimen
 Transpor media/pengawet yang digunakan
 Nama pengambil spesimen
 Inform concern

Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil kelaboratorium harus
memuat :
 Tanggal pengambilan spesimen
 Nama dan nomor pasien
 Jenis spesimen

2.2. Persiapan pasien (Patient Preparation)


Sebelum pengambilan spesimen, harus dilakukan persiapan pasien untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ada banyak
faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium, sehingga
laboratorium wajib menolak spesimen yang tidak memenuhi persyaratan.

Faktor-faktor persiapan pada pasien yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :


 Makanan dan minuman,
Pemeriksaan gula darah puasa dan trigliserida dipengaruhi langsung oleh makanan
dan minuman, karena zat-zat yang dikonsumsi tersebut akan beredar dalam darah
dan ikut terukur pada saat pemeriksaan. Untuk itu pasien harus puasa selama 8-10
jam sebelum darah diambil.

 Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat yang
diberikan secara intramuskuler dapat menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim
pada otot akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi
pemeriksaan seperti Creatinin Kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH)

6
 Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan:
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Perubahan kadar substrat dan ezim, seperti konsentrasi gas darah, kadar
asam urat, kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.

 Demam
Pada waktu demam akan:
a) Terjadi peningkatan gula darah akibat meningkatnya pelepasan insulin.
b) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigiserida pada awal demam
karena meningkatnya metabolisme lemak. Pada demam yang sudah lama terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak
yang meningkat.
c) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
d) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer widal.

 Trauma
Trauma dengan luka perdarahan menyebabkan penurunan kadar substrat maupun
aktivitas enzim, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi
karena pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga darah
menjadi encer. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin
serta enzim-enzim dalam otot.

 Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu
yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:
a) Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi
hari.
b) Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga bila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi
daripada bila dilakukan pada pagi hari.
c) Aktivitas enzim sering berfluktuasi, disebabkan kadar hormon yang
berbeda dari waktu ke waktu.

7
d) Jumlah sel eosinofil lebih rendah pada malam sampai pagi hari,
dibandingkan pada siang hari (Depkes, 2008).

2.3. Pengumpulan spesimen (Specimen Collection)


Spesimen yang akan diperiksa di laboratorium haruslah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
 Volume mencukupi
 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah
warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
 Identitas benar sesuai dengan data pasien

2.4. Pengambilan Spesimen


a) Waktu pengambilan
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama
untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi karena umumnya nilai
normal berdasarkan nilai pada pagi hari. Namun ada beberapa spesimen yang
diambil sesuai dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya:
 Demam typhoid Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan
konvalesen. Untuk biakan darah paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit,
dan untuk biakan urine atau tinja dilakukan pada minggu II atau III.
 Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman Spesimen diambil sebelum
pemberian antibiotik.
 Pemeriksaan Gonorrhoe, spesimen sekret uretra diambil 2 jam sebelum
berkemih
 Pemeriksaan mikrofilaria, spesimen darah diambil pada waktu senja dan
menjelang tengah malam.
 Pemeriksaan tuberculosis, dahak diambil setelah bangun tidur pada pagi
hari, dibandingkan dahak sewaktu.

8
b) Volume spesimen
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.

c) Lokasi pengambilan spesimen


 Spesimen darah, Darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku.
Darah kapiler diambil dari ujung jari tengah atau jari manis pada tangan kiri atau
tangan kanan, atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki, atau cuping
telinga pada bayi. Darah arteri diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan
atau arteri femoralis di daerah lipatan paha.
 Spesimen biakan, Diambil pada tempat yang sedang mengalami
infeksi.

d) Peralatan pengambilan spesimen


Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat:
• Bersih
• Kering
• Tidak mengandung detergen atau bahan kimia
• Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen (inert)
• Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
• Untuk pemeriksaan biakan, harus menggunakan peralatan yang steril
• Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan
peralatan yang steril dan disposible.

Wadah spesimen harus memenuhi syarat:


• Terbuat dari gelas atau plastik
• Tidak bocor atau tidak merembes
• Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
• Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
• Bersih
• Kering
• Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen

9
• Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena
pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (aktinis).
• Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
• Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang
bermulut lebar (Depkes, 2008).

Wadah pengambilan/penampung sampel darah

Wadah pengambilan sampel feses

Wadah penampung sampel urine

10
Wadah penampung sempel dahak/sputum

Cara Pengambilan Spesimen


a. Pengambilan Tinja/ Feses/ Stool
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan
(tanpa bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula
sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok dubur. Pengambilan specimen
feses ini dilakukan oleh klien/pasien itu sendiri dan didampingi oleh Perawat lalu
diperiksa oleh laboratorium.

b. Pengambilan Dahak/ Sputum

11
Pengambilan dahak/ sputum ini dilakukan oleh pasien yang didampingi oleh
petugas Laboratorium/Analis Laboratorium. Pasien diberi penjelasan mengenai
pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak
dengan ludah. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam
hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat
(GG) 200 mg.
1) Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan
air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya di lepas.
2) Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
3) Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan
napas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum keluar.
4) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.
5) Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan tampak kental
purulen dengan volume cukup (3-5ml).
6) Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium

c. Pengambilan Pus dari luka purulen/ulcus


1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCl
fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran dan lapisan eksudat yang
mengering.
3) Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari pembungkusnya
kemudian usapkan bagian kapasnya pada luka/ulcus tanpa menyentuh bagian tepi
luka/ulcus. Lakukan sebayak 2 kali dengan menggunakan 2 kali.
4) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula
dimasukkan ke dalam tabung media transpor.
5) Patahkan tangkai lidi yang berada diluar tabung.
6) Tutup tabung dengan erat
7) Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat
pengantar ke laboratorium.

d. Pengambilan Pus dari abses.


1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

12
2) Lakukan tindakan disinfeksi dengan povidone iodine 10% di atas abses
atau bagian yang akan ditusuk/diinsisi. Bersihkan sisa povidone iodine dengan
kapas alkohol 70%.
3) Tususkkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat atau pus.
4) Cabut jarum, dan tutup dengan kapas steril.
5) Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril.
6) Kapas lidi dapat langsung diinokulasi pada agar, atau dapat pula
dimasukkan ke dalam media transpor. Sisa eksudat/pus pada semprit dapat
dimasukkan dalam wadah steril dan dikirim ke laboratorium.
7) Rendam sisa semprit yang tidak terpakai lagi dalam larutan Natrium
Hipoklorit 0,1% selama 30 menit lalu diautoklaf.
8) Dapat juga dilakukan incisi pada abses dan dengan kapas lidi steril
usapkan bagian dasar abses.
9) Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat pula
dimasukkan dalam media transpor.

e. Pengambilan Usap nasofaring


Pengambilan usap nasofaring dilakukan pengambilan sepesimen oleh Dokter.
1) Penderita duduk (kalau anak-anak di pangku).
2) Petugas berdiri disamping penderita.
3) Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang kepala
penderita.
4) Masukkan lidi dacron ke rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus. Panjang
lidi yang masuk kira-kira jarak ujung hidung sampai telinga. Masukkan sampai
menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian tarik keluar.
5) Masukkan lidi darcon kedalam media transpor atau langsung tanam pada
media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Crystin Tellurite) dan dibuat
sediaan.

f. Pengambilan Sekret vagina


Pengambilan bahan pemeriksaan sama dengan sekret endocervic hanya dilakukan
pada fomix posterior. Pengambilan ini dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan.

g. Pengambilan Swab rectum

13
Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan :
▪ Pasien dalam posisi menungging
▪ Petugas mengenakan sarung tangan
▪ Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam saluran anal, putar beberapa
detik untuk mendapatkan sekret dari crypta didalam lingkaran anal

2.5. Penanganan Spesimen (Sampling Handling)


a. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-
balikan tabung kira-kira 10-12 kali secara perlahan-lahan dan merata.

b. Serum
1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-30
menit, kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit.
2) Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik)

c. Plasma
1) Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pelan
2) Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen
3) Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik)

d. Urine
Untuk uji carik celup, urine tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum satu jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara :
1) Wadah urine digiyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
(homogen)

14
2) Masukkan ± 15 ml urine kedalam tabung sentrifus
3) Putar urine selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
4) Buang supernatanya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
5) Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.

e. Dahak
1) Masukkan dahak ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama
banyak
2) Kocok dengan baik
3) Inkubasi pada suhu kamar (250-300C) selama 15-20 menit dengan
pengocokan teratur tiap 5 menit.
4) Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
5) Buang supernatan ke dalam larutan lysol. 6) Ambil endapannya untuk
dilakukan pemeriksaan.

2.6. Pengawet / Antikoagulan spesimen


Pemberian pengawet/antikoagulan tersebut dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bahan pengawet/antikoagulan yang dipakai harus memenuhi
persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa
(Depkes, 2008).

15
2.7. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaannya. Persyaratan penyimpanan macam-macam
spesimen, harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan, wadah serta
stabilitasnya (lihat tabel). Beberapa cara penyimpanan spesimen:
1) Disimpan pada suhu kamar
2) Disimpan dalam lemari es dengan suhu 20-80C.
3) Dibekukan suhu - 200C, - 700C atau - 1200C (tidak boleh terjadi beku
ulang).
4) Dapat diberikan bahan pengawet
5) Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas specimen


 Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
 Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
 Terjadi penguapan
 Pengaruh suhu
 Terkena sinar matahari.

2.8. Pengiriman spesimen

16
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relatif stabil. Beberapa persyaratan pengiriman spesimen,
yaitu:
1) Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
2) Tidak terkena sinar matahari langsung
3) Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan pemeriksaan infeksius” atau “Bahan
pemeriksaan berbahaya”.
4) Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5) Penggunaan media transport yang tepat untuk pemeriksaan mikrobiologi.
6) Untuk pengiriman spesimen ke laboratorium yang jauh dapat
menggunakan dry ice atau cooling box.

Gambar Cooling box

2.9. Kesalahan pada tahap Pra-Analitik


Kesalahan pada ketatausahaan diantaranya adalah
 Penulisan identitas pasien pada formulir/blanko permintaan pemeriksaan.
 Sering terjadi penulisan nama yang salah,

17
 data tidak lengkap (misalnya tidak ada nama pasien, umur, jenis kelamin
atau nomor rekam medis),
 tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis.
 Kadang-kadang tulisan tidak dapat dibaca sehingga mempersulit petugas.

Cara Mengatasi Kesalahan


Pada prinsipnya untuk mengatasi kesalahan non teknik dapat dilakukan
dengan menguasai standar operasional prosedur (SOP) pada setiap proses
kegiatan, baik tahap pra analitik, maupun tahap pasca analitik. Kesalahan non
teknik tahap pra analitik penyumbang terbesar pada hasil uji laboratorium,
sehingga perlu penatalaksanaan pasien dengan tepat dan benar.
Jika mendapatkan spesimen yang tidak sesuai atau rusak, maka harus
ditolak dan diganti dengan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya.
Ini penting dilakukan agar mendapatkan hasil uji laboratorium yang andal dan
bermutu, yang dapat membantu penanganan dan kesembuhan pasien. Persiapan
pasien adalah diluar kendali laboratorium, sehingga pasien harus mendapatkan
informasi yang benar tentang persiapan yang harus dilakukan agar mendapatkan
spesimen yang benar.

Berikut ini adalah Tahap Pra Analitik dari beberapa pemeriksaan


Laboratorium :
1. TEKNIK PENGAMBILAN DARAH (FLEBOTOMI)
Pra Analitik
Alat dan bahan:
- Antiseptik & desinfektan : alkohol 70 %
- Kapas steril
- Plester
- Tourniquet
- Metode semprit: Jarum semprit (21-23 gauge)
Penampung (barrel) Penghisap (plunger) Tabung yang telah diisi antikoagulan
- Metode tabung vakum: Jarum khusus (20-22gauge) holder/adapter tabung
vakum (dengan antikoagulan)
- Antikoagulan: EDTA, heparin, Na. Sitrat, NH4-oksalat

18
2. TES HEMOGLOBIN CARA SAHLI
Pra Analitik
- Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
- Persiapan sampel: darah kapiler, EDTA, Oksalat
- Prinsip tes: hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang
terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu
- Alat dan bahan:
1. Hemolet/lanset
2. Hemoglobinometer (hemometer):
- tabung pengencer
- pipet Hb
- pipet tetes
- selang pengisap
- batang pengaduk
3. HCl 0.1 N
4. Aquades

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

19
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian
spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan,
pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit
dikendaliksan, contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit
mengendalikan hal ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.

3.2. Saran

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca


khususnya mahasiswa teknik laboratorium medik dalam tahap pra-analitik di
laboratorium

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti SS. 2014. Pre Analitik pemeriksaan hemoestasis. Universitas Indonesia.

20
Bakta. 2006. Hematologi klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
D’Hiru. 2013. Live Blood Analysis. Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Depkes RI. 2007. Pedoman pengambilan, penyimpanan, pengemasan dan
pengiriman spesimen darah.
Eroschenko PV. 2012. Atlas Histologi. Alih bahasa Brahm. Edisi 11.
Jakarta;EGC.
Ganong F, William. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa Brahm.
Edisi 22. Jakarta;EGC.
Mengko R. 2013. Instrumen Laboratorium klinik. ITB. Bandung.
https://slideplayer.info/slide/15737286/
https://www.academia.edu/20035093/TEKNIK_PENGAMBILAN_SAMPEL_FE
SES
https://www.alodokter.com/infeksi-luka-operasi
https://www.kompasiana.com/nofindruru/5cb570983ba7f705f30e5762/lawan-
kanker-nasofaring-ep-1?page=all

21

Anda mungkin juga menyukai